(KUTUB
AL-SITTA)
MAKALAH
Tugas ini di ajukan
untuk memenuhi mata kuliah ulumul hadis yang
Di ampuh oleh:
Bapak Delta Yaumin
Nahri, Lc., M, Th.I
Di
susun oleh 12:
Sitti
Sofiah
Sitti
Sutartina
Tsuwaibatul
Islamiyyah
Yuliantika
Yuliawati
PROGRAM
STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Tidak ada ungkapan
kata yang paling baik dan berkah bagi kehidupan ini, kecuali memanjatkan rasa
syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia, taufiq, dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Al-jarh Wa Al-Ta’dil dengan baik.
Hal ini semata-mata ikhlas lillahi ta’ala dalam rangka menuntut ilmu dan
memenuhi tugas Mata kuliah ulumul hadits.
Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang
mana dengan perjuangan beliau kita dapat berada dalam cahaya Islam dan Iman.
Selanjutnya kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangan, sehingga sangat mengharap saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami
berdo’a semoga makalah ini akan membawa manfaat kepada penulis dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar
Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan
Masalah...................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A. Imam
Bukhari.......................................................................................................... 3
B. Imam
Muslim........................................................................................................... 4
C. Imam
Abu Daud...................................................................................................... 5
D. Imam
Tirmidz........................................................................................................... 6
E. Imam
Al-Nasa’i........................................................................................................ 7
F. Imam
Ibnu Majah.................................................................................................... 8
BAB III : PENUTUP..................................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................................ 10
B. Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 11
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sumber dari segala sumber hukum utama atau pokok yang didalam agama
islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Selain sebagai sumber hukum, Al-Quran dan
As-Sunnah juga merupakan sumber islam pengetahuan yang universal. Isyarat sampai
kepada ilmu yang mutakhir telah tercantum di dalamnya. Oleh karenanya siapa
yang ingin mendalaminya, maka tidak akan ada habis-habisnya keajaibannya.
Untuk mengetahui As-sunnahatau hadits-hadits Nabi, maka salah satu
dari berberapa baagian penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui
adalah mengetahui profil atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan hadist,
yang dengan jasa-jasa mereka kita yang hiduppada zaman sekarang ini dapat
dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat
lengkap dan sistematis serta dapat melaksanakan atau meneladani kehidupan
Rasulullah untuk beribadah seperti yang dicontohkannya.
Abad ketiga hijriah merupkan kurun waktu terbaik untuk menyusuh
atau menghimpun ternama hadis Nabi di dunia islam. Waktu itulah hidup enam
penghimpun ternama Hadits Shahih yaitu:
1.
Imam
Bukhari
2.
Imam
Muslim
3.
Imam
Abu Daud
4.
Imam
Tirmidzi
5.
Imam
Nasa’i
6.
Imam
Ibnu Majah
B.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana
biografi perawi hadis Imam Bukhari?
b.
Bagaimana
biografi perawi hadis Imam Muslim?
c.
Bagaimana
biografi perawi hadis Imam Abu Daud?
d.
Bagaimana
biografi perawi hadis Imam Tirmidzi?
e.
Bagaimana
bigrafi perawi hadis Imam Nasa’i?
f.
Bagaimana
biografi perawi hadis Imam Ibnu Majah?
C.
Tujuan
Masalah
a.
Untuk
memahami biografi perawi hadis Imam Bukhari
b.
Untuk
memahami biografi perawi hadis Imam Muslim.
c.
Untuk
memahami biografi perawi hadis Imam Abu Daud.
d.
Untuk memahami biografi perawi hadis Imam
Al-Tirnidzi
e.
Untuk
memahami biografi perawi hadis Imam Al-Nasa’i.
f.
Untuk
memahami biografi perawi hadis Imam Ibnu Majah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Imam
Bukhari
Namanya Abu Abdillah
Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah al-ju’fi
al-Bukari. Lahir di bukhara, hari jum’at 13 Syawal 194 H, wafat di semarqand,
malam waktu hari raya waktu isya’ 256 H.[1]
Beliau dikenal sebagai
al-Bukori, tidak lama dari setelah beliau lahir, beliau kehilangan
penglihatannya. Beliau di didik dalam keluarga yang taat beragama, ayahnya
adalah seorang ulama’ yang bermazhab maliki dan merupakan murid dari imam
malik, seorang ulama besar dan ahli fiqih, ayahnya wafat ketika ia masih kecil,
beliau mulai menuntut ilmu sejak usia dini tahun 205 H, beliau berguru kepada
as-Syaikh ad-dakhili ulama ahli hadis
masyhur di bukhora, pada usia 16 Tahun beliau bersama keluarganya mengunjungi
kota Mekkah dan Madinah, di kudua kota tersebut dia mengikuti kuliah para guru
besar hadis. Bukhori pergi menjumpai guru
guru hadis di berbagai negeri. Beliau pergi ke baghdad, Basrah, Kuffah,
Mekkah. Madinah, Syam, Mesir. Beilau belajar dari banyak guru dan menulis
seribu guru, kecintaan beliau yang mengantarkan beliau kepuncak keilmuan saat
itu, bahkan sampai jadi imam bagi kaum muslimin dalam bidang hadis. Tokoh-tokoh
memberikan julukan kepada beliau Amirul Mu’minin fi Al-Ahadi, beliau
sangat terkenal waro’ ahli ibadah selain ahli ilmu.
Beliau dalam penelitian
hadis untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis shohih menghabiskan waktu dalam
16 Tahun untuk mengunjungi berbagai kota untuk menemui para perawi hadis, mengumpulkan
dan menyeleksi hadisnya. Ketika di Bagdad tidak semua hadis beliau hafalkemudian
diriwayatkan, tetapi diseleksi terlebih dahulu dengan penyeleksian yang ketat,
apakah sanad dari hadis tersebut bersambung dan apakah perawi hadis itu
terpercaya dan tsiqah (kuat). Akhirnya, Bukhari menulis sebanyak 9082 hadis
dalam kitabnya aljami’ussohin, karyanya antara lain: Sohih Bukhari, Al-Adab
Al-Mufrad , Ad-Du’afa, As-Shogir, At-Tharikh as-Shogir , A-ttaraikh al Ausath.
Sejak kecil, Imam
al-Bukhari menunjukkan bakat cemerlang yang sangat luar biasa. Terutama
mengenai ketajaman ingatan dan hafalan yang melebihi manusia biasa.[2]
Imam Bukhari menetapkan
bahwa hadis sohih adalah hadis yang keshahiannya disepakati oleh para tsiqah
itu sendiri, selain itu mata rantai sanad hadis itu harus bersambung, tidak
terputus, syarat yang ditetapkan oleh Bukhari ini hampir tidak pernah
diterapkan oleh ulama’ lain.
B.
ImamMuslim
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia di lahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab Tahun 261 H dan dikuburkan di Naisaburi.[3]
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia di lahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab Tahun 261 H dan dikuburkan di Naisaburi.[3]
Ia juga sudah belajar
hadis sejak kecil seperti Imam Al-Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al-Bukhari
dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadis dari Imam Muslim,
termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa
karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab
sahihnya yang dikenal dengan sahih muslim.
Ia belajar hadis sejak
usia dini, yaitu saat ia berusia 16 Tahun, yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke
Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan negara-negara lainnya.
Ia berkali kali
mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama hadis, dan kujungannya
yang terakhir pada 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, ia sering
datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan
ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia
bergabung dengan Bukhari sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan
dengan Az-Zihli padahal Az-Zihli adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap
Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam sahih-nya, yang diterima dari
Bukhari, padahal Bukharipun gurunya. Tampaknya menurut muslim, yang lebih baik
adalah tidak memasukkan hadis-hadis yang datang dari kedua gurunya itu kedalam
sahih-nya, namun tetap mengakui mereka sebagai guru.
Imam Muslim wafat pada
minggu sore dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar
Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M dalam usia 55 Tahun.
C.
Abu
Daud
Nama lengkap Abu Daud
adalah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Syidad bin Amar bin al-Azdi
as-sijistani. Beliau adalah Imam dan tokoh ahli hadis, serta pengarangnya
kiutab sunan. Beliau dilahirkan pada Tahun 202 H. Di Sijistan. Abu Daud wafat
di Basrah, tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana yang telah di
ceritakan. Ia wafat tanggal 16 syawal 275 H.
Sejak kecil Abu Daud
sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba
ilmunya. Sebelum dewasa, beliau mempersiapkan diri untuk terjun ke berbagai
negeri. Beliau belajar hadis dari ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam, Mesir,
Girak,Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya. Pengembaraannya ke beberapa
ke negeri itu menunjang dia untuk mendapatkan hadis sebanyak banyaknya.
Kemudian, hadis itu disaring lalu ditulis pada kitab sunan sebagai buku
pegangan.Abu Daud menyusun kitabnya khusus hanya memuat hadis-hadis hukum dan
sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai,kitab sunan itu ditunjukkan
kepada ulama hadis terkemuka, Ahmad bin Hanbal. kemudian Imam Ahmad bin Hanbal
mengatakan kitab itu sangat bagus.
Abu Daud dalam sunannya
tidak hanya mencantumkan hadis-hadis sahih semata sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Imam Bukharidan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula
kedalamnya hadis sahih, hadis hasan, hadis dhaif yuang tidak terlalu lemah dan
hadis yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadis-hadis
yang sangat lemah ia jelaskan kelemahannya.
Kitab ini adalahkitab
yang berisi 4.800 hadis yang diseleksi oleh penyusunnya dari 50.000 hadis.
Sunan Abi Daud ini sangat terkenal di kalangan ahli fiqih (fuqaha’) karena
kitab ini mengumpulkan hadis-hadis hukum. Penyusunnya mengatakan bahwa dia telah
menyodorkan kitabnya tersebut kepada Imam
Ahmad bin Hanbal dan beliau menilainya sebagai kitab yang bagus dan
baik.
D.
Imam
Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah
Imam al-Hafiz abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Ddahak
As-sulami At-Tirmidzi. Ia adalah salah seorang ahli hadis keenam, dan pengarang
berbagai kitab yang masyhur. Ia lahir pada 209 H di kota Tirmiz.[4]
Imam al-Tirmidzi
merupakan sosok manusia yang shalih, taqwa wara’, zuhud, dan yang tak kalah
pentingnya, kekuatan hafalannya diakui oleh para ulama. Abdurrahman bin
Muhammad al-Idrisi menuturkan, “muhammad bin isa saurah al-Tirmidzi al-Dharir
adalah seorang imam dalam ilmu hadis yang pendapat banyak dirujuk para ulama.
Beliau mengarang kitab al jami’, al-Tawarikh (srejarah), dan al-Uilal.
Sosok yang alim lagi brilian (cemerlang) ini diakui kekuatan hafalannya’’
Kriteria Imam At-Turmidzi dalam mensahihkan hadis lunak,
tidak mutasyaddid (ketat) dalam kenyataan lain pernyataan sahih atau hasan
terhadap suatu hadis tidak dapat dijadikan sebagai pegangan ketika pernyataan
tersebut tidak diiringi oleh ulama yang lain. Dalam menyampaikan hadis, beliau memang terkadang meriwayatkannya dari
perawi yang su’ul al-hifz (kemampuan hafalannya buruk) dan perawi yang terkang
wahm. Akan tetapi beliau tidak hanya mendiamkannya tanpa keterangan, melainkan
menjelaskannya.
Setelah menjalani
perjalanan yang panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,bertukar pikiran,
dan mengarang, pada akhir kehidupannya ia ditimpa musibah kebutaan. beberapa Tahun
lamanya, ia hidup sebagai tunanetra. Dalam keadaan seperti inilah, akhirnya At-Tirmidzi
meninggal dunia. Ia wafat di Tirmidz pada malam senin 13 Rajab tahun 279 H (8
oktober 892) dalam usia 70 Tahun.
E.
Imam
Nasa’i
Nama lengkapnya
adalah Abu Abdurrahman Ahmad Ibnu Syuaib bin Ali Ibnu Abi bakar Ibnu sinan Annasa’i.
Ia terkenal dengan nama seperti tenggelam ditelan keharuman nama Al-mujtaba.
Dari Al-mujtaba inilah, kemudian kitab ini kondang dengan nama Annasa’i
sebagaimana kita kenal sekarang tampaknya untuk selanjutnya, kitab ini tidak
mengalami perubahan nama seperti yang terjadi sebelumnya.
Ia mulai
menjalani pengembaraan untuk mempelajari hadist-hadist ketika beliau berumur 15
tahun. Sebagian Muhaddisin menilai, bahwa beliau lebih hafid dan lebih tinggi
pengetahuannya dibanding dengan imam muslim dalam bidang hadist.[5]
Beliau dianggap
salah satu pemimpin besar dibidang sastra hadist. Dan dia menjadi cendikiawan
dalam semua aspek hadist dan haafal sebagian besar jumlah hadist sehingga dia
dijuluki Hafid (penghafal hadist).
Setahun
menjelang wafat, Imam An-Nasa’i pindah dari Mesir ke Damsyik. Tampaknya, tidak
ada konsensus Ulama’ tentang tempat tinggalnya. Ad-Daruputni mengatakan bahwa Imam
An-Nasa’i wafat di Mekah dan dikebumikan diantara Sofa dan Marwah. Pendapat
senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah Al-Okbi Al-Misari.
Selama
Ulama’ lain, seperti Imam AL-Zahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan,
Imam An-Nasa’i meninggal di Ramlan, suatu daerah Plastina. Pendapat ini di dukung
oleh Ibn Yunus, Abu Ja’far At-Thahawi (murid An-Nasa’i) dan Abu Bakar
Al-Naqata. Menurut padangman terakhir ini, Imam An-Nasa’i meninggal pada Tahun
303 H/915 M dan dikbumikan di Bait Al-Maqdis,di Plestina.
F.
Imam
Ibnu Majah
Ibnu Majah adalah nama nenek moyang yang
berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap Imam hadis yang
terkenal dengan sebutan neneknya ini adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid
Ar-Raba’i Al-Qazwani Ibnu Majah. Ia dilahirkandi Qazwin pada Tahun 207 H (802
M).[6]
Sebagaimana halnya para Muhaditsin yang
dalam mencari hadis-hadis memerlukan perantauan ilmiah, ia pun berkeliling di
beberapa negeri untuk menemui dan berguru hadis kepada para Ulama Hadis.
Salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar adalah yang masih beredar
hingga sekarang yaitu, sunan ibnu majah. Dengan kitab inilah, nama Ibn
Majah menjadi terkenal.
Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa
kitab dan beberapa bab. Sunan ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedangkan
jumlah hadisnya sebanyak 4.000 buah hadis.
Kitab Sunan ini disusun menurut
sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik dan indah. Ibn Majah memulai Sunan-nya
ini dengan sebuah bab tentang mengikuti Rasulullah SAW. dalam bab ini
menguraikan hadis-hadis yang menunjukan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti
dan mengamalkannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ke enam imam beserta kitab-kitabnya
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tetapi mereka sama-sama pergi
keberbagai negara untuk memperoleh ilmu terutama yaitu tentang hadis.
Kutubu
sitta termasuk diantara kitab yang terbagus penulisan dan penyusunannya, paling
banyak dan banyak beneranya dan sedikit kesalannya, paling meluas umum
manfaatnya dan paling banyak faedahnya,
paling besar barakahnya, paling mudah kesukarannya, paling baik penerimaannya
disisi orang pro dan kontra dan paling penting posisinya dikalangan semua
orang.
Banyak sekali karya tulis
berupa syrah dan taqliq terhadap kitab-kitab tersebut. Sebagaimana mengkaji
tentang mengenal isi kandung dari matan-matan hadis yang termuat didalamnya,
dan sebagian yang lainmengkaji tentang gabungan semua ini.
A.
Saran
Semoga dengan selesainya makalah
ini, maka penyusun sangat mengarapkan respon dari para teman – teman mahasiswa
ataupun dari dosen dan saran konstruktif dari siapapun datangnya, demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat adanya, khususnya
bagi penyusun sendiri, dan umumnya para pembaca lainnya. Amin Ya Robbal
A’lamiin.
B.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abidin Zainal. Imam
Al-Bukhari Pemuncak Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1975
M, Suparta Munzier. Ilmu Hadis. Jakarta:
PT. Rajagrafindo. 2004
Solahuddin, Agus. & Agus, Suyadi. Ulumul Hadis. Bandung:
Pustaka Sedia, 2008
[1] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, (jakarta: pustaka
firdaus,2007), hlm. 280
[2]Zainal Abidin Ahmad, Imam Al-Bukhari Pemuncak Ilmu Hadis,
(jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 100
[3]M.Solahuddin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis,(Bandung: Pustaka
Setia,2008), hal. 234
[4]Ibid, hlm.243
[5]Munzier Suparta M,Ilmu Hadist, (jakarta: PT. Rajagrafindo,
2004), hlm. 248
[6] M. Agus Solahudin, & Agus Suyadi, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
hlm 246-247