PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, siapa yang tidak menggunakan
LPG untuk memasak, di Indonesia, masyarakat sudah berbondong-bondong berpindah
ke LPG, dimana sebelumnya masih banyak masyarakat menggunakan minyak tanah.
Perpindahan ini dikarenakan adanya program konversi minyak tanah ke LPG yang di
canangkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Namun pada awalya program konversi
ini tidak berjalan semulus seperti yang diharpkan oleh pemerintah. Masih banyak
saja hal yang menghambat pencanangan itu. Salah satunya adalah faktor masyarakat
yang sudah terlalu lama menggunakan minyak tanah. Untuk melakukan aktifitas
sehari-hari, kita perlu melihat kondisi Indonesia dimasalalu. Achmad Faisal,
mantan Direktur pemasaran dan Niaga PT.pertamina (persero), dalam buku “selamat
tinggal minyak tanah, selamat datang LPG” menjelaskan bahwa sejak dahulu
masyarakat Indonesia hampir seluruhnya menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Terutama mereka yang tinggal di pedesaan dan sebagian di perkotaan. Kemudian,
pemerintah pada tahun 60 an mulai memperkenalkan minyak tanah pada masyarakat.
Ini merupakan akibat dari over supply dari
kilang-kilang minyak milik pertamina. Pada awalnya mereka menolak memakai
minayk tanah (mitan) karena telah terbiasa menggunakan kayu bakar. Bahkan di
jakrta hingga tahun 70-an masih banyak ditemukan rumah-rumah tangga yang
memakai kayu bakar untuk masak sehari-hari. Mitan kurang diminati.
Hal ini membuat pertamina pun memaksa
para agen mitan untuk menjual ekstra keras pada masyarakat, agar bisa
menghabiskan jatah mitan yang mereka terima. Bila tidak, kuota mitan para agen
akan dipotong untyk bulan yang akan datang.
Lama kelamaan, masyarakat menyadari
penggunaan mitan lebih praktis dari pada kayu bakar. Maka dimulailah era
penggunaan mitan di Indonesia. Di kota besar dan kecil hingga perkampungan. Seiring dengan makin banyaknya kilang BBM,
produksi mitan pun menjadi semakin banyak. Minyak tanah lagi menjadi sesuatu
yang asing bagi masyarakat Indonesia. Minyak tanah dimanfaatkkan untuk
kebbutuhan rumah tangga seperti memasak dan penerangan atau sebagai bahan bakar
utama industry kecil dan nelayan. Minyyak tanah juga dijadikan sebagai bahan
baku pabrik obat pem-basmi nyamuk, campuran cat, dan dipakai sebagai bahan
pembersih di bengkel-bengkel dan industri karena sifatnya yang mampu menghilangkan
lemak. Ini berbeda dengan tren di luar negeri. Minyak tanah bukanlah kebutuhan
bahan bakar pokok rumah tangga karena ia hanya digunakan untuk menggerakkan
mesin pemanas di musim dingin.
Melimpahnya ketersediaan minyak tanah di
Indonesia pada masa lalu serta kebutuhan masyarakat akan bahan bakar murah yang
mendesak, menjadikan pemerintah saat itu mau tidak mau memilih memasarkan
produk sampingan kilang itu secara missal. Ini dianggap cara termudah memenuhi
kebutuhan masyarakat, sekaligus jadi solusi termurah menyalurkan minyak tanah.
Namun di saat bersamaan mengubah pola pikir masyarakat pengguna minyak tanah
yang sudah takut tidak lah mudah. LPG masih dianggap bahan bakar mahal karena
ia diposisikan sebagai bahan bakar kalangan menengah keatas. Selain itu
komponen seperti kompor gas dan tabung ukuran 12n kg misalnya, masih dianggap
merepotkan dan tidak ekonomis. Masalah lainnya faktor ‘ketakutan’ terhadap
penggunaan gas yang menghantui masyarakat awam yang jumlahnya tidaklah sedikit.
Padahal dengan pertimbangan keamanan, pertamina memasarkan LPG dengan
memberikan pembau dari senyawa sulfur.
Tujuannya, agar keberadaan atau
kebocoran LPG gampang di deteksi. Faktor-faktor itulah yang menjadikan konsumsi
LPG di Indonesia rendah. Sebagai contoh, di tahun 2004 penggunaan LPGtidak
lebih dari 0,5% dari jumlah penduduk. Itu sama artinya hanya 1,1 juta ton per
tahun saja. Angka ini berbanding jauh dengan 3 juta ton produk LPG yang ada di
Indonesia, yang berarti masih tersisa 1,9 juta ton LPG yang belum termanfaatkan.
Dengan adanya konversi minyak tanah ke
pemggunaan elpiji, ternyata hal ini bukan solusi bijak dalam mengatasi
ketergatungan masyarakat terhadap energy alam yang sulit untuk diperbaharui.
Kemungkinan besar pemerintah suatu saat akan mencari lagi pengganti LPG ketika
harga gas bumi ini naik melebihi harga minyak tanah. Apalagi kebijakan konversi
ini berlangsung singkat, banyak masyarakat terutama masyarakat miskin yang
tidak terbiasa menggunakan bahan bakar gas dipaksa untuk menggunakannya.
Terutama bagi mereka yang bermukim di wilayah pedesaan.
Secara nasional konversi yang dilakukan
pemerintah berjalan mulus, akan tetapi untuk daerah-daerah tertentu tidaklah
demikian terutama khususnya daerah tertinggal seperti camplong.
Dari data yang di dapat menyatakan bahwa
diketahui presentase penggunaan terhadap gas LPG untuk masyarakat desa
sangatlah rendah dibandingkan denga penggunaan gas LPG do kota-kota besar,
untuk masyarakat desa hanya 30% penggunaan gas LPG berbeda dengan dikota yang
hampir penggunaan nya mencapai 70% bahkan lebih. Sedikitnya jumlah konsumsi LPG
di desa camplong ini diduga Karena kebiasaan tradisional di daerah tersebut.
