MAKALAH
RAJA’
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist
yang
diampu oleh Dosen Akh. Rijal, S.Th.I, M.Pd.I
Oleh:
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Raja’ (mengharapkan ridha Allah).” sebagai tugas mata kuliah Hadits.
Makalah ini telah penulis susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembua
Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan, baik dari
segi susunan kalimat maupun tatanan bahasanya. Oleh karena itu dengan sangat
mengharap kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Pamekasan,
25 November 2017.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
A. Latar
Belakang
1
B. Rumusan
Masalah
2
C. Tujuan
2
BAB 2 PEMBAHASAN
3
A.
Identifikasi Hadits3
B.
Pemaknaan Hadits3
C. Biografi
Perawi4
D. Pemahaman
Hadits8
BAB 3 PENUTUP11
A.
Kesimpulan11
B.
Saran11
DAFTAR
PUSTAKA12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia menjalani beberapa proses perjalanan kehidupan.
Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian,
berikutnya dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah
perhitungan amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat
kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusia yang yang rugi sehingga
tempatnya adalah di neraka. Manusia yang beriman dan beramal shaleh yang mendapatkan jaminan kebahagian kehidupan
diakhirat kelak. Dalam menjalani kehidupan seseorang tentu harus mempersiapkan
bekal untuk hari kemudian, beklanya iman ,ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang
disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia
maupun di akhirat. Apalagi ditambah dengan perilaku Raja’ (menunjukkan sikap
keridhaan Allah) .
Akhlak adalah sikap yang
melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu selain dengan Akidah,
akhlak tidak dapat di ceraipisahkan dengan syariah. Raja’ termasuk Akhlak
terpuji yaitu suatu Akhlak yang dapat berguna untuk mempertebal iman dan taqwa
kepada Allah. Sebagai ummat muslim tentunya mengharapkan kebahagian dunia dan
akhirat. Supaya harapan tersebut dapat tercapai maka harus menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut.
1.
Bagaimana
identifikasi hadits yang menjelaskan tentang Roja’?
2.
Bagaimana
makna yang terkandung dalam hadits tersebut?
3.
Bagaimana
biografi dari tokoh-tokoh perawi hadits tersebut?
4.
Bagaimana pemahaman tentang hadits tersebut?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui hadits yang menjelaskan tentang materi Raja’.
2.
Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam hadits tersebut.
3. Untuk mengetahui biografi singkat
dari tokoh-tokoh perawi hadits tersebut.
4. Untuk mengetahui tentang
pemahaman hadits tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi
Hadits
وَعَن عُبَادَةْ بِنْ اَلصَّا مِتْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:قَالَ
رَسُوْلُ اَللهُ (صَلَّى اَللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ) مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا ِﺇلَهَ
اِلَّا اَللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنْ مُحَمَّدُا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَاَنْ عِيْسَ عَبْدِ
اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتَهُ أَلْقَاهَا ﺇِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحُ مِنْهُ
وَالْجَنَّةُ حَقُّ أَدْخَلَهُ اَللهُ اَلْجَنَّةُ عَلَى مَا كَا نَ مِنْ
العَمَلِ مُتَفَقٌ
|
B. Pemaknaan Hadits
1. Pemaknaan Lafal
مَنْ
|
Barang siapa
|
وَكَلِمَتَهُ
|
Kalimat
|
شَهِدَ
|
Menyaksikan
|
أَلْقَاهَا
|
Berikan
|
شَرِيْكَ
|
Menyekutukan
|
وَاْلجَنَّلةُ
|
Surga
|
وَالنَّارُ
|
Neraka
|
حَقُّ
|
Benar
|
أَدْخَلَهُ
|
Dimasukkan
|
مَاكَانَ
|
Perbuatan
|
عَمَلِ
|
Amal
|
|
|
2.
