BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berbicara
tentang Pengembangan evaluasi dan tes Bahasa Arab, dan dalam hal ini proses
pembelajaran pada setiap sekolah, agar dapat berlangsung dengan baik yakni
harus memiliki sebuah standard
penilaian seperti standard
penilaian autentik dan penilaian berbasis
kelas yang merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran yang penting untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran.
Proses
pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Dan penilaian merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian
kurikulum, yang mana dalam penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan
dan kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan
dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, di samping kurikulum yang
cocok dan proses pembelajaran yang benar perlu ada sistem penilaian yang baik
dan terencana.
Seorang
guru yang profesional tentu saja harus menguasai ketiga dimensi ini, yaitu
penguasaan kurikulum termasuk di dalamnya penguasaan materi, penguasaan metode
pengajaran, dan penguasaaan penilaian. Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang berbasis kompetensi menganut prinsip penilaian berkelanjutan
dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja
sama, dan menilai diri sendiri. Dan
standart penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin perencanaan
penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik
secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efesien, dan pelaporan hasil
penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Karena itu,
penilaian dilaksanakan dalam rangka Penilaian Autentik dan Penilaian Berbadis
Kelas. Dikatakan Penilaian Autentik dan Penilaian Berbasis Kelas karena
kegiatan penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran.
B.Rumusan
Masalah
Dalam
tugas ini, hal-hal yang akan dibahas meliputi;
1. Apakah Penilaian
Autentik (Authentic Assesment) itu?
2. Apa saja Jenis-jenis Penilaian Autentik?
3. Bagaimana Penilaian Berbasis Kelas (PBK)?
4. Seperti apa Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas dalam
Pembelajaran?
C.
Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi
tugas mata kuliah Taqwim Tadris al-Lughah al-Arabiyah, diharapkan dengan
makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentangpenilaian autentik
dan penilaian berbasis kelas, dan penjelasan yang terdapat di dalamnya.
Mengingat bahwa penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum, yang mana dalam penilaian
ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh
sebab itu, di samping kurikulum yang cocok dan proses pembelajaran yang benar
perlu ada sistem penilaian yang baik dan terencana. Sehingga kita bisa
mengetahui tentang penilaian autentik dan penilaian berbasis kelas, dan
bagaimana dalam mengambil keputusan tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Penilaian Autentik
(Authentic Assesment).
Pengertian Penilaian Autentik
adalah suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran
terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap pada aktifitas yang relevan dalam proses pembelajaran. Dan juga
bermakna pengukuran secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketika akan menerapkan penilaian ini, yang merupakan sebuah cara
seorang pendidik untuk mengetahui hasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan criteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktifitas mengamati dan mencoba, dan
nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian
Autentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang dapat menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik melalui 5M, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Penilaian Autentik bertujuan untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata, dan dalam
implementasi kurikulum 2013 mengacu pada penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
Implikasi dari diterapkannya standard kompetensi merupakan proses penilaian
yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus
menggunakan acuan criteria penilaian. Dan untuk itu, dalam menerapkan standard
kompetensi guru harus:
a. Mengembangkan kompetensi belajar yang menjamin
pengalaman belajar yang terarah.
b. Mengembangkan penilaian autentik berkelanjutan, yang
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Penilaian ini merupakan proses pengumpulan informasi
oleh pendidik tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai
dan dicapai.[1]
Dalam penilaian autentik terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut ;
v Proses penilaian harus menerapkan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
v Penilaian harus mencerminkan masalah yang relevan
dalam kehidupan sehari-hari anak didik.
v Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode
dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
v Penilaian harus mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran.
Tujuan penilaian di kelas oleh pendidik hendaknya diarahkan pada empat
hal, sebagai berikut ;
a. Untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik
tetap sesuai dengan rencana.
b. Untuk mengecek, apabila terdapat kelemahan-kelemahan
yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran.
c. Untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
d. Untuk menyimpulkan apabila anak didik telah mencapai
kompetensi yang ditetapkan atau tidak.
Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, pendidik
harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuia
dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang
dialaminya. Kegiatan pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian. Ciri
Penilaian oleh pendidik, yaitu;
1. Belajar tuntas, yang mana peserta didik tidak
diperbolehkan mengerjakan pekerjaan atau tugas berikutnya, sebelum mampu
menyelesaikan tugas dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
2. Penilai otentik dengan proses pengumpulan informasim oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik
melalui berbagai teknik.
3. Berkesinambungan yakni memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil terus-menerus dalam bentuk UH, UTS, UAS, dan UKK.
4. Berdasarkan acuan criteria atau patokan ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
5. Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian, yang
mengembangkan serta menyediakan sistem yang bevariasi, seperti: tertulis,
lisan, penilaian diri, pengamatan, dan lainnya.
Ciri-ciri penilaian autentik, antara lain adalah
sebagai berikut;
a.
Memandang
penilaian dan pembelajaran secara terpadu,
b.
Mencerminkan
masalah dunia nyata bukan hanya dunia sekolah,
c.
Menggunakan
berbagai cara dan kriteria,
d.
Holistik(kompetensi
utuh yang merefleksikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
B. Jenis-jenis Penilaian Autentik.
a. Penilaian Kinerja.
Di dalam hal ini, penilaian autentik semampu mungkin
melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek
yang akan dinilai. Yang mana guru dapat melakukannya dengan meminta para
peserta didik menyebutkan unsure tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Caranya dengan merekam hasil penilaian
berbasis kinerja.
b. Penilaian Proyek.
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data.
c. Penilaian Portofolio.
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan
artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
d. Penilaian Tertulis.
Penilaian tertulis yang mana tes tertulis berbentuk
uraian atau esai, yang menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Dan penilaian ini menuntut
peserta didik memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan isian.
Penilaian ini dikembangkan dalam penilaian otentik yang lebih ditekankan pada
penilaian tertulis yang jawabannya berupa isian, dapat berbentuk isian singkat
dan uraian.
Teknik penilaian tes tertulis uraian adalah alat
penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami,
mengorganisasikan gagasan yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tulisan, dan teknik ini
dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kemampuan, yaitu mengemukakan
pendapat, berfikir logis, kritis, dan sistematis, dan menyimpulkan.
e. Penilaian Lisan.
Penilaian lisan disini, berupa tes lisan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung,antar pendidik dan peserta didik.
Pertanyaan lisan merupakan variasi dari tes uraian. Penilaian ini sering
digunakan pada ujian akhir mata pelajaran. Penilaian ini juga bertujuan untuk
mengungkapkan sebanyak mungkin pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang
materi yang diuji.
f. Penilaian Praktik.
Penilaian praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan aktifitas pembelajaran. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi atau indicator keberhasilan yang menurut
peserta didik menunjukkan kerja dan partisipasinya dalam setia tugas praktikum
dalam pembelajaran.[2]
C. Penilaian Berbasis Kelas.
Penilaian Berbasis Kelas(PBK) merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar anak
didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian yang berkelanjutan, otentik,
akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran dibawah wewenang guru
dikelas. Penilaian berbasis kelas mengidentifikasikan pencapaian kompetensi dan
hasil belajar yang di kemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standard
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar anak didik
dan pelaporannya.[3]
Sementara UAN atau UN dimaksudkan dalam rangka standard mutu pendidikan secara
nasional. Penilaian berbasis kelas menggunakan arti penilaian sebagai
assessment, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan
informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah
kegiatan pembelajaran. Data atau informasi dari penilaian dikelas inilah yang
merupakan salah satu bukti yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu
program pendidikan, dan penilaian berbasis kelas merupakan bagian dari evaluasi
pendidikan.[4]
Prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas ;
a. Valid, yang berarti menilai dari apa yang seharusnya
dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
b. Mendidik, yang mana proses dan hasil penilaian dapat
dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi
pendidik, meningkatkan kualitas belajar dan membina anak didik agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
c. Adil dan obyektif, yang mana penilaian berbasis kelas
harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektifitas anak didik , tanpa
mebeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang, budaya, dan lain-lain. Dari sebab
ketidak adilan tersebut akan menyebabkan menurunnya motivasi belajar anak didik
karena merasa dianak tirikan.
