10 Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016
Dunia Intertainment Indonesia saat ini diramaikan oleh Artis Tertampan dan Terganteng yang tentu saja akan membuat dunia Hiburan Indonesia semakin lebih berwarna.
Hal ini tentu saja tidak membuat dunia hiburan tanah Air tidak di dominasi oleh artis yang itu-itu saja, Tahun ini banyak Artis Indonesia terganteng dan tertampan mulai naik daun, tetapi bukan tidak mungkin artis yang lebih dulu namanya tenar tidak termasuk dalam Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016 ini.
Dengan kelebihan Fisik yang dimiliki oleh para artis indonesia ini tentu saja akan menjadi kelebihan tersendiri, terlebih lagi dalam dunia Keartisan para artis dituntut untuk berpenampilan menarik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini kami akan mengulas tuntas tentang Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016, Tentu saja para artis tampan dan ganteng ini tidak asing lagi bagi kita, Mereka sudah sangat sering wiri wiri dilayar televisi Indonesia.
Langsung saja kita lihat daftar Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016 berikut ini:
1. Imam Hanafi Sumenep Madura
Imam Hanafi Sumenep Madura Artis paling Tampan
Mungkin bagi kalian yang masih asing dengan hanafi sumenep tapi dia adalah artis terganteng tahun ini
Aktor tampan ini merupakan seorang Artis yang berkebangsaan Indonesia namun masih ada juga keturunan Arabnya. Wajah sangat tampan dengan alisnya yang cukup tebal, tak heran memang jika banyak kalangan wanita khususnya para cewek remaja sangat mengidolakan sosok Artis tertampan ini.
Dia kelahiran Tahun 1996, selain sebagai aktor dalam sinetron, aktifitas hanafi sumenep lainnya yang biasa ia lakukan adalah sebagai blogger, penyanyi serta DJ.
2. Ahmad Al Ghazali.
Ahmad Al Ghazali Artis paling Tampan
Ya, Siapa Sih yang tidak kenal dengan sosok Ahmad Al Ghazali ini, kedua orang tuanya adalah musisi beken Di indonesia, Artis tampan dan terganteng 2016 ini merupakan putra dari Ahmad dhani dari hasil perkawinan dengan Mantan Istrinya Maia estianty.
Artis tertampan Di Indonesia ini dikabarkan pernah dekat dengan Artis Cantik dan seksi Indonesia yaitu Ariel Tatum, Selain berprofesi sebagai penyanyi Artis tampan ini juga berprofesi sebagai DJ.
3. Morgan Oey
Morgan Oey Artis paling Tampan
Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016 selanjutnya adalah Morgan Oey, Pemilik nama lengkap Handi Morgan Winata lahir pada 25 Mei 1990, Artis tertampan ini berasal dari daerah Singkawang, Kalimantan Barat. Dia merupakan seorang penyanyi sekaligus aktor.
Pada tahun 2010 lalu Artis terganteng ini tergabung dalam grup band Smash, namun pada akhirnya di tahun 2014 lalu, Artis Indonesia tertampan 2016 ini secara resmi mengundurkan diri dari grup yang telah membesarkan namanya tersebut. Dan kini Dia lebih fokus untuk karirnya sekarang sebagai seorang aktor. Dia sekarang telah banyak membintangi Film di Industri perfileman Indonesia diantarnya adalah Assalamualaikum Beijing, Air Mata Surga
Dreams, Ngenest Movie, dan juga Jilbab Traveler.
4. Raffi Ahmad
Raffi Ahmad Artis paling Tampan
Artis Indonesia tertampan dan terganteng 2016 selanjutnya adalah Raffi Ahmad, Dia merupakan seorang aktor sekaligus presenter beken tanah Air. Pria yang lahir pada 17 Februari 1987 asal Bandung ini, bukan hanya berprofesi sebagai presenter saja Namun Artis tertampan ini sekarang mulai mengasah kemampuannya dalam dunia tarik suara.
Aktor Terganteng ini juga dikenal sebagai orang yang suka Gonta-Ganti Pasangan. Artis ini dikabarkan Pernah menjalin hubungan dari beberapa artis cantik diantaranya Claudia Chintya Bella, Bunga Zainal, Tyas Mirasih, Ratna Galih dan juga janda cantik Yuni Sarah. Namun Pada akhirnya Aktor tampan ini menjatuhkan pilihannya pada sosok Artis cantik indonesia Nagita Slavina sebagai istrinya. Dan menggelar pesta pernikahan keduanya digelar super mewah.
5. Dimas Anggara
Dimas Anggara Artis paling Tampan
Dimas Anggara juga masuk dalam daftar Artis Indonesia tertampan dan terganteng, Dia lahir pada 10 September 1988, Dia merupakan seorang model dan juga aktor beken. Sosok Dimas Anggara mulai dikenal banyak orang di acara serial FTV, Pada saat itu Dimas secara tidak sengaja mendapat tawaran untuk ikut casting di sebuah FTV. Pada saat itu ia mendapat peran di dalam sebuh film FTV berjudul Andai Mati Besok. Dari situlah sosok Artis tampan di indonesia ini mulai dikenal dimana-mana, bahkan tawaran untuk bermain film tidak pernah sepi sekarang ini.
6. Afgan Syahreza
Afgan Syahreza Artis paling Tampan
Artis Indonesia tertampan dan terganteng 2016 lainnya adalah Afgan Syahreza, Dia merupakan seorang Penyanyi yang mulai dikenal banyak orang saat ia menyanyikan lagu hitsnya yaitu "Terima Kasih Cinta" pada tahun 2008.
Pria yang lahir di jakarta pada 27 Mei 1989 yang memiliki lesung pipi ini telah meraih beberapa penghargaan membangakan, salah satunya penghargaan sebagai penyanyi pria solo terbaik di Ajang Anungerah Musik Indonesia pada tahun 2009 lalu.
Kemudian pada tahun 2010, Artis tampan dan ganteng 2016 ini mencoba untuk terjun di dunia akting dan mengawali debutnya dalam film berjudul Cinta 2 Hati.
7. Hengky Kurniawan.
Hengky Kurniawan Artis paling Tampan
Sosok Hengky Kurniawan juga masuk dalam dartar Artis Indonesia tertampan dan terganteng 2016, Artis tampan kelahiran Blitar, 21 Oktober 1982 ini dikabarkan pernah dekat dengan beberapa artis cantik, Seperti kita ketahiu bersama Artis tampan ini pernah memacari beberapa artis cantik indonesia diantaranya adalah Bunga Citra Lestari "BCL", Massayu Anatasia, Kiki Amalia.
Namun pilihannya jatuh pada Artis cantik Christy Jusung yang Ia nikahi pada tahun 2008 lau. Pernikahan tersebut hanya tidak tahan lama 4 tahun kemudian kedua pasangan ini akhirnya memutuskan untuk bercerai.
8. Dude Harlino
Dude Harlino Artis paling Tampan
Aktor tampan dan terganteng 2016 selanjutnya adalah Dude Harlino, Pria yang lahir pada 2 Desember 1980 ini merupakan artis yang sangat berprestasi yang telah meraih begitu banyak penghargaan.
Artis tampan ini Pernah mendapat 4 kali penghargaan sebagai aktor terfavorit di ajang Awards Panasonic. Artis terganteng di indonesia 2016 ini dikenal sebagai sosok yang baik dan taat beribadah, dan inilah yang membuat Artis cantik Alyssa Soebandono tidak menolak lamarannya saat mau dipinang, dan sekarang rumah tangga Harlino dan Alyssa berjalan mulus tanpa gosip apapun.
9. Reza Rahardian
Reza Rahardian Artis paling Tampan
Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016 selanjutnya adalah Reza Rahardian. Sosok Artis tampan ini memang sering sekali menghiasi layar kaca tanah air.
Wajah tampannya memang membuat para wanita tergila-gila dengan sosoknya, Artis tampan yang biasa tampal dengan brewok ini memang begitu mengagumkan para kaum hawa,
Beberapa Film layar lebar pernah dibintangi oleh Artis tampan dan terganteng 2016 ini, hal ini membuktikan sosok Reza Rahardian tidak hanya memilili wajah yang tampan saja, Namun Aktor tampan ini juga mempunyai prestasi yang laur biasa di dunia Hiburan tanah air, Dia sudah banyak meraih penghargaan membanggakan di perfileman Indonesia. Artis terganteng di indonesia ini lahir di jakarta pada 5 Maret tahun 1979.
10. Adipati Dolken.
Adipati Dolken Artis paling Tampan
Artis Indonesia Terganteng dan Tertampan 2016 yang terakhir adalah Adipati Dolken, Selain menjadi seorang aktor terbaik di indonesia, Artis tampan ini juga sering membintangi iklan.
Artis Indonesia tertampan dan terganteng 2016 ini lahir pada 19 Agustus 1991, Dia mulai dikenal publik saat bermain dalam senetron kepompong, pada saat itu senetron tersebut tayang di salah satu stasiaun televis indonesia yaitu SCTV.
Artis tertampan 2016 ini juga pernah menyabet penghargaan membanggakan yaitu penghargaan Asia New Star Model Award yang pada saat itu diselenggarakan di Soul, korea selatan, dan tentu saja prestas ini cukup membangakan.
sesunggyhnya
artis ganteng indonesia artis ganteng indonesia 2016 artis ganteng indonesia yang belum menikah artis ganteng indonesia bertubuh pendek artis ganteng indonesia yang meninggal artis ganteng indonesia yang masih jomblo artis ganteng indonesia yang beragama islam artis ganteng indonesia terbaru artis ganteng indonesia yang tidak terkenal artis ganteng indonesia beragama islam artis ganteng indonesia tahun 90an
Kegantengan adalah suatu hal yang didambakan setiap laki-laki. Pada saat itu diperuntukkan bagi para laki-laki dan anak - anak. Semenjak usia dini, laki-laki diajarkan untuk menganggap penampilan fisiknya sebagai salah satu faktor penting dalam menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri. Pada masa kini juga, biasanya laki-laki akan mendapatkan pujian lebih karena karakter feminimnya, seperti ganteng, halus tutur katanya, sopan, manis dan manja. Karena itu, bagi laki-laki penampilan menjadi sesuatu yang penting.
Begitu banyak citra tentang kegantengan dan standar feminitas yang disebarkan oleh media dipandang tidak realistis oleh sejumlah penulis laki-laki dan feminis. media dinilai berpotensi merintangi pemahaman kita tentang diri kita sendiri sebagai laki-laki dan pria paling tidak dalam tiga cara. Pertama, media mengabadikan ideal - ideal tak realistis tentang keharusan dari masing - masing gender, mengisyaratkan bahwa orang - orang yang normal itu tidak memadai berdasarkan perbandingan dengan yang lain. Secara simultan, oleh ideal - ideal budaya yang dipromosikan oleh media itu sulit dipenuhi, ia membatasi pandangan kita tentang kemampuan dan peluang masing - masing gender, sehingga bisa menciutkan hati kita dari usaha memasuki wilayah - wilayah di luar apa yang media definisikan untuk jenis kelamin kita. kedua, media
artis tampan asli indonesia artis artis ganteng indonesia anak artis ganteng indonesia foto artis artis ganteng indonesia foto anak artis ganteng indonesia artis artis muda ganteng indonesia artis artis ganteng di indonesia artis indonesia ganteng banget artis ganteng baru indonesia artis ganteng indonesia pendatang baru artis ganteng indonesia yang beragama kristen biodata artis ganteng indonesia cowok ganteng indonesia bukan artis www artis ganteng indonesia com artis ganteng dan cantik indonesia www.foto artis ganteng indonesia.com artis cilik ganteng indonesia artis cowok2 ganteng indonesia artis cowok paling ganteng indonesia artis remaja cowok ganteng indonesia artis cowok indonesia paling ganteng artis muda cowok ganteng indonesia foto cowok artis ganteng indonesia artis ganteng di indonesia artis ganteng di indonesia 2014 artis ganteng di indonesia 2013 artis ganteng di indonesia 2015 artis indonesia ganteng dan sixpack artis ganteng dari indonesia artis tampan di indonesia 2014 artis tampan di indonesia 2013 artis tampan d indonesia artis tampan di indonesia 2015 artis ganteng ftv indonesia foto artis ganteng indonesia foto2 artis ganteng indonesia fto artis ganteng indonesia foto artis ganteng indonesia 2014 kumpulan foto artis ganteng indonesia foto hot artis ganteng indonesia foto artis ganteng di indonesia artis ganteng indonesia hot instagram artis ganteng indonesia artis paling ganteng di indonesia saat ini
mempatologisasikan tubuh pria, dan khususnya laki-laki, mendorong kita untuk menilai fungsi dan kualitas fisik yang normal sebagai tak normal dan membutuhkan ukuran -ukuran yang harus diperbaiki. Ketiga, media memberi andil secara signifikan untuk menormalisasikan kekerasan atau menjadikan kekerasan atas laki-laki sebagai hal yang lumrah, memungkinkan bagi pria untuk mempercayai bahwa mereka diberi cap melecehkan atau mendorong laki-laki terlibat seks dan bagi laki-laki untuk menilai pelecehan itu bisa diterima. Ibrahim (Shandy Mahendra Setyawan, 2011).
Pemahaman sebagian masyarakat yang menganggap bahwa ganteng itu putih sangat dipengaruhi oleh kekuatan ―media‖ dalam mengkonstruksi kegantengan. Terkonstruk secara sosial pula, bahwa ganteng itu adalah Putih, secara tidak langsung telah menimbulkan kegelisahan pada sebagaian besar laki-laki. Khususnya mereka yang tak berkulit putih. Bagaimana tidak, kegantengan yang di blow up oleh ―media‖, selalu menampilkan sosok laki-laki-laki-laki yang berkulit putih dan bertubuh langsing, selain itu juga, terdapat konteks kegantengan yang mendunia bahwa ganteng itu, berkulit putih, tinggi dan berambut lurus. Belum lagi dengan begitu meraknya konteks kegantengan di indonesia yang kemudian dijuari oleh laki-laki yang memiliki kriteria seperti yang disebut diatas. kegantengan yang mengusung tema whitening, yang semakin menguatkan anggapan mereka bahwa laki-laki yang ganteng adalah yang berkulit putih.