Pemaknaan Keseluruhan
Dari Ubadah bin ash-shamit r.a katanya: “Rasulullah
bersabda” “Barang siapa yang menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan selain Allah
dan tiada
satupun yang menyekutukannya, dan bahwasanya Muhammad
adalah hamba-Nya serta Rasul-Nya, dan bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan
Rasululnya serta kalimat-Nya di berikan kepada Maryam karena wujudnya tanpa
Ayah, juga sebagai ruh dari padanya karena dapat menghidupkan orang yang mati
dengan izin Allah, menyaksikan pula bahwa surga dan neraka itu benar adanya.
Maka orang yang sedemikian itu orang di masukkan oleh Allah kedalamsyurga
sesuai dengan amalan yang dilakukan olehnya .” (muttafaq’alaih)
C.
Biografi Perawi
a) Perawi Hadits dari Kalangan Sahabat
a. Ubadah ash-shamit
Salah
satu tokoh karismatik dari kalangan sahabat kali ini adalah salah seorang Anshar yang bernama Ubadah ash-shamit radhiyallahu ‘anhu. Nama panjang beliau Ubadah bin ash
shamit bin Qais bin Ashram bin Fihr bin Tsa’labah bin Ghunm bin Salim bin Auf
bin Amr bin Auf bin Alkhazraj Al anshari As salami. Beliau berkuniah Abdul
Walid. Beliau adalah seorang berperawakan tinggi dengan postur tubuh yang
bagus. Ibunya adalah Qurratul ‘Ain bintu ‘Ubadah bin nadhlah bin malik
bin’Ajlan Al Anshariyah dari Bani Auf
bin Al-khazraj. Saudara laki laki beliau
adalah Aus bin shamit Al Anshari, Tsabit bin Shamit Al khazraji, sedang saudari
beliau Umamah bin Shamit Al Anshariyyah. Mereka termasuk kaum Anshar ynag
berIslam bersama Ubadah.
Beliau
menikah dengan jamilah bintu Abi Sha’ sha’ah Amr bin Zaid bin Auf bin mabdzul
seorang wanita yang ikut berbai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Darinya
lahirlah Al Walid. Beliau juga menikah dengan Ummu Haram pada saat itu telah
menjanda dan memiliki anak yang bernama Abdullah bin Amr bin Qaiz bin Zaid,
yang lebih terkenal dengan nama Abu Ubay. Nama panjangnya adalah Ummu Haram
bintu Milhan bin Khalid bin Al Walid bin Haram bin Jundub bin ‘Amir bin Ghunm
bin ‘Ady bin Najjar. Ia adalah saudari perempuan Ummu Sulaim dan bibi Anas bin
Malik. Ummu Haram memiliki kedudukan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu
menghormatinya, juga sering mengunjunginya dan bahkan ia di doakan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan syahadah (meninggal sebagai syahid). Maka bersama suami
beliau, Ubadah, beliau mengikuti peperangan pertama kali di atas perahu di
bawah kepemimpinan Muawiyah dan mendapatkan syahid di sana. Saat itu Utsman bin
Affan lah yang menjadi Khalifah. Anak-anak beliau di antaranya adalah Al Walid, Abdullah, Dawud dan
lainnya. Ubadah ash
shamit adalah salah satu kaum Anshar pada peristiwa Baiatul Aqabah pertama,
kedua, dan ketiga.oleh karena itu beliau termasuk Assabiqunal Awwalun(yang
pertama masuk Islam) dari kalangan Anshar. Dalam perjalan Beliau sungguh penuh
dengan perjuangan dan pengorbanan. Tak satu pun peperangan di situ ada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam kecuali beliau selalu serta di dalamnya. Perang
badar, uhud, khandaq, dan seluruh pertempuran beliau ikuti. Beliau juga salah
satu sahabat utama yang mampu yang menjadi sumber ilmu di zamannya. Banyak
hadits yang beliau dapatkan dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh
karena banyak, di antara para sahabat yang utama dan menimba ilmu dan
meriwayatkan hadits hadis dari beliau. Di antara sahabat yang meriwayatkan
hadits dari beliau adalah Anas bin Malik Jabir bin Abdillah, Fadhlah bin
‘Ubaid, Miqdam bin Ma’dikarib, Abu Umama bin Al Bahili, Rifa’ah bin Rafi’, Aus
bin Abdillah Ats Tsaqafi Syarahbil bin Hasanah, Mahmud bin Ar Rabi’. Adapun
dari kalangan tabiin tercatat sebaris nama-nama masyhur dikalangan mereka yang belajar
kepada beliau semisal Abdurrahman bin ‘Asilah As Shanabihi, Abu Idris Al
Khaulani, Abu Muslim Al Khaulani, Haththan Ar Raqasyi, Abu Asy’ats As Shan’ani,
Jubair bin Nufair, Janadah bin Ummayah, dan banyak lagi di antara
tabi’in.termasuk dari keutamaan beliau adalah sikap beliau yang saat terjadinya
peperangan antara kaum muslimin dengan Bani Qainuqa, salah satu kelompok yahudi
di Madinah. Di masa lalu beliau punya hubungan yang dekat dengan mereka. Tetapi
dikarenakan sikap Bainuqa’ yang buruk dan memusuhi Allah dan Rasul-Nya, beliau
pun memutuskan hubungan tersebut dan lebih memilih Allah dan Rasul-Nya. Dengan
sebab ini turunlah firman-Nya:
يَـٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ
ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jaganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpi-pemimpin (mu. Sebagian mereka adalah
pemimpin yang sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu yang mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” [Q.S. Al-Maidah: 51]
Beliau juga termasuk sahabat utama yang
mengumpulkan Al- Quran di masa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ini menunjukkan keahlian beliau
dalam ilmu Al- Quran. Saat pada masa ke khalifahan Umar, penduduk Syam
membutuhkan orang-orang yang dapat mengajari ilmu agama kepada mereka, maka
Umar pun mengutus beliau beserta Muad bin Jabal dan Abu ‘Darda. Adapun ubadah,
maka beliau di angkat menjadi hakim dan pengajar di Hims daerah Syam, lalu
berpindah ke palestina dan menjadi hakim pertama di sana. Ini menunjukkan
kefakihan dan kecerdasan beliau dalam memutuskan perkara. Tentang kefakihan
beliau ini, telah di akui oleh para sahabat semisal Muawiyah, Junadah, dan
lainnya.
Ubadah wafat di Palestina tepatnya di daerah Ramalah.
Beliau dikubur di daerah Baitul Maqdis.
Namun sebagian ulama yang ahli sejarah berpendapat beliau meninggal di Madinah,
namun pendapat pertama lebih kuat. Beliau meninggal pada tanggal 34 hijriyah
dengan umur 72 tahun radhiyallahu ‘anhu.
b) PerawiHaditsTerakhir
Nama lengkap Imam Muslim
adalah Abu
Husain Muslim ibn Al-Hajjaj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan kepada Naisabury karena beliau adalah putera kelahiran Naisabur, pada tahun 204 H (820 M),
yakni kota kecil di Iran bagian Timur Laut. Beliau juga dinisbatkan
kepada nenek moyangnya Qusyair ibn Ka’ab ibn Rabi’ah ibn Sha-sha’ah beliau
merupakan keluarga bangsawan besar.
Imam
Muslim salah seorang muhad disini, hafidh lagi terpercaya terkenal sebagai ulama
yang gemar bepergian mencari
hadits. Ia mulai belajar hadits pada tahun 218 H saat berusia kurang lebih lima belas tahun. Beliau mengunjungi kota Khurasan untuk belajar hadits kepada Yahya ibn Yahya dan Ishaq ibn Rahawaih. Kemudian beliau berpindah tempat ke kota Rey untuk belajar hadits kepada Muhammad
ibnMahran, Abu Hassan dan
lainnya.
