Tuesday, 15 November 2016

Makalah Penanganan Kasus Anak Usia Dini di TK A


BAB I

PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang
Anak Usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-8 tahun. Para ahli memandang masa usia dini adalah masa yang paling fundamental bagi perkembangan anak selanjutnya. Selain itu, pada masa ini juga dipandang sebagai masa keemasan atau Golden Age , masa sensitif atau masa peka, masa inisiatif dan berprakarsa, serta masa pengembangan diri. Disini perlu adanya stimulasi yang bermakna agar anak dapat berkembang optimal.


Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakanhal yang saling berkaitan antara proses bilogis, proses sosio emosional dan proses kognitif.Ketiga hal tersebut akan saling berpengaruh satu sama laindan sepanjang perjalanan hidup manusia. Selama proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak menghadapiberbagai masalah yang akan menghambat proses perkembangan selanjutnya.
Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihatmelalui tingkah laku anak pada saatmengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain. Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perkembangan anak idak hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi juga menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan bahasa. Oleh karena itu dalam menangani permasalahan anak tidak bisa hanya menyelesaikan satu aspek saja. Akan tetapi setiap permasalahan  anak  harus  di  analisis  latar  belakang  atau  penyebabnya  dan  ditangani secara menyeluruh yang mempertimbangkan aspek biologis,sosio emosional serta aspek kognitifnya.

      B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana anak pemalu dan penanganannya?
2.      Bagaimana anak penakut dan penanganannya?
3.      Bagaimana anak agresiF dan penanganannya?
4.      Bagaimana anak hiperaktif dan penanganannya?

     C.    Tujuan Makalah
1.      Menjelaskan anak pemalu dan penanganannya.
2.      Menjelaskan anak penakut dan penanganannya.
3.      Menjelaskan anak agresivitas dan penanganannya.
4.      Menjelaskan anak hiperaktif dan penanganannya.

 

BAB II

PEMBAHASAN

      A.    Anak Pemalu dan Penanganannya
Permasalahan pada anak usia dini adalah sesuatu hal yang akan mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidaksesuaian pada perkembangannya. Salah satunya adalah pemalu. Anak sulit berinteraksi dengan orang lain dan ia hanya bersembunyi dibalik bokong orang tuanya setiap kali dikenalkan di depan public, bisa jadi ini adalah tanda anak pemalu. Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya sehingga anak cenderung mrenarik diri. Malu atau menjadi pemalu diusia tertentu, bukanlah bagian dari perkembangan. Bila anak tumbuh menjadi pribadi yang pemalu, sifat tersebut lebih sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya.
Di usia tertentu termasuk usia balita anak akan belajar berinteraksi dengan lingkungannya. Respons yang dihasilkan oleh setiap anak juga berbeda-beda, ada anak yang mudah mencair dan akrab dengan situasi baru, ada juga anak yang membutuhkan waktu untuk mengamati lingkungan baru sebelum akhirnya ia bisa mencair dan akrab dengan lingkungan barunya. Meski memang belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kalau anak pemalu mengalami kesulitan pelajaran atau gagal dalam pekerjaan.[1]Namun menumbuhkan rasa percaya diri pada anak adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan sosialnya dimasa yang akan datang. Selain itu, rasa percaya diri juga ikut andil dalam membentuk pola pikir seseorang yang mempengaruhinya untuk melakukan tindakan. Dengan begitu, hal tersebut akan memudahkan anak dalam bergaul, menunjukan potensi diri dengan rasa percaya diri yang akhirnya berujung pada keberhasilannya nanti.
Fakto-faktor Penyebab anak pemalu:
1.       Keadaan fisik
2.       Kesulitan dalam berbicara
3.       Kurang terampil dalam berteman
4.       Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5.       Kesalahan orang tua dalam pola asuh

Penanganan anak pemalu dengan cara :
           Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangkan
           Belajar bergabung melalui permainan
           Mengajar cara mulai berteman
           Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok.[2]
           Biarkan anak bereksplorasi
           Bawa serta anak saat melakukan kunjungan
           Menggunakan kontak mata
            Melatih dalam berbagai situasi social
           Memberikan contoh perilaku yang baik saat bersosialisasi
           Mengajarkan anak agar berani mengambilresiko
           Mengajarkan toleransi dan menghargai orang lain

