Thursday, 1 December 2016

TENTANG PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW,SAHABAT DAN TABI’IN


MAKALAH
ULUMUL HADIST
TENTANG PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW,SAHABAT DAN TABI’IN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Dosen pengampu

 








Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata Pelajaran “ULUMUL HADIS”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata Pelajaran ulumul hadis. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak selaku guru mata Pelajaran Ulumul hadis di STAIN Pamekasan.
Akhirnya saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Pamekasan, 10 september 2016














DAFTAR ISI


COVER.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................1
B.     Tujuan...........................................................................................................................1
C.    Rumusan Masalah........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis.....................................................................................2
B.     Pekembangan Hadis Pada Masa Rasulullah SAW...................................................2
C.    Perkembangan Hadis Pada Masa Sahabat................................................................9
D.    Perkembangan Hadis Pada Masa Tabi’in...............................................................10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini di harapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat islam yang sebenarnya, khususnya para ulama ahli hadis, terhadap hadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Sebab studi tentang keberadaan hadis ini selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perembangan nalar manusia yang semakin kritis. Apalagi yang terlibat dalam wacana ini bukan hanya kalangan umat islam, melainkan juga melibatkan kalangan orientalis. Bahkan menguatnya kajian hadis dalam dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan COUNTER balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziher misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadis, bahkan yang di riwayatkan oleh bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah jarak semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui latar belakang hadis
2.      Untuk mengetahui perkembangan hadis masa rasulullah SAW, Sahabat dan Tabi’in
C.    Rumusan Masalah
1.      Dalam sejarah hadis siapakah nama-nama sahabat yang pernah menulis hadis ?
2.      Ada berapa jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi.[1] Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW. Adapun para ulama penulis sejarah hadis berbeda-beda dalam membagi periode sejarah hadis. Ada yang membagi tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.[2]
B.     Perkembangan Hadis Pada Mas Rasulullah SAW
       Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhan. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis.
    Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus di wurudkannya hadis. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam. Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya.
1.      Cara Rasul SAW menyapaikan hadis
    Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya. Umat islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasul SAW. Sebagai sumber hadis
    Allah menurunkan al-Quran dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya adalah sebuah paket yang dapat dipisah-pisahkan, dan apa-apa yang di sampaikannya juga merupakan wahyu. Allah berfirman dalam menggambarkan kondisi utusan-Nya tersebut.


Artinya:
   Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2.      Perbedaan para sahabat dalam menguasai Hadis
   Diantara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis.
Perbedaan mereka dalam soal kesanggupan bertanya kepada sahabat lain,
Perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul SAW.
3.      Menghafal dan Menulis hadis
a.      Menghafal hadis
   Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-quran dan hadis sebagai dua sumber ajaran islam,Rasul SAW menempati jalan yang berbeda. Terhadap al-quran ia secara resmi menginformasikan kepada sahabat supaya ditulis disamping dihafal.
b.      Menulis Hadis
   Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis dikalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghafal,memahami,mematerikan,dan memantapkan hadis dalam amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya kepada orang lain.
   Dalam sejarah penulisan hadis terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadis, diantaranya:
a.       ‘Abdullah Ibn Amr Ibn ‘Ash,shahifa-nya disebut Ash-Shadiqah.
b.      Ali Ibn Abi Thalib,penulis hadis tentang hukun diyat,hukum keluarga,dan lain-lain.                                                                                                                                                                                                            
c.       Anas Ibn Malik.[3]

c.       Mempertemukan dua Hadis yang bertentangan
     Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya terjadi kontradiksi, seperti  pada hadis dari Abu Said Al-Hudri di satu pihak, dengan hadis dari Abdullah ibn Amr ibn Al-‘Ash, di pihak lain, yang masing-masing di dukung oleh hadis-hadis lainnya, mengundang perhatian para ulama untuk menemukan penyelesaiannya. Menurut ibnu hajar al-asqalani, larangan Rasul menuliskan hadis adalah khusus ketika al-quran turun. Ini karena ada kekhawatiran tercampurnya naskah ayat al-Quran dengan hadis.[4]  
C.    HADIS PADA MASA SAHABAT
     Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya masa Khulafa’ Al-Rasyidi (Abu Bakar Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar.
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.
1.      Menjaga Pesan Rasul SAW
     Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Quran dan hadis serta mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai mana sabdanya
تركت فيكم امرين لن تظلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله و سنة نبيه - رواه مالك - 
“ Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”. (HR. Malik)
Dan sabdanya pula:





2.      Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis
     Perhatian para sahabat pada masa ini terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-Quran. Ini terlihat bagaimana al-Quran di bukukan pada masa Abu Baka atas saran Umar ibn Khattab. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang di lakukan para sahabat, di sebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan, yang padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri’ setelah al-Quran, yang harus terjaga dari kekeliruannya sebagaimana al-Quran. Oleh karenanya, para sahabat khususnya khulafa’ al-rasyidin( Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) dan sahabat lainnya, seperti Al-Zubair, Ibn Abbas dan Abu Ubaidah berusaha memperketat periwayatan dan penerimaan hadis.[5]
3.      Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Maknanya
    Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis, yang di oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya, tidak berarti hadis-hadis Rasul tidak di riwayatkan. Dalam batas-batas tertentu hadis-hadis itu di riwayatkan, khusunya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-harinya seperti dalam permasalahan ibadah dan muamalah.
    Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW yaitu:
a.      Periwayatan Lafzhi
     Seperti telah di katakan, bahwa periwayatan lafzhi, adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW ini hanya bisa di lakukan apabila mereka hafal benar apa yang di sabdakan Rasul  SAW, dan kebanyakan para sahabat menempuh periwayatan hadis melalui jalan ini.
     Diantara sahabat yang paling keras mengharuskan periwayatan hadis dengan jalan lafzhi adalah Ibnu Umar. Ia sering kali menegur sahabat yang membacakan hadis yang berbeda (walau satu kata) dengan yang pernah di dengarnya dari Rasul SAW, seperti yang di lakukan terhadap Ubaid ibn Amir.[6]
b.      Periwayatan Maknawi
     Diantara para sahabat lainnya ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan darurat, karena tidak hafal persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW, boleh meriwayatkan hadis secara maknawi. Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang di dengarnya dari Rasul SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang di maksudkan oleh Rasul SAW.
     Periwayatan hadis dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antara satu hadis dengan hadis lainnya berbeda-beda meskipun maksud atau maknanya tetap sama.[7]
D.    Hadis Pada Masa Tabi’in
    Pada dasarnya periwayatan yang di lakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang di lakukan oleh para sahabat. Hanya saja persoalan yang di hadapi mereka agak berbeda dengan yang di hadapi para sahabat. Di pihak lain, usaha yang telah di rintis oleh para sahabat, pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin, khususnya masa kekhalifahan Usman para sahabat ahli hadis menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Kepada merekalah para tabi’in mempelajari hadis. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah kekuasaan Islam. Penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini di kenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (Intisyar al-riwayah ila al-amshar)
1.      Pusat-pusat pembinaan hadis
   Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadis ialah. Pusat pembinaan pertama adalah madinah, karena di sinilah Rasul SAW menetap setelah hijrah. Di sini pula Rasul SAW membina masyarakat islam yang di dalamya terdiri atas muhajirin, dan Anshar dari suku atau kabilah, di samping di lindunginya umat-umat non muslim, seperti yahudi.
    Diantara para sahabat yang membina hadis d makkah tercatat nama-nama, seperti Mu’adz ibn Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Utsman ibn Thalhah, dan ‘Utbah ibn Al-Haris. Sedang para tabi’in adalah Mujtahid ibn Jabar, Atha’ ibn Abi Rabah, Thawus ibn kaisan, dan ‘Ikrimahmaulana Ibn Abbas.[8]
    Diantara tabi’in yang membina hadis di kufah ialah Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Said Al-nakha’i, Said ibn Zubair Al-Asadi, Amir ibn Sarahil Al-Sya’bi, Ibrahim Al-nakha’i, dan Abu Ishaq Al-Sa’bi.[9]
      Diantara tabi’in yang membina hadis di Basrah, ialah Hasan Al-basri, Muhammad ibn sirrin, Ayub Al-Sakhyati, Yunus ibnu’Ubaid, Abdullah ibn’Aun, Khatadah ibn Du’amah Al-Sudusi, dan Hisyam ibn Hasan. [10]
2.      Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis
 Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya perang jamal dan perang siffin, yaitu ketika kekuasaan di pegang oleh Ali ibn Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut-larut dengan terpecahnya umat islam ke dalam beberapa kelompok (Khawarij, Syi’ah, Mu’awiyah dan golongan mayoritas yang tidak masuk ke dalam ketiga kelompok tersebut).
    Pergolakan politik seperti di atas cukup memberian pengaruh terhadap perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang bersifat langsung dan bersifat negatif, ialah dengan munculnya hadis-hadis palsu (maudu’) untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi kawan lawannya.
    Adapun pengaruh yang berakibat positif, adalah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong di adakannya kodifikasi atau tadwin hadis, sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari pergolakan politik tersebut.[11]  









BAB III
PENUTUP
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW.
    Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.

















                                                   DAFTAR PUSTAKA          
      Ahmad, Muhammad, dkk. 2005. Ulumul hadis. Bandung: pustaka setia
      Abu Al-Jalil Isa. Ijtihad Rasulullah SAW. Alih bahasa oleh Ma’mum Muhammad Murai, dkk. Bandung : Al-Ma’arif. 1980
    Endang soetari Ad. Problematika Hadist Mengkaji Paradigma Periwayatan. Bandung: Gunung Djati press. 1997
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist. Jakarta: Bulan Bintang                                  












                                                                                                                                        



[1] Endang soetari. Ilmu hadis: kajian riwayah dan dirayah. Bandung: mimbar pustaka. 2005. Hlm. 29.
[2] Ibid. Jlm. 30
[3] Soetari, op,cit. hlm. 37
[4] Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 1, op.cit., hlm. 218.
4. Ajjaj Al-khathib, Al-sunnah Qabla al-Tadwin, op.cit,. hlm: 92-93
[6]  Al-Ramaharmuzi, Al-muhaddits Al-fashil Baina Al-rawi wa Al-wa’i, (Beirut: Dar Al-fikr, 1984), hlm. 127.
[7]   Ajjaj al-khathib, op.cit,. hlm. 130.
[8]   Ajjaj Al-khatib, op. Cit.,. hlm.111-118
[9]  Al-hakim, op. Cit,. Hlm. 243.
[10]    Ibid.,hlm. 192 dan 242.
[11]   Ibid.,hlm. 193 dan 242




