Wednesday 29 June 2016

Dinamika Studi Islam di Timur: Islamolog dan Apolog


Studi Islam adalah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan perkataan lain secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Studi Islam adalah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan perkataan lain secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Dalam rangka memahami islam, dapat di lakukan melaui dua metode. Pertama mempelajari teks-teks suci Al-Qur�an yang merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang di kenal dengan islam. Kedua mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dari ide-ide islam, mulai dari permulaan diturunkannya misi islam tersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.
Studi islam secara akademis (islamologi menemukan momentum pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu mulai ditawarkan studi islam di Universitas bergengsi di Amerika Serikat, seperti Harvard University, University Of California Los Angeles (UCLA) dan lainnya. Sekalipun studi agama secara umum masih di anggap sebagai �anak tiri�. Studi islam saat itu tidak mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur�an, melainkan bergerak mengkaji ketepatan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur�an termasuk mengkritisi, mengembangkan, mempertanyakan faliditas, dan memperbarui teori-teori yang di gagas oleh mufassirin. Karena itu, yang di kaji secara akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam memahami islam dengan segala latar belakangnya.

1.2 Rumusan Masalah
1.      apa studi islam?
2.      Apa urgensi dan signifikasi studi islam?
3.      Bagaimana Dinamika dan Perkembangan studi islam di negara Muslim?

1.4 Tujuan
            1.      Untuk mengetahui studi islam.
            2.      Untuk mengetahui urgensi studi islam
            3.      Untuk mengetahui dinamika dan perkembangan studi islam di negara muslim.

BAB II
PEMBAHASAN
         A.    Pengertian studi islam
Studi Islam adalah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan perkataan lain secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.[1]
Tujuan da motifasi study keislaman dikalangan umat islampun tentunya sangat berbeda dengan orang-orang di luar kalangan orang islam. Di kalangan umat islam, study keislaman bertujuan mendalami dan memahami serta membahas ajaraan-ajaran islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamankannya dengan benar. Adapun di luar kalangan umat islam study keislaman bertujuan mempelajari seluk beluk agama dan praktik keagamaan yang berlaku di kalangan umat islam yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuin.[2]

      B.     Urgensi dan Signifikansi Studi Islam
Dalam rangka memahami islam, dapat di lakukan melaui dua metode. Pertama mempelajari teks-teks suci Al-Qur�an yang merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang di kenal dengan islam. Kedua mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dari ide-ide islam, mulai dari permulaan diturunkannya misi islam tersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.[3]
Masalahnya kemudian adalah jika memang benar bahwa penelitian itu bertujuan mencari kebenaran bukankah agama islam adalah kebenaran? Memang, penelitian di lakukan untuk mencari kebenaran, dan agama itu sendiri merupakan suatu kebenaran. Namun demikian, islam yang telah mengalami proses dialogis dengan masyarakat, tidak dapat di hindarkan dari munculnya keragaman aktualisasi. Keragaman itu muncul karena persoalan ruang dan waktu. Perbedaan ruang dan waktu melahirkan perbedaan pemahaman oleh masyarkat sesuai dengan setting yang mereka hadapi.
Dengan keberadaan Al-Qur�an yang meliputi ide morang normatif dan di sampaikan dengan medium verbal maka studi islam menemukan mumentum urgensi dan signifikansinya untuk selalu di lakukan dalam frame memahami islam dengan Mastery in Context dengan persoalan-persoalan yang di hadapi masyarakat pada masanya masin-masing. Pentingnya di lakukan studi ekstensif terhadap ide-ide normatif islam yang terhimpun dalam Al-Qur�an, agar di peroleh pemahaman normatif doktrinal yang cukup terhadap sumber teks suci islam dalam rangka menopang pemahaman yang kontekstual historis sehingga di peroleh pndangan yang relati utuh terhadap islam denan bebagai atributnya.
Pada sisi lain untuk dapat menjelaskan moti-motif kesejarahan dalam normatifitas islam perlu di lakukan studi terhadap dinamika historis yang menjadi lokus implementasi ide-ide islam. Studi islam histori ini penting di lakukan karena: pertama sebagai pembentuk pemenuhan terhadap motifasi imperatif agama untuk meneladani Rasul. Kedua sebagai alat untuk menafsirkan dan memahami maksud teks suci Al-Qur�an. Ketiga dalam rangka mengetahui proses dialogis antara normatifitas islam dan nilai-nilai ril kesajarahan yang melingkupinya dalam praksis islam di tengah masyarakat. Hal ini karena pada tataran historis empiris agama ternyata juga syarat dengan berbagai kepentingan sosial yang rumit untuk dipisahkan. Keempat agar nilaiperkembanan historis tersebut dapat di gunakan sebagai pertimbangan dalam rangka merokenstruksikan disipli-disiplin keilmuan islam untuk kepentingan masa depan.[4]