      B.     Anak Penakut dan Penanganannya
Rasa tidak aman atau ketakutan berlebih yang muncul pada diri seorang balita dapat disebabkan berbagai alasan seperti kurang percaya diri, merasa tidak aman, atau merasa tidak cukup terlindungi. Tingkat rasa takut antara satu anak dengan yang lainya dapat berbeda-beda. Beberapa anak lebih penakut, sedang yang lainnya tidak mau ditinggal ayah bunda ketika dia sedang beraktifitas. Anak-anak  juga bisa takut dengan gelap, suara halilintar, suara ledakan, �monster� dari imajinasinya, dan binatang-binatang tertentu. Sangat wajar jika anak-anak lengket dengan ayah bunda ketika merasa takut, termasuk takut berpisah dengan bunda meski hanya sebentar. Kebiasanan orang tua atau saudara yang suka menakut-nakuti si kecil juga dapat memupuk sifat penakut anak-anak.
Penyebab anak memiliki rasa takut:
1.      Intelegensi
2.      Jenis kelamin, anak perempuan lebih penakut dari pada laki-laki karena lingkungan sosial lebih menerima rasa takut perempuan.
3.      Keadaan fisik, anak cenderung takut bila dalam keadaan lelah atau kurang sehat.
4.      Urutan kelahiran, ank sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang berlebihan.
5.      Kepribadian anak, anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih penakut.
6.      Adanya contoh yang dilihat anak seperti menonton TV atau melihat ibunya sedang takut.
7.      Trauma yang di alami anak-anakm seperti tabrakan mobil, bencana alam.
8.      Pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut pada anak. Seperti paksaan, hukuman, perlindungan di luar batas.
Penanganan yang dapat dilakukan para pendidik:
1.      Mendengarkan cerita anak
2.      Lindungi dan hibur anak
3.      Ajari kenyataan
4.      Memberi  hadiah
5.      Memberi contoh teladan
6.      Coping model, merupakan salah satu cara seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus melewati rasa takut itu. Salah satu caranya dengan berbicara pada diri sendiri.
7.      Mendongeng
8.      Melakukan aktifitas penuh tantangan
9.      Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian.[3]

      C.    Anak Agresif dan Penanganannya
Secara psikologis, perilaku agresif  berarti berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain. misalnya, menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun-ngayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi kesal.
Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak hanya di rumah tetapi juga disekolah. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.
Faktor-faktor penyebab anak agresif:
1.      Pola asuh yang keliru. Melakukan kekerasan terhadap anak, otoriter dan protektif terhadap anak, serta memanjakan anak yang berlebihan.
2.      Reaksi emosi terhadap frustasi. Banyaknya larangan yang dibuat guru atau orang tua, sementara anak melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
3.       Tingkah laku agresif yang sebelumnya. Tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat penguatan dari orang tua atau guru.
Penanganan untuk anak agresif:
1.      Bermain peran
2.      Belajar mengenal persaan
3.      Belajar berteman melalui permainan beregu
4.      Beri penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya
5.      Perbanyak keiatan yang menggunakan motorik[4]
6.      Batasi tontonan di TV, games maupun di internet
7.      Segera tentukan batasan
8.      Beri pujian saat anak melakukan tindakan baik dan benar

      D.    Anak Hiperaktif dan Penanganannya
Hiperaktif atau yand dikenal Attention Deficit Hyperaktifity Disorder (ADHD) dikategorikan pada gagngguan yang memiliki ciri-ciri keaktifan yang berlebihan. Anak hiperaktif biasanya mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian padajangka waktu tertentu, jangka waktu perhatiannya sangat pendek, mudah terganggu perhatian dan pikirannya, tidak tenang, tidak bisa mengontrol diri, banyak bicara, serta tindakannya tidak bertujuan, tidak mampu berkonsentrasi terhadap suatu objek tertentu. Terdapat 3 kategori anak-anak yang memiliki gangguan hiperaktivitas ini yaitu tidak dapat memusatkan perhatian (Innatensif), menurutkan kehendak (Impulsivitas) dan hyperaktif campuran.
ADHD biasanya muncul pada anak sebelum usia 7 tahun, lama gangguan paling sedikit 6 bulan. ADHD terjadi karena terjadi kerusakan otak minimal atau  otak  tidadapat  berfungsi penuh, melainkan hanya  sebagian saja. Penyebab lainnya karena lingkungan yang tercemar racun, bahan tambahan padamakanan, sinar X atau radiasi lainnya, minuman alkohol keturunan dan lingkungan.[5]
Ciri-ciri anak ADHD:
1.      Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.      Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.      Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
4.      Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5.      Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6.      Sering terlalu banyak bicara.
7.      Sering sulit menunggu giliran.
8.      Sering memotong atau menyela pembicaraan.
9.      Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).[6]
Faktor-faktor penyebab hiperaktif:
a)      Kelahiran prematur
Kelahiran prematur banyak memunculkan kemungkinan kurang maksimalnya organ tubuh pada anak. Ada kalanya kelahiran ini menyebabkan beberapa kelemahan dan salah satunya hiperaktif atau ADHD.
b)      Terpapar alkohol, rokok dan zat terlarang saat ibu hamil
c)      Terpapar timah dalam kadar tinggi saat ibu hamil
d)     Kurang perhatian dari orang tua
e)      Tidak adanya model atau contoh yang dapat dijadikan acuan berperilaku
f)       Pola asuh cenderung membiarkan
g)      Sekolah terlalu dini
h)      Mengkonsumsi zat aditif saat ibu hamil.[7]