Dilema yang dihadapi laki-laki antara desakan untuk selalu terlihat ganteng dan untuk tidak dijadikan objek kriteria ―kegantengan komersil‖ yang dipasarkan oleh industri kegantengan dan kosmetik lewat media. Mereka mencoba menjelaskan ―dilema kegantengan‖ yang dihadapi laki-laki, khususnya kaum feminis, dan bagaimana dilema itu dieksploitasi oleh industri kegantengan untuk mengembalikan feminisme ke tujuan komersial mereka. Penulis ini memandang bahwa objektifikasi seksual atas laki-laki dan definisi budaya tentang femininitas sebagai jenis tertentu dari kegantengan feminin yang dikomersialkan adalah karena tekanan masyarakat pada laki-laki agar tampak ganteng. Menurut feminis radikal, tekanan – tekanan sosial pada laki-laki untuk terlihat ganteng adalah contoh perlakuan masyarakat patriarkis atas laki-laki sebagai barang bergerak
(chattel)- harta milik untuk dipajang dan dieksploitasi. Ibrahim (Shandy Mahendra Setyawan, 2011), mengkonstruksi realitas dengan maksud mempengaruhi persepsi orang /masyarakat telah membawa pada berbagai macam perubahan nilai sosial dan budaya. Standar mengenai kegantengan laki-laki merupakan bagian dari niai-nilai ideal yang telah berhasil dirubah oleh ―Media‖ dan telah menjadi suatu sistem yang seragam secara keseluruhan dalam hidup bermasyarakat. .
Beberapa pihak mengatakan bahwa kegantengan itu relatif bagi tiap orang tapi nyatanya secara sadar atau tidak sadar ada banyak kekuatan, seperti ―Media‖( lingkungan sosial ), pemerintah, produsen alat-alat kegantengan(industry kegantengan), organisasi laki-laki, dan berbagai
kontes kegantengan, yang mencoba memberikan definisi dan pola pikir tentang apa yang disebut (laki-laki) ganteng itu. Ayu Utami dalam Parasit Lajang menegaskan putih per definisi adalah ganteng. Definisi ganteng memang cenderung diasosiasikan dengan putih. Hampir tidak pernah laki-laki berkulit cokelat dibilang ganteng. Alih-alih ganteng adalah manis, menarik, eksotik dan lain-lain. Saya jadi teringat dengan parodi Srimulat, mereka selalu mengidentifikasikan ganteng dengan laki-laki berkulit putih, begitu putihnya sehingga kalau minum kopi, hitam kopi tampak mengaliri leher. Namun parodi juga menyiratkan nilai serius. Kriteria putih sebagai kegantengan yang ideal memang berlaku sungguhan.
Pertarungan Sosial Proses penerimaan wacana dominan secara sukarela ini disebut dengan hegemoni, yang dijalankan oleh kelompok tertentu untuk memenangi pertarungan sosial demi mencapai kepentingan tertentu. Menurut Gramsci, hegemoni bekerja melalui konsensus, berbeda dari indoktrinasi atau manipulasi, salah satu kekuatan hegemoni adalah menciptakan wacana dominan tertentu melalui penciptaan kesadaran palsu.
Persepsi yang mendasarkan kegantengan pada aspek lahiriah harus segera didekonstruksi. Karena jika tidak, persepsi seperti itu akan mengakibatkan diskriminasi yang kian tajam dan bisa menumbuhkan sikap rasisme.Warna kulit, bentuk hidung, bentuk rambut, dan aspek-aspek lahiriah lainnya adalah sesuatu yang terbentuk secara alamiah.
Tidak fair manakala kegantengan hanya diukur dari aspek lahiriah semata, karena secara fisik, antara manusia satu dengan yang lain itu berbeda.
Oleh karena itu, makna kegantengan sekarang ini harus mulai diarahkan pada aspek ruhaniah seseorang (inner beauty). Kegantengan yang sesungguhnya harus bisa memberikan energi positif bagi sekitarnya, sehingga kriteria kegantengan akan berubah dari yang berkulit putih dan bertubuh langsing menjadi seseorang yang memiliki kemampuan dan prestasi tinggi, yang dapat memberikan maanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, memiliki perilaku yang baik, mau menolong terhadap sesama dan lain sebagainya. Kemudian, inner beauty itu dengan sendirinya akan terpancar dari seorang laki-laki yang dalam tingkah laku sehari-harinya mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya.
Karena makna kegantengan yang hadir saat ini merupakan konstruksi sosial, yang tidak lagi memaknai ganteng sebagaimana ganteng, tapi ganteng hari ini menjadi sebuah kebutuhan, dimana kebutuhan akan pengakuan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri (―bahwa laki-laki itu ganteng‖).
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Makna Ganteng di Kalangan
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pada pemaparan latar belakang masalah di atas,
maka penulis mengidentifikasikan masalah yang dijadikan sarana
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Makna Ganteng di kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik?
2. Faktor-faktor apa saja, yang mempengaruhi Makna Ganteng?
3. Apa implikasi sosial kegantengan seorang laki-laki bagi
mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Untuk menggambarkan bagaimana makna ganteng di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
b. Untuk menggambarkan faktor-faktor apa saja, yang kemudian mempengaruhi makna ganteng.
c. Untuk mengetahui sejauh mana implikasi sosial kegantengan seorang laki-laki bagi mahasiswa.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian
ini adalah:
a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian akademis dalam ilmu sosial terutama di bidang Sosiologi.
b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelasaikan studi pada tingkat srata satu(S1) pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin.
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI
1. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
kumpulan artis ganteng indonesia koleksi foto artis ganteng indonesia kumpulan nama artis ganteng indonesia artis indonesia paling ganteng dan keren 5 wajah polos artis ganteng indonesia waktu kecil kumpulan artis ganteng di indonesia artis indonesia yang ganteng dan keren artis lelaki indonesia paling ganteng artis lelaki indonesia yang ganteng list artis ganteng indonesia artis lelaki ganteng indonesia artis ganteng indonesia muda artis tampan muda indonesia artis ganteng indonesia yang sudah meninggal artis ganteng indonesia yang sudah menikah artis tampan indonesia yang meninggal foto artis ganteng muda indonesia artis tampan indonesia sepanjang masa artis muda ganteng indonesia 2015 artis muda paling ganteng indonesia nama artis ganteng indonesia nama twitter artis ganteng indonesia nama artis cowok ganteng indonesia nama dan foto artis ganteng indonesia nama artis remaja ganteng indonesia artis ganteng indonesia remaja artis tampan remaja indonesia foto artis ganteng remaja indonesia artis remaja ganteng indonesia 2014 artis remaja paling ganteng indonesia artis remaja indonesia yg ganteng artis remaja indonesia paling ganteng 2014 daftar artis remaja ganteng indonesia 10 artis remaja ganteng indonesia artis ganteng se indonesia artis indonesia ganteng sixpack artis paling ganteng se indonesia artis terganteng se indonesia artis indonesia ganteng ganteng serigala artis indonesia sok ganteng artis cowok paling ganteng se indonesia artis ganteng indonesia terpopuler artis indonesia ganteng tapi tidak terkenal
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.
1. Definisi Ganteng
Kata ―ganteng‖ berasal dari bahasa latin, bellus. Sedangkan menurut kamus lengkap bahasa Indonesia edisi keempat (2008), ganteng mempunyai arti, indah, jelita, elok dan molek. Kemudian dalam penerapannya, pemaknaan seseorang terhadap kegantengan itu berbeda dan bahkan selalu berubah dari waktu ke waktu. Konsep kegantengan seseorang di daerah tertentu boleh jadi berbeda dari konsep kegantengan seseorang di daerah lain.
Dalam Islam, pengertian ganteng adalah Kegantengan hakiki dan ideal adalah kegantengan yang bersumber pada dimensi ilahiah (hati) .Bagi muslimah dan mukminah sejati keinginan untuk menjadi ganteng bak bidadari syurga merupakan dambaan dan keinginan yang terperi.
Dambaan untuk menjadi laki-laki ganteng nan anggun yang ianya menjadi incaran dan simpanan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan bertakwa
Ada kegantengan luar (outer beauty) yang menyangkut fisik, seperti kulit, wajah, dan bentuk; tetapi yang lebih penting lagi adalah kegantengan dalam (inner beauty) yang berhubungan dengan seluruh kepribadian dan dimensi psikis-rohani dan lebih abadi sifatnya.
Kendati begitu, baik kegantengan luar (outer beauty) maupun kegantengan dalam (inner beauty) memiliki nilainya sendiri dan tidak perlu diabaikan, karena keseluruhan kegantengan laki-laki terletak pada sifatnya yang tidak terduga. Laki-laki adalah makhluk yang kaya akan dimensi. Karena itu laki-laki sudah sewajarnya merawat dan memperhatikan tubuhnya, memiliki kosmetik atau melakukan perawatan kegantengan sekedarnya agar dapat muncul semua kepribadian dan kegantengan dalamnya. Kegantengan luar memang lebih langsung menonjol dan tampak, misalnya pada wajah, paras, bentuk, dan kulit. Karenanya, kulit, terutama kulit wajah banyak yang memperlakukannya bagaikan sebuah tanaman: perlu dipelihara, disiram, diberi pupuk supaya subur, dengan cara memakai kosmetik atau pergi ke klinik bedah kosmetik. Banyak laki-laki mengusahakan kegantengan dirinya dengan tidak sewajarnya melalui berbagai cara, bahkan pergi ke paranormal, orang pintar, dukun, dan sebagainya untuk pemasangan susuk agar dirinya terlihat ganteng dan suaminya tidak pernah meninggalkannya. Tetapi darimanakah asal usul
sebab musababnya seseorang itu ganteng, ganteng sejak lahirnya, ganteng meski dibungkus oleh pakaian yang butut atau tidak terhias aksesoris perhiasan. Tidak hanya ganteng, mungkin juga disertai kepintaran dan berada dalam keluarga yang kaya. Sedangkan sebaliknya, ada mereka yang miskin, tidak ganteng, atau tidak cerdas. Atau ada yang ganteng, cerdas, tetapi miskin; dan kaya, bodoh, tetapi ganteng. Kegantengan tidaklah cukup hanya diukur dari aspek lahiriah (fisik) seseorang saja. Akan tetapi, kegantengan yang sesungguhnya terletak pada kepribadian seseorang yang terwujud dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari. Yaitu kegantengan yang lahir dari dalam diri seseorang (inner beauty). Maka filsuf Yunani Plato mengungkapkan bahwa kegantengan tidak pernah menempel pada sesuatu yang berdaging; karena itu sia-sialah semua upaya manusia untuk mempertahankan kegantengannya. Kegantengan Platonik yang memuja keabadian ini mengingatkan bahwa kegantengan adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat bentuknya dari wajah, kaki, tangan, tubuh, dan dari segala sesuatu yang berdaging.
Dulu, pada zaman kekaisaran Romawi, laki-laki ganteng adalah laki-laki yang bertubuh gemuk, laki-laki yang subur, sehingga tak heran jika Julius Caesar jatuh cinta pada Cleopatra, yang menurut sejarah adalah laki-laki yang betubuh subur. Definisi ganteng dan mitos bagi laki-laki memang berubah-ubah dari masa ke masa. Sejarah manusia mencatat, definisi ganteng terus-menerus berubah. Di Eropa pada abad pertengahan kegantengan laki-laki berkait erat dengan fertilitasnya, dengan
artis indonesia terganteng artis tua ganteng indonesia artis indonesia terganteng 2014 twitter artis ganteng indonesia artis paling ganteng di indonesia tahun 2015 artis paling ganteng di indonesia tahun 2014 urutan artis ganteng indonesia urutan artis ganteng di indonesia www.artis ganteng indonesia wajah ganteng artis indonesia 5 wajah polos artis ganteng indonesia artis tampan indonesia yang gay 10 artis ganteng indonesia 10 artis ganteng indonesia 2013 10 artis ganteng indonesia 2014 100 artis ganteng indonesia top 10 artis ganteng indonesia 10 artis ganteng di indonesia 10 artis muda ganteng indonesia 10 artis pria ganteng indonesia 10 artis ganteng di indonesia 2014 artis ganteng indonesia 2014 artis ganteng indonesia 2013 artis ganteng indonesia 2015 artis ganteng indonesia 2012 artis tampan indonesia 2014 artis tampan indonesia 2015 artis tampan indonesia 2013 artis paling ganteng indonesia 2013 7 artis ganteng indonesia 7 artis ganteng di indonesia
kemampuan reproduksinya. Pada abad ke-15 sampai ke-17, laki-laki ganteng dan seksi adalah mereka yang punya perut dan panggul yang besar serta dada yang montok, yakni bagian tubuh yang berkait dengan fungsi reproduksi. Pada awal abad ke-19 kegantengan didefinisikan dengan wajah dan bahu yang bundar serta tubuh montok. Sementara itu, memasuki abad ke-20 kegantengan identik dengan laki-laki dengan bokong dan paha besar. Di Afrika dan India umumnya laki-laki dianggap ganteng jika ia bertubuh montok, terutama ketika ia telah menikah, sebab kemontokannya menjadi lambang kemakmuran hidupnya. Tahun 1965 model Inggris, Twiggy, yang kurus kerempeng menghentak dunia dengan tubuhnya yang tipis dan ringkih. Ia lalu digandrungi hampir seluruh laki-laki seantero jagat dan menjadi ikon bagi representasi laki-laki modern saat itu. Menurut feminis Naomi Wolf, apa yang dilakukan dunia mode lewat Twiggy saat itu merupakan upaya dekonstruksi citra montok dan sintal sebelumnya. Twiggy yang kerempeng adalah representasi gerakan pembebasan laki-laki dari mitos kegantengan yang sebelumnya dikaitkan dengan fungsi reproduktif. Namun, seperti yang dikatakan Richard Dunphy, dosen politik seksual di Inggris, pada kenyataannya kita telah terperangkap di dalam berbagai citra dan mitos itu.Pada masa berikutnya, pemaknaan ganteng mulai bergeser. Ganteng itu kemudian dimaknai sebagai laki-laki yang memiliki tubuh langsing dan berkulit putih. Sepanjang peradaban manusia, apa yang disebut ganteng selalu berubah menurut apa yang dikonstruksikan oleh masyarakat itu. Pandangan
tentang ganteng berubah bersama perkembangan teknologi. Di Barat, semenjak Revolusi Industri terjadi perubahan konsep kegantengan. Dimulainya era industrialisasi membuat banyak laki-laki bekerja di luar rumah dan independen secara material.
Keadaan ini, seperti yang diungkapkan Naomi Wolf, aktivis gerakan laki-laki dalam bukunya The Beauty Myth, mendorong laki-laki membelanjakan uangnya, menjadi konsumen demi kegantengan yang sejalan dengan penciptaan mitos ganteng secara massal oleh kaum industri kapitalis; seperti misalnya: tubuh yang ramping cenderung kurus, muka ganteng, bersih, dan kulit kencang.
Karena mitos dan kriteria ganteng itu, banyak laki-laki tergoda terhadap tawaran paket memperganteng diri yang kini banyak bertebaran. Mulai dari melangsingkan tubuh, memutihkan kulit, mentato alis mata, membentuk bokong atau payudara, membuat lesung pipit, sampai mendandani "organ paling intim". Paha, pinggul, lengan, dan perut adalah tidak bagus kalau terlihat gemuk sehingga ada paket sedot lemak untuk merampingkannya. Tampaknya di mata bengkel kegantengan, selalu ada saja bagian tubuh yang dianggap tidak indah, dari ujung rambut hingga ujung kaki sampai bagian terdalam.
