MAKALAH
Hakikat Kurikulum
Disusu guna untuk memenuhi tugasMata kuliyah:PengembanganKurikulumDosen
pengampu:HeniListtiana, M. Pd. I
Disusun Oleh:
SITI ENDANG MAIMUNAH
ABDUL AZIZ
HASIPUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya, maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Berikut ini kami
mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pengembangan kurikulum",
yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna memahami lebih dalam lagi
mengenai Pengembangan Kurikulum.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat. Amin.
Pamekasan, 04 Maret 2016
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.Apa
pengertian kurikulum ?
B. Apasajakedudukan
kurikulum dalam pendidikan ?
C.
Apasaja fungsi dan peranan kurikulum ?
D.
Bagaimanacara mengidentifikasi berbagai komponen kurikulum ?
E.
Apasaja karakteristik teori perbedaannya dengan teori kurikulum yang lain ?
BAB
III PENUTUP
A.
Kesipulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum sering dipandang oleh guru pendidikan jasmani sebagai seluruh
bidang studi yang ditawarkan kepada peserta didik atau diidentifikasi sebagai
bidang studi.Menggambarkan kurikulum sebagai serangkaian pengalaman yang
dipandu dan berarti yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang spesifik, yaitu
instrumen dasar dalam proses pendidikan. Kurikulum merupakan media di mana
konsep teori dan filosofis diterjemahkan menuju rencana atau desain yang
efektif yang akan mempengaruhi proses pengajaran.
B.
Rumusan Masalah
Utuk
mempermudah pembahasan makalah ini maka kami merumuskan beberapa masala sebagai
berikut:
1.
Apa pengertian kurikulum ?
2. Apa saja kedudukan kurikulum dalam pendidikan ?
3.
Apa saja fungsi dan peranan kurikulum ?
4.
Bagaimana cara mengidentifikasi berbagai komponen kurikulum ?
5.
Apa saja karakteristik teori
perbedaannya dengan teori kurikulum yang lain ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hakikat kurikulum
Definisi kurikulum yang berkembang dan dianut oleh ahli pendidikan
sangatlah beragam dan tidak hanya satu macam dalam pendidikan jasmani, beragam
pakar mendefinisikan kurikulum.
Kurikulum sering dipandang oleh guru pendidikan jasmani sebagai seluruh
bidang studi yang ditawarkan kepada peserta didik atau diidentifikasi sebagai
bidang studi.
Menggambarkan kurikulum sebagai serangkaian pengalaman yang dipandu dan
berarti yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang spesifik, yaitu instrumen
dasar dalam proses pendidikan. Kurikulum merupakan media di mana konsep teori
dan filosofis diterjemahkan menuju rencana atau desain yang efektif yang akan
mempengaruhi proses pengajaran.
Menurut beberapa ahli kurikulum tersebut di atas dapat disimpulkanbahwa,
kurikulum merupakan seperangkat pedoman yang digunakan sebagaidasar untuk
mencapai tujuan-tujuan dan perilaku yang diharapkan dalamkehidupan
persekolahan.Pengembangan segala materi dalam kurikulum dapatdilakukan
sepanjang tidak melenceng dari asas-asas kurikulum dan karakteristik kurikulum
yang baik.
Kurikulum merupakan seperangkat pedoman yang digunakan sebagai dasar untuk
mencapai tujuan-tujuan dan perilaku yang diharapkan dalam kehidupan
persekolahan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenaitujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikantertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untukmemungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan memperhatikan
tahap perkembangan siswa yang disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.Dengan
demikian sebuah kurikulum menjadi sangatpenting keberadaannya dalam sebuah
organisasi dan sebagainya. Karena akan menjadi sebuah cermin pada setiap
aktifitas yang dilakukan oleh aktifis aktifis organisasi tersebut.[1]
B. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan
Mempunyai kedudukan sentral dalam melaksanakan peruses
pendidkan.kurikulum mengarahkan bentuk
aktivitas pendidikan deme tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga
merupakan rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan mengenai jenis, lingkup, urutan isi, dan proses
pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan bidang studi
yang ditekuni oleh para ahli atau specialis kurikulum, yang menjadi sumber atau
memberikan teoritis, bagi pengembangan kurikulum berbagai insitusi pendidikan.