Seperti halnya pendapat kotler (1995)
yang menyatakan bahwa kebudayaan (kultur) atau kebiasaan tradisional dapat
mempengaruhi prilaku konsumen.
Sealin itu Philip kotler (1995) juga
berpendapat bahwa terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi prilaku pembelian
konsumen terhadap suatu barang dan salah satunya yaitu bahwa pola hidup (gaya
hidup) seseorang tergambar pada aktifitas dan kebiasaan orang-orang tersebut.
Respati (2014), pola konsumsi setiap
orang juga di pengaruhi oleh salah satu faktor, yaitu kebiasaan dan kondisi
sosial budaya dalam masyarakat tersebut.
Camplong adalah sebuah kecamatan di
kabupaten sampang, propinsi jawa timur, untuk desa camplong sendiri terdapat 7
dusun yaitu diantaranya: pesisir barat, pesisir timur, karangloh, poteran,
loloran, dan lengser. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 6.578 jiwa.
Ada beberapa potensi yang terdapat pada
desa camplong dimulai dari segi pertanian/perkebunan camplong menjadi pemasok
buah jambu air terbesar sejawa timur, selain itu dari segi pariwisata camplong
juga punya wisata unggulan yaitu wisata pantai camplong yang belakangan makin
marak di kunjungi para wisatawan lokal. Dan sebagian besar masyarakat nya
berprofesi sebagai nelayan dan petani.
Berdasarkan penjelasan diatas , maka
penulis berniat untuk melakukan penelitian yang berjudul “kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa
ccamplong”.
1.2 Rumusan Masalah
masalah yang akan di
bahas adalah:
1. Apakah
kebiasaan tradisioanl masyarakat di desa camplong mempengaruhi pola konsumsi
gas LPG?
1.3
Ruang
Lingkup Penelitian
Untuk membatasi penelitian, kegiatan
penelitian akan dilaksanakan pada masyarakat camplong dengan ruang lingkup
membahas kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di
desa camplong guna mengetahui faktor apa saja yang membuat mereka menggunakan
LPG dan melihat apakah faktor kebiasaan tradisioanl juga mempengaruhi
terhadap-nya.
Selain itu penelitian juga akan di
lakukan pada pemilik salah satu agen penyalur gas LPG untuk daerah camplong.
1.4
kerangka
Pemikiran
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
Keterangan:
Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan
program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan
mengalihkan pemakaian minayk tanah ke LPG. Program ini diimplementasikan dengan
membagikan paket tabung LPG beserta isinya, kompor gas dan acessoriesnya kepada
rumah tangga, namun pengkonversian itu tidak selaras dengan keadaan di
masyarakat. Hal ini didukung dengan adannya data yang telah diketahui bahwa
persentase penggunaan terhadap gas LPG untuk masyarakat desa sangatlah rendah
dibandingkan dengan penggunaan gas LPG dikota-kota besar, untuk masyarakat desa
hanya 30% penggunaan gas LPG.
Salah
satu faktor yang diduga manjadi penentu kenapa sebagian masyarakat masih belum
sepenuhnya beralih menggunakan gas LPG adalah faktor budaya mereka yang belum
bisa sepenuhnya mereka tinggalkan. Mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan
kebiasaan tradisionalnya.
1.5 Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis pada penelitian dan penulisan skripsi ini adalah:
Untuk mengetahui dan memahami pola
konsumsi dan kebiasaan tradisional masyarakat dikecamatan camplong dalam
penggunaan gas LPG?
1.6 Manfaat penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian
diantaranya adalah:
1.6.1 manfaat akademis
1.
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi di
kemudian hari dan juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
1.6.2 manfaat praktisi.
1.
hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas dan manambah pengetahuan
penulis, terutama nya dalam memahami prilaku konsumen terhadap penggunaan gas LPG.
2.
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagian agen-agen penyalur
gas LPG yang ada di desa camplong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 kajian empiris atau penelitian
terdahulu
Dalam melakukan penelitian mengenai
“kebiasaan tradisional dan pola konsumsi masyarakat terhadap gas LPG”,
penelitian perlu melakukan peninjauan sebelumnya, disini, peneliti mengambil
satu penelitian yang terkait dengan penggunaan gas LPG. Kajian empiris ini
diharapkan dapat menjadi suatu perbandingan bagi penelitian ini.
Adapun yang menjadi landasan penelitian
terdahulu dalam penelitian ini adalah sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan oleh:
Penelitian yang dilakukan oleh Iriyani (2009)
yaitu tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen dalam
penggunaan dan pembelian gas LPG 3 kg (studi kasus di PT GRAFFI FERDIANI
GERRSIST ENERGI).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku consume dalam penggunaan dan
pengambilan keputusan pembelian gas LPG 3 kg, dan hasil analisa diketahui bahwa
faktor pribadi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap prilaku keputusan
penggunaan gas LPG 3 kg, dan hal ini mencerminkan bahwa faktor pribadi
merupakan faktor yang sangat menentukandalam penggunaan dan pembelian gas LPG 3
kg. dan dari hasil yang telah didapat tersebut faktor harga menjadi tolak ukur
dari keputusan penggunaan dan pembelian gas LPG 3 kg. dan hendaknya pelaku
bisnis dan pengusaha hendaknya memperhatikan betul dan memperhatikan dengan
baik bila mana ingin menaikan harga.
2.2 Kajian Teoritik
2.2.1 Pengertian Lpg (gas elpiji)
LPG adalah kependekan dari Liquefied
Petroleum Gas, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas,
yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang
dicairkan. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 denagn merkdagang ELPIJI.
