BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
- Jelaskan pengertian teori kognitif?
- tokoh � tokoh yang berperan dalam teori Belajar kognitif?
- prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
- Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif?
- Bagaimana pengaplikasi teori kognitif dalam proses belajar sebagai upaya meningkatkan prestasi anak didik?
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal dalam mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Secara etimologi istilah �Cognitive� berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat diotak juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif digolongkan ke dalam konstruktivisme, bukan teori nativisme yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan.
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery learning oleh Jeron Bruner, dan reception learning oleh Ausubel.
B. Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar
1. Piaget
Menurut Piaget (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi (penyimpangan).
a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Proses akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
c. Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:
a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian pembuatan yang bermakna.
b. Tahap pra-operassional (2-7 tahun )
Pada tahap ini seeorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
d. Tahap operasional formal (11 tahun keatas )
Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Selain itu pula kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berfikir secara deduktif. Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Piaget juga berpendapat bahwa peerkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui sebuah proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah terdapat struktur kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu keseimbanga, kesesuaian atau ekuilibrium antara apa yang baru dialami(pengalaman barunya) dan apa yang ada pada struktur kognitifnya.jika pengalaman barungan cocok dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan di krangka kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak seimbangan akan terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.
Dengan demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi adalah suatu proses tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri kedalam kerangka kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru yang dialaminya.
Piaget juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan akomodasi di atas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak, intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya kerangka kognitifnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya denngan kerangka kognitifnya (peengalaman logico-mathematics), dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.
Para pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai akibat yang lebih sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkret.
2. Bruner
Bruner mengusulkan teori yang disebut free Discovery learning ( Uno, 2008:12). Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) sebagai contoh-contoh yang mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Iswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu sebenaran umum. Misalnya, untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh itulah, siswa dibimbindg untuk mendefinisikan kata kejujuran.
Lawan pendekatan ini disebut �belajar ekspositori�( belajar dengan cara menjelaskan. Dalam hal ini, siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut melalui contoh-contoh khusus dan konkret.
Menurut pandangan Bruner (Uno, 2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran mengguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan. Menurut Bnuner, perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat li ngkungan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap enaktif
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memaami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b. Tahap ikonik
Tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunkan ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. Dengan demikian, topic pembelahjaran yang bersifat abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
c. Tahap simbolik
Seseorang telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya dalam berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
3. David P. Ausubel
Teori ini disebut juga teori hafalan ( rote learning)sebagaimana pernyataan yang dikutip (Bell, 1978:132) berikut: ��, if the learner�s intention is to memorise it verbatim as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak bermakna sama sekali baginya.�
Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitantara yang satu dan lyang lainya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu megaitkan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu proses pembelajarn yang berrmakna (meaningful learning).
Karenanya Ausubel menyatakan berikut sebgaimana dikutip Orton (1987 : 34). �if I had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: the most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach accordingly.� Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran. Belajar hafalan akan terjadi jika siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama.
Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
� Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
� Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
� Menekankan pada pola pikir peserta didik
� Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
� Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
� Menerapkan reward and punishment
� Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
� Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan � kelebihannya ada pula kelemahan � kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach)
Sejalan dengan upaya menerapkan filsafah teknologi pembelajaran Tut Wuri Hadayani pada semua jenjang pendidikan formal, pendekatan kognitif mulai menjajaki keberadaan pendekatan perilaku sejak pertengahan dekade 80-an.
Pendekatan kognitif itu sendiri berangkat pada teori Gestalt yang memproposisikan bahwa keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagiannya.
Sebagaimana dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Sedangkan Ausubel (1978) memdeskripsikan agar pembelajar dapat mengembangkan situasi belajar , memilih dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi dari umum menuju kerinci dalam satu satuan bahasan yang bermakna.
Dalam pandangan psikologi kognitif, peran guru atau dosen menjadi semakin menentukan apabila variabel perbedaan karakter individu dihargai dalam bentuk penyajian variasi pola struktur kegiatan belajar mengajar.
Masalah yang sering muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif dibidang pembelajaran adalah dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan belajar dan penstrukturan kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan dengan adanya kenyataan empiris tersebut , maka teori dan teorema kognitif yang ada bisa saja digunakan sebagai acuan umum bagi setiap jenis cabang disiplin keilmuan. Namun, kemungkinan dapat terjadi bahwa kefektifan penerapannya pada level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu bidang studi berbeda dengan bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut pandang psikologi kognitif adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomen-dasikan Merril (1983:286), jenjang tersebut bergerakdari tahapan meningkat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru dibidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Gaya Kognitif Dalam Pembelajaran
Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif . Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu.
Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.
Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Sebagai karakteristik perilaku, gaya kognitif berada pada lintas kemampuan dan kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media. Gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan tertentu. Sebagai karakteristik prilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda kecendrungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.
Setiap individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd menyatakan bahwa gaya kognitif adalah langkah individu dalam memproses informasi melalui strategi responsif atas tugas yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat ,mengenal , dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan adapula yang lambat , cara-cara merespons ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal.
Selanjutnya menurut Woolfolk gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan variasi individu dalam hal perhatian, penerimaan informasi, mengingat, dan berpikir yang muncul atau berbeda diantara kognisi dan kepribadian.
Selanjutnya Keefe agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi gaya kognitif. Menurut Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam dua kelompok, yaitu gaya dalam menerima informasi (reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep dan retensi (concept formation and retention style). Keefe juga menambahkan, bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar , dan gaya berlajar berhubungan dengan kemampuan intelektual.
Pengelompokan gaya kognitif tersebut didasarkan atas dimensi gaya kognitif yang dikaji dari beberapa hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif dalam menerima informasi meliputi :
1. Perceptual modality prefrrence, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya. Khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial, pemahaman auditory atau verbal.
2. Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Scanning, yang menggambarkan kecendrungan seseorang dalam menitik beratkan perhatiannya pada suatu informasi.
4. Strong and Weakness Automatization, yang merupakan gambaran kapasitas seseorang untuk menampilkan tugas secara berulang-ulang.
Sedangkan dimensi gaya kognitif yang termasuk dalam pembentukan konsep dan retensi menurut Pettegrew dan Holzman terdiri atas dua gayakognitif, yaitu :
1. Breath Of Categorization, yang berkaitan dengan kesukaan seseorang dalam menyusun kategori konsep secara luas atau sempit.
2. Leveling Sharperning, berkaitan dengan perbedaan seseorang dalam pemprosesan ingatan, yakni antara kesukaan mengingat sesuatu dengan menyamakan pada hal-hal yang telah diingatkannya atau kesukaan mengingat sesuatu dengan membuat ciri yang baru serta mengingatnya dalam ciri baru tersebut.
Berdasarkan pemilahan gaya kognitif sebagaimana diuraikan diatas, dalam konteks penelitian ini yang digunakan sebagai salah satu variabel adalah gaya kognitif perceptual modality preference, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya , khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial. Atau dengan kata lain variabel gaya kognitif yang teliti adalah gaya kognitif meruangkan.
Pijakan teoritis gaya kognitif meruangkan bertolak dari teori hemisfer yang menjelaskan tentang belahan otak manusia yang terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Kedua hemisfer ini mempunyai fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan penyusunan informasi selama proses belajar.
Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan Reigeluth bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif merupakan salah satu karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat, kemampuan berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa , kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.
Resnick and collins mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses kognitif sangat erat hubungannya dengan karakteristik proses kognitif siswa. Dengan demikian , untuk meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum rancangan disusun , hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif tersebut , guru atau perancang pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa. Paling tidak ditemukan empat kelompok gaya kognitif siswa tersebut sebagaimana diuraikan diatas.
Selanjutnya bagaimana peran gaya kognitif dalam proses pembelajaran? Mengacu dari pandangan para pakar tentang dimensi gaya kognitif diatas, menurut Woolfolk bahwa implementasinya dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Gaya kognitif memiliki nilai adaptif yang bervariasi dari budaya dan situasi sosial. Selain gaya kognitif FD dan Fi yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik siswa, gaya kognitif lain yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi gaya kognitif spasial (GR) dan gaya kognitif analitis (GA).Dimensi gaya kognitif GR berkaitan dengan pembentukan imajinasi tentang objek ruang dalam pikiran, sedangkan dimensi gaya kognitif GA berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menganalisis secara kritis dalam memecahkan masalah.
C. Pengaplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Anak Didik
Aplikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
3. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
4. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
5. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
6. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
7. Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
8. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi Teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Oleh karena itu, peran ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Sebaliknya, dengan adanya pengetahuan yang mendalam akan pentingnya teori kognitif serta diterapkan dalam proses belajar anak didik tidak mustahil apabila teori kognitif nantinya dapat meningkatkan prestasi anak didik dalam dunia pendidikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
� Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
� Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
� Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
� Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
� Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah,Enung.2006.Psilogi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV Pustaka Setia.
Hamzah.2010.Perencanaan Pebelajaran.Jakarta:PT Bumi Aksara
Makmun, Abin Syamsuddin.2007.Psikologi Kependidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Renaka Cipta Jarkarta.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Alif.2011.Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.