Kurikulum memberikan pegangan bagi pelaksanaan pelajaran dikelas tetapi
merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk menjabarkanya. Kurikulum dimulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan kurikulum
sekolah umum, kejuaraan dan lainnya merupakan perwujudan atau penerapan
teori-teori kurikulum.[2]
C.
Fungsi Dan Peranan kurikulum
Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan
memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam
kegunannya.
-
Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut
1.
Fungsi Penyesuaian (the adjustive or
adaptive function)
Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis
artinya dapat berubah-ubah.
2.
Fungsi Integrasi (the integrating function)
Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat
pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang patuh
yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat
3.
FungsiDiferensiasi (the diferentiating function)
Kurikulum
berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan
dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
4.
Fungsi Persiapan (the propaeduetic function)
Kurikulum
berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat
mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan
pendidikan.
5.
Fungsi Pemilihan (the selective function)
Kurikulum
berfungsi sebagai pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
6.
Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum sebagai diagnostik mengandung
makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan
memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami
potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan
potensi dan memperbaiki kelemahannya.[3]
-
Peranan
kurikulum
1.
Peran
Konservatif kurikulum adalah
melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu
2.
Peran kreatif
kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk
dapat mengembangkan setiap potensi
3.
Peran kritis
dan evaluative kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang
perlu dipertahankan.[4]
D.
Mengidentifikasi Berbagai Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu :
(1) tujuan;
(2)
materi;
(3)
strategi, pembelajaran;
(4) organisasi kurikulum.
(5) evaluasi.
Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan
yang erat dan tidak bisa dipisahkan.Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan
diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
A. Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia,
hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan
pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan
dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan
keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan
tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang
disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara
universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
- Otonomi memberikan individual dan kelompok yang kecepatan dan
kemampuan sehingga mereka dapat mengelola kehidupan pribadi mereka dan
kolektif.
- Ekuitas memungkinkan semua warga untuk berpartisipasi dalam budaya dan
ekonomi hidup oleh mereka dan sama pendidikan dasar.
- Setiap bangsa survial izin untuk mengirimkan dan memperkaya budayanya
warisan selama generasi, tetapi juga panduan pendidikan menuju saling
pengertian dan menuju apa yang telahterjadi diseluruh dunia.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan
pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Tujuan pendidikan nasional
yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke
dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari
setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
- Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
- Tujuan
pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
- Tujuan
pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan
pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan
kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata
pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
Berikut
ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan dengan
pembelajaran ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23 Tahun
2007 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar :
1.
Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP/MTS
- Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
- Memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
- Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
- Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
2.
Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
- Memahami
sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi
dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu,
rumah tangga, masyarakat, dan negara
- Menampilkan
sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk
mendalami ilmu ekonomi
- Membentuk
sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan
keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi
diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara
- Membuat
keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional
3.
Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK/MAK
- Memahami dunia
usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan
masyarakat
- Berwirausaha
dalam bidangnya
- Menerapkan
perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya
- Mengaktualisasikan
sikap dan perilaku wirausaha.
4.
Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK/MAK
- Memahami
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
- Berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial
- Berkomitmen
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
- Berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat
lokal, nasional, dan global.
Tujuan-tujuan
pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata pelajaran
masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan
dan dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.
Pada
tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik
dan lebih menggambarkan tentang “what will the student be able to do as
result of the teaching that he was unable to do before” (Rowntree dalam
Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat
operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak
dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran
Bloom, maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
Lebih
jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan
pembelajaran, yakni :
- Menggambarkan
apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (a)
menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati;
(b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan
(c) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan
peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.
- Menunjukkan
perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: (a)
ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi
respons.
- Menggambarkan
kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik
berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau
lingkungan psikologis.
Upaya
pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting.. Keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan
terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.
Terlepas
dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat terkait
erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang dikembangkan
menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme, essensialisme,
eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan kurikulum lebih banyak
diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada upaya
pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif.