Solusi menghadapi anak hiperaktif di sekolah:
1.      Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran.
2.      Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.
3.      Menatap anak saat berkomunikasi.
4.      Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
5.      Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.
6.      Memberikan pujian bila anak tenang.
7.      Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8.      Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
9.      Mendorong orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.[8]


BAB III

PENUTUP

      A.    Kesimpulan
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya sehingga anak cenderung mrenarik diri. Penanganan anak pemalu dengan cara : Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangkan, Belajar bergabung melalui permainan, Mengajar cara mulai berteman, Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok, Biarkan anak bereksplorasi, Bawa serta anak saat melakukan kunjungan, Menggunakan kontak mata, Melatih dalam berbagai situasi social, Memberikan contoh perilaku yang baik saat bersosialisasi, Mengajarkan anak agar berani mengambilresiko, Mengajarkan toleransi dan menghargai orang lain.
Rasa tidak aman atau ketakutan berlebih yang muncul pada diri seorang balita dapat disebabkan berbagai alasan seperti kurang percaya diri, merasa tidak aman, atau merasa tidak cukup terlindungi. Kebiasanan orang tua atau saudara yang suka menakut-nakuti si kecil juga dapat memupuk sifat penakut anak-anak. Penanganan yang dapat dilakukan para pendidik: Mendengarkan cerita anak, Lindungi dan hibur anak, Ajari kenyataan, Memberi  hadiah, Memberi contoh teladan, Coping model, Mendongeng, Melakukan aktifitas penuh tantangan,Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian.
Perilaku agresif  berarti berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Penanganan untuk anak agresif: Bermain peran, Belajar mengenal persaan, Belajar berteman melalui permainan beregu, Beri penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya, Perbanyak keiatan yang menggunakan motorik, Batasi tontonan di TV, games maupun di internet, Segera tentukan batasan, Beri pujian saat anak melakukan tindakan baik dan benar.
Anak hiperaktif biasanya mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian pada jangka waktu tertentu, jangka waktu perhatiannya sangat pendek, mudah terganggu perhatian dan pikirannya, tidak tenang, tidak bisa mengontrol diri, banyak bicara, serta tindakannya tidak bertujuan, tidak mampu berkonsentrasi terhadap suatu objek tertentu.Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, Menatap anak saat berkomunikasi, Memberikan pujian bila anak tenang.

      B.     Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, baik dalam materi maupun dalam hal penulisan. Hal ini dikarenakan kurangnya referensi yang menjadi rujukan dalam pembuatan makalah, dan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun agar dapat menyajikan makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN 

https://allohmahabesar88.wordpress.com/2015/02/06/permasalahan-anak-usia-dini/
http://bidanku.com/kenali-faktor-pemalu-pada-anak-dan-cara-mengatasinya#ixzz4LPmNEhXx
https://kundaril.wordpress.com/paud/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/
http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-permasalahan-anak-tk-lengkap
Sari, Herlina Permata. 100 Ide Membimbing Anak ADHD. Jogjakarta: Erlangga. 2010



[1] http://bidanku.com/kenali-faktor-pemalu-pada-anak-dan-cara-mengatasinya#ixzz4LPmNEhXx. Di akses tanggal 28 september 2016. Jam 06:55
[2] http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-permasalahan-anak-tk-lengkap.  Di akses tanggal 25 september 2016. Jam 21.22
[3]Ibid.
[4] Ibid.
[5] https://allohmahabesar88.wordpress.com/2015/02/06/permasalahan-anak-usia-dini/. Di akses tanggal 25 September 2016. Jam 21.38
[6] https://kundaril.wordpress.com/paud/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/. Di akses tanggal 28 September 2016 jam 06.55
[7] Herlina Permata Sari, 100 Ide Membimbing Anak ADHD (Jogjakarta: Erlangga, 2010), hlm. 18-19
[8] https://kundaril.wordpress.com/paud/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/. Di akses tanggal 28 September 2016 jam 06.55