Saat alam terbuka menerangi dunia.
Saat itu pula ku tak mampu berbuat apa.
Menatap langit biru yang begitu cerah.
Aku hanya mampu tersenyum melihat itu semua.
Aku kini bagaikan burung tanpa sayap
Yang tak bisa terbang bersama yang lain
Selalu menunggu ke ajaiban yang akan datang padaku
Sampai kapan pun aku hanya bisa menunggu dan terus menunggu
Hari demi hari telah ku lewati
Bulan demi bulan silih berganti.
Bahkan tahun pun sudah terlampaui.
Namun tak kian jua keajaiban itu datang kepadaku.
Aku menangis dan terus menerus merintihkan air mata
Tiada henti sampai ragaku tak berdaya.
Sampai suatu saat ada semut merah yang berjalan didepanku.
Memundak makanan yang begitu besar di bahunya.
Saat itu pula ku tak mampu berbuat apa.
Menatap langit biru yang begitu cerah.
Aku hanya mampu tersenyum melihat itu semua.
Aku kini bagaikan burung tanpa sayap
Yang tak bisa terbang bersama yang lain
Selalu menunggu ke ajaiban yang akan datang padaku
Sampai kapan pun aku hanya bisa menunggu dan terus menunggu
Hari demi hari telah ku lewati
Bulan demi bulan silih berganti.
Bahkan tahun pun sudah terlampaui.
Namun tak kian jua keajaiban itu datang kepadaku.
Aku menangis dan terus menerus merintihkan air mata
Tiada henti sampai ragaku tak berdaya.
Sampai suatu saat ada semut merah yang berjalan didepanku.
Memundak makanan yang begitu besar di bahunya.