Umumnya laki-laki menghadapi kontradiksi yang hebat di dalam dirinya sendiri dalam mengadopsi sifat-sifat feminin yang diajarkan oleh keluarga berdasarkan tradisi turun-temurun. Tak semua merasa senang
harus menjadi seorang laki-laki. Dari pribadi yang bebas dan spontan berbuat apa saja di masa kecil dan remajanya, kini ia harus menekan kemauan dan perasaannya agar tidak berkarakter keras dan garang seperti lelaki. Kegalauan hati Simone dicurahkan dalam kalimat ―bukan dengan meningkatkan nilainya sebagai manusia bahwasanya laki-laki dihargai oleh kaum lelaki; namun dengan membentuk dirinya sesuai dengan mimpi-mimpi mereka‖. Di dalam buku itu Simone lalu mengeluh,
―seseorang tidak dilahirkan sebagai laki-laki, tetapi menjadi seorang laki-laki‖. Dalam hal ini Naomi Wolf benar, ia mengatakan di dalam bukunya, The Beauty Myth, kegantengan adalah tempat yang tepat untuk memelihara dominasi pandangan patriarkis. Sementara tidak ada tuntutan demikian bagi kaum lelaki.
Citra kegantengan dikonstruksikan oleh kaum industri kapitalis kegantengan seperti yang ditawarkan iklan dalam media massa. Padahal menurut Wendy Chapkins dalam Beauty Secrets, Women and the Politics of Appearance (1986), kegantengan seperti yang ditawarkan itu akan mengubah bentuk wajah dan tubuh seseorang menjadi apa yang ingin dicitrakan suatu merk kosmetika atau suatu program kegantengan.
2. Kegantengan Laki-laki
Kegantengan ibarat sebuah mitos dan legenda. Berbagai kisah tentang laki-laki yang ganteng dan feminim banyak di abadikan dalam berbagai bentuk di sekitar kita. Kisah-kisah di dalam novel percintaan dan film romantis selalu di ikuti oleh dengan sosok para pemainnya yang digambarkan sebagai sosok yang memiliki penampilan menawan. Sebenarnya, tidak ada definisi baku mengenai arti dari kegantengan laki-laki, oleh karena itu seperti di sebutkan diatas kegantengan ibarat sebuah mitos dan legenda berarti tidak ada definisi pasti mengenai makna kata ganteng dan kegantengan.
Kisah mengenai Ken Dedes dan Ken Arok mungkin dapat menggambarkan bagaimana sosok kegantengan itu. Kisah Ken Arok yang begitu menginginkan Ken Dedes sampai merebutnya secara paksa dari suami (sampai membunuhnya) adalah gambaran bahwa kegantengan adalah idaman dan harapan bagi seorang pria. Miranti (2005:164) mengutip dan mengemukakan dari mana ide kegantengan berasal. Banyak kritik feminis menyatakan bahwa ide kegantengan berasal dari dominasi pria. Prialah yang menginginkan kriteria kegantengan dan membuatnya dijadikan sebagai sebuah pedoman laki-laki.
Wacana kegantengan dan feminitas laki-laki tidak dapat di lepaskan dari konstruksi budaya patriarki yang memberikan kuasa pada laki-laki untuk memberikan pengakuan atas feminitas laki-laki di satu sisi, dan laki-laki untuk selalu mencari pengakuan atas feminitasnya
dari pihak laki-laki (Winarni,2009). John Stuart Mill (dalam Ollenburger,2002) melacak penyebab-penyebab penindasan laki-laki pada sikap kebiasaan sikap pria secara individual. Disni fokusnya adalah para laki-laki penindas-pendidikan moral mereka yang tidak benar membuat mereka menggembangkan nafsu-nafsu mementingkan diri untuk berkuasa. Dari keterangan Mill tersebut terlihat bahwa laki-laki dengan kuasa dan nafsunya yang menentukan sebuah standar ideal untuk laki-laki
Laki-laki sebagai pihak yang dianggap memiliki kuasa dimasa lampau telah menyeleksi beberapa simbol sebagai suatu dasar penting untuk membanguun citra diri (self- image) . sebuah contoh mengetahui nilai simbolis adalah tingkat penampilan visual tubuh tertentu yang dihargai. Ini bisa mencakup pakaian, pewarna badan (termaksud pemakaian kosmetik), atau bahkan ukuran dan bentuk tubuh (Ollenburger,2002) simbol-simbol hasil seleksi kaum inilah yang menjadi ukuran ideal mengenai kegantengan bagi laki-laki.
Di berbagai belahan dunia terdapat kriteria yang berbeda-beda mengenai kegantengan. Kriteria-kriteria tersebut muncul dari keinginan pria terhadap hal-hal yang membuat mereka tertarik kepada seorang laki-laki. Misalnya laki-laki yang ganteng di Jepang adalah seorang laki-laki yang memiliki kulit halus dan rambut panjang, di Burma dan Thailand laki-laki ganteng adalah mereka yang memiliki leher yang panjang dan di Iran laki-laki ganteng adalah mereka yang memiliki hidung mancung dan mungil, serta di beberapa negara lain termasuk Indonesia salah satu kriteria ganteng adalah
memiliki tubuh yang langsing. Walaupun di berbagai belahan dunia memiliki kriteria masing-masing soal kegantengan, tetapi terdapat beberapa kesamaan soal kegantengan di berbagai negara yaitu bibir penuh , kulit putih bersih dan halus, mata jernih, rambut berkilau, tubuh yang langsing, dan kulit kencang.
Bagaimana laki-laki menilai tubuhnya akan sangat berkaitan dengan bagaimana lingkungan sosial dan budaya di luar dirinya menilai tubuh laki-laki. Artinya kalangan laki-lakin akan selalu berusaha untuk menyesuaikan bentuk tubuh mereka dengan kata sosial dan budaya Masyarakat tentang konsep kegantengan. Namun kini media massa yang merambah berbagai budaya telah banyak mengubah citra kegantengan laki-laki dalam budaya-budaya tersebut. Salah satu ciri kegantengan modern adalah tubuh yang ramping (Mulyana,2005).
Mitos kegantengan yang mengganggapi kaum laki-laki akhirnya berujung pada banyaknya konsepsi yang di bangun secara sosial berkaitan dengan makna ganteng yang kecenderungan definisinya, adalah banyak berangkat dari analisis secara fisik semata.
Tubuh laki-laki yang ganteng, selain dikarenakan oleh kegantengan wajahnya, juga adalah identik dengan kulit putih, mulus serta kencang, bentuk tubuh lekukannya menunjukkan kemontokan organ-organ tertentu (terutama dada dan pinggul) yang sempurna, bibir yang sensual, serta deskripsi lainnya, yang secara prinsip terkait dengan semua organ tubuh
laki-laki, mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.(Kasiyan, 2008).
Dalam konsep Hierarki kebutuhan yang dipopulerkan oleh Abraham Maslow, kegantengan merupakan hal yang bisa membinggungkan untuk di kita pahami. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
Pada empat tingkatan kebutuhan manusia banyak orang memperkirakan kegantengan masuk dalam tingkatan ke-empat yaitu Self Eksteem atau kebutuhan akan penghargaan. Penjabaran dari kebutuhan ini biasanya disebutkan seperti pujian, apresiasi dari orang lain, rasa kagum, rasa hormat dan lain-lain terhadap diri kita. Untuk waktu tentunya terhadap kegantengan yang dimilikinya.
Penulis melihat bahwa makna kegantengan terus berubah dari wwaktu ke waktu tergantung dari lingkungan sosial dan budaya yang melatar belakangi. Pada awalnya konsep kegantengan merupakan ukuran yang dibuat oleh laki-laki karena kuasa yang mereka miliki sehingga banyak laki-laki beusaha tampil ganteng sesuai dengan ukuran-ukuran tersebut agar dapat diakui oleh laki-laki. Kemudian konsep kegantengan itu
mulai bergeser sesuai dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda
di tiap belahan dunia.
3. Teori Fenomenologi
Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru
menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimana kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk.
Ritzer menggambarkan secara detail tentang hal tersebut dalam karyanya Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (2009) menuliskan bahwa Alfred Scuhtz sebagai salah satu seorang tokoh ini bertolak dari pandangan weber pula, dimana yang terakhir ini berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Pemahaman secara subjektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukkan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan bereaksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor.
Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subyektivitas yang disebutnya: antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersusubyektivitas yang
memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi. Konsep intersubyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling menginterprestasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara individual. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu maupun antar kelompok ini diperlukan untuk terciptannya kerja sama dihampir semua organisasi sosial. Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar kelompok.
Ada 4(empat) unsur pokok dalam teori ini.
1) Perhatian terhadap aktor.
Persoalan dasarnya di sini menyangkut persoalan metodologi. Bagaimana caranya untuk mendapatkan data tentang tindakan sosial itu subyektif mungkin. Dalam penyelidikan ilmu alam, realitas beserta hukum-hukum yang menguasainya didekat melalui metode ilmiah yang meliputi pengamatan sistematis yang dikendalikan oleh aturan yang ketat baik prosedur maupun tekniknya untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh.
Penggunaan metode ini dimaksudkan pula untuk mengurangi pengaruh subyektivitas yang menjadi sumber penyimpangan, bias dan ketidaktepatan informasi. Menurut pandangan ahli ilmu alam hal seperti itu tidak muungkin dilakukan terhadap obyek studi sosiologi.
Tetapi pendekatan obyektif demikian dalam sosiologi sebenarnya sudah mulai oleh Durkheim, dengan menyatakan fakta sosial sebgai barang sesuatu yang nyata. Secara ekstrim pendekatan ini mendesak kepada para sosiolog untuk mengumpulan data secara obyektif tenatang fakta sosial dengan mengurangi peranan kesan-kesan dan ide si peneliti sendiri tentang kenyataan sosial. Namun pendekatan obyektif seperti yang diterapkan dalam ilmu alam itu justru tidak akan mampu mengungkapan kenyataan sosial secara sasaran penyelidikan sosiologi itu bukan hanya sekedar obyek dalam dunia nyata yang diamati. Tetapi manusia itu sekaligus merupakan pencipta dari dunianya sendiri. Lebih dari itu, tingkahlakunya yang tampak secara obyektif dalam artian yang nyata itu sebenarnya merupakan sebagian saja dari keseluruhan tingkatlakunya. Ia menginterprestasikan tingkah lakunya sendiri.
Karena itu adalah suatu pendirian yang naif kalau ada orang yang beranggapan bahwa seseorang akan dapat memahami kesluruhan tingkah laku manusia, hanya dengan mengarahkan perhatian kepada tingkah laku yang nampak atau yang muncul secara konkrit
saja. Tantangan bagi ilmuwan sosial adalah untuk memahami makna tindakan aktor yang ditujukannya juga kepada dirinya. Bila pengamat menerapkan ukuran-ukurannya sendiri atau teori-teori tentang makna tindakan, dia tidak akan pernah menemukan bagaimana realita sosial itu diciptakan dan bagaimana tindakan berikutnya akan dilakukan dalam kontek pengertian mereka.
2) Memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude). Alasannya adalah bahwa tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati. Karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala yang penting dari tindakan manusia sehari-hari dan terhadap sikap-sikap yang wajar.
Teori ini jelas bukan bermaksud mempelajari fakta sosial secara langsung. Tetapi proses terbentuk fakta sosial itulah yang menjadi pusat perhatiannya. Bedanya dengan paradigma fakta sosial adalah bahwa sementara paradigma fakta sosial mempelajari fakta sosial sebagai pemaksa terhadap tindakan individu, maka fenomenologi mempelajari bagaimana individu ikut serat dalam proses pembentukan dan pemeliharaan fakta sosial yang memaksa mereka itu.
3) Memusatkan perhatian kepada masalah mikro. Maksudnya mempelajari proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan
sosial pada tingkat interaksi tatap muka untuk memahaminya dalam
hubungannya dengan situasi tertentu.
4) Memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan. Berusaha memahami bagaimana keteraturan dalam masyarakat diciptakan dan dipelihara dalam pergaulan sehari-hari. Norma-norma dan aturan-aturan yang mengendalikan tindakan manusia dan yang memantapkan struktur sosial dinilian sebagai hasil
interprestasi si aktor terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya. Manusia bukanlah wadah yang pasif sebagai tempat menyimpan dan mengawetkan norma-norma.
4. Teori Konstruksi Sosial
Peter L. Berger dan Thomas Luckman dalam Burhan (2007),
menjelaskan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat. Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckman adalah proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi-sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini ialah masyarakat transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, di mana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian, teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman tidak memasukkan media massa sebagai
variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.
Pada kenyatannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu yang lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkis-vertikal, di mana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan ke bawahannya, pimpinan kepada massanya, kyai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, dan sebagainya.
Ketika masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman ini memiliki kemandulan dan ketajaman atau dengan kata lain mampu menjawab perubahan zaman, karena masyarakat transisi-modern di Amerika Serikat telah habis dan berubah menjadi masyarakat modern dan postmodern, dengan demikian hubungan-hubungan sosial antarindividu dengan kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan anggota keluarganya menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial primer dan semi-sekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan postmodern. Maka, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman menjadi tidak bermakna lagi.
Di dalam buku yang berjudul, Konstruksi Sosial Media Massa; Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas
Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi hal yang substansial dalam proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Artinya, sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang berjalan lambat itu. Substansi ―konstruksi sosial media massa‖ adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial yang berlangsung sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori, dan opini massa cenderung sinis.
Posisi ―konstruksi sosial media massa‖ adalah mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi ―konstruksi sosial atas realitas‖, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan ―konstruksi sosial media massa‖ atas ―konstruksi sosial atas realitas‖. Namun, proses simultan yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting.
Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap menyiapkan materi konstruksi
Ada tiga hal penting dalam tahap atau proses persiapan materi konstruksi, yaitu:
a) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki
oleh kapitalis. Dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan penggandaan modal. Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka adalah membuat media massa laku di masyarakat.
b) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah untuk ―menjual berita‖ dan menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis.
c) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun, akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, walaupun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar.
2) Tahap sebaran konstruksi
Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing berbeda, namun prinsip utamanya adalah real-time. Media elektronik memiliki konsep real-time yang berbeda dengan media cetak. Karena sifatnya yang langsung (live), maka yang dimaksud dengan real-time oleh media elektronik adalah seketika disiarkan, seketika itu juga pemberitaan sampai ke pemirsa atau pendengar. Namun bagi varian-varian media cetak, yang dimaksud dengan real-time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu, atau
bulan, seperti harian, mingguan, dan bulanan. Walaupun media cetak memiliki konsep real-time yang tertunda, namun konsep aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh berita tersebut.
3) Tahap pembentukan konstruksi
a) Tahap pembentukan konstruksi realitas
Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung. Pertama, konstruksi realitas pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbentuk di masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai suatu realitas kebenaran.
Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan orang untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, di mana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan.
b)Tahap pembentukan konstruksi citra
Konstruksi citra yang dimaksud bisa berupa bagaimana konstruksi citra pada sebuah pemberitaan ataupun bagaimana konstruksi citra pada sebuah iklan. Konstruksi citra pada sebuah pemberitaan biasanya
disiapkan oleh orang-orang yang bertugas di dalam redaksi media massa, mulai dari wartawan, editor, dan pimpinan redaksi. Sedangkan konstruksi citra pada sebuah iklan biasanya disiapkan oleh para pembuat iklan, misalnya copywriter. Pembentukan konstruksi citra ialah bangunan yang diinginkan oleh tahap-tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model, yakni model good news dan model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Sedangkan model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau memberi citra buruk pada objek pemberitaan.
4) Tahap konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akunbilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.
B. Kerangka Konseptual
Kehidupan manusia secara nyata selalu dapat tergambarkan dalam proses-proses sosial yang terjadi dan terdapat dalam masyarakat. Kita memahami bahwa setiap kehidupan manusia sebagai makhluk sosial,
masing-masing individu lahir dengan kebutuhan reguler untuk menjalin hubungan. Kebutuhan tersebut dituangkan dalam komunikasi antarindividu, kelompok maupun organisasi. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dimana individu maupun kelompok juga tak lepas dari interaksi sosial dengan lingkungan sosialnya.
Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2005) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Narwoko dan Suyanto (2007:57) menggambarkan bahwa proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam satu jangka waktu sedemikian rupa, hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan prilaku dalam kehidupan masyarakat.
Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa interaksi sosial dibedakan dalam dua jenis, yaitu interaksi sosial yang asosiatif dan interaksi sosial yang disosiatif. Interaksi sosial asosiatif adalah apabila proses itu mengidentifikasikaan adanya ―gerak dan penyatuan‖, sedangkan proses disosiatif adalah proses yang ditandai adanya suatu pertentangan atau pertikaian yang tergantung pada unsur-unsur sosial budaya yang menyangkut struktur masyarakat dan sistem nilai-nilainya.
Manusia ingin dianggap keberadaanya dan diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan
tersebut. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama denga orang lain, itu menyebabkan remaja untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang popular.
Adanya penyeragaman budaya (uniform culture). Artinya, ada pembangunan pemahaman massa dan penciptaan aksen serta batasan tentang idealitas. Sosio-budaya yang berkembang kini, sudah keluar dari hakikat yang sebenarnya. Kondisi tersebut, mengarahkan manusia, mulai dari rambut yang ideal, warna kulit ideal, hingga bentuk hidung ideal. Bahkan, pula menyentuh ranah ras sampai agama ideal. demikianlah, idealitas (dalam artian kondisi yang ideal/sempurna) dijadikan sebagai paham mutakhir menyambut era yang disebut global century ini. Masyarakat kini hampir tidak bisa lepas dari peran objek sebagai perumus eksistensi (status, prestise, kelas). Sekarang kebutuhan tidak lagi sekedar berkaitan dengan nilai guna suatu benda dalam rangka memenuhi fungsi utilitas atau kebutuhan dasar manusia, akan tetapi kini berkaitan dengan unsur-unsur simbolik untuk menandai kelas, status atau simbol sosial tertentu.
Penambahan gaya pada setiap bidang dari penampilan dan kebiasaan merupakan cara untuk menyesuaikan diri dengan konteks dimana seseorang menjadi bagian yang bagaimanapun juga memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan dalam pembentukan relativisme nilai. Hebdige berpendapat bahwa gaya adalah sebuah praktek penandaan (signifying practice), gaya adalah sebuah arena penciptaan
makna (Antariksa, 2000 dalam skripsi Shandy Mahendra Setyawan, 2011). Gaya merupakan bentuk pernyataan diri ke luar, melalui penampilan dan tingkah laku. Maka tentunya usaha ekspresi ini diharapkan akan membuat impresi pada orang lain. Jika orang lain tidak hanya terkesan, melainkan juga dapat menangkap makna pernyataan diri itu, maka terciptalah suatu komunikasi sosial. Dengan demikian gaya pada hakekatnya berfungsi sebagai ekspresi sosial. Ekspresi sosial atau ekspresi diri dengan makna sosial yang melekat. Artinya, apapun yang melekat pada diri kita sebagai manusia, itu konstruk sosial, sehingga makna itu ada.
Apabila Karl Marx menjelaskan bagaimana matter menciptakan mind maka Berger dan Luckmann menjelaskan bagaimana mind menciptakan matter, melalui teori konstruksi sosial. Naomi Wolf lewat buku Beauty Myth (1900) menyebutkan setelah laki-laki menjadi lebih mandiri, terdidik, dan memiliki kekuatan ekonomi, kekuatan patriarki menguasai laki-laki melalui senjata terakhirnya yang sampai kini tak terpatahkan: mitos kegantengan.
Konsep ganteng ini dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, misalnya cara seseorang menghargai dirinya dan memandang orang lain. Konsep ganteng yang dibatasi hanya sebatas penampilan fisik seperti kulit putih bersih akan sangat merugikan masyarakat. Eka Sabirin mengatakan bahwa persepsi (baca Konsep) tentang ‗ganteng‘, ‗ganteng‘ yang berkembang di masyarakat kita seringkali salah kaprah sehingga banyak
orang yang tidak percaya diri dan tidak ingin bergaul, Padahal, kegantengan atau kegantengan fisik adalah sebatas nilai yang relatif. Ia menyoroti pengaruh konsep ganteng yang ada di masyarakat yang cenderung sangat destruktif. Seseorang dapat kehilangan rasa percaya diri karena ia menilai diri secara fisik dan ini sangat menghambat perkembangan kepribadian seseorang. Ini hanya satu contoh pengaruh negatif ketika konsep ganteng mengalami pergeseran makna di masyarakat.
Konsep dan defenisi ganteng diredusir oleh masyarakat karena pengaruh eksternal atau memang itu bagian dari konstruk sosial. Masyarakat menganggap konsep ganteng itu hanya sebatas penampilan fisik saja khususnya fisik yang kulitnya putih bersih. Kemudian hal ini menjadi mitos, kulit putih bersih adalah gambaran ideal ganteng. Mitos ini hidup di masyarakat dan akan mempengaruhi masyarakat.
Naomi Wolf mengatakan, ―Kegantengan sesungguhnya bukan hal yang universal ataupun tidak bisa diubah.‖ Hal ini mau menandaskan bahwa ganteng itu tidak bisa dianggap universal. Ganteng itu partikular, bersifat relatif. Karena itu, kita akan menemukan bahwa bagi orang-orang Maori tubuh yang gemuk itu ganteng, dan bagi orang-orang Padung buah dada yang montok itu ganteng dan mengagumkan . Jadi ganteng menurut seseorang dapat berbeda dengan ganteng menurut orang lain meskipun ada pandangan yang bersifat umum. Artinya ganteng tidak dapat dibatasi begitu saja.
Skema Kerangka Konseptual
Dasar penelitian yang digunakan adalah studi fenomenologi yaitu suatu pendekatan yang menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Untuk itu penelitian ini ditujukan agar dapat mempelajari secrara mendalam dan mendetail mengenai “Makna Ganteng di Kalangan Mahasiswa dalam Perspektif Fenomenologi”.
2. Tipe Penelitian
v Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran nyata, dan penjelaan dengan di analisis secara deskriptif, secara sistematis dan faktual dilapangan mengenai “Makna Ganteng di Kalangan
Mahasiswa dalam Perspektif Fenomenologi”.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
v Lokasi penelitian akan dilaksakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar pada
bulan Januari tahun 2012- bulan Februari tahun 2012.
4. Informan
v Informan dalam penelitian ini adalah 7 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin Makassar.
v Penentuan informan.
Penentuan informan di tetapkan secara sengaja (porposive sampling) berdasarkan atas kriteria yang telah ditentukan. Adapaun kriteria informan dalam penelitian ini adalah :
§ Mahisiswa Fakultas Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.
§ Mahasiswa yang sementara menjalani studi akademis pada semester IV-VI, angkatan 2008, 2009, 2010, karena
mahasiswa yang berada pada level tersebut merupakan fase dimana mereka mulai mengerti akan hakikat ganteng dan mampu memaknai kegantengan karena usia yang mulai beranjak dewasa. Selain itu, alasan penulis menentukan kriteria tersebut karena mahasiswa pada level tersebut mampu meluangkan waktu untuk menjadi informan dalam proses penelitian karena memiliki waktu yang lebih banyak dibanding mereka yang mulai masuk pada semester akhir studi akademis, yang cenderung sibuk mempersiapkan proses penyelesaian studi mereka.
Di sisi lain, alasan penulis tidak menggunakan mahasiswa yang masih duduk di semester awal, karena secara psikologis dan sosiologis, laki-laki di usia tersebut belum mampu memaknai hakikat dari sebuah kegantengan, karena mereka baru saja beranjak dari fase remaja yang pemikirannya masih tergolong labil dalam menafsirkan sesuatu.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
v Wawancara mendalam.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan yang berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan cara mencatat berdasarkan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah di siapkan sebelumnya. Wawancara ini di lakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi.
v Observasi.
Dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
langsung terhadap hal yang di anggap berhubungan dengan
objek yang diteliti, atau hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
v Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksudkan penulis disini adalah peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil, dan lain-lain yang termasuk dengan masalah penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Hasil penelitian ini di analisa secara Kualitatif. Artinya data - data yang telah diperoleh, kemudian dikumpulkan, dan diklasifikasi. Setelah itu dianalisis secara kualitatif dengan berpedoman pada kerangka pikiran yang telah disajikan guna memberikan gambaran yang jelas dari fenomena yang diteliti.
A. Sejarah SINGKAT Universitas Hasanuddin
Cikal bakal berdirinya Universitas Hasanuddin ditandai dengan hadirnya fakultas Ekonomi sebagai cabang dari universitas Indonesia (UI) Jakarta, berdasarkan Surat Keputusan Letnan Jenderal Gubernur Pemerintah Hindia Belanda Nomor 127 tanggal 23 Juli 1947. Kemudian menyusul berdirinya fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat yang juga masih merupakan cabang dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakata Universitas Indonesia Jakarta yang resmi didirikan tanggal 3 Maret 1952. Beberapa tahun kemudian, pada tanggal 28 Janari 1956, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Mr. R. Soewandi meresmikan Fakultas Kedokteran Makassar yang kelak berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, seiring diresmikannya Universitas Hasanuddin pada tanggal 10 September 1956.
Berikut adalah fakultas-fakultas yang menyusul setelah berdirinya tiga fakultas di atas:
1. Fakultas Tekhnik yang berdasarkan SK menteri P dan K RI, Prof. Mr. Soewandi No. 88130/S tertanggal 8 September 1940 resmi di buka.
2. Fakultas Sastra, dengan SK No. 102248/UU/1960 tertanggal 3 Desember 1960.
3. Fakultas Sosial Politik, dengan SK No. A. 4692/UU 41961 tertanggal 30 Januari 1961
4. Fakultas Pertanian, dengan SK Menteri PTIP RI, Prof. Dr. Ir. Toyib Hadi Widjaya tertanggal 17 Agustus 1962.
5. Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA), dengan SK Menteri No. 102 tertanggal 17 Agustus 1963.
6. Fakultas Peternakan, dengan SK Menteri PTIP No.37 11964 tertanggal4 Mei 1964
7. Fakultas Kedokteran Gigi, pada tahun 1983.
8. Fakultas Kesehatan Masayarakat (FKM), didirikan pada tanggal 5 November 1982.
9. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 036/0/1996 tertanggal 29 Januari 1996 (sumber: Buku Pedoman UNHAS 2008)
B. Keadaan di FISIP UNHAS
B.1. Sejarah Singkat FISIP UNHAS
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang kini dikenal sebagai salah satu bagian dari Universitas Hasanuddin (UNHAS), pada awal berdirinya adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang bernama Fakultas Tata Praja Universitas 17 Agustus 1745 Ujung Pandang.
Pendiriannya ini merupakan buah dari perjuangan Mr. Tjia Kok Tjian yang kemudian menjabat sebagai Dekan pertama pada periode 1961-1963. Namun karena ajal menjemput, beliau hanya sempat memimpin FISIP selama lima bulan. Dalam pendirian FISIP, beliau tidak berjuang sendiri, ia dibantu oleh rekannya
Brigjen M. Yusuf Pangdam XIV dan Andi Pangeran Pettarani yang menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan pada masa itu.
Sepeninggalan Mr. Tjian, FISIP kemudian dipimpin oleh Mr. Soekanto pada tahun 1962. Selang setahun berikutnya, yakni 1963, Prof. Arnold Mononutu maju memegang kendali hingga 1 januari 1964. Pada tahun itu hingga tahun 1966, FISIP dipimpin oleh E.A. Mokodompit, MA. Selanjutnya pada tahun 1966-1970,
Prof. Dr. Hasan Walinono memimpin FISIP. Lalu selama dua tahun berturut-turut digantikan oleh Prof. Dr. J. Salusu, MA. Dan tanpa sebab yang diketahui pasti, Prof. Dr. Hasan Walinono kembali memipin FISIP pada tahun 1972 hingga tahun 1976. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1977, dibawah kepemimpinan Prof. Dr. A. Amiruddin, UNHAS melakukan Perampingan. Fakultas ekonomi, Fakultas Sastra, dan FISIP disatukan menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIBUD) hingga pada tahun 1983.
Pada tahun 1983, FISIP kembali terpisah dari FISBUD dan berdiri sendiri di bawah kepemimpinan Prof. H. M. Syukur
Abdullah yang menjabat Dekan hingga tahun 1989. Kemudian digantikan oleh Prof. Drs. H. Sadly AD, MPA, sampai tahun 1995. Selanjutnya FISIP dipimpin Prof. Dr. Mappa Nasrun MA (1995-1998). Selepas itu digantikan oleh Prof. Dr. H.M. Tahir Kasnawi, SU. (tahun 1998-2002). Lalu pada tahun 2002-2006 digantikan oleh
Prof. Dr. H. Hafied Cangara Msc. Kemudian periode selanjutnya (2006-2010) dilanjutkan oleh Deddy Tikson, Ph.D. dan kini FISIP berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr. H. Hamka Naping.
Berikut adalah jurusan yang ada di FISIP UNHAS berdasarkan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (MENDIKBUD):
a. Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan b. Jurusan Hubungan Internasional
c. Jurusan Ilmu Komunikasi d. Jurusan Antropologi
e. Jurusan Sosiologi
f. Jurusan Administrasi Negara
(Sumber: Buku Pedoman UNHAS 2008 dan Buku Kenang-kenangan 33 Tahun FISIP UNHAS).
B.2. Visi, Misi dan Tujuan FISIP UNHAS a. Visi
― Menjadikan institusi pendikian yang unggul dalam pengembangan ilmu sosial di Asia Tenggara.‖
b. Misi
1. Memberikan pelayanan tinggi kepada masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan dan kelembagaan di bidang sosial politik.