Apabila
kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan
utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan
aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan
aspek afektif.
Pengembangan kurikulumdengan
menggunakan filsafat rekonsktruktivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan
pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial
dan kemampuan bekerja sama.
Sementara
kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi teknologi
pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih
diarahkan pada pencapaian kompetensi.
Dalam implementasinnya bahwa untuk
mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan
hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya
berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu
secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan
dan kebutuhan pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik,
dengan mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran
filsafat yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan
secara bereimbang. .
B.Materi
Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan
ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah
dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik
(perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran
menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis
dan sistematis, dalam bentuk:
- Teori;
seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
- Konsep; suatu
abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan,
merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
- Generalisasi;
kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis,
pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
- Prinsip; yaitu ide
utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara
beberapa konsep.
- Prosedur; yaitu
seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus
dilakukan peserta didik.
- Fakta; sejumlah
informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
- Istilah,
kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam
materi.
- Contoh/ilustrasi, yaitu
hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu
uraian atau pendapat.
- Definisi:yaitu
penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam
garis besarnya.
- Preposisi, yaitu
cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada
filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan
kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil
dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran
yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas
sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari
masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan
tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan
banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan
diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu
kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi
bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa
dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan
dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat sulit
untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat
tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan
fleksibel..
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh
untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam
prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal
berikut :.
- Sahih
(valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di
samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak
ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
- Tingkat
kepentingan; materi yang dipilih benar-benar
diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting
untuk dipelajari.
- Kebermaknaan; materi
yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis.
Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan
sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Layak
dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari,
baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan
kondisi setempat.
- Menarik
minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa
ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri
kemampuan mereka.
Terlepas dari filsafat yang mendasari
pengembangan materi, Nana Syaodih Sukamadinata (1997) mengetengahkan tentang
sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu :
- Sekuens
kronologis; susunan materi pembelajaran yang
mengandung urutan waktu.
- Sekuens
kausal; susunan materi pembelajaran yang
mengandung hubungan sebab-akibat.
- Sekuens
struktural; susunan materi pembelajaran yang
mengandung struktur materi.
- Sekuens
logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi
pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang
sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis
sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks
menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun
dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari
masalah bagaimana ke masalah mengapa.
- Sekuens
spiral ; susunan materi pembelajaran yang
dipusatkan pada topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana,
kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih
kompleks.
- Sekuens
rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai
dengan langkah akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang
bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan masalah;
(b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengujian hipotesis;
dan (e) interpretasi hasil tes.
- Dalam
mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d), dan peserta didik
diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada kasempatan lain
guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan
peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan
seterusnya.
- Sekuens
berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai
menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu
hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi
tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang
mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan
perilaku terakhir.
C.
Strategi pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari
filsafat dan teori pendidikan yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat
perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya
memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan
informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan
pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian,
maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru.
Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai
pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai
obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan
teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian
(ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu,
pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada
guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan
progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah
peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan
tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan
bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai
tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat
dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses
pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung
bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual,
langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran
moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya
sebagai fasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator,
guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan
menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan
sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para
peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran
berbasis teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa
implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih
bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik,
tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik
untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan
peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti
melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran
teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya
mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan
belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak
kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi
pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.
Terkait
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai muncul konsep
pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya
seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara
variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat
melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan
efektivitas yang tinggi.
D.Organisasi
Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari
pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan
kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
- Mata
pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari
sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan
sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.
Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan
minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama
- Mata
pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna
memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
- Bidang
studi (broad field); yaitu organisasi
kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis
serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam
satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core
subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
- Program
yang berpusat pada anak (child centered), yaitu
program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta
didik, bukan pada mata pelajaran.
- Inti
Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit
masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran
tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan
belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran
yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
- Ecletic
Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi
kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, tampaknya lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang
bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu :
(1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi; (4) kelompok mata pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut
selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang
disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi
kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan
penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.