       C.    Dinamika dan Perkembangan Studi Islam di Negara Muslim
Secara etimologis studi islam disinonimkan dengan islamic studies, dirasah islamiyah, atau islamologi. Islamologi mengkaji islam hanya sebatas islamsebagai ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini islam dikaji bukan untuk dipraktikan tetapi dimotifasi oleh tuntutan profesionalisme untuk kepentingan penelitian atau kajian keislaman. Adapun kemudia muncul implikasi keagamaan merupakan suatu hal yang bisa terjadi, namun bukan atas kehendak formal yang menjadi tanggung jawab studi islam. Karna itu, dapat di pahami sejumlah pakar islamologi terutama di dunia barat yang beragama islam.[5]
Studi islam secara akademis (islamologi menemukan momentum pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu mulai ditawarkan studi islam di Universitas bergengsi di Amerika Serikat, seperti Harvard University, University Of California Los Angeles (UCLA) dan lainnya. Sekalipun studi agama secara umum masih di anggap sebagai �anak tiri�. Studi islam saat itu tidak mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur�an, melainkan bergerak mengkaji ketepatan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur�an termasuk mengkritisi, mengembangkan, mempertanyakan faliditas, dan memperbarui teori-teori yang di gagas oleh mufassirin. Karena itu, yang di kaji secara akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam memahami islam dengan segala latar belakangnya.[6]
Istilah islamic studyes sendiri secara akademis mulai teristribusi secara meluas melalui penggunaan islam sebagai sebuah spesifikasi utama jurnal profesional dan jurusan dalam lembaga-lembaga akademik. Dalam pandangan faisal ismail, terdapat dua fariasi untuk menempatkan islam dalam hubungannya dalam suatu kajian. Secara organisatotis, disebagian besar universitas, isam kerap menjadi unsur dari studi kawasan (Area Studies) seperti di Departemen Of Middle EasternStudies atau Departemen Of Near Eastern Studies. Meskipun demikian ada juga yang menempatkan islam sebagai kajian dalam satu departemen khusus, yaitu islamic studies.
Terlepas dari tutjuan motifasi yang melatari di lakukannya berbagai pengkajian terhadap beragam aspek masyarakat timur, studi islam hal yang tidak bisa di elakkan telah ikut terdorong menjadi bagian yang perlu di kaji secara ilmiah agar mencapai pemahaman yang relatif falid terhadap kehidupan masyarakat timur.
Studi islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik di dunia islam maupun bukan negara islam. Di dunia islam terdapat pusat-pusat studi islam, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Umur Qura di Arab Saudi. Di teheran didirikan Universitas teheran. Di niversitas ini studi islam di lakukan dalam satu fakultas yang di sebut kulliyat (Fakultas Agama). Di Universitas Damaskus (Syiria), studi islam di tampun dalam Kulliyat asy-syari�ah (Fakultas Syari�ah) yang di dalamnya terdapat program studi usludin, tasyauf dan sejenisnya.[7]
Beberapa pusat perdaban dalam dunia islam dapat disebutkan sebagai berikut :
1.      Mekkah Al-Mukarramah
Mekkah Al-Mukarramah merupakan kota tempat lahirnya agama islam, dimana Nabi Muhammad lahir dan memperoleh wahyu Al-Qur�an di kota mekkah. Mekkah juga merupakan kota budaya islam dimana kota mekkah merupakan kota untuk menuntut ilmu baik pada masa Nabi Muhammad, Khulafaur Rasyadin maupun masa umayyah dan abbasiyah, bahkan hingga sekarang. Di kota ini juga terdapat ka�bah di masjidil haram dan merupakan kiblat umat islam dalam solat. Mekkah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan khususnya menjadi pusat kajian ilmu hadist dan fiqih.[8]
2.      Madinah Al-Munawarah
Madinah menjadi pusat kebudayaan islam setelah nabi muhammad berhijrah dari mekkah ke yatsrib. Setelah nabi hijrah ke yatsrib maka kota tersebut di jadikan pusat jema�ah kaum muslimin. Sebagaimana kota mekkah maka kota madinah juga menjai pusat kajian keilmuan keagamaan islam, khususnya ilmu hadis, ilmu fiqih, dan ilmu tafsir Al-Qur�an.
3.      Baghdad
Baghdad didirikan pada tahun 762 M oleh Khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah (754-755 M). Kota baghdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Masa puncak kemasan kota baghdad terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat, bahkan Khalifah Al-Makmun memiliki perpustakaan yang di penuhi dengan kitab-kitab ilmu pengetahuan. Perpustakaan tersebut bernama Perpustakaan Baitul Hikmah.[9]
Pada masa abbasiyah, di kota baghdad juga berdiri akademi dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang terkenal adalah perguruan An-nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul mulk (5H) dan perguruan Al-mmustanshiriyah yang didirikan oleh khalifah Al-muntashir Billah (abad 7H).
Dari baghdad lahir karya-karya sastra yang indah . diantaranya adalah Alfu Lailah a lailah (1001 malam). Dari kota ini lahir para ilmuan, ulama, filsuf, dan sastrawan terkenal, diantaranya: Al-Khawarizmi (tokoh astronomi dan matematika, penemu ilmu al-jabar), Al-kindi (filsuf arab pertama), Al-farabi (filsuf besar), Ar-razi (filsuf,ahli fisika, dan kedokteran), imam Al-ghazali (ilmuan dan ulama ternama), syaikh Abdul Qadir Al-jaylani ( pendiri tarekat qadariyah), dll.
4.      Kairo (Mesir)
Kota kairo mengalami puncak kejayaan pada masa dinasti fathimiyah, yaitu pada masa pemerintahan shalahuddin Al-Ayyubi, pemerintahan baybars, dan pemerintahan An-Nashir pada masa dinasti mamalik. Periode fathimiyah dimulai dengan Al-Muiz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Al-Aziz. [10]
5.      Damaskus di Syiria
Damaskus pada zaman sebelum islam adalah ibu kota kerajaan romawi timur di syiria. Dikota damaskus banyak didirikan gedung-gedung yang indah, yang bernilai seni di samping kotanya sendiri dibangun sedemikian rupa, teratur dan indahnya dengan jalan-jalan yang lebih merimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi sebagai jalan dan pegairan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Di damaskus terdapat masjid damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan arsiteknya Abu Abuidah bin Jarrah.[11]
6.      Istanbul di Turki
Kota istanbul adalah ibu kota kerajaan turki usmani kota ini awalnya merupakan ibu kota kerajaaan romawi timur dengan nama Konstantinopel. Istanbul merukan pusat peradaban islam pada masa kekuasaan turki usmani yang terpenting. Bukan saja karna keindahan kotanya akan tetapi, juga karena dikota bekas pusat kekuasan romawi timur itu terdapat pusat-pusat kajian keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat islam.[12]

BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Studi Islam adalah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan perkataan lain secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Dalam rangka memahami islam, dapat di lakukan melaui dua metode. Pertama mempelajari teks-teks suci Al-Qur�an yang merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang di kenal dengan islam. Kedua mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dari ide-ide islam, mulai dari permulaan diturunkannya misi islam tersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.
Studi islam secara akademis (islamologi menemukan momentum pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu mulai ditawarkan studi islam di Universitas bergengsi di Amerika Serikat, seperti Harvard University, University Of California Los Angeles (UCLA) dan lainnya. Sekalipun studi agama secara umum masih di anggap sebagai �anak tiri�. Studi islam saat itu tidak mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur�an, melainkan bergerak mengkaji ketepatan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur�an termasuk mengkritisi, mengembangkan, mempertanyakan faliditas, dan memperbarui teori-teori yang di gagas oleh mufassirin. Karena itu, yang di kaji secara akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam memahami islam dengan segala latar belakangnya.

3.2.SARAN
Demikian makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran yang ingin di sampaikan silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah,  khilaf dan lupa.



[1] Muhaimin,dkk, Dimensi-Dimensi studi islam (Surabaya:Abditama,1994), hlm.11.
[2] Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Study Islam diberbagai Negara (Surabaya: Abditama, 2006), hlm.6.
[3] Edi Susanto, DimensiStudy Islam Kontemporer (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm.7-8
[4] Ibid. hlm.10.
[5] Ibid. hlm.11.
[6] Ibid.hlm.13-14.
[7] Atang Abdul Hakim,op.cit, hlm.10.
[8] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: Amzah,2010), hlm.282.
[9] Ibid.hlm.284-285.
[10] Ibid.hlm.286.
[11] Ibid.hlm.287.
[12]Ibid.hlm.290-291.