Di Irak beliau belajar hadits pada Ibnu Hanbal, Abdullah ibn Maslamah dan lainnya;
di Hijaz pada Yazid ibn Mansur dan Abu Mas’ad, dan di Mesir beliau berguru kepada
‘Amir ibnSawad, Harmalah ibn Yahya dan kepada ulama hadits yang lain.Selain itu,
Qatadah ibn Sa’id, Al-Qa’naby, Ismail ibn Abi Uwais, Muhammad ibn Al-Mutsanna,
Muhammad ibn Rumhi, dan lain-lainnya juga pernah menjadi guru beliau.
Ulama-ulama
besar, ulama-ulama yang sederajat dengan beliau dan para hafidh, banyak yang
berguru kepada beliau seperti Abu Hatim, Musa ibn Harran, Abu Isa Al-Tirmidzi,
Yahya ibnSa’id, Ibnu Khuzaimah, dan ‘Awwanah, Ahmad ibn Al-Mubarak, dan lain
sebagainya.
Karya-karya Imam Muslim antara lain:
1.
Shahih
Muslim yang judul
aslinya yaituAl-Musnad Al-Shahih, Al-Mukhtashar min
Al-Sunan bi Naql Al-‘Adl’an Al-‘Adl’anRasul Allah.
2.
Al-Musnad
Al-Kabir.
3.
Al-Jami’
Al-Kabir.
4.
KitabI’lalwa
Kitabu Auhamil Muhadditsin.
5.
Kitab
Al-Tamyiz.
6.
Kitabu man
LaisalahuIllaRawin Wahidun.
7.
Kitab
Al-Thabaqat Al-Tabi’in.
8.
Kitab
Muhadlaramin.
9.
Al-Asma’ wa
al-Kuna.
10. Irfad
Al-Syamiyyin, dan kitab lainnya yaitu Al-Aqran,
Al-Intifa’ bi Julus Al-Shiba’, Aulad Al-Shahabah, Al-Tarikh, Hadits ‘Amr ibn
Syu;aib, Rijal ‘Urwah, Sha-lawatuh Ahmad ibn Hanbal, Masyayikh Al-Tsauri,
Masyayikh Malik, dan Al-Wuhdan.
Menurut laporan Ibrahim ibn Muhammad ibnSufyan, Imam Muslim
juga telah menyusun tiga kitab musnad, yaitu:
a. Musnad yang
beliau bacakan kepada masyarakat adalah shahih.
b. Musnad yang
memuat hadits-hadits, walaupun dari perawi yang lemah.
c. Musnad yang
memuat hadits-hadits, walaupun sebagian hadits itu berasal dari perawi yang
lemah.
Dari
sekian banyak karangan Imam Muslim, Shahih Muslim ini berada satu tingkat di
bawah Shahih Bukhari.Menurut para jumhur ulama, bahwa Shahih Bukhari adalah sesahih-sahih
Kitab hadits dan sebesar-besar pemberi faidah, sedangkan Shahih Muslim adalah secermat-cermati
sanadnya dan sekurang-kurang perulangannya, sebab sebuah hadits yang telah beliau
letak kan pada satu maudhu’, tidak lagi diletakkan di maudhu’ lain. Kitab Shahih Muslim ini berisikan sebanyak 7.273 buah
hadits, termasuk dengan yang terulang. Jika dikurangi dengan hadits-hadits yang
terulang tinggal 4.000 buah. Ada sejumlah kitab syaah yang mengomentari kitab
hadits tersebut, salah satunya yaitu Kitab Imam Nawawi (w. 676 H), yang
diberijudul Al-Manhaj fi Syarh Shahih Muslim ibn Al-Hajjaj.
Imam Muslim wafat pada hari Ahadbulan Rajab 261 H (875
M), dan dikebumikan pada hari Senin di Naisabur.