2. Melakukan pengkajian masalah-masalah kemasyarakatan baik dalam rangka penegmbangan ilmu pengetahuan sosial, tekhnologi, dan seni maupun untuk kepentingan kebijakan sektoral.
3. Meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan antar institusi dalam rangka pemanfaatan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
c. Tujuan
Menghasilkan luaran yang memiliki kemampuan konsepsional dan keterampilan aplikatif dalam :
1. Analisis kebijakan dan dinamika kelembagaan Sosial Politik.
2. Riset tentang masalah kemasyarakatan untuk memajukan ilmu pengetahuan sosial, teknologi dan seni untuk kepentingan dan pengembangan masyarakat.
3. Kepedulian yang tinggi untuk meningkatkan harkat dan martabat sumber daya manusia Indonesia secara pribadi yang cerdas, bermoral, terampil dan unggul dalam daya saing. (sumber : Buku pedoman UNHAS 2008)
B.3. Keadaan Staff Administrasi FISIP UNHAS
Jumlah pegawai administrasi FISIP UNHAS sampai pada semester awal 2011/2012 berdasarkan data dari Kepala Bagian Tata Usaha dan Kasubag Keuangan dan Kepegawaian FISIP UNHAS adalah sebanyak 65 orang yang dengan rincian :
Tabel 1 : Jumlah Pegawai Administrasi FISIP UNHAS 2011/2012
No.
Status Kepegawaian
Jumlah
1
Pegawai Negeri Sipil
60 orang
2
Pegawai Harian
5 orang
Total jumlah pegawai
65 orang
Sumber : Data Bagian Administrasi FISIP UNHAS 2011/2012
Dari gambaran tabel diatas, menyebutkan bahwa jumlah pegawai yang bekerja pada bagian administratif dengan status pegawai negeri sipil sebayak 65 orang dan pegawai harian hanya sebesar 5 orang. Dengan rasio perbandingan yang sangat jauh antara pegawai yang berstatus PNS dengan pegawai harian.
B.4. Keadaan Dosen FISIP UNHAS
Dari sumber yang sama, diketahui pula bahwa FISIP UNHAS hingga semester awal tahun ajaran 2011/2012 memiliki tenaga pengajar sebanyak 132 orang dosen dengan perincian sebagai berikut:
Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan untuk program studi Ilmu Politik memiliki 11 orang dosen, sedangkan untuk program studi ilmu pemerintahan memiliki 18 orang dosen. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional memiliki 19 orang dosen, jurusan
Administrasi Negara memiliki 31 orang dosen, jurusan Ilmu Komunikasi memiliki 20 orang dosen, jurusan Sosiologi memiliki 20 orang dosen, dan jurusan Antropologi memiliki 13 orang dosen seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Pada bab III telah diuraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi sejarah singkat Univeristas Hasanuddin dan keadaan di Fisip Unhas, selanjutnya pada bab ini akan diuraikan tentang hasil-hasil penelitian dan hasil-hasil wawancara terhadap enam informan mahasiswa Fisip Unhas. Yang meliputi makna ganteng di kalangan mahasiswa, faktor-faktor yang mempengaruhi makna ganteng, dan implikasi sosial kegantengan bagi mahasiswa.
Sebelum penulis membahas lebih jauh mengenai hasil-hasil penelitian, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan secara umum mengenai karakteristik informan sebagai berikut :
A.Karakteristik Informan
Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, maka dalam penelitian ini selain melakukan pengamatan terlibat, juga dilakukan tanya jawab kepada informan yang berjumlah 7 orang. Mereka dipilih berdasarkan kriteria yang dirasa perlu dalam penelitian ini, seperti jurusan, angkatan, dan jenis kelamin,. Dari segi angkatan dipilih secara sengaja (purposive sampling) subyek penelitian yang tergolong angkatan (2008-2010) baik laki-laki maupun laki-laki.
Berikut karakteristik informan:
SHT Seorang laki-laki berumur 20 tahun. Mahasiswa angkatan 2009. Sejak tahun pertamanya kuliah, ia telah aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan FISIP, seperti HMJ, HMI dan BEM. Di awal tahun 2011, Ia juga memegang tanggung jawab sebagai ketua Himpunan administrasi periode 2011-2012. Dia tipikal laki-laki penyabar yang sangat menyukai laki-laki yang sedehana.
ZK Seorang laki-laki, mahasiswa angkatan 2008. kini ia sedang berusaha menyelesaikan studinya. Semasa aktif kuliah ia memiliki pergaulan yang cukup luas. Keterlibatannya dalam organisasi kemahasiswaan tidak banyak tapi pernah menduduki peranan penting dalam lembaga Himpunan mahasiswa jurusannya yaitu HUMAN (Himpunan Mahasiswa Antropologi). Dari semenjak ia kuliah sampai sekarang, ia mengidam-idamkan ingin memiliki hubungan dengan mahasiswi Fakultas Kedokteraan karena menurutnya laki-laki kedokteraan selain parasnya ganteng, mereka juga cerdas-cerdas.
IDB Seorang laki-laki, mahasiswa angkatan 2008. Jurusan Antropologi. Keluarganya menetap di Kalimantan Barat yaitu Pontianak, namun ia rela jauh-jauh meninggalkan kota kelahirannya demi mengenyam pendidikan, namun ia sekarang tinggal di makassar bersama nenek dan tantenya di daerah Malengkeri Komp. TVRI C9. Ketika ia ingin ke kampus maupun ingin hangout dengan teman kampusnya ia tidak lupa memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia
menyempatkan waktunya seminggu sekali ke salon untuk memanjankan dirinya, baik itu luluran badan, creambath rambut, maupun facial face.
MR Seorang laki-laki, mahasiswa angkatan 2008. Jurusan Ilmu Politik, Ia juga salah satu mantan pengurus dalam lembaga Himpunan mahasiswa jurusannya.Bersama keluarganya Ia tinggal di Jl.Toddopuli I, Makassar. Sehari-hari ia mengendarai motor ke kampus. Terkadang ia menghabiskan waktunya di kampus dengan nongkrong bersama teman-temannya di koridor sambil menggoda laki-laki yang melintas di depannya.
IM Seorang laki-laki yang saat ini berumur 21 tahun. Mahasiswa angkatan 2010. Jurusan Ilmu Pemerintahan. Ia pun memilki pergaulan yang cukup luas baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Salah satu hobinya yaitu shoping di tempat-tempat perbelanjaan seperti mall, pasar sentral bahkan bursa cakar, untuk memenuhi kebutuhan penampilannya. Tidak heran penampilannya di kampus cukup fashionable.
NT Seorang laki-laki, berumur 22 tahun ini, adalah mahasiswa sosiologi angkatan 2008, Ia berasal dari Pare-pare, Meski tidak terlalu banyak terlibat dalam organisasi kemahasiswaan di kampus, namun ia memiliki pergaulan yang luas dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan komunitas di luar kampus. Selain Ia mempunyai hobi nyanyi dan main gitar, ia memilki band yang cukup terkenal di tempat kelahirannya yaitu
pare-pare. Tidak heran ia di sukai banyak laki-laki karena saat ia menyanyikan lagu, mampu menarik perhatian banyak laki-laki.
AN Seorang laki-laki angkatan 2008 ini mengambil jurusan komunikasi di FISIP, ia bersama keluarganya menetap tinggal di jl.Rappocini Raya Makassar. Ia tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan di kampus, ia lebih sibuk mencari uang melalui bakatnya menjadi model. Karena ia mempunyai modal wajah yang fotogenik.
Dari keseluruhan jumlah informan, terdapat 4 orang laki-laki dan 3 orang laki-laki. Jumlah informan laki-laki lebih banyak di banding laki-laki karena laki-laki lebih mampu memberikan gambaran atau data yang penulis inginkan.
B. Makna Ganteng di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
Sudah menjadi kodrat bahwa setiap orang suka akan kegantengan. Karena realitas dalam diri manusia dan juga masyarakat adalah senang akan kegantengan. Laki-laki yang ganteng disukai pria, dan laki-laki akan selalu merasa dan mengusahakan agar dirinya senantiasa menjadi ganteng.
Kegantengan tampaknya relatif, karena tiap masyarakat punya definisinya tentang makna ganteng. Membahas tentang penilaian para pria tentang kegantengan laki-laki adalah paling seru. Tentu saja selera masing-masing sangat berbeda. Meski secara umum secara kasat mata yang membuat sebagian besar pria setuju bahwa seseorang laki-laki itu ganteng.
Namun harap diingat meski secara umum sebagian besar pria ―sepakat‖
dalam menilai seseorang laki-laki itu ganteng, masih ada hal spesifik yang
membuat masing-masing pria mengidamkan tipe laki-laki sesuai selera
gantengnya secara pribadi. Ini yang sering disebut dengan selera tentang
―tipe‖. Maka itu banyak diantara pria yang setuju tentang gantengnya
seorang laki-laki, tapi belum tentu mengidamkannya karena bukan
―tipe‖nya.
Berdasarkan penuturan informan SHT, bahwa :
―Saya memaknai ganteng itu indah, lebih kepada indah hatinya, dan mestinya toh sebagai laki-laki itu harusnya bersyukurki, karena kegantengan itu anugerah yang diberi sama yang kuasa, maka dari itu saya pribadi lebih menyukai kegantengan dari dalam (inner beauty)‘‘.
(wawancara, 20 Januari 2012)
Dalam agama Islam –Dien yang datang dari Dzat yang Maha Tahu
dan Maha Indah– Islam tidak pernah melarang kita untuk menjadi ganteng.
Bahkan kita disunahkan senantiasa menjaga hati dan merawat diri kita.
Sebagaimana sabda Rosulullah SAW ‖Sesungguhnya Allah itu Indah dan
mencintai keindahan‖ (HR. Imam Qurthuby dari Imam Makhul dari Aisyah
ra.). Kita diharuskan untuk memelihara kerapian dan kebersihan diri
sebagai wujud rasa syukur atas apa yang sudah Allah Ar Rahman berikan.
Beda lagi dengan Informan NT, mengatakan bahwa :
―Saya memaknai ganteng itu kalau laki-laki itu ganteng parasnya dan ganteng juga sifatnya, jadi kedua-keduanya penting, kenapaka bilang begitu karena kalau di antaranya tidak ada, maka tidak lengkap kegantengan laki-laki‖.
(Wawancara 23 Januari 2012)
Sama hal nya informan ZK, Ada kegantengan luar (outer beauty)
yang menyangkut fisik, seperti kulit, wajah, dan bentuk; tetapi yang
lebih penting lagi adalah kegantengan dalam (inner beauty) yang
berhubungan dengan seluruh kepribadian. Maka dari itu pentingnya
keseimbangan antara kegantengan luar dan kegantengan dalam.
Seperti penuturannya bahwa:
‗‘Saya menilai ganteng itu sesuatu perpaduan antara keseimbangan, dan keselarasan, maksudnya seimbangki dan sejalanki kegantengan luar dan kegantengan dalam, Makanya pentingki dua-duanya karena percumaji kurasa kalau laki-laki ganteng wajahnya tapi hati nya jelek‖.
( Wawancara 27 Januari 2012)
Seringkali laki-laki menilai diri sendiri dan ingin tampil seperti apa
agar terlihat ganteng adalah sesuai selera dan rasa diri yang menurutnya
memenuhi kategori ganteng itu. Itulah sebabnya banyak laki-laki yang
berbeda-beda kesukaan terkait dengan apa yang akan dipakaikan ke
fisiknya.
Informan IM yang senang memperhatikan penampilannya, menuturkan makna ganteng adalah kepedulian.
―Ganteng adalah caring yaitu peduli. Karena menurut saya, kita harus peduli dengan tubuh kita karena yang pertama di nilai laki-laki yaitu penampilan, makanya kita laki-laki harus peduli dengan kegantengan fisik‖.
(Wawancara 30 Januari 2012 )
Sama halnya yang dikatakan Informan AN, mengatakan bahwa :
‗‗Saya maknai ganteng itu kalau laki-laki memiliki kulit yang putih, makanya kita sebagai laki-laki harusnya rawat-rawat dirita dan pelihara kulit ta, karena kalau saya toh penting itu kegantengan fisik secara penampilan itu penting dan menunjang kegantengan laki-laki‘‘.
( Wawancara 9 Februari 2012 )
Rasulullah Saw. pun pernah menyebutkan pentingnya kegantengan
hati dalam sabdanya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda,
‖Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian, tetapi Allah
melihat hati kalian.‖ (HR Muslim)
Olek karena itulah, Islam memandang puncak kegantengan laki-laki
berbanding lurus dengan tingkat ketundukan dan kepasrahannya kepada
Allah Swt. karena kegantengan hakiki dan ideal adalah kegantengan yang
bersumber pada dimensi ilahiah (hati). Bahkan, hati inilah yang akan
menjadi penentu keselamatan seorang hamba ketika menghadap Allah
kelak, seperti firman Allah Swt. berikut ini.
―(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.‖ (QS. Asy-syuaraa, 26:88-89)
Thomas Aquinas (1225-1274) dan Immanuel Kant (1724-1804)
mengajarkan kita bahwa keindahan seperti kegantengan misalnya
mengandung aspek subyektif dan obyektif. Kenikmatan estetis yang
diberikan obyek-obyek tertentu kepada pengamat (subyek) bersangkutan
dengan nilai-nilai intrinsik yang ada dalam obyek itu sendiri. Jadi selain memang orang itu ganteng, subyektifitas seseorang juga menentukan.
Memang secara umum seperti yang tertera di atas makna ganteng bersifat subjektif, tergantung siapa yang menilainya. Dan dari hasil wawancara yang di lakukan oleh penulis menemukan fakta bahwa para informan tidak hanya mendeskripsikan makna ganteng secara umum tetapi juga itu membaginya kedalam kategori yaitu kegantengan luar (outer beauty) dan kegantengan dari dalam (inner beauty).
1. Kegantengan Luar (outer beauty)
Kegantengan luar ( outer beauty ) adalah keindahan fisik yang begitu nyata dan tampak dari luar, yang menyangkut fisik memang lebih langsung menonjol dan tampak, misalnya pada wajah, paras, bentuk, dan kulit.
Berkulit Putih
Berdasarkan penuturan informan MR, bahwa:
―Kalau saya nilai laki-laki ganteng secara fisik berkulit putih karena kalau putihki pasti kelihatan bersih kulitnya ‖.
(Wawancara 2 Februari 2012)
Untuk menjelaskan keterkaitan persepsi kegantengan dengan definisi putih, kita harus melihat argumen utama dalam buku Aquarini, yaitu bahwa melewati iklan sabun di Indonesia,
Putih dianggap sebagai ras yang superior, dan karena itu
dinormalkan dan diidealkan. Bahkan putih dan ke-putih-an adalah hal
yang signifikan, bukan saja dalam kategori sebagai ras saja, melainkan
juga dalam definisi dan konstruksi kegantengan, femininitas, seksualitas,
dan domestisitas laki-laki. (2003:100)
Sama halnya penuturan informan AN, mengatakan bahwa:
―Sebagai laki-laki, saya menilai ganteng itu secara fisik harus berkulit putih, karena laki-laki yang berkulit putih segala warna pakaian yang ia pakai pasti cocok, jadi pasti baguski dilihat penampilannya berpakaian. Makanya selaluka rawat kulitku, dengan luluran atau selaluka pakai handbody.
(Wawancara 9 Februari 2012)
Memang, kulit merupakan etalase kegantengan fisik, kulit yang halus
dan sehat adalah dambaan setiap laki-laki. Bukan apa-apa, kulit adalah
bagian tubuh yang langsung terlihat, sehingga setiap kejanggalan pada
kulit akan menarik perhatian. Dalam pergaulan, hal itu akan membuat
seseorang merasa kurang percaya diri. Di samping kulit yang halus,
sebagian laki-laki juga mendambakan kulit yang cerah.
Berpenampilan baik
Informan ZK, melihat ganteng fisik itu dengan memakai pakaian
yang lagi trend, rapi agar lebih menarik dan menambah kepercayaan diri
juga baik itu laki-laki maupun laki-laki, seperti penuturannya bahwa:
―Saya melihat ganteng fisik itu, rapi dan secara pakaian dia fashionable, karena wajib mi kayaknya kalau laki-laki itu harus mementingkan penampilannya‖.
(Wawancara 27 Januari 2012)
Bersih
Berdasarkan Informan IDB, mengatakan bahwa:
―Saya sebagai laki-laki, melihat ganteng secara fisik itu harus bersih, makanya supaya kelihatanka ganteng, selaluka merawat kulit ku supaya kelihatan bersih, walaupun warna kulitku tidak putih, tidak masalahji yang penting bersih. Makanya selaluka menyempatkan waktu ku untuk luluran maupun membeli produk-produk kosmetik yang biasa muncul di iklan-iklan televisi, yang bisa katanya membuat kulit ta putih bersih merona‖.
(Wawancara 6 Februari 2012)
Wajah
Berbeda dengan penuturan informan NT , menerangkan bahwa ia
menyukai laki-laki yang menarik dan mempesona ketika kita melihat
senyumannya dan keceriaan yang terpencar di wajahnya.
―Karena menurut saya, ganteng secara fisik ialah murah senyum dan wajahnya ceria karena apabila laki-laki selalu ceria maka ia dapat menularkan rasa bahagia kepada orang di sekitar kita.
(Wawancara 23 Januari 2012)
Dalam buku Inner Beauty Wonderful Woman diungkapkan bahwa
psikolog telah menggolongkan perilaku-perilaku yang bisa membuat laki-laki terlihat lebih ganteng itu sebagai Emotional Intellegence atau kecerdasan emosi. Perilaku‖ itu diantaranya berusaha tampil penuh
pesona, punya rasa humor yang tinggi, menyenangkan orang lain, dan
tidak mudah membuat orang lain bad mood/ bosan. Selain itu banyak
tersenyum dan penuh perhatian.
Adapun kegantengan luar (outer beauty) yang di dukung oleh
perekonomian. Ganteng secara ekonomi adalah seorang yang memilki
kemampuan dari segi materi yang lebih di bandingkan orang lain, hal
tersebut bisa di lihat dari gaya hidupnya seperti modis dalam berpakaian,
menggunakan produk-produk kosmetik yang berkelas dengan harga yang
relatif mahal. Menggunakan berbagai aksesoris sebagai pelengkap dalam
berbusana serta mampu memenuhi kebutuhan yang lainya secara mapan.
Industri kegantengan tumbuh subur dengan memanfaatkan kebutuhan orang
untuk tampil ganteng. Dalam situasi krisis ekonomi seperti sekarangpun,
urusan untuk tampil ganteng, ganteng fisik yang ikut mendongkrak rasa
percaya diri tetap saja tidak kunjung surut.
Berdasarkan informan IM, banyak laki-laki yang terjebak
dengan suatu kriteria kegantengan yang hanya dilihat dari kegantengan tubuh
saja. Sehingga laki-laki-laki-laki banyak yang berdesak-desakan di
toko kosmetik, salon, maupun arena spa hanya karena ingin agar bentuk
fisiknya kelihatan berubah. Seperti yang di ungkapkan bahwa :
―Saya terkadang melihat laki-laki bisa membuat dirinya ganteng secara fisik karena di dukung juga dengan ekonomi, dia punya banyak uang untuk memperganteng dirinya, seperti modis dalam berpenampilan sering berbelanja di butik-butik ataupun di toko-toko perbelanjaan yang bermerek, sering memanjakan dirinya di salon yang mahal dan tidak ragu membeli produk-produk kosmetik yang bisa memutihkan kulitnya, misalnya laki-laki itu dulunya hitam, nah dengan uangnya ia bisa memutihkan kulitnya dengan cepat, yah dengan cara menyuntik putih, seperti juga artis-artis banyak ganteng-ganteng karena dia permak wajahnya dengan cara operasi agar ganteng‖.
(Wawancara 30 Januari 2012)
Kegantengan luar juga merupakan nikmat dari Allah SWT. Jika kita syukuri dengan bertakwa dan menjaganya maka akan semakin menambah keindahanya, namun apabila keindahan ini di gunakan untuk mendurhakai-Nya, maka sesungguhnya apa yang tampak indah di dunia akan berubah. Sebab pada saatnya keindahan luar perlahan lahan meredup lalu sirna.
Harus diakui memang sebenarnya banyak sekali hal yang menarik dan unik mengenai kegantengan yang dimiliki seorang laki-laki, karenanya sebagian kengantengan itu relative, tapi bukankah kegantengan yang terpancar dari dalam hati itu lebih penting dari kegantengan fisik. Dalam sebuah artikel yang bertema ―Ganteng Fisik Bukan Segalanya‖ mengemukakan bahwa:
“Kegantengan yang paling abadi bukanlah kegantengan fisik yang kita bawa sejak lahir, bukan pula berasal dari make up yang membingkai wajah kita, namun senyuman yang membias dari bibir kita”.(Fauziayyah,2011:1)
2.Kegantengan dari dalam (inner beauty)
Sesungguhnya mereka yang memang ganteng tak perlu kuatir terhadap aksesoris luar tubuhnya. Pakaian yang indah belum tentu bisa mengangkat rupa seseorang yang memang tidak ganteng. Mengapa mesti menyembunyikan bentuk tubuh yang tidak indah di balik pakaian yang mewah.
Kegantengan itu yang penting dari dalam. Tidak usah grogi ketika usia bertambah dan kulit wajah mulai berkerut. Kegantengan abadi itu muncul dari dalam diri, dari hati dan pikiran yang tenang. Bukankah usia tak dapat mencegah pudarnya kegantengan. Tetapi, apa yang dihimpun, dipupuk dalam rohani akan menambah kekuatan, kekayaan, dan bahkan juga bisa menambah kemudaan dan kegantengan. Kegantengan dalam ini (inner beauty), sebagaimana ungkap Plato, tidak pernah menempel pada sesuatu yang berdaging. Karena itu, sia-sialah semua upaya manusia untuk mempertahankan kegantengannya. Menurut Plato, kegantengan dalam itu tidak pernah datang dan tidak pernah pergi, tidak pernah berkembang dan tidak pernah layu, sesuatu yang dalam pandangan siapiapun sama (tetap ganteng), di manapun, sekarang dan sampai kapanpun.
Kegantengan dari dalam (innerbeauty) lebih mengarah pada antara
lain:
Jiwa dan Hati
kegantengan jiwa adalah cintanya pada segala bentuk kebaikan, seperti mendekatkan diri kepada Allah, berbuat baik kepada sesama, lidahnya yang selalu berkata bijak, hati yang selalu berbaik sangka.
Berdasarkan Informan SHT, menuturkan bahwa :
―Yang saya kategorikan ganteng dari dalam kalau laki-laki itu berahlak baik , sholeha, dan bisa menenangkan hati ‖.
( Wawancara 20 Januari 2012)
Sama halnya informan MR, mengatakan bahwa ;
―Ganteng dari jiwa dan hatinya menurutku hati nya baik, suka menolong orang, dan beriman‖.
(Wawancara 2 Februari 2012)
Kegantengan ini bisa didapatkan oleh semua orang dan kegantengan ini
dapat dipelajari. Dan beruntunglah bagi laki-laki yang memiliki kegantengan ini, karena ini termasuk kegantengan hakiki, yang tak akan lekang oleh waktu.
Akal dan Pikiran
Berdasarkan Informan ZK yang mengatakan bahwa laki-laki yang ganteng dari dalam itu dilihat dari akal dan pikiran seperti cerdas dan berwawasan luas karena itu mempunyai pengaruh yng sangat besar
dalam mendukung kegantengan seorang laki-laki. Seperti penuturannya
bahwa:
―Laki-laki yang cerdas dan berwawasan luas, pasti terpancar sendiri ganteng akal dan pikirannya apalagi kalau lagi bicaraki‘‘.
(Wawancara 27 Januari 2012)
Informan NT, juga mengatakan bahwa :
―Menurut ku toh ganteng dalam akal dan pikiran, itu laki-laki yang cerdaski, bijakki dalam ambil keputusan, tidak plin-plan dan selalu berfikir positif.
(Wawancara 23 Januari 2012)
Tidak dipungkiri bahwa akal dan pikiran memberi pengaruh yg sangat besar pada penampilan seseorang. Karena kegantengan ini
memberikan kegantengan yang abadi bagi pemiliknya.
Kegantengan ini lebih mengarah kepada pribadi, karakter, sikap dan hal yang tidak terlihat secara kasat mata yang bahasa kerennya disebut inner beauty.
Informan SHT, mengatakan bahwa :
―saya senang melihat laki-laki yang ganteng dari kepribadiannya seperti lembut, perhatian, ramah dan etika nya bagus‖.
(Wawancara 20 Januari 2012)
Sama halnya yang dikatakan Informan ZK, bahwa :
―Yang saya kategorikan ganteng dari kepribadiannya, kalau laki-laki itu lembutki, sopanki, bisa menenangkan hati kalau saya lagi galau. Apalagi kalau pengertian, itumi dibilang ganteng attitude‖.
( Wawancara 27 Januari 2012)
Ganteng yang terpancar melalui kepribadian laki-laki, merupakan sebuah kondisi ketika seseorang dapat diterima oleh lingkungan sosial karena karakter, sikap dan perilaku yang melekat pada laki-laki tersebut mampu memberi efek yang berarti terhadap realitas sosial di sekitarnya. Ganteng secara kepribadian bisa pula didefenisikan sebagai kemampuan seseorang membawa diri terhadap lingkungannya, sejauh mana ia dapat beradaptasi dalam interaksi sosial yang dijalin dalam sebuah komunitas yang notabene terdiri dari individu dengan karakter yang berbeda dan sangat kompleks.
Salah satu informan kami yang berinisial SHT, mengatakan kegantengan dari dalam terlihat juga kalau laki-laki itu bisa bergaul
dengan siapa saja tanpa melihat status orang, seperti penuturannya bahwa:
―Saya menilai juga kegantengan lewat kepribadian seorang laki-laki seperti dia pandai bergaul dengan siapa saja (supel) tidak beda-bedakan teman atau statusnya orang‖.
(Wawancara 20 Januari 2012)
“Ganteng dalam perspektif sosial, merupakan sebuah kondisi ketika seseorang dapat diterima oleh lingkungan sosial karena karakter yang melekat pada orang tersebut mampu memberi efek yang berarti terhadap realitas sosial di sekitarnya. Ganteng secara sosial bisa pula didefenisikan sebagai kemampuan seseorang membawa diri terhadap lingkungannya, sejauh mana ia dapat beradaptasi dalam interaksi sosial yang dijalin dalam sebuah komunitas yang notabene terdiri dari individu dengan karakter yang berbeda dan sangat kompleks.
Hal senada dengan informan AN, mengatakan bahwa:
―Saya senangka lihat kalau laki-laki yang pandaiki bergaul, tidak eksklusiveki apalagi punya kepekaan sosial yang tinggi, pas sekalimi kalau menurutku dibilang ganteng sosial‖.
(Wawancara 9 Februari 2012)
Tidak dipungkiri bahwa sikap dan perilaku memberi pengaruh yg sangat besar pada penampilan seseorang. Karena kegantengan ini memberikan kegantengan yang abadi bagi pemiliknya. Kegantengan ini tidak lapuk dimakan usia. Kegantengan psikologi lebih mengarah kepada pribadi, karakter, sikap dan hal yang tidak terlihat secara kasat mata yang bahasa kerennya disebut inner beauty. Cintanya pada segala bentuk kebaikan,
seperti mendekatkan diri kepada Allah, berbuat baik kepada sesama, lidahnya yang selalu berkata bijak, dan hati yang selalu berbaik sangka.
Kegantengan ini terpancar pada diri seseorang yang selalu ikhlas pada apa yang ia miliki dan dapatkan. Kegantengan ini tidak hanya dapat dilihat dengan mata kepala kita, tapi juga dapat kita rasakan dengan mata hati kita.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa makna ganteng menurut seseorang dapat berbeda dengan ganteng menurut orang lain karena setiap orang dalam memaknai sebuah fenomena berangkat dari perspektif yang berbeda untuk melihat hal tersebut. Sama halnya dalam memaknai kata ganteng, setiap orang tentunya memiliki indikator tersendiri dalam menanggapi hal tersebut. Penelitian ini menemukan adanya indikasi bahwa kegantengan terbagi dua diantaranya kegantengan luar (outer beauty) yang menilai secara fisik, seperti berkulit, murah senyum, wajah ceria, bersih dan berpenampilan baik, tetapi yang lebih penting lagi adalah kegantengan dalam (inner beauty) yang menilai ganteng dari jiwa dan hati, akal pikiran,dan kepribadian.
C.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Makna Ganteng
Hasil penelitian yang kami temukan di lapangan, mengungkap sejumlah informasi aktual tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang makna ganteng. Beberapa faktor tersebut diklasifikasikan dalam 2 (dua) faktor yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam pemaknaan ganteng.
Beberapa faktor internal antara lain
Fisik
Faktor yang dipandang mempengaruhi makna ganteng antara lain
postur tubuh (langsing, gemuk,pendek atau tinggi), kegantengan (ganteng,
atau tidak ganteng), kesehatan(sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh
(utuh atau cacat).
Ganteng dalam perspektif fisik sebagai salah satu faktor internal telah
ditegaskan oleh informan IM, yang mengatakan bahwa:
―kalau menurutku untuk memutuskan seseorang ganteng fisik , banyak hal yang bisa dijadikan indikator misalnya kulitnya bersih, putih, hidungnya mancung, giginya rata serta penampilannya rapi dan wangi tentunya‖.