E.Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen
kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan
melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa
: “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and
progress of students toward objectives or values of the curriculum”Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja,
namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum,
yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in
charger of it, the capacity of students, the relative importance of various
subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and
materials and so on.” Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya
suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya
evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi
keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem
kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi
adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar
hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi
kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to
goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and
integration.” Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada
dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering
mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang
digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi
kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif,
seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain.
Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan,
questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya Evaluasi
kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan
pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu
perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan
alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
(disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)
Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu : (1) pendekatan
penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan
campuran multivariasi. Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi
kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product)
yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme
pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan
kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria
tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan
dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam
(1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context,
Input, Process dan Product. Menurut model ini keempat dimensi program tersebut
perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan.
Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :
- Context; yaitu
situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu
tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang
bersangkutan, dan sebagainya.
- Input; bahan,
peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti :
dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf
pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya.
- Process;
pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan
proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para
pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
- Product;
keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup : jangka
pendek dan jangka lebih panjang[6].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menggambarkan kurikulum sebagai serangkaian pengalaman yang dipandu dan
berarti yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang spesifik, yaitu instrumen
dasar dalam proses pendidikan. Kurikulum merupakan media di mana konsep teori
dan filosofis diterjemahkan menuju rencana atau desain yang efektif yang akan
mempengaruhi proses pengajaran.
Menurut beberapa ahli kurikulum tersebut di atas dapat disimpulkanbahwa,
kurikulum merupakan seperangkat pedoman yang digunakan sebagaidasar untuk
mencapai tujuan-tujuan dan perilaku yang diharapkan dalamkehidupan
persekolahan.Pengembangan segala materi dalam kurikulum dapatdilakukan
sepanjang tidak melenceng dari asas-asas kurikulum dan karakteristik kurikulum
yang baik.
Kurikulum merupakan seperangkat pedoman yang digunakan sebagai dasar untuk
mencapai tujuan-tujuan dan perilaku yang diharapkan dalam kehidupan
persekolahan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenaitujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikantertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untukmemungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan memperhatikan
tahap perkembangan siswa yang disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.Dengan
demikian sebuah kurikulum menjadi sangatpenting keberadaannya dalam sebuah
organisasi dan sebagainya. Karena akan menjadi sebuah cermin pada setiap
aktifitas yang dilakukan oleh aktifis aktifis organisasi tersebut.
B.
Saran
Pemakalah
menyarankan kepada pembaca makalah ini kami meminta Agar dalam pembahasan yang
telah selesai kami bahas apabila ada kesalahan dalam pemabahasan kami, kami
meminta saran dan kritikannya, karena kami hanya insan yang tidak luput dari
kesalahan, dan dengan adanya makalah ini semoga bermanfaat. Amien..................
DAFTAR PUSTAKA
1. Gani kristianto wibowo, ahmad rithaudin,opini
mahasiswa terhadap kurikulum,yogyakarta : Uny universutas,2009
2. Hamdan, hamid,pengembangan kurikulum,Bandung
: P.T. Remaja Rosdakarya,2012
3. Mulyasa, E,kurikulum berbasis kompetensi
konsep karakteristik dan implementasi, Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya,2003
4. Suhmadinata, Nana Syaodih,pengembangan
kurikulum teori dan praktek,Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya,1997
[1] Ahmad Rithaudin Gani
Kristianto Wibowo, Opini Mahasiswa Prodi
Pjkr Fik Uny Terhadap Kurikulum 2009 artikel lengkap diunduh
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132319841/ARTIKEL%20DG%20GANI.pdf.
Pjkr Fik Uny.Universitas Negeri
Yogyakarta, 05 Maret 2016. 16,30 WIB
[2]
Hamdani hamid, pengembangan kurikulum pendidikan,(Bandung: pustaka setia, 2012). Hlm 45-46
[3] E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep;
Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
[5] Uyoh sadulloh.1994.komponen kurikulum.bandung
: P.T.Remaja Rosdakarya, hlm.23-26.
[6] Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum;
Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya