TUGAS UTS
PENCAK SILAT GHUL-GHUL
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengantar
Antropologi”
Dosen Pengampu: Itaanis Tianah,
S.Sos.M.A.Hum.
Disusun Oleh:
NAMA : MOCH. MA’MUN
NIM : 18201501080032
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
TAHUN AKADEMIK 2016
Pencak Silat Ghul-Ghul (Kecamatan Guluk-Guluk dan Ganding
Sumenep)
A. Pengertian Pencak Silat
Berbicara tentang Pencak Silat, maka
yang ada di pelupuk mata adalah sebuah pertarungan yang menegangkan sekaligus
mengasyikkan. Ketegangan itu dibangun ketika menyaksikan kecepatan serta
keluwesan gerakan yang dipertontonkan oleh para pesilat. Konon, seni bela diri
ini asli Indonesia dan telah menyebar merata di seluruh kepulauan nusantara.
Bahkan melanglang sampai ke negara tetangga, Malaysia, Thailand dan Cina.
Seni bela diri Pencak Silat
merupakan sebuah prosesi pertarungan yang melibatkan satu orang (tunggal), dua
orang (berpasangan) atau lebih dalam sebuah arena. Dalam pertarungan Pencak
Silat ini, ada yang menggunakan senjata tajam atau hanya menggunakan tangan
kosong. Adapun gerakan yang paling spesifik dari Pencak Silat adalah
lompatan-lompatan energik dan luwes, tangkas serta sedikit banyak mengandung
unsur seni akrobatik. Disamping itu, gerakan-gerakan dalam Pencak Silat
mempunyai persamaan dengan seni tari dari segi ketepatan gerak, gerak di udara
dan seni pertarungan. Dan didalamnya terdapat tehnik pengendalian diri, baik
dari segi mental dan fisikal.
Disamping menguasai tehnik bertarung
yang mengandalkan kecekatan, ketangkasan dan kemahiran, para jawara silat
biasanya membekali diri dan menguasai ilmu-ilmu pendukung lainnya. Penguasaan
ilmu kekebalan tubuh ataupun ilmu tenaga dalam (kanoragan) diyakini akan mampu
memberikan support kekuatan mental.
Selain digunakan dalam
pertarungan, gerakan-gerakan Pencak Silat sering dimodifikasi menjadi gerakan
dasar tarian dalam genre kesenian. Pengaruh pola gerak Pencak Silat dapat
diketemukan pada kesenian Topeng, Ludruk, tari laki-laki dalam tayub dan
beberapa gaya hadrah. Pada umumnya, pemakaian acuan gerakan Pencak Silat
berkenaan dengan pengungkapan tantangan, keberanian, kewiraan, kekuatan serta
rasa percaya diri baik dari segi fisikal dan metal.
Penyebaran seni Pencak Silat di
berbagai daerah di Nusantara, ternyata mampu menciptakan gerakan-gerakan, gaya
serta versi yang berbeda, sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi daerah.
Begitu pula yang terjadi di wilayah Sumenep, seni bela diri Pencak Silat
pertama kali menjadi andalan para putra raja di lingkungan keraton, setelah itu
menyebar di kalangan rakyat dan sangat diminati oleh kalangan pemuda. Pada
akhirnya jenis seni Pencak Silat menjadi primadona di kalangan rakyat
kebanyakan.
Dalam perkembangannya, seni bela
diri Pencak Silat mengalami pembaharuan yaitu dengan memasukkan unsur seni
lainnya dalam setiap pementasan. Unsur tari dan unsur musik tersebut tidak
mengurangi substansi dan nilai-nilai yang ada, bahkan cenderung memperkuat
dengan kemasan gerakan-gerakan yang lebih indah. Masyarakat pencinta Pencak ini
menamakan “Silat Ghul-Ghul”. Nama Ghul-Ghul berasal dari kependekan
Guluk-Guluk.
Pencak Silat Ghul-Ghul pada awalnya
dikembangkan di lingkungan pondok Pesantren, dan merupakan perpaduan antara
pencak silat dan musikal. “Pencak” yang mempertontonkan kecekatan, ketangkasan
dan ketahanan fisik serta ilmu tenaga dalam ini mampu diperagakan dalam
gerakan-gerakan luwes, indah dan gemulai serta diiringi oleh hentikan alat
musik gendang. Tidaklah mengherankan kalau perpaduan gerak tangkas dan gerakan
luwes tarian tersebut mampu menarik minat serta menyedot perhatian masyarakat
untuk mempelajarinya. Sehingga pada masa itu perkumpulan-perkumpulan silat
Ghul-Ghul tumbuh bagai jamur di musim penghujan.