(Wawancara 30 Januari 2012)
Selain informan IM, ganteng fisik ini juga ditegaskan oleh informan IDB,
yang menuturkan bahwa:
―saya sebagai laki-laki toh nilai laki-laki itu ganteng secara fisik kalau kulitnya putihki, pakaiannya modis-modis, harum, apalagi kalau ada tambahan make-up, misalnya pakaiki eyeliner, lipgloss, bedak, supaya segar kelihatan mukanya tidak kusam‖.
(Wawancara 6 Februari 2012)
Jadi dari dua penuturan informan di atas dapat ditarik sebuah benang merah bahwa, ganteng secara fisik itu dapat dinilai dengan beberapa indikator fisik dari segi kulit, wajah, penampilan serta kebersihan diri seseorang.
Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.
Dalam sebuah wawancara dengan informan SHT, menuturkan bahwa seseorang dikatakan ganteng secara psikologi tergambar dari tingkah laku dalam kesehariannya ketika ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang terwujud dalam kesopanan, menjunjung tinggi tata krama, mampu menempatkan diri dengan berbagai situasi disekitarnya serta konsisten dengan keyakinan atau agama yang dianutnya.
2. Faktor eksternal Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sebagai unit terkecil dalam lingkungan sosial menjdai salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan
makna ganteng tersebut karena kita pahami bersama, dalam keluargalah seseorang mendapatkan nilai-nilai dasar dalam artian pembentukan kepribadian sebagai landasan seseorang melihat sebuah fenomena atau pun realitas sosial menurut prespektif mereka, hal itu dikarenakan karena dalam keluarga pulalah terjalin interaksi yang intens untuk membentuk paradigma berfikir seseorang.
Hal tersebut di atas senada dengan apa yang dikemukakan Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2005:61) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Kondisi keluarga yang signifikan yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pemaknaan ganteng dapat kita lihat dalam keluarga yang tifikalnya cendrung memberikan dorongan yang begitu kuat terhadap seseorang untuk mempertimbangkan dan melakukan hal-hal yang bisa mengantarkan orang tersebut dalam fase eksklusive dimana ia memperoleh image ganteng dalam lingkungan sosialnya.
Informasi tentang pentingnya peranan keluarga dalam mempengaruhi makna ganteng telah dikemukakan oleh informan IM yang menuturkan bahwa seseorang berpenampilan ganteng itu dipengaruhi oleh keluarganya dan hal itu ternyata saya alami hari ini. Dimana saya sendiri tidak terlalu menutut diri ini tampil ganteng dengan harus menggunakan produk kosmetik dan fashion yang ditawarkan
hari ini, tapi karena paksaan dan desakan dari keluarga yang mengharuskan saya ntuk memperhatikan penampilan sebagai seorang laki-laki msekipun pada dasarnya walaupun sebenarnya itu tidak menjadi prioritas dalam kehidupanku.
Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan pilar yang paling penting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut telah dikemukakan oleh Abraham Maslow yang mengatakan bahwa kehidupan ekonomi adalah platform kehidupan manusia yang akan menunjang berbagai pilar lain untuk menjaga eksistensi manusia.
Kehidupan ekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana gambaran akan kondisi ekonomi seseorang mampu mempengaruhi pola pikirnya tentang makna sebuah kegantengan. Hal tersebt bisa disaksikan dari tingkat atau kelas ekonomi seseorang. Kelas ekonomi yang berbeda juga mempengaruhi timbulnya pemikiran dan prespektif yang bervariatif dan sangat kompleks, dalam artian seseorang yang ada pada level ekonomi yang mapan(kelas atas), tentunya memiliki pemaknaan yang berbeda tentang konsep ganteng dengan mereka yang berada pada level ekonomi kelas menengah, bahkan kelas ekonomi bawah.
Pemaknaan yang berbeda yang berbeda dengan konsep ganteng yang dilandasi dengan tingkatan oleh ekonomi yang variatif terwujud dalam keberagaman seseorang dalam mengapresiasi dalam nilai sebuah
kegantengan, misalnya gaya hidup, style(fashion), serta dalam penggunaan dalam penggunaan produk-produk kosmetik.
Ganteng secara ekonomi yang diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengekpresikan diri karena dilandasi kemampuan ekonomi yang dimilikinya. Hal tersebut senada dengan keterangan yang dikemukakan oleh informan IDB:
―kalau menurutku, ganteng ekonomi itu yaitu kita bisa membeli produk-produk kegantengan, make up dan pakaian, karena kita punya uang yang lumayan dari orang lain, jadi betul sekali kalau dikatakan banyak uang orang bisa ganteng karena bisa beli segalanya‖.
(Wawancara 6 Februari 2012)
Media
Ganteng (beauty), kata yang begitu memukai para laki-laki dan lelaki di seluruh dunia sejak dulu sampai kini. Bukan hanya itu, melainkan sangat dipuja dan digandrungi. Hal ini sungguh dilekatkan pada laki-laki. Menjadi ganteng adalah dambaan tiap laki-laki. Masalahnya, ganteng selama ini dipahami secara fisikal (ragawi). Tentu ini dikaitkan erat dengan peran kosmetika. Kita mengenalnya dengan trilogy mitos: ganteng, fisik, dan kosmetika. Mereka membentuk kesatuan representasi kesempurnaan atau idealitas mengenai laki-laki.
Terlepas dari hal yang dikemukan di atas, harus diakui bahwa ternyata ada peran media yang sangat penting yang dapat mempengaruhi pemaknaan seseorang terhadap konsep ganteng itu. Hal tersebut
dikarenakan media sejak masa klasik silam hingga dewasa ini semakin
memoles diri dan melakukan pengaruh yang begitu masif terhadap dunia,
tak terkecuali dunia mode dan fashion yang notabene menjadi basic
sebuah kegantengan. Hal ini diperkuat dengan penuturan seorang informan
yang berinisial ZK yakni:
―Sekarang itu media sangat mempengaruhi sikap seseorang apalagi media iklan, kita saja sebagai laki-laki kadang terjebak apalagi kalau laki-laki, biasanya lata ikut-ikutan terpengaruh iklan, kalau ada iklan produk-produk kegantengan pasti dibeli, kalau ada model pakaian terbaru pasti diikuti, yah begitumi media yang bisa pengaruhi aktivitasta‖.
(Wawancara 27 Januari 2012)
Menurut Yasraf Amir Piliang (1998:228), bahwa realitas sosial,
kebudayaan atau politik kini dibangun berlandaskan model-model (peta)
fantasi yang ditawarkan di televisi, iklan, bintang-bintang layar perak atau
tokoh-tokoh kartun dan semuanya itu menjadi model dalam membangun
citra-citra, nilai-nilai, dn makna-makna dalam kehidupan sosial, kebudayaan, atau politik. Piliang (dalam Winarni,2009:1) mengemukakan bahwa iklan sebagai representasi citraan, iklan mengkonstruksi
masyarakat menjadi kelompok-kelompok gaya hidup, yang pola kehidupan
gaya mereka yang diatur berdasarkan tema, citra, dan makna simbolik
tertentu. Setiap kelompok gaya hidup menciakan ruang sosial (sosial
space), yang didalamnya gaya hidup yang dikonstruksi. Dengan demikian
iklan merupakan salah satu alat untuk menkonstruksi sebuah gaya hidup
karena iklan di anggap sangat efektif dalam mempengaruhi persepsi
orang.
Media massa, dalam hal ini sedemikian rupa terkontaminasi budaya
Barat. Mereka berperan aktif dalam memprovokasi pembentukan paradigma ideal kegantengan tersebut. Dapat kita temui di berbagai iklan, promosi, produk jasa maupun industri, pariwisata sampai layanan informasi di berbagai media cetak maupun televisi; semua itu menampilkan laki-laki ganteng sebagai ikon. Ini meneguhkan mitos tentang kegantengan dalam masyarakat Indonesia, khususnya tentang
laki-laki. Padahal, laki-laki model di dalam berbagai media promosi
tersebut hanya korban industri kapitalis. Mereka secara visual dijadikan
komoditi untuk menarik konsumen. Yang terpenting, ini bisa meningkatkan
angka keuntungan bagi pemilik modal. Luar biasa besar efek negatif
sebuah iklan, sehingga mampu menumpulkan daya kritis masyarakat,
khususnya para laki-laki yang merupakan target pasar.
Validitas uraian diatas dalam sebuah wawancara telah dikemukakan
oleh informan IDB:
―Media itu memang mempengaruhi sekali kalau kita lihat yah iklan di televisi atau di majalah pasti kita ndk berfikir lagi untuk keluarkan uang, apalagi kita kan secara seorang laki-laki, ,mesti melakukan perawatan meskipun harus keluarkan banyak uang, tapi ada kepuasan tersendiri loh‖.
(Wawancara 6 Februari 2012)
Memang kegantengan selalu dikejar laki-laki dan menjadi problem psikologis banyak laki-laki yang kurang percaya diri. Hal ini terjadi karena kegantengan tidak lepas dari konstruksi sosial. Majalah, film, televisi, dan periklanan, sering menyajikan laki-laki dengan bentuk tubuh yang dikonstruksikan ideal, karenanya Industri kegantengan seperti pelangsingan tubuh dan perawatan awet muda tumbuh menjadi industri milyaran dollar.
Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang unsur penting untuk memberikan pola, ahlak, dan perilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang diterapkan dalam lingkungan sosial.
Sebagai salah satu unsur terpenting dalam manusia tentunya memiliki efek yang memepengaruhi persepsi seseorang terhadap makna ganteng . Tingkatan dalam pendidikan yang berbeda secara otomatis melahirkan pemaknaan yang berbeda pula. Jenjang pendidikan dasar tentulah berbeda persepsinya dengan mereka yang telah mengeyam pendiddikan pada tingkatan perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan gagasan dan wawasan yang diperolehnya secara otomatis semakin matang dari jenjang tertentu ke jenjang selanjutnya.
Seorang informan yang berinisial SHT, menuturkan bahwa:
―Kalau dari pendidikan menurutku pasti berpengaruhki tidak mungkin orang yang masih SMA dengan orang yang sudah kuliah sama pendapatnya tentang makna ganteng , siswa SMA kalau dengar kata
ganteng pasti yang diingat adalah faktor fisik, sementara mahasiswa kan sudah sedikit dewasa jadi banyak pertimbangan lain untuk menilai seseorang itu ganteng atau tidak, jadi menurutku pendidikan itu berpengaruh sekali‖.
Hal diatas tergantung pada segi intensitas bertemu dan berkumpul pda lingkungan tersebut, maupun kesadaran akan kebutuhan dan manfaat yang sesuai dengan yang diinginkannya. Lingkungan tersebut tidak hanya menjadi pola pikir saja namun juga menjadi inspirasi untuk menjadi sosok yang dipikirkannnya. Terutama dengan adanya interaksi dengan orang lain yang secara tidak langsung menilai diri individu dan menyampaikannya pada individu tersebut.
Dari beberapa uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan awal bahwa pemaknaan ganteng dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama, faktor internal yang terdiri dari faktor fisik dan kepribadiaan seseorang, dan kedua, faktor eksternal yang berasal dari diri seseorang yang terdiri dari faktor keluarga, ekonomi, media dan pendidikan.
D.Implikasi Sosial Kegantengan Seorang Laki-laki bagi Mahasiswa
Setiap kaum hawa pasti selalu mendambakan kegantengan dan akan berusaha untuk menggapainya bahkan mereka rela berkorban melakukan segalanya demi mengubah dirinya dengan kegantengan imitasi yang sebenarnya hanyalah bersifat semu dan dapat hilang dalam sekejap. Sesuai fitrahnya setiap laki-laki ingin tampil ganteng di manapun, kapanpun dan dalam setiap kesempatan.
Gencarnya provokasi, mengakibatkan para remaja laki-laki dan
laki-laki dewasa bahkan ibu-ibu rumah tangga berlomba-lomba mengejar
idealitas kegantengan—ibaratnya kacamata yang enggan untuk dilepas.
Oleh karena pencitraan ganteng yang demikian tentu berimplikasi pada
laki-laki diantaranya :
1. Menarik Perhatian Laki-Laki
Kegantengan berimplikasi pada paradigma kaum lelaki terhadap
laki-laki. Dengan demikian, kata ―ganteng‖ bagi laki-laki berkembang
menjadi semacam senjata andalan untuk menarik perhatian jenis kelamin
laki-laki. Seperti penuturan informan ZK bahwa ;
―Implikasi sosialnya laki-laki ganteng salah satunya banyak relasinya, jadi idaman laki-laki, mudahki dapat pacar, kalau penampilannya oke, pasti bagus di pandang karena dimana-mana itu laki-laki senang melihat yang indah-indah. Karena kegantengan pasti identik dengan keindahan.
(Wawancara 27 Januari 2012)
Informan NT, juga mengatakan bahwa :
―Oh,jelas, kalau laki-laki ganteng itu pasti menarik perhatian laki-laki secara toh, laki-laki senang lihat yang bening-bening alias ganteng‖.
(Wawancara 23 Januari 2012)
Banyak laki-laki pasti setuju jika fisik selalu menjadi daya tarik utama
saat melihat lawan jenis. Seperti penuturan informan AN, mengatakan
bahwa salah satu alasan laki-laki ingin tampil ganteng secara fisik agar
menarik perhatian laki-laki.
Dalam abad gaya hidup, penampilan adalah segalanya. Perhatian terhadap urusan penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah. Urusan penampilan atau presentasi-diri ini sudah lama menjadi perbincangan sosiolog dan kritikus budaya. Erving Goffman, misalnya dalam The Presentation of Self in Everyday Life (1959), mengemukakan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri dari penampilan teatrikal yang diritualkan, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan dramaturgi (dramaturgical approach). Yang dia maksudkan adalah bahwa kita bertindak seolah-seolah di atas sebuah panggung. Bagi Goffman, berbagai penggunaan ruang, barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk memfasilitasi kehidupan sosial sehari-hari. (Chaney,2003)
2. Lebih Percaya Diri
Menurut informan AN, mengatakan bahwa ;
―Kalau menurutku ganteng bisa buat diri ta sebagai laki-laki Pe De
(percaya diri) tampil di depan banyak orang, karena orang yang pertama kali lihat itu yah penampilan dari luar, kalau bagus penampilan ta, pasti juga lebih percaya diriki untuk menampakkan diri di lingkunganta, makanya tidak heran laki-laki zaman sekarang termasuk saya, membeli produk-produk kegantengan, untuk memperganteng wajah‖.
(Wawancara 9 Februari 2012)
Survey membuktikan bahwa laki-laki asia yang percaya dirinya ganteng sebesar 3 % dan laki-laki Amerika dan Eropa sebesar 2 % artinya jutaan laki-laki asia dan Eropa menderita krisis percaya diri dan pesimistis.
