Thursday, 11 June 2015

Contoh Puisi Ketika Senja Beranjak Pudar


KETIKA SENJA BERANJAK PUDAR
Oleh Atikah Ujiarti

Aku menapaki jalan terjal nan tajam..
Perih .... sakit...
Sungguh, aku tak berpura..
Itu yang ku rasakan...
Aku tak kuasa..
Sungguh, aku tak kuasa...

Ketika senja beranjak pudar..
Derai air ini mengalir...
Deras.. dan semakin deras..
Ini bukan sembarang air,
Ini air kepedihan, air yang mewakili suasana hatiku saat itu..
Saat itu, 25 Juli 2011
Ketika senja beranjak pudar..

Ibu...
Bibirku bergetar hebat kala ku bisikkan kata itu..
Singkat, namun bermakna dalam..
Sungguh, aku berusaha tegar..
Aku mencoba berdiri..
Aku mencoba tersenyum..
Disaat mereka memandangku iba..
Disaat mereka memelukku penuh haru..
Dan disaat mereka membisikkan kalimat, "Beliau telah bahagia bersamaNya"

Ketika senja beranjak pudar...
Ketika itu pula jiwa ragaku rapuh, lemah..
aku terjatuh, aku menahan perih yang luar biasa..

Tuhan,
inikah takdirku?
takdir yang sama sekali tak kuharapkan,
Kehilangan 2 sandaran dalam hidupku..

Ayah..
Ibu...
secepat inikah kalian meninggalkan putra putrimu?
Sungguh, aku tak kuasa membendung derai air mata ini..

Tuhan, kuatkanlah aku ...
Tuhan, peluklah diriku..
Agar aku tetap dapat berdiri,
Meskipun sesungguhnya aku tak mampu lagi tuk menopang tubuh rapuh ini..
Ketika senja beranjak pudar,
Ketika adzan maghrib perlahan di kumandangkan,
Ketika sang surya berganti menjadi ribuan bintang,
Dan ketika itu pula samar-samar ku pandang wajahnya di ujung sana,
Cantik, sangat cantik..
Sungguh menawan mengenakan gaun putih suci nan indah..

"Ibu..." Bisikku sendu..
Ia tersenyum, tersenyum manis menatapku,
lalu menghampiriku sembari berkata :
" Yang rukun ya sama kakak dan adik, jaga adikmu baik-baik "

Deras...
Kali ini air mataku semakin deras mengalir ..
Sangat deras...

"Ibu........."

Aku berteriak, aku berlari, aku berusaha mengejar bayangnya..
Namun kemana?

Aku tak tahu.