B.
Sejarah Singkat Kesenian Musik Ghul-Ghul
Ghul-Ghul merupakan budaya kesenian musik
yang juga termasuk pada gamelan. Kata Ghul-Ghul
itu sendiri berasal dari kependekan Guluk-Guluk dimana awal mulanya kesenian
ini muncul, yaitu di Guluk-Guluk Sumenep. Tetapi kesenian Ghul-Ghul masih
termasuk pada kesenian yang didalamnya terdapat gamelan. Dimana Gamelan pada
awalnya dibawa oleh aliran-aliran Sunan Kalijaga yang pertama kali menyebarkan agama
islam lewat kesenian musik. Gamelan pada masa itu dimainkan disebuah masjid
dimana bagi yang ingin melihat atraksi gamelan tersebut mereka dapat
membayarnya dengan membaca dua kalimat syahadat sebagai syarat untuk memasuki
arena pementasan gemelan yang dipentaskan.
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, budaya
gamelan khususnya Ghul-Ghul disini sudah hampir mengalami kepunahan dengan
masuknya musik-musik modern yang didukung dengan mudahnya media informatika
dalam mempopulerkan budaya-budaya asing itu sendiri, sehingga budaya lokal yang
cenderung gagap akan dunia informatika, akan semakin tak dapat dilihat. Tetapi
dengan adanya partisipasi dan optimisme masyarakat pada kesenian Ghul-Ghul
untuk membudayakannya, walaupun hanya sebagian saja dari kalangan masyarakat
yang peduli dan mau berperan aktif sebagai pelaku dan pemilik dari kebudayaan
itu sendiri. Maka sangat mungkin kebudayaan kita akan tetap dalam kebugaran.
Seperti penelitian yang sedang kami teliti saat ini yaitu
Budaya Kesenian Musik Ghul-ghul di Desa Rombiya Timur Kecamatan Ganding
Sumenep. Budaya kesenian musik Ghul-ghul di Desa Rombiya Timur sampai saat ini
masih ada dan anggotanya semua masih exis, da masih lengkap, dimana
ditambah dengan adanya pancak silat yang anggotanya masih segar-segar dan
muda-muda.
C.
Modifikasi Berbagai Aliran Silat
Seperti halnya permainan Pencak
silat pada umumnya, dasar-dasar dari gerakan silat adalah sama. Gerakan pencak
yang dimainkan biasanya memodifikasi dari berbagai gerakan silat yang sudah
ada, serta memainkan dari berbagai versi daerah. Pada umumnya para pesilat
Ghul-Ghul didominasi pesilat laki-laki. Dalam setiap pementasan pesilat ini
memperagakan gaya permainan yang sudah dibakukan, diantaranya : gaya Malaju
berasal dari Sumenep, gaya Bhabiyan berasal dari pulau Bawean, gaya Cemandik
berasal dari Betawi dan gaya Pamor yang berasal dari Pamekasan.
Adapun ciri-ciri yang membedakan gerakan-gerakannya, sebagai
berikut ;
- Gaya
Malaju (Sumenep) gerakan dalam gaya ini sangatlah halus, luwes dan
gemulai. Dibalik kehalusan dan keluwesan, setiap gerakan yang dimainkan
mengandung tenaga dalam tinggi. Setiap tendangan yang dilontarkan
mengandung jurus-jurus mematikan.
- Gaya
Bhabiyan (Bawean), gaya permainan ini adalah perpaduan silat dan
tari. Sehingga tidaklah mengherankan kalau gaya Bhabiyan cenderung
pada gerakan-gerakan tarian dan keindahan penampilan. Tujuan dari permainan
gaya ini adalah menciptakan suasana menyenangkan. Sehingga jurus-jurus
yang dimainkan tidak mengandung tenaga dalam tinggi serta
tendangan-tendangan yang dilontarkan tidak hebat dan mematikan.
- Gaya
Cemandik (Betawi), gaya ini mirip gaya Bhabiyan, yaitu
gerakan-gerakan silat cenderung pada gerakan tarian. Namun dibalik
keindahan dan keluwesan setiap gerakan, mengandung satu kekuatan tenaga
dalam yang dahsyat dan mematikan.