Sedangkan survey di Indonesia menempatkan laki-laki paling PeDe merasa cantilk, merasa ganteng dan laki-laki bandung yang paling tidak merasa ganteng. Menurut pengamat gaya hidup. ratih anjani mengatakan bahwa delapann atau Sembilan dari sepuluh orang laki-laki di Indonesia dengan pesimistis mengakui dirinya tidak ganteng. Kondisi tersebut mengakibatkan laki-laki berperilaku social cenderung pasif , dia akan merasa serba kurang dan tidak puas dalam memandang dirinya
Oleh karena itu tidak heran kalau laki-laki berlomba-lomba untuk membeli produk –produk kegantengan dan memakainya dengan cara mencoba-coba mencari yang cocok dengan kulitnya. Memang tubuh manusia itu dari ujung rambut ada produk perawatannya.
Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya fasilitas kegantengan dan inovasi yang muncul untuk menunjang usaha laki-laki dalam memperganteng diri akibat konstruksi sosial yang muncul terhadap deskripsi laki-laki ganteng. Sehingga terlihat bahwa laki-laki dijaman modern ini,memiliki banyak tuntutan terhadap dirinya dan cenderung mengekploitasi diri dengan fasilitas kegantengan yang menawarkan berbagai macam produk baik yang dimulai dengan berteknologi tinggi dan tradisional.
3. Mendapatkan Pujian
Seperti penuturan informan, salah satunya informan IDB bahwa:
―Kalau ganteng ki itu laki-laki toh‘ pasti banyak yang minta salam sama dia, selalu di puji kegantengannya sama orang disekelilingnya, initnya toh kalau secara penampilanki itu laki-laki good looking
pasti jadi idola laki-laki, nah menurutku itumi laki-laki suka di puji, suka di sanjung, dan suka di hargai
(Wawancara 27 Januari 2012).
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi, ―estetisisasi kehidupan sehari-hari‖. Dan, bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. ―Kamu bergaya maka kamu ada!‖ adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.
Dalam ungkapan Chaney, ―penampakan luar‖ menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi lebih penting daripada substansi. Gaya dan desain menjadi lebih penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi. Kulit akan mengalahkan isi. Pemasaran penampakan luar, penampilan, hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis besar gaya hidup.
4. Mendapat predikat ganteng
Kegantengan dijadikan sebagai sombol seorang laki-laki karena kegantengan merupakan impian setiap laki-laki pasti ingin terlihat dan diakui ganteng oleh lingkungan sekililingnya. Salah satunya yaitu ajang kontes kegantengan, dimana para laki-laki berlomba-lomba menjadi pemenang dalam kontes tersebut, agar mendapat predikat laki-laki ganteng
indonesia. Dimana dalam kontes kegantengan tersebut laki-laki yang
ikut serta harus memilki 3B yaitu Body,Behavior, dan Brain. Di lihat dari
ajang tersebut maka bukan hanya kegantengan fisik yang perlu tapi perilaku
dan kecerdasan juga sangat penting.
Berdasarkan informan IM, melihat implikasi sosialnya bagi
laki-laki yang ganteng, bahwa:
―Di Fisip kan banyak kategori orang ganteng, nah kalau saya lihat sekarang kebanyakan laki-laki datangki ke kempus, dijadikan tempat mencari ilmu dan di jadikan tempat ajang penampilan, makanya laki-laki-laki-laki berlomba-lomba tampil ganteng supaya dapatki predikat ganteng, entah dia berkulit putihki, body mendukung dan menggunakan pakaian yang modis. Saya sebagai laki-laki tidak menyangkal adanya itu karena terkadang saya selalu berusaha memperganteng diriku apalagi dorongan orang tuaku, untuk berpenampilan feminim. Nah iklan mi salah satunya kudapat informasi untuk berpenampilanka lebih ganteng dengan cara kubeli salah satu produk kosmetik atau produk pemutih, yang bisa mendukung penampilanku supaya terlihat gantengka tampil di kampus.
(Wawancara 2 Februari 2012)
Chaney juga mengatakan bahwa pada akhir modernitas semua yang
kita miliki akan menjadi budaya tontonan (a culture of spectacle). Semua
orang ingin menjadi penonton dan sekaligus ditonton. Ingin melihat tapi
sekaligus juga dilihat. Di sinilah gaya mulai menjadi modus keberadaan
manusia modern: Kamu bergaya maka kamu ada! Kalau kamu tidak
bergaya, siap-siaplah untuk dianggap ―tidak ada‖: diremehkan, diabaikan,
atau mungkin dilecehkan. Itulah sebabnya mungkin orang sekarang perlu
bersolek atau berias diri. Jadilah kita menjadi ―masyarakat pesolek‖
(dandy society). Tak usah susah-susah menjelaskan mengapa tidak sedikit pria dan laki-laki modern yang perlu tampil ―beda‖-modis, necis, parlente, dandy. Kini gaya hidup demikian bukan lagi monopoli artis, model, peragawan(wati) atau selebriti yang memang sengaja memperganteng diri untuk tampil di panggung. Tapi, gaya hidup golongan penganut dandyism itu kini sudah ditiru secara kreatif oleh masyarakat untuk tampil sehari-hari, ke tempat kerja, seminar, arisan, undangan resepsi perkawinan, ceramah agama, atau sekadar jalan-jalan, mejeng dan ngeceng di mall. Mall, misalnya, benar-benar telah menjelma menjadi ladang persemaian gaya hidup.
5. Modal besar untuk mendapatkan pekerjaan
Tampaknya urusan tampangisme atau wajahisme (Lookism/Faceism) kini mulai menjadi persoalan serius dalam perburuan kegantengan dan untuk selalu tampil menjadi yang terganteng (tertampan!) tidak hanya di pentas dunia fashion, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Salah seorang psikolog Amerika terkemuka, Nancy Etcoff, dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty (1999) menyebut gejala tersebut dengan ―Lookism‖. Lookism adalah teori yang menganggap bahwa bila lebih baik tampilan Anda, maka akan lebih sukseslah Anda dalam kehidupan. Dalam abad citra, citra mendominasi persepsi kita, pikiran kita, dan juga penilaian kita akan penampilan wajah, kulit atau tampang seseorang.
Bahkan kebiasaan senyuman, misalnya, sekarang ini tidak bisa lagi
dianggap sepele. Senyuman bisa menjadi modal simbolik dalam
pergaulan sosial sehari-hari, di dunia kerja dan di dunia bisnis. Meskipun
kita tidak perlu mengumbar senyum, tapi dalam dunia bisnis entertainment
dan Public Relations, senyuman adalah modal simbolik. Senyuman adalah
profesi: Smiling Professions! John Hartley dalam The Politics of Pictures:
The Creation of the Public in the Age of Popular Media (1992),
menyatakan bahwa senyuman (smiling) telah menjadi salah satu
kebajikan yang paling umum dari zaman kita. Bahkan menurut Hartley,
senyuman kini merupakan ―ideologi dominan‖ dalam ―ranah publik‖. Ia
ibarat pakaian seragam yang harus dipakai di bibir seseorang yang
berfungsi sosial untuk menciptakan, memelihara, mendidik,
merepresentasikan dan membangun citra di depan publik.
Berdasarkan penuturan informan NT, mengatakan bahwa:
―Ganteng menurut ku kalau dimilki laki-laki implikasi sosialnya lebih kepada modal utama dalam meniti karier karena kulihat sekarang perusahaan-perusahaan lebih banyak membutuhkan jasa laki-laki di banding laki-laki apalagi bidang marketing atau bagian pemasaran dengan modal wajah, senyuman, dan cara berbicara. Sama halnya iklan-iklan televisi, kebanyakan mempromosi barang pasti yang ditampilkan laki-laki seperti iklan oli motor, kendaraan, alat kontrasepsi, dan masih banyak.
(Wawancara 23 Januari 2012)
Begitupun dengan penuturan informan MR, mengatakan bahwa
mempunyai wajah yang ganteng, berpenampilan bagus adalah salah
satu modal untuk mendapatkan suatu pekerjaan karena ketika
perusahaan membutuhkan karyawan, jelas kriteria pertama berpenampilan baik, maka dari itu implikasi kegantengan seorang laki-laki itu adalah modal untuk mendapatkan pekerjaan.
Mitos kegantengan laki-laki adalah suatu bentuk destruktif dari kontrol sosial dan merupakan reaksi terhadap meningkatnya status laki-laki; di mana kini laki-laki lebih dihargai dan diperhitungkan secara profesional baik dalam dunia bisnis maupun politik. (Naomi Wolf,2002)
Kritikus media terkemuka, Marshall McLuhan, menyebut iklan sebagai karya seni terbesar abad ke-20. Iklan sering dianggap sebagai penentu kecenderungan, trend, mode, dan bahkan dianggap sebagai pembentuk kesadaran manusia modern. Kritikus periklanan, Sut Jhally, menunjukkan bagaimana citraan periklanan komersial telah menyebar ke wilayah-wilayah budaya populer lainnya dan dia membahas dampaknya bagi pembentukan identitas individual dan sosial. Sistem citra visual dan budaya berbasis citra yang melekat dalam perembesan iklan juga dianggap telah mengkoloni wilayah kehidupan yang sebelumnya lebih banyak didefinisikan (meski tidak selalu) lewat pengalaman dan persepsi auditori. Budaya visual akhirnya yang mendominasi masyarakat konsumen.
Tentu saja, tidak semua orang atau konsumen bisa terpengaruh begitu saja oleh bujuk-rayu iklan. Tidak setiap orang akan membeli setiap
barang yang diiklankan dengan menawan sekalipun. Paling banter orang hanya terkagum-kagum dengan wacana iklan yang membangkitkan rasa humor atau karena terpesona dengan bintang iklannya yang aduhai. Tapi, jelas unsur repetesi, trik dan manipulasi dalam periklanan tak bisa diabaikan dalam perembesan gaya hidup, terutama di kalangan anak-anak dan kaum muda, misalnya. Iklan dengan demikian telah menjadi semacam ―saluran hasrat‖ (channel of desire) manusia dan sekaligus
―saluran wacana‖ (channel of discourse) mengenai konsumsi dan gaya hidup.
Bagi Chaney sendiri, iklan adalah penampakan luar yang menyesatkan (illusory surfaces) yang membuat berkilau subjeknya. Kemampuan iklan dalam mengkonstruksi realitas dan mempengaruhi persepsi orang telah membawa pada berbagai macam perubahan nilai sosial dan budaya. Standar mengenai kegantengan laki-laki merupakan bagian dari niai-nilai ideal yang telah berhasil dirubah oleh iklan dan telah menjadi suatu sistem yang seragam secara keseluruhan.
Secara tegas iklan telah membentuk sebuah ideologi tentang makna atau image gaya hidup dan penampilan terutama tentang konsep kegantengan bagi laki-laki. Hal ini memperjelas bahwa iklan yang disampaikan melalui media massa memiliki peran yang sangat besar dalam memproduksi dan mengkonstruksi arti gaya hidup dengan kegantengan big idea-nya (Winarni,2009:3)
Dari hasil wawancara yang dilakukan diatas, penulis menemukan fakta bahwa implikasi sosial seorang laki-laki ganteng yaitu menarik perhatian laki-laki, mudah mendapatkan pacar, mendapatkan pujian, lebih percaya diri dan modal besar untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak salah jika sesuatu yang indah – indah banyak menarik perhatian setiap orang khususnya kaum hawa yang selalu ingin tampil ganteng, dan berpenampilan (goodlooking), karena berdampak pada diri laki-laki itu sendiri. Ketika gaya menjadi segala-galanya dan segala-galanya adalah gaya, maka perburuan penampilan dan citra diri juga akan masuk dalam laki-laki. Media iklan pun membingkai bisnis kegantengan menjadi trend gaya hidup.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari pembahasan data dan informasi yang telah diperoleh di lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dari 7 informan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang terpilih dalam penelitian ini memaknai ganteng lebih kepada kegantengan luar diantaranya informan laki-laki IM dan AN, lain halnya informan laki-laki seperti informan SHT, NT, dan ZK, yang memaknai ganteng lebih kepada kegantengan luar dan dalam karena kedua-duannya sangat penting bagi laki-laki dan ada yang menilai kegantengan secara fisik seperti berkulit putih, murah senyum, wajah ceria, bersih dan berpenampilan baik, begitupun dengan kegantengan dari dalam ada yang memaknainya secara jiwa dan hati, akal pikiran dan kepribadian seperti yang digambarkan oleh informan MR, AN, ZK, IDB, NT dan IM.
2. Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang makna ganteng. Beberapa faktor tersebut diklasifikasikan dalam 2 (dua) faktor sebagai berikut: Pertama, faktor interna
yang terdiri dari faktor fisik dan kepribadiaan seseorang, dan kedua, faktor eksternal yang berasal dari diri seseorang yang terdiri dari faktor keluarga, ekonomi, media dan pendidikan.
3. Implikasi sosial kegantengan seorang laki-laki bagi 7 informan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yaitu menarik perhatian laki-laki, mudah mendapatkan pacar, mendapatkan pujian, lebih percaya diri, mendapatkan predikat ganteng dan modal besar untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak salah jika sesuatu yang indah – indah banyak menarik perhatian setiap orang khususnya kaum hawa yang selalu ingin tampil ganteng, dan berpenampilan (goodlooking), karena berdampak pada diri laki-laki itu sendiri. Iklan yang disampaikan oleh media massa pun memiliki peran yang sangat besar dalam memproduksi dan mengkonstruksi arti gaya hidup dengan kegantengan.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian
memberikan saran kepada sebagai berikut:
1. Laki-laki sebaiknya tidak menilai secara subjektif laki-laki hanya dari penampilan fisik dan wajah saja tetapi carilah hal lain yang dapat dicintai selain fisik seperti sikap perilaku, kedewasaan, keibuan, kesabaran, kesederhanaan, dan lain sebagainya.
2. Laki-laki pun juga sebaiknya berdandan sederhana dan seperlunya saja agar tetap memiliki ciri fisik yang tidak jauh berbeda dengan aslinya. Jangan terlalu berorientasi perbaikan fisik dan wajah saja namun sikap dan perilaku perlu dipoles juga sebaik mungkin.
3. Untuk khayalak laki-laki yang menjadi sasaran dari ikan-iklan produk kegantengan, agar tidak terjebak dalam stereotype-stereotype dalam iklan yang memaknai kegantengan hanya dari luar atau fisik saja.
4. Laki-laki itu harusnya bersyukur, karena kegantengan itu anugerah yang diberi sama yang kuasa. Sebaiknya laki-laki menjadi dirinya sendiri, Saat anda berhenti ‗jaga image‘ atau ‗berusaha keras menjadi orang lain‘, maka anda akan lebih membuka diri anda apa adanya, sehingga anda akan lebih mudah didekati dan diajak bicara. Karena orang akan mendekati bukan karena seberapa gantengnya anda, tetapi seberapa mudah anda untuk membuka diri untuk didekati.