MAKALAH
ULUMUL HADIST
TENTANG PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW,SAHABAT DAN TABI’IN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Dosen pengampu










Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata Pelajaran “ULUMUL HADIS”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata Pelajaran ulumul hadis. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak selaku guru mata Pelajaran Ulumul hadis di STAIN Pamekasan.
Akhirnya saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Pamekasan, 10 september 2016














DAFTAR ISI


COVER.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................1
B.     Tujuan...........................................................................................................................1
C.    Rumusan Masalah........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis.....................................................................................2
B.     Pekembangan Hadis Pada Masa Rasulullah SAW...................................................2
C.    Perkembangan Hadis Pada Masa Sahabat................................................................9
D.    Perkembangan Hadis Pada Masa Tabi’in...............................................................10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini di harapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat islam yang sebenarnya, khususnya para ulama ahli hadis, terhadap hadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Sebab studi tentang keberadaan hadis ini selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perembangan nalar manusia yang semakin kritis. Apalagi yang terlibat dalam wacana ini bukan hanya kalangan umat islam, melainkan juga melibatkan kalangan orientalis. Bahkan menguatnya kajian hadis dalam dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan COUNTER balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziher misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadis, bahkan yang di riwayatkan oleh bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah jarak semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui latar belakang hadis
2.      Untuk mengetahui perkembangan hadis masa rasulullah SAW, Sahabat dan Tabi’in
C.    Rumusan Masalah
1.      Dalam sejarah hadis siapakah nama-nama sahabat yang pernah menulis hadis ?
2.      Ada berapa jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi.[1] Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW. Adapun para ulama penulis sejarah hadis berbeda-beda dalam membagi periode sejarah hadis. Ada yang membagi tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.[2]
B.     Perkembangan Hadis Pada Mas Rasulullah SAW
       Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhan. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis.
    Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus di wurudkannya hadis. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam. Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya.
1.      Cara Rasul SAW menyapaikan hadis
    Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya. Umat islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasul SAW. Sebagai sumber hadis
    Allah menurunkan al-Quran dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya adalah sebuah paket yang dapat dipisah-pisahkan, dan apa-apa yang di sampaikannya juga merupakan wahyu. Allah berfirman dalam menggambarkan kondisi utusan-Nya tersebut.


Artinya:
   Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2.      Perbedaan para sahabat dalam menguasai Hadis
   Diantara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis.
Perbedaan mereka dalam soal kesanggupan bertanya kepada sahabat lain,
Perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul SAW.
3.      Menghafal dan Menulis hadis
a.      Menghafal hadis
   Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-quran dan hadis sebagai dua sumber ajaran islam,Rasul SAW menempati jalan yang berbeda. Terhadap al-quran ia secara resmi menginformasikan kepada sahabat supaya ditulis disamping dihafal.
b.      Menulis Hadis
   Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis dikalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghafal,memahami,mematerikan,dan memantapkan hadis dalam amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya kepada orang lain.
   Dalam sejarah penulisan hadis terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadis, diantaranya:
a.       ‘Abdullah Ibn Amr Ibn ‘Ash,shahifa-nya disebut Ash-Shadiqah.
b.      Ali Ibn Abi Thalib,penulis hadis tentang hukun diyat,hukum keluarga,dan lain-lain.                                                                                                                                                                                                            
c.       Anas Ibn Malik.[3]

c.       Mempertemukan dua Hadis yang bertentangan
     Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya terjadi kontradiksi, seperti  pada hadis dari Abu Said Al-Hudri di satu pihak, dengan hadis dari Abdullah ibn Amr ibn Al-‘Ash, di pihak lain, yang masing-masing di dukung oleh hadis-hadis lainnya, mengundang perhatian para ulama untuk menemukan penyelesaiannya. Menurut ibnu hajar al-asqalani, larangan Rasul menuliskan hadis adalah khusus ketika al-quran turun. Ini karena ada kekhawatiran tercampurnya naskah ayat al-Quran dengan hadis.[4]  
C.    HADIS PADA MASA SAHABAT
     Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya masa Khulafa’ Al-Rasyidi (Abu Bakar Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar.
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.
1.      Menjaga Pesan Rasul SAW
     Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Quran dan hadis serta mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai mana sabdanya
تركت فيكم امرين لن تظلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله و سنة نبيه - رواه مالك - 
“ Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”. (HR. Malik)
Dan sabdanya pula:





2.      Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis
     Perhatian para sahabat pada masa ini terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-Quran. Ini terlihat bagaimana al-Quran di bukukan pada masa Abu Baka atas saran Umar ibn Khattab. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang di lakukan para sahabat, di sebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan, yang padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri’ setelah al-Quran, yang harus terjaga dari kekeliruannya sebagaimana al-Quran. Oleh karenanya, para sahabat khususnya khulafa’ al-rasyidin( Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) dan sahabat lainnya, seperti Al-Zubair, Ibn Abbas dan Abu Ubaidah berusaha memperketat periwayatan dan penerimaan hadis.[5]
3.      Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Maknanya
    Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis, yang di oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya, tidak berarti hadis-hadis Rasul tidak di riwayatkan. Dalam batas-batas tertentu hadis-hadis itu di riwayatkan, khusunya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-harinya seperti dalam permasalahan ibadah dan muamalah.
    Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW yaitu:
a.      Periwayatan Lafzhi
     Seperti telah di katakan, bahwa periwayatan lafzhi, adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW ini hanya bisa di lakukan apabila mereka hafal benar apa yang di sabdakan Rasul  SAW, dan kebanyakan para sahabat menempuh periwayatan hadis melalui jalan ini.
     Diantara sahabat yang paling keras mengharuskan periwayatan hadis dengan jalan lafzhi adalah Ibnu Umar. Ia sering kali menegur sahabat yang membacakan hadis yang berbeda (walau satu kata) dengan yang pernah di dengarnya dari Rasul SAW, seperti yang di lakukan terhadap Ubaid ibn Amir.[6]
b.      Periwayatan Maknawi
     Diantara para sahabat lainnya ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan darurat, karena tidak hafal persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW, boleh meriwayatkan hadis secara maknawi. Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang di dengarnya dari Rasul SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang di maksudkan oleh Rasul SAW.
     Periwayatan hadis dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antara satu hadis dengan hadis lainnya berbeda-beda meskipun maksud atau maknanya tetap sama.[7]
D.    Hadis Pada Masa Tabi’in
    Pada dasarnya periwayatan yang di lakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang di lakukan oleh para sahabat. Hanya saja persoalan yang di hadapi mereka agak berbeda dengan yang di hadapi para sahabat. Di pihak lain, usaha yang telah di rintis oleh para sahabat, pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin, khususnya masa kekhalifahan Usman para sahabat ahli hadis menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Kepada merekalah para tabi’in mempelajari hadis. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah kekuasaan Islam. Penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini di kenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (Intisyar al-riwayah ila al-amshar)
1.      Pusat-pusat pembinaan hadis
   Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadis ialah. Pusat pembinaan pertama adalah madinah, karena di sinilah Rasul SAW menetap setelah hijrah. Di sini pula Rasul SAW membina masyarakat islam yang di dalamya terdiri atas muhajirin, dan Anshar dari suku atau kabilah, di samping di lindunginya umat-umat non muslim, seperti yahudi.
    Diantara para sahabat yang membina hadis d makkah tercatat nama-nama, seperti Mu’adz ibn Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Utsman ibn Thalhah, dan ‘Utbah ibn Al-Haris. Sedang para tabi’in adalah Mujtahid ibn Jabar, Atha’ ibn Abi Rabah, Thawus ibn kaisan, dan ‘Ikrimahmaulana Ibn Abbas.[8]
    Diantara tabi’in yang membina hadis di kufah ialah Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Said Al-nakha’i, Said ibn Zubair Al-Asadi, Amir ibn Sarahil Al-Sya’bi, Ibrahim Al-nakha’i, dan Abu Ishaq Al-Sa’bi.[9]
      Diantara tabi’in yang membina hadis di Basrah, ialah Hasan Al-basri, Muhammad ibn sirrin, Ayub Al-Sakhyati, Yunus ibnu’Ubaid, Abdullah ibn’Aun, Khatadah ibn Du’amah Al-Sudusi, dan Hisyam ibn Hasan. [10]
2.      Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis
 Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya perang jamal dan perang siffin, yaitu ketika kekuasaan di pegang oleh Ali ibn Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut-larut dengan terpecahnya umat islam ke dalam beberapa kelompok (Khawarij, Syi’ah, Mu’awiyah dan golongan mayoritas yang tidak masuk ke dalam ketiga kelompok tersebut).
    Pergolakan politik seperti di atas cukup memberian pengaruh terhadap perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang bersifat langsung dan bersifat negatif, ialah dengan munculnya hadis-hadis palsu (maudu’) untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi kawan lawannya.
    Adapun pengaruh yang berakibat positif, adalah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong di adakannya kodifikasi atau tadwin hadis, sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari pergolakan politik tersebut.[11]  









BAB III
PENUTUP
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW.
    Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.

















                                                   DAFTAR PUSTAKA          
      Ahmad, Muhammad, dkk. 2005. Ulumul hadis. Bandung: pustaka setia
      Abu Al-Jalil Isa. Ijtihad Rasulullah SAW. Alih bahasa oleh Ma’mum Muhammad Murai, dkk. Bandung : Al-Ma’arif. 1980
    Endang soetari Ad. Problematika Hadist Mengkaji Paradigma Periwayatan. Bandung: Gunung Djati press. 1997
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist. Jakarta: Bulan Bintang                                  












                                                                                                                                        



[1] Endang soetari. Ilmu hadis: kajian riwayah dan dirayah. Bandung: mimbar pustaka. 2005. Hlm. 29.
[2] Ibid. Jlm. 30
[3] Soetari, op,cit. hlm. 37
[4] Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 1, op.cit., hlm. 218.
4. Ajjaj Al-khathib, Al-sunnah Qabla al-Tadwin, op.cit,. hlm: 92-93
[6]  Al-Ramaharmuzi, Al-muhaddits Al-fashil Baina Al-rawi wa Al-wa’i, (Beirut: Dar Al-fikr, 1984), hlm. 127.
[7]   Ajjaj al-khathib, op.cit,. hlm. 130.
[8]   Ajjaj Al-khatib, op. Cit.,. hlm.111-118
[9]  Al-hakim, op. Cit,. Hlm. 243.
[10]    Ibid.,hlm. 192 dan 242.
[11]   Ibid.,hlm. 193 dan 242





MAKALAH
ULUMUL HADIST
TENTANG PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW,SAHABAT DAN TABI’IN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Dosen pengampu










Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata Pelajaran “ULUMUL HADIS”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata Pelajaran ulumul hadis. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak selaku guru mata Pelajaran Ulumul hadis di STAIN Pamekasan.
Akhirnya saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Pamekasan, 10 september 2016














DAFTAR ISI


COVER.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................1
B.     Tujuan...........................................................................................................................1
C.    Rumusan Masalah........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis.....................................................................................2
B.     Pekembangan Hadis Pada Masa Rasulullah SAW...................................................2
C.    Perkembangan Hadis Pada Masa Sahabat................................................................9
D.    Perkembangan Hadis Pada Masa Tabi’in...............................................................10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini di harapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat islam yang sebenarnya, khususnya para ulama ahli hadis, terhadap hadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Sebab studi tentang keberadaan hadis ini selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perembangan nalar manusia yang semakin kritis. Apalagi yang terlibat dalam wacana ini bukan hanya kalangan umat islam, melainkan juga melibatkan kalangan orientalis. Bahkan menguatnya kajian hadis dalam dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan COUNTER balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziher misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadis, bahkan yang di riwayatkan oleh bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah jarak semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui latar belakang hadis
2.      Untuk mengetahui perkembangan hadis masa rasulullah SAW, Sahabat dan Tabi’in
C.    Rumusan Masalah
1.      Dalam sejarah hadis siapakah nama-nama sahabat yang pernah menulis hadis ?
2.      Ada berapa jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi.[1] Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW. Adapun para ulama penulis sejarah hadis berbeda-beda dalam membagi periode sejarah hadis. Ada yang membagi tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.[2]
B.     Perkembangan Hadis Pada Mas Rasulullah SAW
       Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhan. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis.
    Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus di wurudkannya hadis. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam. Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya.
1.      Cara Rasul SAW menyapaikan hadis
    Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya. Umat islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasul SAW. Sebagai sumber hadis
    Allah menurunkan al-Quran dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya adalah sebuah paket yang dapat dipisah-pisahkan, dan apa-apa yang di sampaikannya juga merupakan wahyu. Allah berfirman dalam menggambarkan kondisi utusan-Nya tersebut.


Artinya:
   Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2.      Perbedaan para sahabat dalam menguasai Hadis
   Diantara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis.
Perbedaan mereka dalam soal kesanggupan bertanya kepada sahabat lain,
Perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul SAW.
3.      Menghafal dan Menulis hadis
a.      Menghafal hadis
   Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-quran dan hadis sebagai dua sumber ajaran islam,Rasul SAW menempati jalan yang berbeda. Terhadap al-quran ia secara resmi menginformasikan kepada sahabat supaya ditulis disamping dihafal.
b.      Menulis Hadis
   Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis dikalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghafal,memahami,mematerikan,dan memantapkan hadis dalam amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya kepada orang lain.
   Dalam sejarah penulisan hadis terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadis, diantaranya:
a.       ‘Abdullah Ibn Amr Ibn ‘Ash,shahifa-nya disebut Ash-Shadiqah.
b.      Ali Ibn Abi Thalib,penulis hadis tentang hukun diyat,hukum keluarga,dan lain-lain.                                                                                                                                                                                                            
c.       Anas Ibn Malik.[3]

c.       Mempertemukan dua Hadis yang bertentangan
     Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya terjadi kontradiksi, seperti  pada hadis dari Abu Said Al-Hudri di satu pihak, dengan hadis dari Abdullah ibn Amr ibn Al-‘Ash, di pihak lain, yang masing-masing di dukung oleh hadis-hadis lainnya, mengundang perhatian para ulama untuk menemukan penyelesaiannya. Menurut ibnu hajar al-asqalani, larangan Rasul menuliskan hadis adalah khusus ketika al-quran turun. Ini karena ada kekhawatiran tercampurnya naskah ayat al-Quran dengan hadis.[4]  
C.    HADIS PADA MASA SAHABAT
     Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya masa Khulafa’ Al-Rasyidi (Abu Bakar Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar.
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.
1.      Menjaga Pesan Rasul SAW
     Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Quran dan hadis serta mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai mana sabdanya
تركت فيكم امرين لن تظلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله و سنة نبيه - رواه مالك - 
“ Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”. (HR. Malik)
Dan sabdanya pula:





2.      Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis
     Perhatian para sahabat pada masa ini terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-Quran. Ini terlihat bagaimana al-Quran di bukukan pada masa Abu Baka atas saran Umar ibn Khattab. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang di lakukan para sahabat, di sebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan, yang padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri’ setelah al-Quran, yang harus terjaga dari kekeliruannya sebagaimana al-Quran. Oleh karenanya, para sahabat khususnya khulafa’ al-rasyidin( Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) dan sahabat lainnya, seperti Al-Zubair, Ibn Abbas dan Abu Ubaidah berusaha memperketat periwayatan dan penerimaan hadis.[5]
3.      Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Maknanya
    Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis, yang di oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya, tidak berarti hadis-hadis Rasul tidak di riwayatkan. Dalam batas-batas tertentu hadis-hadis itu di riwayatkan, khusunya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-harinya seperti dalam permasalahan ibadah dan muamalah.
    Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW yaitu:
a.      Periwayatan Lafzhi
     Seperti telah di katakan, bahwa periwayatan lafzhi, adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW ini hanya bisa di lakukan apabila mereka hafal benar apa yang di sabdakan Rasul  SAW, dan kebanyakan para sahabat menempuh periwayatan hadis melalui jalan ini.
     Diantara sahabat yang paling keras mengharuskan periwayatan hadis dengan jalan lafzhi adalah Ibnu Umar. Ia sering kali menegur sahabat yang membacakan hadis yang berbeda (walau satu kata) dengan yang pernah di dengarnya dari Rasul SAW, seperti yang di lakukan terhadap Ubaid ibn Amir.[6]
b.      Periwayatan Maknawi
     Diantara para sahabat lainnya ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan darurat, karena tidak hafal persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW, boleh meriwayatkan hadis secara maknawi. Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang di dengarnya dari Rasul SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang di maksudkan oleh Rasul SAW.
     Periwayatan hadis dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antara satu hadis dengan hadis lainnya berbeda-beda meskipun maksud atau maknanya tetap sama.[7]
D.    Hadis Pada Masa Tabi’in
    Pada dasarnya periwayatan yang di lakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang di lakukan oleh para sahabat. Hanya saja persoalan yang di hadapi mereka agak berbeda dengan yang di hadapi para sahabat. Di pihak lain, usaha yang telah di rintis oleh para sahabat, pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin, khususnya masa kekhalifahan Usman para sahabat ahli hadis menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Kepada merekalah para tabi’in mempelajari hadis. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah kekuasaan Islam. Penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini di kenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (Intisyar al-riwayah ila al-amshar)
1.      Pusat-pusat pembinaan hadis
   Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadis ialah. Pusat pembinaan pertama adalah madinah, karena di sinilah Rasul SAW menetap setelah hijrah. Di sini pula Rasul SAW membina masyarakat islam yang di dalamya terdiri atas muhajirin, dan Anshar dari suku atau kabilah, di samping di lindunginya umat-umat non muslim, seperti yahudi.
    Diantara para sahabat yang membina hadis d makkah tercatat nama-nama, seperti Mu’adz ibn Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Utsman ibn Thalhah, dan ‘Utbah ibn Al-Haris. Sedang para tabi’in adalah Mujtahid ibn Jabar, Atha’ ibn Abi Rabah, Thawus ibn kaisan, dan ‘Ikrimahmaulana Ibn Abbas.[8]
    Diantara tabi’in yang membina hadis di kufah ialah Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Said Al-nakha’i, Said ibn Zubair Al-Asadi, Amir ibn Sarahil Al-Sya’bi, Ibrahim Al-nakha’i, dan Abu Ishaq Al-Sa’bi.[9]
      Diantara tabi’in yang membina hadis di Basrah, ialah Hasan Al-basri, Muhammad ibn sirrin, Ayub Al-Sakhyati, Yunus ibnu’Ubaid, Abdullah ibn’Aun, Khatadah ibn Du’amah Al-Sudusi, dan Hisyam ibn Hasan. [10]
2.      Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis
 Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya perang jamal dan perang siffin, yaitu ketika kekuasaan di pegang oleh Ali ibn Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut-larut dengan terpecahnya umat islam ke dalam beberapa kelompok (Khawarij, Syi’ah, Mu’awiyah dan golongan mayoritas yang tidak masuk ke dalam ketiga kelompok tersebut).
    Pergolakan politik seperti di atas cukup memberian pengaruh terhadap perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang bersifat langsung dan bersifat negatif, ialah dengan munculnya hadis-hadis palsu (maudu’) untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi kawan lawannya.
    Adapun pengaruh yang berakibat positif, adalah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong di adakannya kodifikasi atau tadwin hadis, sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari pergolakan politik tersebut.[11]  









BAB III
PENUTUP
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW.
    Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.

















                                                   DAFTAR PUSTAKA          
      Ahmad, Muhammad, dkk. 2005. Ulumul hadis. Bandung: pustaka setia
      Abu Al-Jalil Isa. Ijtihad Rasulullah SAW. Alih bahasa oleh Ma’mum Muhammad Murai, dkk. Bandung : Al-Ma’arif. 1980
    Endang soetari Ad. Problematika Hadist Mengkaji Paradigma Periwayatan. Bandung: Gunung Djati press. 1997
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist. Jakarta: Bulan Bintang                                  












                                                                                                                                        



[1] Endang soetari. Ilmu hadis: kajian riwayah dan dirayah. Bandung: mimbar pustaka. 2005. Hlm. 29.
[2] Ibid. Jlm. 30
[3] Soetari, op,cit. hlm. 37
[4] Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 1, op.cit., hlm. 218.
4. Ajjaj Al-khathib, Al-sunnah Qabla al-Tadwin, op.cit,. hlm: 92-93
[6]  Al-Ramaharmuzi, Al-muhaddits Al-fashil Baina Al-rawi wa Al-wa’i, (Beirut: Dar Al-fikr, 1984), hlm. 127.
[7]   Ajjaj al-khathib, op.cit,. hlm. 130.
[8]   Ajjaj Al-khatib, op. Cit.,. hlm.111-118
[9]  Al-hakim, op. Cit,. Hlm. 243.
[10]    Ibid.,hlm. 192 dan 242.
[11]   Ibid.,hlm. 193 dan 242




MAKALAH
ULUMUL HADIST
TENTANG PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW,SAHABAT DAN TABI’IN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Dosen pengampu










Disusun Oleh:

Imam Hanafi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata Pelajaran “ULUMUL HADIS”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata Pelajaran ulumul hadis. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak selaku guru mata Pelajaran Ulumul hadis di STAIN Pamekasan.
Akhirnya saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Pamekasan, 10 september 2016














DAFTAR ISI


COVER.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................1
B.     Tujuan...........................................................................................................................1
C.    Rumusan Masalah........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis.....................................................................................2
B.     Pekembangan Hadis Pada Masa Rasulullah SAW...................................................2
C.    Perkembangan Hadis Pada Masa Sahabat................................................................9
D.    Perkembangan Hadis Pada Masa Tabi’in...............................................................10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini di harapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat islam yang sebenarnya, khususnya para ulama ahli hadis, terhadap hadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Sebab studi tentang keberadaan hadis ini selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perembangan nalar manusia yang semakin kritis. Apalagi yang terlibat dalam wacana ini bukan hanya kalangan umat islam, melainkan juga melibatkan kalangan orientalis. Bahkan menguatnya kajian hadis dalam dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan COUNTER balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziher misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadis, bahkan yang di riwayatkan oleh bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah jarak semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui latar belakang hadis
2.      Untuk mengetahui perkembangan hadis masa rasulullah SAW, Sahabat dan Tabi’in
C.    Rumusan Masalah
1.      Dalam sejarah hadis siapakah nama-nama sahabat yang pernah menulis hadis ?
2.      Ada berapa jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Hadis
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi.[1] Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW. Adapun para ulama penulis sejarah hadis berbeda-beda dalam membagi periode sejarah hadis. Ada yang membagi tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.[2]
B.     Perkembangan Hadis Pada Mas Rasulullah SAW
       Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhan. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis.
    Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus di wurudkannya hadis. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam. Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya.
1.      Cara Rasul SAW menyapaikan hadis
    Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya. Umat islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasul SAW. Sebagai sumber hadis
    Allah menurunkan al-Quran dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya adalah sebuah paket yang dapat dipisah-pisahkan, dan apa-apa yang di sampaikannya juga merupakan wahyu. Allah berfirman dalam menggambarkan kondisi utusan-Nya tersebut.


Artinya:
   Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2.      Perbedaan para sahabat dalam menguasai Hadis
   Diantara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis.
Perbedaan mereka dalam soal kesanggupan bertanya kepada sahabat lain,
Perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul SAW.
3.      Menghafal dan Menulis hadis
a.      Menghafal hadis
   Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-quran dan hadis sebagai dua sumber ajaran islam,Rasul SAW menempati jalan yang berbeda. Terhadap al-quran ia secara resmi menginformasikan kepada sahabat supaya ditulis disamping dihafal.
b.      Menulis Hadis
   Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis dikalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghafal,memahami,mematerikan,dan memantapkan hadis dalam amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya kepada orang lain.
   Dalam sejarah penulisan hadis terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadis, diantaranya:
a.       ‘Abdullah Ibn Amr Ibn ‘Ash,shahifa-nya disebut Ash-Shadiqah.
b.      Ali Ibn Abi Thalib,penulis hadis tentang hukun diyat,hukum keluarga,dan lain-lain.                                                                                                                                                                                                            
c.       Anas Ibn Malik.[3]

c.       Mempertemukan dua Hadis yang bertentangan
     Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya terjadi kontradiksi, seperti  pada hadis dari Abu Said Al-Hudri di satu pihak, dengan hadis dari Abdullah ibn Amr ibn Al-‘Ash, di pihak lain, yang masing-masing di dukung oleh hadis-hadis lainnya, mengundang perhatian para ulama untuk menemukan penyelesaiannya. Menurut ibnu hajar al-asqalani, larangan Rasul menuliskan hadis adalah khusus ketika al-quran turun. Ini karena ada kekhawatiran tercampurnya naskah ayat al-Quran dengan hadis.[4]  
C.    HADIS PADA MASA SAHABAT
     Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya masa Khulafa’ Al-Rasyidi (Abu Bakar Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar.
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.
1.      Menjaga Pesan Rasul SAW
     Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Quran dan hadis serta mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai mana sabdanya
تركت فيكم امرين لن تظلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله و سنة نبيه - رواه مالك - 
“ Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”. (HR. Malik)
Dan sabdanya pula:





2.      Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis
     Perhatian para sahabat pada masa ini terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-Quran. Ini terlihat bagaimana al-Quran di bukukan pada masa Abu Baka atas saran Umar ibn Khattab. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang di lakukan para sahabat, di sebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan, yang padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri’ setelah al-Quran, yang harus terjaga dari kekeliruannya sebagaimana al-Quran. Oleh karenanya, para sahabat khususnya khulafa’ al-rasyidin( Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) dan sahabat lainnya, seperti Al-Zubair, Ibn Abbas dan Abu Ubaidah berusaha memperketat periwayatan dan penerimaan hadis.[5]
3.      Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Maknanya
    Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis, yang di oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya, tidak berarti hadis-hadis Rasul tidak di riwayatkan. Dalam batas-batas tertentu hadis-hadis itu di riwayatkan, khusunya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-harinya seperti dalam permasalahan ibadah dan muamalah.
    Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW yaitu:
a.      Periwayatan Lafzhi
     Seperti telah di katakan, bahwa periwayatan lafzhi, adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW ini hanya bisa di lakukan apabila mereka hafal benar apa yang di sabdakan Rasul  SAW, dan kebanyakan para sahabat menempuh periwayatan hadis melalui jalan ini.
     Diantara sahabat yang paling keras mengharuskan periwayatan hadis dengan jalan lafzhi adalah Ibnu Umar. Ia sering kali menegur sahabat yang membacakan hadis yang berbeda (walau satu kata) dengan yang pernah di dengarnya dari Rasul SAW, seperti yang di lakukan terhadap Ubaid ibn Amir.[6]
b.      Periwayatan Maknawi
     Diantara para sahabat lainnya ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan darurat, karena tidak hafal persis seperti yang di wurudkan Rasul SAW, boleh meriwayatkan hadis secara maknawi. Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang di dengarnya dari Rasul SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang di maksudkan oleh Rasul SAW.
     Periwayatan hadis dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antara satu hadis dengan hadis lainnya berbeda-beda meskipun maksud atau maknanya tetap sama.[7]
D.    Hadis Pada Masa Tabi’in
    Pada dasarnya periwayatan yang di lakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang di lakukan oleh para sahabat. Hanya saja persoalan yang di hadapi mereka agak berbeda dengan yang di hadapi para sahabat. Di pihak lain, usaha yang telah di rintis oleh para sahabat, pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin, khususnya masa kekhalifahan Usman para sahabat ahli hadis menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Kepada merekalah para tabi’in mempelajari hadis. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah kekuasaan Islam. Penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini di kenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (Intisyar al-riwayah ila al-amshar)
1.      Pusat-pusat pembinaan hadis
   Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadis ialah. Pusat pembinaan pertama adalah madinah, karena di sinilah Rasul SAW menetap setelah hijrah. Di sini pula Rasul SAW membina masyarakat islam yang di dalamya terdiri atas muhajirin, dan Anshar dari suku atau kabilah, di samping di lindunginya umat-umat non muslim, seperti yahudi.
    Diantara para sahabat yang membina hadis d makkah tercatat nama-nama, seperti Mu’adz ibn Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Utsman ibn Thalhah, dan ‘Utbah ibn Al-Haris. Sedang para tabi’in adalah Mujtahid ibn Jabar, Atha’ ibn Abi Rabah, Thawus ibn kaisan, dan ‘Ikrimahmaulana Ibn Abbas.[8]
    Diantara tabi’in yang membina hadis di kufah ialah Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Said Al-nakha’i, Said ibn Zubair Al-Asadi, Amir ibn Sarahil Al-Sya’bi, Ibrahim Al-nakha’i, dan Abu Ishaq Al-Sa’bi.[9]
      Diantara tabi’in yang membina hadis di Basrah, ialah Hasan Al-basri, Muhammad ibn sirrin, Ayub Al-Sakhyati, Yunus ibnu’Ubaid, Abdullah ibn’Aun, Khatadah ibn Du’amah Al-Sudusi, dan Hisyam ibn Hasan. [10]
2.      Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis
 Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya perang jamal dan perang siffin, yaitu ketika kekuasaan di pegang oleh Ali ibn Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut-larut dengan terpecahnya umat islam ke dalam beberapa kelompok (Khawarij, Syi’ah, Mu’awiyah dan golongan mayoritas yang tidak masuk ke dalam ketiga kelompok tersebut).
    Pergolakan politik seperti di atas cukup memberian pengaruh terhadap perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang bersifat langsung dan bersifat negatif, ialah dengan munculnya hadis-hadis palsu (maudu’) untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi kawan lawannya.
    Adapun pengaruh yang berakibat positif, adalah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong di adakannya kodifikasi atau tadwin hadis, sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari pergolakan politik tersebut.[11]  









BAB III
PENUTUP
     Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW.
    Rasul SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SAW yang berbeda dengan manusia lainnya. Masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar
     Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Quran, maka periwayatan hadis belum begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya.

















                                                   DAFTAR PUSTAKA          
      Ahmad, Muhammad, dkk. 2005. Ulumul hadis. Bandung: pustaka setia
      Abu Al-Jalil Isa. Ijtihad Rasulullah SAW. Alih bahasa oleh Ma’mum Muhammad Murai, dkk. Bandung : Al-Ma’arif. 1980
    Endang soetari Ad. Problematika Hadist Mengkaji Paradigma Periwayatan. Bandung: Gunung Djati press. 1997
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist. Jakarta: Bulan Bintang                                  












                                                                                                                                        



[1] Endang soetari. Ilmu hadis: kajian riwayah dan dirayah. Bandung: mimbar pustaka. 2005. Hlm. 29.
[2] Ibid. Jlm. 30
[3] Soetari, op,cit. hlm. 37
[4] Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 1, op.cit., hlm. 218.
4. Ajjaj Al-khathib, Al-sunnah Qabla al-Tadwin, op.cit,. hlm: 92-93
[6]  Al-Ramaharmuzi, Al-muhaddits Al-fashil Baina Al-rawi wa Al-wa’i, (Beirut: Dar Al-fikr, 1984), hlm. 127.
[7]   Ajjaj al-khathib, op.cit,. hlm. 130.
[8]   Ajjaj Al-khatib, op. Cit.,. hlm.111-118
[9]  Al-hakim, op. Cit,. Hlm. 243.
[10]    Ibid.,hlm. 192 dan 242.
[11]   Ibid.,hlm. 193 dan 242