- Gaya
Pamor (Pamekasan), permainan dalam gaya ini cenderung kasar. Setiap
gerakan yang dimainkan adalah mempertontonkan kepandaian dan ketangkasan
bertarung. Namun dalam diri para pesilat tidak mempunyai/memiliki tenaga
dalam dan jurus-jurus yang dimainkan tidak mematikan. Oleh sebab
itu, ketika tampil para pesilat melengkapi penampilannya dengan
senjata tajam, misalnya celurit. Alat tersebut digunakan untuk memamerkan
keperkasaan.
Adapun alat musik pengiring
permainan silat Ghul-Ghul, terdiri dari beberapa alat musik, yaitu 1
gendang besar, 3 gendang kecil (ketipung), 1 jidur dan 1 kerca.
Adapun para penabuh terdiri dari 5 personel. Tujuan dari memasukkan unsur musik
adalah memberikan semangat agar permainan silat Ghul-Ghul semakin menyenangkan
dan menggairahkan.
Dalam setiap pementasan, unsur musik
menjadi sangat dominan ketika mengikuti langkah-langkah kaki para pesilat saat
berlaga. Permainan irama dalam musik pun beragam, disesuaikan dengan gaya yang
dimainkan oleh para pesilat. Adapun irama musik yang dimainkan silat Ghul-Ghul
pada saat pementasan: pertama, irama Serama, yang terdiri
dari dua unsur, Serama Teter dan Serama Biyasa, kedua
; irama Bhabiyan, terdiri dari dua, yakni Bhabiyan Sumenebben dan
Bhabiyan Palembhang. Ketika menampilkan pencak gaya Malaju,
irama yang dimainkan adalah irama musik Serama, gaya Cemandik,
diiringi irama Serama Teter, gaya Bhabiyan diiringi oleh irama Serama
Teter, gaya Bhabiyan Sumenebben dan Bhabiyan Palembhangmemakai
irama Serama Teter. Untuk gayaPamor, irama musik yang dimainkan
adalah Serama Biyasa.
Ketika sedang beristirahat permainan
musik tetap dimainkan, adapun nama irama-nya adalah : Ayak Komedi,
Ayak Sampang, Polisiyan dan Tenggian. instrumental yang
didominasi pukulan gendang tersebut, ternyata mampu membangkitkan
kegairahan kepada para pesilat untuk lebih piawai menunjukkan kecepatan dan
ketepatan pukulan sekaligus mempertontonkan kelenturan tubuh. Sehingga tontonan
yang dikemas dalam pementasan tersebut semakin memikat.
D.
Proses Pertunjukan
Komunitas pencinta Pencak Silat
Ghul-Ghul ada di wilayah kecamatan Guluk-Guluk dan Ganding, Sumenep. Komunitas
ini setiap setengah bulanan mengadakan pertemuan rutin dengan cara menampilkan
acara Pencak di sebuah arena terbuka. Biasanya pementasan diadakan bergiliran
sesuai dengan jadwal yang diatur, atau pada saat salah satu anggota memperoleh
undian arisan. Selain itu perkumpulan tersebut sering diundang ketika seseorang
sedang melaksanakan hajatan ataupun dalam acara pengajian. Tak jarang beberapa
perkumpulan silat Ghul-Ghul tampil dalam satu arena, dengan tujuan adu
kepandaian, kepiawaian dan kehebatan ketika tampil memainkan jurus-jurus silat
mematikan. Meskipun tampil dalam satu arena permainan, keharmonisan antar
perkumpulan tetap terjaga.
Dalam setiap penampilan arena yang
dipergunakan menempati halaman yang sangat luas, serta didirikan sebuah
panggung. Adapun prosesi penampilan dalam setiap pertemuan sebagai berikut:
Pertama adalah prakata yang disampaikan
oleh ketua dan wakil ketua perkumpulan. Isi dari prakata tersebut adalah
perkembangan perkumpulan silat serta tujuan diadakannya perkumpulan. Setelah
itu acara dilanjutkan dengan penampilan atraksi Can-macanan (berkostum
harimau, dimainkan oleh 1 atau 2 orang). Atraksi ini menampilkan kepandaian dan
kemahiran melakukan gerakan-gerakan lompatan, bergulingan ataupun gerakan
akrobatik. (Can-macanan mengadopsi dari budaya Cina, Barongsai). Adapun
musik yang dimainkan dalam penampilan Can-macanan adalah irama Serama
Teter, tetapi tidak menggunakan alat musik Jidur
Setelah penampilan atraksi Can-macannan
yang mendebarkan usai, para penonton disuguhi penampilan pelawak, dengan
memakai kostum badut. Penampilan para pelawak ini mampu mengocok perut
penonton, sehingga suasana semakin hangat dan menyenangkan. Setelah acara
lawakan usai, maka penampilan permainan silat dimulai. Pertama-tama yang tampil
adalah permainan tunggal, 5 sampai 7 orang pesilat menampilkan permainan silat Kembhangan.