d. Terbuka, penilaian berbasis kelas harus dilakukan
secara terbuka bagi berbagai kalangan, baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga keputusan tentang keberhasilan anak didik jelas bagi pihak yang
berkepentingan, tanpa adanya rekayasa.
e. Berkesinambungan, penilaian berbasis kelas harus dilakukan
secara terencana, bertahap, dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran
pencapaian kompetensi anak didik dalam kurun waktu tertentu.
f. Menyeluruh, penilaian berbasis kelas harus dilakukan
secara menyeluruh dan mencakup seluruh aspek, baik aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
g. Bermakna, yang mana penilaian berbasis kelas
diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.
Selain harus dapat memenuhi beberapa prinsip-prinsip umum penilaian,
pelaksanaa penilaian berbasis kelas juga harus memegang prinsip-prinsip khusus,
antara lain;
a. Apapun jenis penilaiannya, harus memungkinkan adanya
kesempatan yang terbaik bagi setiap anak didik untuk menunjukan apa yang mereka
ketahui dan pahami, serta kemampuan yang dimilikinya.
b. Setiap pendidik harus mempu melaksanakan prosedur
penilaian berbasis kelas dan mencatat secara tepat prestasi yang dicapai anak
didik.[5]
D. Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas dalam proses
Pembelajaran.
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan lingkungannya, yang
membuat terjadinya perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. Dan dalam
interaksi tersebutlah banyak sekali factor yang mempengaruhi, baik factor
internal yang datangnya dari dalam diri individu tersebut, maupun factor
eksternal yang datangnya dari luar diri individu atau lingkungan. Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, tugas seorang pendidik yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
peserta didik dan kegiatan belajar mengajar yang efektif serta kondusif. Dan
pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran mencakup tiga tahapan yang dapat
dilakukan penilaian kelas, antara lain ;
1. Pretest (tes awal)
2. Proses pelaksanaan pembelajaran
3. Postest (tes akhir).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Penilaian
Autentik adalah suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk
pengukuran terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap pada aktifitas yang relevan dalam proses
pembelajaran. Dan juga bermakna pengukuran secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Penilaian Autentik bertujuan untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata, dan dalam
implementasi kurikulum 2013 mengacu pada penilaian kompetensi sikap melalui
observasi, penilaian diri, pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Implikasi dari diterapkannya standard kompetensi merupakan proses
penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif
harus menggunakan acuan criteria penilaian. Dalam penilaian autentik terdapat
prinsip-prinsip sebagai berikut ;
v Proses penilaian harus menerapkan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses
pembelajaran.
v Penilaian harus mencerminkan masalah yang relevan
dalam kehidupan sehari-hari anak didik.
v Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode
dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
v Penilaian harus mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran.
Jenis-jenis Penilaian Autentik:
a. Penilaian Kinerja.
b. Penilaian Proyek.
c. Penilaian Portofolio, dan sebagainya.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar anak
didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian yang berkelanjutan, otentik,
akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran dibawah wewenang guru
dikelas. Penilaian berbasis kelas mengidentifikasikan pencapaian kompetensi dan
hasil belajar yang di kemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standard
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar anak didik
dan pelaporannya. Prinsip-prinsip khusus, antara lain;
c. Apapun jenis penilaiannya, harus memungkinkan adanya
kesempatan yang terbaik bagi setiap anak didik untuk menunjukan apa yang mereka
ketahui dan pahami, serta kemampuan yang dimilikinya.
d. Setiap pendidik harus mempu melaksanakan prosedur
penilaian berbasis kelas dan mencatat secara tepat prestasi yang dicapai anak
didik.
DAFTAR PUSTAKA
Masnur, Muslich,. 2007. KTSP Dasar
Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan,. 2010. Penilaian
Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Sofyan, Ahmad,. 2006. Evaluasi Pembelajaran
Berbasis Kompetensi. Jakarta : Uin Jakarta Press.