Tuesday 8 November 2016

“Ulumul Qur’an” MAKALAH Pengertian Asbab An-Nuzul


MAKALAH
Pengertian Asbab An-Nuzul

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah “Ulumul Qur’an
Yang dibina oleh Bapak Maimun, S.H.I., M.Pd.I.


Disusun Oleh:
Imam Hanafi




 












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016-2017

KATA PENGANTAR

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti suasana saat ini. Tujuan pembuatan Tugas Makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliyah Bahasa Indonesia yang di ampu oleh bapak Moh. Hafid Effedy, M.Pd. dan untuk memperoleh pengetahuan yang begitu mendalam.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada segenap yang sudah membantu dalam pembuatan Tugas Review ini yaitu kepada teman-teman kelompok saya,  serta kepada orang tua saya dan bapak dosen yang telah mendoakan dan memberikan motivasinya kepada kami.
Saya sangat menyadari bahwa Tugas Review ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafannya. Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Pamekasan, 22 Oktober 2016
Penulis      


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. LatarBelakang....................................................................................... 1
2. RumusanMasalah................................................................................... 2
3. TujuanPenulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Asal Usul Bahasa Indonesia.................................................... 3
B. Masa lalu sebagai Bahasa Melayu ........................................................ 4
C. Peristiwa-Peristiwa penting.................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B.Saran...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latang belakang
Alqur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Alqur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu beransur-ansur dan bermacam-macam nabi menerimanya.
Kita mengenal turunnya alqur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal namanya Nuzulul qur’an yaitu hari turunnya Alqur’an.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat ayat Alqur’an, akan menimbulkan perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dengan penurunan Alqur’an terjadi didua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun dimekkah disebut dengn Al-Makkiyah sedangkan surat yang turun dimadinah disebut Al-Madaniyah.

1.2. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari Asbab An-Nuzul ?
2.      Apa yang terpenting dan kegunaan Asbab An-Nuzul ?
3.      Bagaimana cara mengetahui riwayat Asbab An-Nuzul ?
4.      Apa saja macam-macam Asbab An-Nuzul ?

1.3. Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari asbab An-Nuzul itu.
2.      Untuk mengetahui kegunaan asbab An-Nuzul.
3.      Untuk mengetahui cara periwayatan asbab An-Nuzul.
4.      Untuk mengetahui macam-macam asbab An-Nuzul.







BAB II
PEMBAHASAN


2.1. PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL
            Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhofah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Secara etimologi, Asbab an-nuzul Adalah sebab- sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbab An-Nuzul, ungkapan asbab An-Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-qur’an[1].
            Banyak pengertian Asbab An-Nuzul secara terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya:
1.      Menurut Az-Zarqani : Asbab An-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-qur’an sebagai penjelas hukum pada saat pristiwa itu terjadi.
2.      Menurut Ash-Shabuni : Asbab An-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadia tersebut,baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3.      Menurut Shubhi Shalih : Asbab An-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Alqur’an terkadang menyiratkan peristiwa itu sebagai respon atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.
4.      Menurut Mana’ Al-Qthathan : Asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Alqur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi.
Asbab An-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Alqur’an masih turun ( ‘ashr at-tanzil ).
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Alqur’an itu sangat beragam, diantaranya berupa: konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi antara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik yang berkaitan dengan sesuatu yang sudah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Alqur’an memiliki Asbab An-Nuzul atau tidak, ternyata telah menjadi kontroversi diantara para uama’. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak semua ayat Alqur’an memiliki Asbab An-Nuzul. sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan ada pula ayat Alqur’an itu diturunkan dengan dilatar belakangi oleh suatu peristiwa (ghoir ibtida’).[2]
2.2. Urgensi dan Kegunaan Asbab An-nuzul
Az-Zarqani dan As-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat bahwa mengetahui Asbab An-Nuzul merupakan hal yang sia-sia dalam memahami Al-qur’an. Mereka beranggapan bahwa mencoba memahami Al-qur’an dengan meletakkan ke dalam konteks historis adalah ama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan seperti ini tidaklah berdasar, karena tidak mungkin menguniversalkan pesan Al-qur’an di luar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna Al-qur’an dalam konteks kesejarahannya.
Urgensi pengetahuan akan Asbab An-Nuzul dalam memahami Al-qur’an yang perlihatkan oleh para ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari para ulama khalaf.
Dalam uraian yang lebih rinci,Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbab An-Nuzul dalam memahami al-qur’an.sebagai berikut:
1.      Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menagkap pesan ayat-ayat Al-qur’an. Di antaranya dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 115 dinyatakan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus shalat, dengan melihat zahir ayat di atas, seseorang boleh menghadap ke arah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Akan tetapi setelah melihat Asbab An-Nuzul-nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat di atas berkaitan dengan seseorang yang sedang ada di dalam perjalanan dan melakukan sholat di atas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.
2.      Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Umpamanya dalam surat Al-An’am [6]  ayat 145 dikatakan:
Artinya:
“katakanlah, tidak kudapati didalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang ingin memakainya, kecuali kalau makanan itu (berupa) bangkai, darah yang mengalir, daging babi, karena semua itu kator, atau binatang yang disembelih bukan atas nama allah.” (QS. Al-An’am:145)
Menurut Asy-Syafi’i, pesan ayat ini tidak bersifat umum (hasr). Untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat diatas, Asy-Syafi’i menggunakan alat bantu Asbab An-Nuzul. Menurutnya ayat ini diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri.
3.      Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-qur’an, bagi ulama’ yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus As-sabab) dan bukan lafadz yang bersifat umum (umum al-lafadz). Dengan demikian, ayat “zihar” dalam permulaan surat Almujadalah [58], yang turun berkenaan Aus ibn samit yang menzihar istrinya (khaulah binti hakim ibn tsa’labah), hanya berlaku kedua orang tersebut. Hukum zihar yang berlaku bagi selain kedua orang itu, ditentukan dengan jalan analogi (qiyas).
4.      Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun. Umpamanya, ‘Aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd. Ar-Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebutkan turunnya ayat: “Dan orang yang mengatakan kepada orang tuanya “Cis kamu berdua....” (Q.S. Al-Ahqaf: 17). Untuk meluruskan persoalan, ‘Aisyah berkata kepada marwan, “Demi Allah bukan dia yang menyebabkan ayat ini turun. Dan aku sanggup untuk siapa orang sebenarnya.”
5.      Memudahkan untuk menghargai dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarnya. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab). Hukum, peristiwa, dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jadian yang bisa mengikat  hati.[3]
2.3. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul
            Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW.Oleh karena itu,tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya,selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian)yang benar (naql ash-shahih) dari orang orang yang melihat dan mendengar langsung dengan turunnya ayat Al qur’an.Dengan demikian,seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan Asbab an-Nuzul.Untuk itu, dalam kitab Asbab an-Nuzul-nya, Al-Wahidy menyatakan bahwa:
 “pembicaraan Asbab An-Nuzul, tidak dibenarkan, kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.”
            Para Ulama salaf sangatlah keras dan ketatdalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan Asbab An-Nuzul.




2.4. Macam-macam Asbabun An-Nuzul

1.      Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzu
            Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbab An-Nuzul, yaitu sharih (visionable/jelas) dan muhtamilah (impossible/kemungkinan). Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan Asbab An-Nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sharih bila perawi mengatakan:
سبب نزول هذه الاية هذا...
Artinya: “Sebab turun ayat ini adalah......
            Atau ia menggunakan kata “makna” (fa taqibiyah) setelah ia mengatakan peristiwa tertentu. Misalnya ia mengatakan:
حدث هذا.......فنزلت الاية.....
Artinya: “telah terjadi......, maka turunlah ayat....
2.      Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul
a.       Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat (Ta’addud As-Sabab wa Nazil Al-Wahid).
Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat Asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama’ mengemukakan cara-cara berikut.
1.      Tidak mempermasalahkannya
Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat-riwayat Asbab An-Nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah (tidak pasti).
2.      Mengambil versi riwayat Asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi sharih
3.      Mengambil versi riwayat yang shahih (valid)
b.      Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Terkadang suatu kejadian menjadi sebab menjadi turunnya, dua ayat atau lebih. Hal ini dalam ‘ulumul Al-Qur’an disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil wa as-Sabab al-Wahid” (terbilang ayat yang turun, sedangkan sebab turunnya satu)[4].

   



BAB III

PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Asbab An-Nuzul secara bahasa berarti sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan allah SWT  Kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam masa lebih kurang 23 tahun.  Asbab An-Nuzul dapat ditinjau dari aspek bentuk dan sebab ayat tersebut turun, Asbab An-Nuzul sangat penting, terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Dan tidak mungkinkita mengetahui penafsiran ayat Al-Qur’an tanpa mengetahui sebab turunnya.
B.     SARAN
Dengan disusunnya makalah ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian ulumul Qur’an, untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulis hanya membahas garis besar saja tentang ulumul Qur’an dan hanya membahas lebih dalam tentang Asbabun Nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.
                   



DAFTAR PUSTAKA

§  Sukardi K.D. 2002 belajar mudah ulumul Al-Qur’an jakarta: PT. Lentera Basritama.
§  Anwar abu. 2009 ulumul Qur’an pekan baru:Amzah.
§  Anwar rosihon. 2015 ulum Al-Qur’an bandung: CV PUSTAKA SETIA.




[1] Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an, Tafakur ( Kelompok Humaniora ) anggota IKP, Bandung, 2009, hlm 25.  
[2] Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm 60-61.
[3]  Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm 62-65.
[4] Moh. Chotib, Ulumul Qur’an, Stain Pamekasan Press, Pamekasan, 2006.