2.2.2.
konversi minyak tanah ke Gas Elpiji (LPG)
Program kebijakan pemerintah ini
merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh
masyarakat ke gas LPG 3 kg melalui pembagian paket LPG 3 kg beserta isi,
kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki
kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Program ini dilaksanakan oleh
pemerintah dengan maksud untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan
minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Kemudian selain
itu program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu
besar, khususnya awsubsidi bagi minayk tanah terakhir, program ini secara
tekhnis terbukti lebih mudah di gunakan, lebih hemat, lebih aman, dan ramah
lingkungan.
2.2.3
Kebiasaan Tradisional
Kebiasaan tradisional adalah sesuatu
yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok bermasyarakat, biasanya dari suatu dari Negara, kebudayaan, waktu,
agama yang sama. Kebiasaan tradisional merupakan hal atau sesuatu yang sudah
biasa dan bahkan erat dengan kehidupan masyarakat.
Menurut rahmah (2015) kebiasaan
tradisional itu bermacam-macam jenisnya. Bisa dari segi adat istiadat,
kebiasaan, dan car memasak, dan lain seabaginay. Cara memasak yang kiat kenal
sekarnag sudah semakin modern dan lebih praktis, sebelum sampai pada tahap ini
dearah-daerah nusantara yang mempunyai ciri khas dalam pengolahan makanan dan
mungkin masih tetap bertahan sampai sekarang ini. Bertahannya budaya cara
memasak tradisional ini diiringi adat istiadat yang masih melekat dan masih
terlaksana dengan baik sampai saat ini.
Alat masak mederen seperti kompor gas
dan kompor elektronik memang sudah banyak dijual dipasaran, namun bagi
daerah-daerah tertentu tungku masih menjadi alat masak yag cukup penting.
Serlain itu jauh lebih ekonomis, tungku juga bisa digunakan atau di manfaatkan
dalam masak besar seperti hajatan-hajatan besar.
Dalam salah satu daerah tungku di sebut tomang contohnya di Madura. Tungku
dimadura ada 4 macam ada yang menggali tanah kemudian dibentuk menjadi tungku,
ada yang hanya menyusun batu bata dengan sedemikian rupa, ada juga yang
menggunakan besi yang berbentuk segi tiga, dan yang terakhir mencetak tungku dari
tanah liat.
Dan fungsinya pun berbeda untuk tungku
dengan menggali tanah, batu bata, dan tungku besi, biasanya digunakan untuk
memasak ketika ada hajatan besar seperti pernikahan, perayaan mauled nabi,
selamatan haji, kifayah dan
acara-acara besar lainnya. Sedangkan tungku yang biasa dipakai sehari-hari
untuk keperluan rumah tangga, biasanya menggunakan tungku yang terbuat dari
tanah liat dan tungku galian dengan ukuran lebih kecil.
Keberadaan tungku di Madura memang tidak
sepenuhnya ditinggalkan. Di samping menggunakan kompor gas, masyarakat masih
menggunakan tungku sebagai alat memasak alternative ketika hajatan atau saat
gas sedang sulit didapat.
Bagi masyarakat desa, kayu bakar yang
digunakan untuk menghidupkan tungku sangat mudah didapatkan. Terutama bagi
masyarakat yang masih tinggal di pedesaan. Mulai dari ranting-ranting pohon,
hingga kayu yang ditebang khusus untuk dijadikan kayu bakar.
2.2.4
Pola Konsumsi
Menurut respati (2014), pola
konsumsi adalah susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan
dikonsumsi dalam rangka waktu tertentu yang dipenuhi dari pendapatan nya, pola
konsumsi tiap-tiap orang berbeda perbedaan pola konsumsi tiap-tiap orang tidak
hanya di pengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut
a. Tingkat
pendidikan/pengetahuan
b. Kondisi
dan tempat tinggal/iklim
c. Jenis
pekerjaan
d. Tingkat
peradaban bangsa
e. Kebiasaan
dan kondisi sosial budaya masyarakat
f. Tinggi
rendanya harga barang dan jasa
g. Selera
yang sedang berkembang di masyarakat
Pola konsumsi orang berbeda-beda, tetapi
secara umum dalam berkonsumsi orang akan m,endahulukan kebutuhan pokok, baru
kemudian memenuhi kebutuhan lainnya.
2.2.5
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menurut kotler (1995),
perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, idea tau pengalaman
untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Menurut pendapat schiffman dan kanuk
(2000:9) dalam astute (2009) perilaku konsumen adalah “proses yang dilalui oleh
seorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, sdan bertindak pasca
konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya”.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah
disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua
kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut
pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan
jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
2.2.6
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Menurut kotler (1995), menyatakan bahwa:
“faktor-faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:
a. Kebudayaan
(cultur) dan kebudayaan khusus (sub cultur)
b. Kelas
social (social class)
c. Kelompok-kelompok
social (social group) dan kelompok referensi (reference group)
d. Keluarga
(family)”.
Sealnjutunya kotler (1995) menyatakan
bahwa faktor-faktor phisikologis yang berasal dari proses intern individu yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah:
a. Motivasi,
b. Pengamatan
,
c. Belajar,
d. Kepribadian
dan konsep diri, dan
e. Sikap.
2.2.7 Minat Beli
Konsumen
Dalam dunia bisnis sekarang kita akan
sering mengenal dan mendengar berbagai macam taktik atau kiat dari para penjual
baik partai besar maupun penjual partai kecil dalam menarik dan menggoda para
pembeli atau para calon pembeli nya untuk membeli atua hanya sekedar
lihat-lihat saja. Pembeli dalam membeli suatu jasa yang ditawrakan para pedagang
di pasar sering kali berdasarkan pada naluri atau minat.
Minat yang timbul pada pembeli sering
kali berlawanan dengan kondisi keuangan yang di miliki, minat beli konsumen
merupakan keinginan tersembunyi dalam benak konsumen. Minat beli konsumen
selalu terselubung dalam tiap diri individu yang mana tak seorangpun bisa tahu
apa yang di inginkan dan di harapkan oleh konsumen. Berikut ini akan diberikan
beberapa definisi tentang minat beli konsumen dari para ahli.
Menurut simamora (2002:131) dalam Bagus
(2011) minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu
yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk
melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek
tersebut.
Minat beli menurut kinnear dan taylor
(1995) (thamrin,2003:142) daalm Adityo (2015) adalah merupakan bagian dari
komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderunagn responden
untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
2.2.8
Faktor-Faktor Yang Memepngaruhi Minat Beli
Faktor-faktor yang mempenagruhi miant
pembeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan
puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat pembeli,
ketidak puasan biasaya menghilangkan minat.
Super dan Crites (Lidyawatie,1998) dalam
adityo (2015) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat,
yaitu:
a. Perbedaan
pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat
diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya,
BAB
III
Metodelogi
Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik yang tampak. Oleh karena itu
dalam penelitian data-data yang dibutuhkan catatan hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian
kualitatif deskriptif yang mana data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Denga demikian jenis penelitian merupakan
gambaran secara utuh tentang peristiwa yang berkaitan dengan kebiasaan
tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa camplong.
3.2
Lokasi Penelitian
Langkah
pertama sebelum peneliti mengambil dan menganalisis suatu data adalah
mengetahui terlebih dahulu objek penelitian denagn lokasi. Penelitian ini
dilaksanakan di desa camplong, peneliti memilih objek ini karena sebagian besar
masyarakat di desa tersebut masih sedikt dalam penggunaan gas LPG. Selain itu
penulis juga akan melakukan penelitian pada salah satu agen penyalur gas LPG
yang ada di camplong. Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri
dari: desa karangloh, desa poteran, desa loloran, desa darma, desa lengser.
3.4
Kehadiran Peneliti
Dalam suatu rangka
ingin memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka kehadiran peneliti ini
merupakan cara yang penting dalam penelitian kualitatif. Kehadiaran peneliti
merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian kualitatif.
Kehadiran peneliti selain bertujuan untuk mengumpulkan data yang
sebanyak-banyaknya tentang masalah yang diteliti juga bertujuan untuk menjalin
komunikasi serta silaturahmi dengan informan. Sehingga dengan kehadiran
peneliti akan mengetahui lebioh mendalam dan secara meluas tentang situasi dan
kondisi di lapangan yaitu di desa camplong khusus nya masyarakat camplong dan
juga kondisi di agen penyaluran gas LPG di desa camplong.
Dalam
penelitian ini, yang menjadi suatu alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Yang mana, peneliti sebagai pelaksana dalam pengumpulan data, menganalisis data
peneliti dan melihat secara langsung terhadap masalah di lapangan. Dalam
pengumpulan suatu data peneliti melakukan observasi dan wawancara sehingga
peneliti dapat mengetahui dan memahami gambaran yang otentik dan utuh mengenai
subyek yang diteliti.
3.5 Sumber Data
3.5.1 Sumber data ini merupakan data
primer
Data
primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan. Sumber data primer membutuhkan data dan informasi yang biasaya
kita sebut dengan narasumber dan informasi. Data yang diperoleh melalui
pertanyaan tertulis dengan menggunakan metode wawancara juga akan dilakukan
pada pemilik salah satu agen penyalur gas LPG untuk masyarakat camplong.
3.6 Prosedur pengumpulan data
3.6.1 Observasi
Observasi atau
pengalaman merupakan pengamatan dengan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian dan suatu instrument penelitian yang
berguna untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kekuatan pengamatan.
Selain
itu, observasi haruslah mempunyai tujuan tertentu. Pengamatan yang tanpa
tujuan, bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan drai observasi adalah
untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta
aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan
perspektif individu yang terlibat tersebut.
Observasi
sebagai proses pengumpulan data dapat dibedakan menjadi 2 yaitu antara lain, participant observation (observasi
partisipasi), dan non participant
observation (non partisipasif), dalam participant
observasi peneliti mengamati langsung apa yang dikerjakan orang, mendenagrkan
apa yang mereka ucapkan, dan berpartrisipasi dalam aktivitas mereka. Sedangkan
Observasi non participant observation peneliti hanya mengamati saja tanpa
terlibat langsung ke dalam fenomena tersebut.
Jadi,
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi participant observation peneliti
mengamati langsung apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
3.6.2 Wawancara
Wawancara adalah
salah satu jenis pengumpulan data yang menggunakan Tanya jawab secara langsung.
Wawancara juga diartikan sebagai komunikasi nasabah atau pembicaraan dua arah
yang dilakukan oleh pewawancara informan untuk menggali informasi yang relevan
dengan tujuan penelitian. Wawancara bisa dilakukan secara langsung (personal
interview) maupun tidak langsung (melalui telepon).
Wawancara
mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka denagn informan, denagn maksud mendapatkan gambaran
lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif
dan berulang-ulang. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam menjadi alat
utama yang di kombinasikan dengan observasi partisipasi.
Secara
garis besar ada dua macam metode wawancara, yaitu wawancara secara terstruktur
dan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur peneliti sudah
mempersiapkan bentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya
pun telah disiapkan kepada instrument. Sementara wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan ynag akan
ditanyakan.
Dalam
hal ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dalam wawancara ini
peneliti menggunakan instrument pertanyaan yang secara terbuka dengan tujuan
untuk mendapat jawaban yang sempurna. Agar mendapatkan hasil data yang baik
sesuai keinginan peneliti. Maka, peneliti dengan petugas pewawancara harus
menciptakan suasana yang baik dan akrab.
3.6.3 Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan alat pembuktian untuk mendukung suatu keterangan, penjelasan atau
argumen. Dokumen kita juga pahami setiap catatan tertulis yang berhubungan
dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersipakan untuk suatu
penelitian. Berdasarkan pengertian itu pula, maka dokumen lainnya yang
berkaitan dengan aktifitas masyarakat camplong dan juga aktifitas agen gas LPG
di desa camplong.
3,7 Analisis Data
Analisis
data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milanya, menjadi satuan yang dapat di kelola,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa ynag dapat diceritakan kepada orang lain.
Adapun
tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam evaluasi data selama
pengumpulan data yaitu:
3.7.1 checking
(mengolah)
Data yang berasal dari transkip
wawancara, observasi dan dokumentasi dicek dengan maksud untuk mengetahui
tingkat kelengkapan data dan informasi yang diperlukan dalam data penelitian.
3.7.2 Organizing
(mengkordinasikan atau mengelompokkan)
Setelah pengecekan data, maka
selanjutnya adalah pengorganisasian data. Pengorganisasian data dilakukan
dengan memilah-milah data sesuai focus penelitian.
3.8 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari penelitian ini valid dan bisa dipertanggung jawabkan,
maka peneliti berusaha mengeceknya atau melakukan pemeriksaan agar tidak
tersusun secara sia-sia. Adapun teknik-teknik yang dilakukan adalah:
Ø
Ketentuan
penelitian
Ketentuan
penelitian yaitu untuk menemukan cirri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang
sesuai denagn permasalahan yang sedang diamati. Sehingga peneliti dapat atau
mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara jelas, rinci
dan mudah dipahami.
Ø
Triangulasi
Triangulasi
adalah pemeriksaan keabsahan temuan-temuan dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data. Triangulasi dalam
pengajian kredibitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari sebagai waktu.
Dengan itu ada tiga macam triangulasi yaitu:
a.
Triangulasi
sumber ini digunakan untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b.
Triangulasi
teknik digunakan untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara sumber
yang sama demagn teknik yang berbeda.
c.
Triangulasi
waktu dalam triangulasi ini waktu juga sering mempengaruhi kredibitas data,
data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber
masih segar banyak masalah akan memberikan data ynag lebih valid sehingga lebih
kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan denagn cara wawancara, observasi teknik lain
dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga mendapatkan kepastian
tentang datanya.
Maka dari itu yang peneliti gunakan
adalah triangulasi sumber dan triangulais waktu, yang diharapkan dengan
triangulasi tersebut penelitian bisa mendapatkan data yang sempurna dan benar.
3.9 Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap yang
ditempuh dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
3.9.1
Tahap Pra Penelitian
1)
Membuat judul
2)
Membuat dan
menentukan konteks penelitian
3)
Mmebuat proposal
peenlitian
4)
Mengurus izin
penelitian
5)
Menilai keadaan
objek penelitian
6)
Mempersiapkan perlengkapan
penelitian dan menempatan etika penelitian.
3.9.2 Tahap Proses Penelitian
1)
Memahami latar
belakang dan persiapan diri
2)
Investigasi atau
memasuki lapangan
3)
Melakukan
pengambilan data baik data primer maupun sekunder. Setelah itu data terkumpul
peneliti menganalisis data yang telah disebut diatas.
3.9.3 Tahap Penyusunan Laporan
1)
Memahami data
yang diperoleh
2)
Menganalisis
data yang diperoleh
3)
Melaporkan hasil
analisis data yang diperoleh sesuai dengan pedoman yang berlaku di UNIRA
pamekasan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini
peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang telah dilaksakan pada
masyarakat camplong dan juga pada salah satu agen penyalur gas LPG yang ada di
desa camplong. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “ apakah kebiasaan
tradisional masyarakat di desa camplong mempengaruhi konsumsi gas LPG” untuk
mendapatkan data-data yang di perlukan peneliti melakukan wawancara, observasi,
dan pengumpulan data.
Wawancara yang dilakukan ialah
seputar kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada maeyarakat di desa
camplong, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas data yang telah
diperolah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan study kasus. Denagn metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan
data yang diperoleh dari hasil daftar pertanyaan peneliti penelitian.
Pertanyaan-pertanyaan yang di
sampaikan dalam bentuk wawancara yaitu pertanyaan mengenai kebiasaan tradisional masyarakat desa camplong dan juga pola konsumsi mereka terhadap
penggunaan gas LPG.
4.1.1 Gambaran Umum “
Kebiasaan Tradisional Dan Pola Konsumsi Gas LPG Pada Masyarakat Di Desa
Camplong”
Sekilas
tentang kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa
camplong, seperti yang telah peneliti jelaskan pada latar belakang penelitian
bahwasanya di era seperti sekarang ini sudah banyak masyarakat yang telah
berbondong-bondong beralih menggunakan gas LPG. Penggunaan gas LPG ini
merupakan program konversi cadangan yang dilakukan pemerintah pada tahun 2007,
program tersebut merupakan kebijakan pemerintah dalam pengalihan subsidi dan
penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 kg melalui pembagian paket
LPG 3 kg beserta aksesorisnya secara gratis pada masyarakat yang memiliki
kriteria yang ditentukan sebelumnya.
Namun hal ini berbanding terbalik
dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah pada saat itu melalui program konversi
yang telah dilakukan, program konversi itu tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan oleh pemerintah, ada berapa hambatan dari program perencanaan itu,
dan salah satu hambatan dari program konversi itu, banyak nya pengakuan
masyarakat yang tidak menerima adanya program konversi itu dikarenakan mereka
telah terbiasa dengan kebiasaan lama mereka.
Hal itu juga berlaku pada masyarakat
desa camplong yang sebagian besar masyarakat mayoritas sampai saat ini masih
belum menggunakan gas LPG, mereka masih menggunakan kebiasaan lama dan masih
memegang teguh kebiasaan lama mereka. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
penulis pada salah satu warga, ibu SUMAH pada tanggal 28-januari-2018, penulis
mendapatkan informasi bahwa tidak mudah lagi para ibu-ibu beralih menggunakan
gas LPG kami telah terbiasa dengan kebiasaan lama yaitu menggunakan tungku,
bagi kami itu lebih ekonomis karena kami hnaya perlu mencari kayu bakar
tersedia bnayak di lingkungan kami.
4.1.2
Profil Informan
Adapun informan peneliti yang terdiri
dari masyarakat desa camplong dan juga profil salah satu agen gas LPG di desa
camplong, adapun informan peneliti sebagai berikut:
1. Ibu
Sufatmi (ibu rumah tangga)
Informan peneliti yang
saat ini sangat ramah dan terbuka, ketika proses dialog Tanya jawab berlangsung
informan yang satu ini sangat antusias dan terbuka, beliau mengharapkan
penelitian ini nantinya tidak hanya sekedar menjadi penelitian saja, namun ibu
sufatma jyga mengharapkan bahwa nanti hasil dari penelitian ini akan mampu
memberikan dampak yang lebih baik lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat
camplong.
2. Ibu
selket (ibu rumah tangga)
Informan yang satu ini,
sangat humoris, terbuka, dan blak-blakan dan juga sangat ramah, ibu berusia 50
tahun ini buruh tani memliki pekerjaan sampingan sebagai buruh tani di desa
camplong, informan yang satu ini mengaku bahwa ia sangat senang memasak dengan
menggunakan tungkunya, keahlian memasak denagn tungku beliau dapatkan dari
mendiang sang ibu.
3. Ibu
hos (ibu rumah tangga)
Adapun informan
peneliti yang satu ini, adalah sosok ibu yang mandiri dan kuat karena ibu hos
telah ditinggalkan oleh sang suami sejak 5 tahun yang lalu, ibu kalahiran
sampang ini berkeinginan bahwa beliau ingin sekali memberikan pendidikan
setinggi-tingginya untuk anak-anak nya nanti walaupun beliau hanya ibu rumah
tangga biasa dan seorang single parent beliau tidak ingin anak-anaknya bernasip
sama seperti nya.
4. Ibu
Su (ibu rumah tangga)
Informan yang satu ini,
adalah sosok ibu yang sangat homoris, suka bercanda, dan murah senyum, beliau
selalu saja menyelipkan candaan setiap kali peneliti mengajukan pertanyaan
peneliti pun kadang dibuat tertawa oleh candaan nya, pertama kali peneliti
mengkonfirmasi tentang maksud peneliti beliau sangat antusias dan
mempersilahkan peneliti untuk datang kapan saja bila ada hal yang diperlukan,
beliau juga banyak meluangkan waktu untuk peneliti untuk bertanya lebih detail
lagi tentang masalah penelitiannya.
5. Ibu
Toha (ibu rumah tangga)
Informan yang satu ini
sangat ramah namun sedikit pendiam, informan peneliti yang satu ini tidak
banyak bicara dan hanya bicara saat peneliti mengajukan pertanyaan saja,
peneliti sedikit mengalami kesulitan karena informan peneliti yang satu ini
tidak begitu memberikan keteranganyang begitu jelas pada peneliti.
6. H.
Muzek (pemilik agen gas LPG)
Selama peneliti
menjalani proses wawancara, H. Muzek pria berumur 40 tahun ini menjadi informan
yang pertama kali peneliti wawancarai dan berdiskusi tentang konsumsi gas LPG
di desa camplong, beliau sangat antusias dan bersemangat memberikan
informasi-informasi yang peneliti butuhkan, beliau juga sangat mendukung dari
adanya penelitian ini dan akan siap membantu memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti, beliau juga mengizinkan untuk datang ke kediamannya
asal tidak menggangggu kesibukannya.
Table
Wawancara
informasi
No
|
Hari/Tanggal
|
Waktu
|
Nama
|
Desa
|
1
|
Minggu/28-01-18
|
09.00-10.00
|
Ibu
Sufatmi
|
Loloran
|
2
|
Selasa/
30-01-18
|
15.00-16.00
|
Ibu
Selket
|
Loloran
|
3
|
Selaas/
30-01-18
|
17.00-18.00
|
Ibu
Hai
|
Poteran
|
4
|
Rabu/
31-01-18
|
13.00-14.00
|
Ibu
M.Sahri
|
Poteran
|
5
|
Rabu/
31-01-18
|
14.00-15.00
|
Ibu
Sumah
|
Lengser
|
6
|
Sabtu/
03-02-18
|
19.00-20.00
|
Ibu
Syafiyah
|
Lengser
|
7
|
Sabtu/
03-02-18
|
10.00-11.00
|
Ibu
Su
|
Karangloh
|
8
|
Minggu/
04-02-18
|
12.00-13.00
|
Ibu
Toha
|
Karangloh
|
9
|
Minggu/
04-02-18
|
14.00-15.00
|
Ibu
Nimah
|
Dharma
|
10
|
Selasa/
06-02-18
|
08.00-09.00
|
Ibu
Hos
|
Dharma
|
11
|
Selasa/
06-02-18
|
14.30-15.00
|
Ibu
Muzek
|
Camplong
|
Sumber: Arsip peneliti
2018
4.1.3
Masyarakat Memaknai Pemakaian Gas LPG
Sekilas tentang
gas LPG itu sendiri, LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas,
merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen
utamanya adalah gas propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina
memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI.
Berdasarkan dari hasil wawancara secara mendalam dan
observasi langsung dengan informan peneliti, banyak masyarakat memaknai bahwa
pemakaian gas LPG kurang diminati bagi sebagian besar masyarakat di desa
camplong dengan berbagai macam alasan, seperti halnya dari hasil wawancara
mendalam yang dilakukan peneliti kepada salah satu informan ibu Sumah, seorang
ibu rumah tangga yang mau untuk di wawancarai di sela-sela kesibukannya, beliau
mengatakan bahwasanya:
“saya sebagai ibu rumah tangga sebenarnya
juga ingin sekali mencoba beralih memakai gas LPG namun saya fikir-fikir lagi
sepertinya saya lebih suka dan nyaman menggunakan tungku dari pada menggunakan
gas LPG, kerana bagi saya harga Gas LP ini terlalu mahal, sedangkan saya
sebagai ibu rumah tangga biasa dan sebagai petani biasa yang pendapatannya
sangat pas-pasan, bagi saya menggunakan tungku lebih miurah dan ekonomis, saya
lebih rela mencari kayu bakar dari pada saya harus membeli gas LPG yang kisaran
harga Rp. 18.000-18.500, bagi saya itu terlalu mahal dan sangat memberatkan”
Selanjutnya peneliti melajutkan peetanyaan mengenai
selain faktor harga apalagi yang membuat informan enggan menggunakan gas LPG?
Ibu sumah menjawab
“saya juga kurang paham untuk
menggunakan Gas LPG itu saya tidak tau bagaimana cara merawatnya, saya juga
merasa sangta khawatir akan terjadi apa2 jika saya beralih menggunakan gas LPG
tersebut, takut terjadi kebakaran terlebih rumah dan dapur saya terbuat dari
bambu, pasti akan sangat berbahaya bila sampai Gas itu meledak”
Selanjutnya wawancara dilanjutkan dengan
narasumber lainnya, ibu Nimah? Ibu Nimah mengatakan bahwa:
“saya
tidak tertarik menggunakan gas LPG tersebut apalagi sampai untuk beralih
menggunakannya, bagi saya mengguanakan tungku akan lebih membuat masakan saya
terasa enak dan nikamt, kayu bakar yang saya gunakan untuk pengapian tungku ini
akan memberikan cita rasa dan aroma yang khas tersendiri bagi masakan saya, dan
saya telah membuktikannya sendiri”
Peneliti juga menanyakan hal yang sama
pada ibu Toha, pernyataan berbeda pun di sampaikan oleh beliau, beliau
mengatkan:
“ibu
saya sudah lumayan berumur tersebut mengatakan bahwa, beliau tidak akan mudah
begitu saja beralih menggunakan gas LPG. Kebiasaan lama saya lah ynag membuat
ibu saya akan tetap mempertahankan kebiasaan lama saya, mungkin akan tetap saya
pertahankan sam;pai nanti”
peneliti juga tidak lupa mewawancara
salah seorang pemilik agen penyalur Gas LPG untuk daerah camplong, bapak H.
muzek banyak memberikan informasi terkait penggunaan gas LPG di desa camplong,
antaranya beliau mengatakan:
“minat
beli dan konsumsi masyarakat desa camplong terhadap Gas LPG terbilang sangat
rendah dibandingkan dengan derah-daerah lain, untuk satu pengiriman paket Gas
LPG untuk peracang-peracang yang ada di desa camplong ini memerlukan waktu satu
bulan bahkan lebih untuk menghabiskannya, bagi saya ini sangat lambat sekali,
sangat berbeda bila dibandingkan dengan desa-desa yang lain yang kadang hanya
memerlukan waktu 10 hari untuk menghabiskan satu paket pengiriman Gas LPG.”
4.1.4
Masyarakat memaknai pemakaian tungku
Dalam salah satu daerah tungku di sebut tomang contohnya di Madura. Tungku di
Madura ada 4 macam ada yang meggali tanah kemudian dibentuk menjadi tungku, ada
yang hanya menyusun batu bata denagn sedemikian rupa, ada juga yang menggunakan
besi yang berbentuk segitiga, dan yang terakhir mencetak tungku dari tanah
liat.
Dan fungsinya pun berbeda untuk tungku
dengan menggali tanah, batu bata, dan tungku besi, biasanya di gunakan untuk
memasak ketika ada hajatan besar seperti pernikahan, perayaan mauled nabi,
selamatan haji, kifayah, dan
acara-acara besar lainnya sedangkan tungku yang biasa dipakai sehari-hari untuk
keperluan rumah tangga, biasanya menggunakan tungku yang terbuat dari tanah
liat dan tungku galian dengan ukuran lebih kecil.
Dan berdasarkan dari hasil wawancara
secara mendalam dan observasi langsung dengan informan peneliti, banyak
masyarakat memaknai dan mengaku bahwa pemakaian tungku memang sangat diminati
bagi sebagian besar masyarakat di desa camplong, sebagian besar masyarakat
mengatakan bahwa mereka tidak bisa lepas dari yang namanya tungku, mereka telah
terbiasa menggunakan sejak lama, dan sampai sekarang masih mempertahankan nya,
seperti halnya pendapat ibu selket yang berhasil peneliti tanyakan, beliau
berpendapat bahwa:
“tungku
dari tanah liat selain memberikan aroma dan cita rasa yang khas, tungku dari
tanah liat juga tahan lama dan tidak mudah rusak, tungku tersebut akan semakin
kuat dan tahan lama bila semakin terbakar oleh api kerena proses pembakaran
saat digunakan, dan selain itu tungku tersebut juga sangat kuat menampung dan
menahan beban masakan yang cukup berat, dan tidak khawatir tungkunya akan retak
apalagi roboh.”
Pernyataan yang sama juga disampaikan
oleh ibu Hai, yang juga ikut membenarkan bahwa menggunakan tungku lebih nyaman
disbanding menggunakan Gas LPG, beiau mengaku bahwa:
“menggunakan
tungku akan lebih membuat masakan lebih cepat matang, kobaran api ynag alami
cukup besar akan membuat masakan-masakan saya akan matang secara sempurna, dan
tentunya akan memberikan saya lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan
lainnya, biasanya untuk memasak 1 gantang beras saya hanya butuh waktu sekitar
30 menit dengan sekali pembakaran, dan menurut saya itu sangat memudahkan
saya.”
Pendapat
ibu Hai dipertegas oleh ibu M. sahri yang mengatakan:
“Tungku
juga sangat membantu bagi kami para ibu-ibu dan tentu nya sangat berguna bila
ada acara-acara besar seperti pernikahan, maulid nabi dan pada saat lebaran,
tidak terbayang harus menghabiskan berapa banyak tabung gas bila kita memaksa
menggunakan Gas LPG itu, namun beruntungnya kami masih bisa menggunakan
tungku-tungku itu karena dengan tungku itulah semua pekerjaan kami akan menjadi
sangat ringan.”