Para pesilat tunggal ini, memperagakan berbagai macam kemahiran,
ketangkasan serta keluwesan gerak.
Setelah penampilan silat Kembhangan
selesai, maka inti permainan pertandingan dimulai. Para pesilat secara
bergantian memamerkan ketangkasan, kehebatan tendangan dan jurus-jurus silat
dengan kelenturan tubuh, gerak yang gemulai, indah mempesona. Walaupun dalam
posisi bertanding, jurus-jurus yang
dimainkan tidak sampai menimbulkan cedera pada lawan tanding. Karena kemahiran
yang dipertontonkan dalam pertandingan tersebut hanya ber-tujuan melihat
perkembangan kemampuan para pesilat dalam satu perkumpulan.
Pada acara inti pertandingan silat
Ghul-Ghul, terkadang ada beberapa pesilat dari perkumpulan lain mengambil
bagian memamerkan kemahirannya bermain silat. Walaupun dalam posisi bertanding,
para petanding lebih mengutamakan nilai-nilai persahabatan dan persaudaraan.
Sehingga kehebatan dan kepiawaian dalam menguasai berbagai gaya ilmu silat,
hanya dipamerkan dalam bentuk gerakan-gerakan tanpa menciderai lawan tanding,
karena pertandingan tersebut tidak bertujuan mencari pemenang.
Silat Ghul-Ghul merupakan sebuah
media menjalin tali ukhuwah Islamiyah. Maka tidak mengherankan
perkumpulan-perkumpulan yang ada di setiap desa sering mengadakan pertunjukan
bersama atau saling mengundang. Di samping itu silat Ghul-Ghul sering
dipentaskan apabila merayakan hari-hari besar Islam ataupun diundang dalam
acara hajatan.
Adapun pakaian yang dikenakan oleh
para pesilat biasanya memakai seragam satu warna, yaitu hitam-hitam atau
putih-putih. Dengan model baju longgar, celana longgar serta aksesoris lain
seperti ikat kepala. Untuk para penabuh pakaian yang dikenakan berwarna hitam-hitam,
celana sebatas lutut (komprang), dipadu kaos bergaris (warna merah-putih),
dengan aksesoris lainnya, pemakaian odheng serta kain ikat di bagian
pinggang.
E.
Sebagai Sarana Silaturahmi
Konon kabarnya, dekade tahun 60-an
sampai dengan 70-an, perkumpulan-perkumpulan silat Ghul-Ghul hampir merata ada
di setiap desa dalam wilayah kecamatan Guluk-Guluk. Perkumpulan-perkumpulan
tersebut biasanya dipimpin oleh seorang jawara (guru silat) yang mumpuni dan
kondang. Di tempat perkumpulan itulah, para pesilat muda digodok mempelajari
jurus-jurus silat dan media arisan digunakan sebagai tali pengikat antar sesama
anggota. Pertemuan rutin diadakan setiap setengah bulanan atau setiap bulan
sekali. Dalam pertemuan tersebut diperagakan keahlian dan kepandaian pesilat muda,
sekaligus sebagai arena untuk menguji sejauh mana pesilat muda mampu menyerap
ilmu yang disampaikan oleh sang guru.
Saat ini komunitas pencinta Pencak
Silat Ghul-Ghul hanya tinggal hitungan jari. Untuk pelestariannya, para jawara
(jago) senior mulai merekrut kaum muda untuk mempelajari serta menggeluti seni
bela diri ini. Sehingga tidaklah mengherankan, kalau atraksi ini masih dapat
disaksikan ketika ada hajatan, ataupun saat-saat gebyar meriah memperingati
hari besar Nasional, tujuh-belasan. Dalam acara tersebut biasanya para jagoan,
baik secara individu maupun kelompok turun gunung memamerkan ketangkasan,
kelincahan, kegesitan sekaligus kelenturan, keindahan gerakan dalam satu arena.
Menjadi komoditas tontonan yang sangat apik, menarik dan memikat.