D. Pemahaman Hadits
Raja’ adalah berharap sedangkan menurut istilah senang hati menunggu yang dicintai setelah syarat-syarat mampu
diusahakan terpenuhi. Raja’ berarti mengharapkan dari Allah swt. Dengan kata
lain mengharapkan sesuatu yang mungkin dicapai dengan berusaha untuk memenuhi
syarat-syarat. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan
di kabul oleh Allah swt. Raja’ (harapan) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji
kecuali bila disertai amalan. Berkata ibnu qayyim dalam “madarijus-salikin”
bahwa raja’ tidak akan sah kecuali jika di barengi dengan amalan. Oleh karena
itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal. Khusnudzon
adalah sifat yang terpuji yaitu sifat yang menunjukkan prasangka yang baik.
Sifat kebalikannya adalah su’udzan yaitu suatu prasangka buruk. Seseorang yang
besifat raja’ akan selalu berprasangka baik terhadap Allah swt.
Termasuk perkara yang seharusnya diketahui, yaitu jika seorang
mengharapkan sesuatu, maka sebagai konsekuensinya harapan tersebut mengandung
tiga perkara:
1.
Rasa
cinta terhadap apa yang diharapkan
2.
Kekhawatiran
tidak mendapat apa yang diharapkan
3.
Usaha
untuk memperoleh apa yang diharapkan sesuai kemampuan
Maka dari itu, harapan yang tidak disertai dengan salah satu dari
ketiga syarat ini hanyalah akan menjadi angan-angan. Harapan dan angan-angan
adalah dua hal yang berbeda. Setiap orang yang berharap adalah orang yang
khawatir. Andai kekhawatiran tersebut menimpa orang yang sedang berjalan,
tentulah ia akan mempercepat jalannya disebabkan takut kehilangan sesuatau.
Sebagaimana Allah memberikan harapan untuk orang-orang yang beramal shalih,
maka Dia juga menyertakan rasa takut bagi mereka. Berdasarkan hal ini,
diketahui bahwa rasa harap dan takut yang bermanfaat adalah yang teriringi oleh
amal shalih. Allah menyifati orang yang bahagia dengan perbuatan baik yang
disertai dengan rasa takut, sedangkan Dia menyifati orang yang sengsara dengan
perbuatan buruk yang di sertai dengan rasa aman.
Ali bin Abi Thalib sahabat yang banyak yang banyak menangis dan
sangat takut kepada Allah. Ia sangat takut terhadap dua perkara: panjang
angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Beliau menjelaskan: “panjang angan-angan
akan melalaikan akhirat,sedangkan mengikuti hawa nafsu akan mencegah dari kebenaran. Ingatlah, dunia
telah berbalik pergi dan akhirat sedang datang menghadap. Masing-masing dari
keduanya mempunyai anak. Maka jadilah anak-anak akhirat ; jangan menjadi
anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal tanpa hisab dan besok adalah
amal tanpa hisab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Raja’ berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a
kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah swt. Dimana hal
tersebut telah diperintahkan Allah kepada orang-orang beriman agar selalu
berdo’a kepada-Nya dan berharap Allah swt akan mengabulkan doanya. Penuh
harap
B.
Saran
Makalah ini dapat digunakan oleh mahasiswa
yang ingin mengetahui tentang hadits yang berkaitan dengan materi pokok pendidikan
Islam. Oleh karena keterbatasan pengetahuan,
maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk mencari hadits-hadits tersebut
di kitab hadits aslinya.
Selain itu,
penulis mengharapkan
saran dan kritik membangun dari pembaca untuk menyempurnakan dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.
Ali, Baydoun, Riyadhusshalihin. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 1971.
Qayyim,
Ibnu. Ad-Da’wa Ad-Dawa’. Pustaka.
Imam asry-Syafi’i. 2009.
Suparta,
Munzier. Ilmu Hadits. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
shentiald.blogspot.co.id/2013/10/makalah-agama-perilaku-terpuji-roja.html?m=1
shentiald.blogspot.co.id/2013/10/makalah-agama-perilaku-terpuji-roja.html?m=1
shentiald.blogspot.co.id/2013/10/makalah-agama-perilaku-terpuji-roja.html?m=1