Friday, 8 December 2017

Apakah yang dimaksud dengan penjadwalan agregat




BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Di bidang manajemen operasi dan produksi, puncak pada tahap perencanaan produksi sangat diperlukan, khususnya perencanaan mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran, dan keuangannya. Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi ini jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan produk. Perencanaan produksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan tingginya/rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos simpan/ongkos kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal, hal tersebut dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk. Dalam suatu organisasi yang sehat, para perencana terus-menerus merencanakan jadwal terinci aktivitas untuk beberapa periode mendatang, merencanakan bagaimana kondisi optimal ketersediaan sumber daya dengan ekspektasi permintaan produk, serta mengembangkan strategi penggunaan sumber daya itu.[1]
Alasan yang lebih khusus mengenai penjadwalan agregat, dalam hal ini penulis membahas mengenai penjadwalan agregat (rencana jangka menengah) yang ditujukan bagi periode perencanaan antara satu bulan sampai dengan satu tahun kedepan. Dalam kurun waktu ini fasilitas fisik diasumsikan tetap selama periode perencanaan. Perencanaan agregat mencari kombinasi terbaik untuk meminimasi ongkos atas beberapa pilihan yang dihadapi untuk memenuhi permintaan produk.
Dalam sebuah perusahaan teknik perencanaan agregat adalah hal yang sangat dibutuhkan untuk membuat jadwal induk, dan untuk menjadwalkan sebuah produk, diperlukan data berapa pekerja yang dibutuhkan, kapasitas produksi, kelompok produk, dan lainnya. Pada intinya, dibutuhkan sebuah jadwal yang dapat memenuhi permintaan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu untuk mengangkat judul dalam makalah ini yaitu “Penjadwalan Agregat“.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan penjadwalan agregat ?
2.      Bagaimanakah pentingnya penjadwalan agregat ?
3.      Apa saja karakteristik penjadwalan agregat ?
4.      Apa saja strategi-strategi penjadwalan agregat ?
5.      Apa saja metode-metode penjadwalan agregat ?
6.      Apakah yang dimaksud dengan disagregasi ?
7.      Bagaimakanah penjadwalan agregat dalam sektor jasa ?
  1. Tujuan
1.         Untuk mengetahui definisi dari penjadwalan agregat.
2.         Untuk mengetahui pentingnya penjadwalan agregat.
3.         Untuk mengetahui apa saja karakteristik penjadwalan agregat,
4.         Untuk mengetahui apa saja strategi-strategi penjadwalan agregat.
5.         Untuk mengetahui apa saja metode-metode penjadwalan agregat.
6.         Untuk mengetahui disagregasi.
7.         Untuk mengetahui penjadwalan agregat dalam sektor jasa.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Teori
1.      Definisi Penjadwalan Agregat
Aggregat Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.
AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.
 Jadi Perencanaan aggregat atau penjadwalan aggregat adalah sebuah pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya 3 hingga 18 bulan ke depan).[2]
2.      Pentingnya Penjadwalan Agregat
Pentingnya penjadwalan agregat di kemukakan dalam hubungan level manajemen bahwa perencanaan agregat berada di level manajemen menengah. Dalam APICS Dictionary disebutkan bahwa perencanaan agregat merupakan sebuah proses untuk mengembangkan rencana taktis guna mendukung rencana bisnis operasi. Perencanaan agregat biasanya mencakup pengembangan, analisis, dan pemeliharaan rencana untuk penjualan total, persediaan, sasaran, dan sasaran jaminan persediaan untuk keluarga produk.
Pada umumnya perencanaan agregat adalah untuk memimumkan biaya pada periode perencanaan, sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas produksi, sebagai masukan perencanaan sumber daya, dan stabilitas produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan. Perencanaan agregat berfungsi untuk menerjemahkan perencanaan strategi sedemikian rupa sehingga dapat dilaksaknakan melalui perencanaan operasional.[3]
3.    Karakteristik penjadwalan agregat
Dalam penjadwalan agregat mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Jangka waktunya kira-kira 12 bulan, dengan pembaharuan rencana secara periodik (mungkin bulanan).
b.      Tingkat permintaan produk agregat terdiri dari satu atau beberapa kategori produk, permintaan diasumsikan berfluktuasi, tidak pasti atau musiman.
c.       Kemungkinan terjadinya perubahan variabel suplai dan demand.
d.      Terdapat beberapa sasaran manajemen yang menyangkut inventory rendah, hubungan yang baik dengan pekerja, biaya rendah, fleksibilitas untuk meningkatan keluaran pada masa mendatang, dan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
e.       Fasilitas dianggap tetap dan tidak dapat diperluas.[4]
4.    Strategi-strategi penjadwalan agregat
Pada umumnya, ada empat jenis strategi yang dapat di pilih dalam membuat perencanaan agregat. Pemilihan strategi tersebut tergantung dari kebijaksanaan perusahaan, keterbatasan perusahaan dalam prakteknya, dan penimbangan biaya. Ke empat jenis strategi tersebut adalah sebagai berikut:
a.         Memproduksi banyak barang pada saat permintaan rendah, dan menyimpan kelebihannya sampai saat yang di butuhkan. Alternatif ini akan menghasilkan tingkat produksi relatif konstan, tetap mengakibatkan ongkos persediaan yang tinggi.
b.         Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah.
c.         Melemburkan pekerja. Alternatif ini sering di pakai dalam perencanaan agregat, tetapi ada keterbatasannya dalam menjadwalkan kapasitas mesin dan tenaga kerja yang ada.
d.         Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk. Alternatif ini akan mengakibatkan tambahan ongkos karena subkontrak dan ongkos kekecewaan konsumen bila terjadi kelambatan penyerahan dari barang yang disubkontrakkan.[5]
5.    Metode-metode penjadwalan agregat
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada perencanaan agregat. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
a.         Jumlah tenaga kerjanya tetap dan struktur biayanya linear
·           Trial dan error
·           Program linear
·           Transportasi
·           Programa dinamis
b.         Jumlah tenaga kerjanya berubah ubah dan struktur biayanya linear
·      Program linear
c.         Jumlah tenaga kerjanya berubah ubah dan struktur biayanya non linear
·      Linear decision rule
·      Heuristic search.[6]
6.      Disagregasi
Output dari proses perencanaan agregasi biasanya berupa jadwal produksi untuk pengelompokan produk berdasarkan “famili”. Misalnya untuk produsen mobil, outpu memberikan informasi mengenai berapa mobil yang harus diproduksi, bukan pada mobil yang bermerek A, berseri B ataupun berseri C. Jadi, berupa jumlah keseluruhan output yang dihasilkan tiap periode tertentu, bukan berdasarkan tipe. Sementara proses pemisahan rencana agregat menjadi rencana yang lebih rinci, disebut agregasi. Disagregasi menghasilkan jadwal produksi utama/induk (MPS).[7]
Proses disagregasi bertujuan untuk membuat jadwal produksi setiap item produk secara terperinci, karena perencanaan agregat dilakukan pada tingkat surrogate product. Dalam tahap ini jadwal agregat dipecah menjadi rencana produksi terperinci untuk setiap produk. Metode untuk mendisegrasikan rencana agregat yang dibahas dalam bab ini ialah metode Hax and Meal. Metode Hax and Meal ini pada dasarnya ialah masalah pengendalian persediaan produk jadi yang dibatasi oleh kapasitas produksi. Bedworth dan Bailey menyatakan bahwa model Hax and Meal ini merupakan model yang paling aplikastif jika dibangdingkan dengan model disagregasi lainnya karena taktik perhitungannya tidak terlalu rumit, di samping juga memudahkan pengendalian tingkat persediaan produk jadi.[8]
7.      Penjadwalan Agregat dalam Sektor Jasa
Perencanan agregat dalam bidang jasa pada prinsipnya sama dengan perencanaan agregat dalam bidang manufaktur, yaitu bertujuan untuk memperolah suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan. Dibandingkan dengan perusahaan manufaktur, strategi perencanaan agregat pada perusahaan jasa agak lebih terbatas karena tidak mungkinnya dilakukan pengaturan persediaan sebagai sumber kapasitas. Dalam perusahaan jasa, strategi yang dilakukan lebih sering ke arah pengendalian permintaan atau pengendalian tenaga kerja. Pengendalian permintaan dilakukan dengan promosi, kerjasama/subkontrak, atau pengaturan harga (pricing), sedangkan pengendalian tenaga kerja dilakukan dalam bentuk pengaturan jumlah karyawan atau jumlah jam kerja.[9]
Penerapan perencanaan agregat dalam sektor jasa, di antaranya yaitu :
a.         Restoran :
Pada jasa ini volume produknya tinggi, maka diarahkan kepada:
·           Pemulusan tingkat produksi
·           Penentuan ukuran jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
·      Usaha mengelola permintaan untuk menjaga agar peralatan dan pekerja tetap bekerja
b.         Industri penerbangan
Perencanaan agregat mencakup jadwal atau tabel atas :
·      Jumlah penerbangan masuk dan keluar di setiap pusat
·      Jumlah penerbangan di setiap rute
·      Jumlah penerbangan yang harus dilayani di setiap penerbangan
·      Jumlah awak pesawat dan awak di darat yang dibutuhkan pada setiap pusat dan bandara
c.         Rumah sakit
Masalah yang dihadapi adalah alokasi uang, staf, perlengkapan untuk memenuhi permintaan pasien atas pelayanan jasa rumah sakit yang bersangkutan
d.        Rantai peusahaan kecil nasional
Contohnya adalah jasa fotokopi, percetakan, pusat komputer, yang mana pertanyaan atas perencanaan agregat dan perencanaan independen di setiap badan usaha menjadi sebuah perhatian. Output dan pembelian dapat direncanakan secara terputus apabila permintaan dapat dipengatuhi melalui promosi khusus. Pendekatan ini menguntungkan, katrena menurangi biaya pembelian dan periklanan, dan membantu arus kas di lokasi yang independen.
e.       Jasa lain-lain
Seperti jasa keuangan, transportasi, komunikasi, dan rekreasi memberikan output yang volumenya tinggi namun tidak berwujud. Untuk jasa semacam ini lebih utama pada perencanaan sumber daya manusia dan pengelolaan permintaan.[10]
B.     Hasil Penelitian
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian terhadap “Pabrik Tahu Tono”, dengan menggunakan metode wawancara mengenai “Penjadwalan Agregat”. Yang mana wawancara dilaksanakan pada hari minggu tanggal  03 Desember 2017 yang bertempat di Desa Badung Kecamatan Bugih Pamekasan. Narasumber yang berhasil diwawancarai secara intensif dengan pemilik pabrik tahu yaitu, Bapak Tono. Dan salah satu karyawannya yaitu, Bapak jufri
Semua data hasil penelitian ini diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimana perencanaan produksi yang diterapkan di Pabrik Tahu saat ini?
Menurut narasumber : Saat ini perusahaan melakukan produksi berdasarkan pesanan dan penjualan terhadap pasar-pasar, permintaan yang tidak tetap membuat barang jadi di perusahaan permintaan yang berlebih atau permintaan yang kurang. Dan mengenai persediaan bahan baku, narasumber membeli bahan-bahan persediaan setiap 2hari sekali., karena dalam setiap harinya permintaan dan penjualan terhadap pasar-pasar tetap.
2.    Strategi perencanaan agregat apa yang sebaiknya diterapkan di Pabrik Tahu ?
Menurut narasumber : strategi perencanaan agregat yang terapkan di Pabrik Tahunya yaitu, Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah. Biaya konpensasi dan reorganisasi sering kali harus di keluarkan jika dilakukan pengurangan tenaga kerja. Karena kapasitas fasilitas produksi adalah tetap, maka penurunan produktivitas mungkin akan terjadi jika penambahan tenaga. Dan juga Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk. Alternatif ini akan mengakibatkan tambahan ongkos karena subkontrak dan ongkos kekecewaan konsumen bila terjadi kelambatan penyerahan dari barang yang disubkontrakkan.
3.    Bagaimana perencanaan agregat dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi pada masa yang akan datang ?
Menurut narasumber : perusahaan menggunakan perencanaan agregat untuk tahun 2018 dengan tetap menggunakan Strategi, Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah, Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk, dan mengurangi persediaan bahan baku ketika permintaan rendah sehingga hal tersebut dapat meminimasi pengeluaran.
C.    Analisis
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisiskan bahwa perencanaan agregat  dapat membantu kemajuan Pabrik Tahu, dengan menggunakan  dua strategi, yaitu: Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah, Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk, dan mengurangi persediaan bahan baku ketika permintaan rendah akan meminimasi biaya produksi.
Untuk mendapatkan laba, salah satu cara yang dilakukan perusahaan pabrik tahu untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi adalah dengan meminimumkan biaya-biaya produksi. Selain itu perusahaan diharapkan mampu menghasilkan output yang sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk mendapatkan biaya yang minimum dan menghadapi permintaan yang berfluktuasi, perusahaan dapat membuat sebuah perencanaan agregat, dimana perencanaan agregat ini dilakukan agar kegiatan operasi perusahaan semakin efisien dalam menghasilkan output.
Dari data yang diperoleh dapat terlihat bahwa selama ini perusahaan pabrik tahu tersebut beroperasi cukup bijaksana, karena perusahaan memproduksi tahu tidak melebihi penjualan setiap harinya, sehingga perusahaan bisa menyesuaikan tingkat produksinya berdasarkan peramalan permintaan dan penjualan setiap harinya.





BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Penjadwalan agregat atau bisa disebut juga Perencanaan agregat merupakan perencanaan jangka menengah yang berupa besiness plan yang berisikan rencana kegiatan perusahaan dalam rentang waktu 3-24 bulan yang akan datang.
Pentingnya penjadwalan agregat di kemukakan dalam hubungan level manajemen bahwa perencanaan agregat berada di level manajemen menengah. Pada umumnya perencanaan agregat adalah untuk memimumkan biaya pada periode perencanaan, sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas produksi, sebagai masukan perencanaan sumber daya, dan stabilitas produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.
Karakteristik penjadwalan agregat meliputi : Jangka waktunya kira-kira 12 bulan, dengan pembaharuan rencana secara periodik (mungkin bulanan). Tingkat permintaan produk agregat terdiri dari satu atau beberapa kategori produk, permintaan diasumsikan berfluktuasi, tidak pasti atau musiman. Kemungkinan terjadinya perubahan variabel suplai dan demand. Terdapat beberapa sasaran manajemen yang menyangkut inventory rendah, hubungan yang baik dengan pekerja, biaya rendah, fleksibilitas untuk meningkatan keluaran pada masa mendatang, dan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Fasilitas dianggap tetap dan tidak dapat diperluas.
Strategi penjadwalan agregat meliputi: Memproduksi banyak barang pada saat permintaan rendah, dan menyimpan kelebihannya sampai saat yang di butuhkan. Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah. Melemburkan pekerja. Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk.
Metode penjadwalan agregat ialah: Jumlah tenaga kerjanya tetap dan struktur biayanya linear. Jumlah tenaga kerjanya berubah ubah dan struktur biayanya linear. Jumlah tenaga kerjanya berubah ubah dan struktur biayanya non linear
Disagregasi merupakan Output dari proses perencanaan agregasi biasanya berupa jadwal produksi untuk pengelompokan produk berdasarkan “famili”. Misalnya untuk produsen mobil, outpu memberikan informasi mengenai berapa mobil yang harus diproduksi, bukan pada mobil yang bermerek A, berseri B ataupun berseri C. Jadi, berupa jumlah keseluruhan output yang dihasilkan tiap periode tertentu, bukan berdasarkan tipe. Sementara proses pemisahan rencana agregat menjadi rencana yang lebih rinci, disebut agregasi. Disagregasi menghasilkan jadwal produksi utama/induk (MPS).
Perencanan agregat dalam bidang jasa pada prinsipnya sama dengan perencanaan agregat dalam bidang manufaktur, yaitu bertujuan untuk memperolah suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan. Dibandingkan dengan perusahaan manufaktur, strategi perencanaan agregat pada perusahaan jasa agak lebih terbatas karena tidak mungkinnya dilakukan pengaturan persediaan sebagai sumber kapasitas. Dalam perusahaan jasa, strategi yang dilakukan lebih sering ke arah pengendalian permintaan atau pengendalian tenaga kerja.
  1. Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun penyampaian penulis mohon maaf. Serta penulis akan dengan terbuka menerima segala masukan dari pembaca yang budiman. Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan bagi para pembaca serta lembaga tercinta STAIN Pamekasan.


DAFTAR PUSTAKA
Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin. Manajemen Produksi Modern, Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.
Herjanto, Eddy. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo, 2007.
Kusuma, Hendra. Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Bandung: Andi Yogyakarta, 1999.
Nasution, Arman Hakim dan Yudha Prasetyawan. Perencanaan dan Pengendalian produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Prasetya, Hery dan Fitri Lukiastuti. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2009.
Tampubolon, Manahan P. Manajemen Operasi  dan Rantai Pemasok, Operasition and Supply-Chain Manajement. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014.
Tita, Deitiana. Manajemen Operasional Strategi dan Analisa. jakarta: Mitra Wacana Media, 2011.











DOKUMENTASI


[1] Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan, Perencanaan dan Pengendalian produksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 69-70
[2] Deitiana Tita, Manajemen Operasional Strategi dan Anaisa (jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), hlm. 229.
[3] Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern, Operasi Manufaktur dan Jasa, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm. 174-176
[4] Manahan P. Tampubolon, Manajemen Operasi  dan Rantai Pemasok, Operasition and Supply-Chain Manajement, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hlm. 157-160
[5] Eddy Herjanto, Manajemen Operasi, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 194-197
[6] Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan, Perencanaan dan Pengendalian produksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 83
[7] Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, Manajemen Operasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), hlm. 103.
[8] Hendra Kusuma, Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, (Bandung: Andi Yogyakarta, 1999), hlm. 81-82
[9] Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, Manajemen Operasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), hlm. 103-105
[10] Ibid.,hlm. 103-105.