Selanjutnya peneliti melanjutkan
pertanyaan pada ibu syafiah, beliau mengatakan:
“saya
menggunakan tungku karena alasan lebih hemat dan ekonomis, selain itu di
pekarangan rumah saya banyak tersedia kayu dan ranting-ranting kering ynag bisa
saya gunakan untuk pembakaran tungku saya yang ada di dapur, saya sudah merasa
sangat cukup puas dengan hanya menggunakan tungku tanpa harus beralih
menggunakan Gas LPG.”
Peneliti sempat bertanya pada ibu selket
tentang sejak kapan ibu selket menggunakan tungku, dan jawaban mengejutkan
terlontar dari informan peneliti ini, beliau mengatakan bahwasanya beliau:
“Dulu
pada saat program konversi itu saya sempat ingin menggunakan gas LPG itu karena
mendengar gas LPG diberikan secara gratis, saya sangat cukup antusias mendengar
berita itu, namun pada kenyataan nya pada saat itu saya malah tidak kebagian
mendapatkan gas LPG itu, saya sempat melaporkan kepada kepala desa disini namun
di janji-janjikan saja, dan sampai sekarang saya masih belum juga mendapatkan gas
LPG itu, dan mulai semenjak itu saya menjadi putus asa dan memutuskan untuk
tidak lagi mengharapkan Gas yang dijanjikan itu dan memutuskan menggunakan
tungku saja,”
Sangat memprihatinkan apa yang dialami
oleh ibu selket sesuatu yang harusnya menjadi hak nya tidak bisa beliau
dapatkan, wajar saja bila beliau enggan dan tidak tau akan penggunaan Gas LPG
itu sendiri, meihat kejadian yang menimpa ibu selket.
4.1.5
Kebiasaa Tradisional Masyarakat di Desa Camplong dan yang Mempengaruhi Pola Gas
LPG
Ada banyak faktor yang dialami bagi
sebagian besar masyarakat di desa camplong dalam hal penggunaan gas LPG, alasan
berbeda-bedapun diungkapkan masyarakat tersebut, dan beberapa diantaranya dari
alasan tersebut antara lain:
Ø Ketidak
ekonomisan Gas LPG
Ø Ketakutan
masyarakat akan dampak dari Gas LPG tersebut
Ø Dan
faktor ketidak tauan akan cara penggunaan dari Gas LPG itu sendiri, selain itu
faktor kebiasaan lama yang sangat sulit bagi mereka untuk di tinggalkan.
Itu adalah beberapa faktor dan alasan yang
menjadikan sebagian besar dari masyarakat di desa camplong enggan menggunakan
Gas LPG, dan dari beberapa alasan tersebut tentu ada kaitannya dengan kebiasaan
tradisional yang selama ini mereka pertahankan, dan benar saja karena faktor
itulah yang menjadi dan mempengaruhi pola konsumsi Gas LPG bagi sebagian besar
masyarakat di desa camplong.
Pernyataan ini juga diperkuat dari
pernyataan ibu Sumah yang mengatakan bahwa:
“sejak
dahulu semenjak adanya Gas LPG ini saya sudah diperkenalkan oleh almh , ibu dan
nenek saya tentang kebiasaan kami memakai tungku ini, saya juga belajar
menggunakan tungku itu dari beliau, saya diajarkan bagaimana menggunakan tungku
itu dari mulai menyalakan apinya, mempertahankan apinya agar tetap berkobar
diajarkan bagaimana merawatnya dan bahkan saya juga diajarkan bagaimana membuat
tungku itu dari tanah liat, saya sangat terbiasa menggunakan tungku ini
kebiasaan lama yang almh. Ibu dan nenek yang sampai sekarang saya pertahankan
akan tetap saya pertahankan dan tidak akan saya tinggalkan begitu saja, walaupun
sekarang sudah banyak orang yang berbondong-bondong beralih menggunakan Gas
LPG.”
Pernyataan senada juga di sampaikan oleh
H. Muzek selaku pemilik agen penyalur Gas LPG di desa Camplong, beliau juga
ikut membenarkan pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Sumah, beliau mengatakan
bahwa:
“Untuk
sebagian besar masyarakat yang ada di desa camplong memang sebagian besar
mayoritas tidak menggunakan Gas LPG, tidak mudah bagi mereka untuk meninggalkan
kebiasaan lama mereka tersebut, saya sebagai agen penyalur Gas LPG ini sangat
merasakan hal itu dan itu terjadi masalah untuk saya tentunya, dan jujur saya
pun sangat mengharapkan dari adanya Gas LPG ini dan memberikan edukasi pada
masyarakat hingga nanti penelitian ini dapat memberikan dampak yang baik untuk
kita semua.”
Sangat sulit memang untuk mengubah
kebiasaan-kebiasaan yang memang sejak dulu mereka pertahankan, tidak mudah
untuk mengubah karena bagi mereka ada banyak hal yang mereka pertimbangkan
untuk pindah beralih menggunakan Gas LPG dan itu membuat mereka berat untuk
melakukan nya, masyarakat desa camplong sebagian besar tinggal di lingkungan
pedesaan yang banayk memberikan kemudahan bagi mereka untuk tetap
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan tradisional itu, ketersediaan kayu bakar
cukup banyak dilingkungan mereka, serta manfaat-manfaat lain yang di rasakan
masyarakat akan kebiasaan lama mereka akan semakin membuat mereka nyaman dan
hal itu membuat mereka akan tetap mempertahankanya.
Peneliti sempat menanyakan pada salah
satu informan tentang pernyataan “apakah ibu tidak pernah berfikir mencoba
untuk menggunakan Gas LPG”, ibu Hos sebagai informan peneliti menjawab bahwa:
“Untuk
saat ini saya merasa cukup puas dan saya juga sudah merasa nyaman dengan hanya
menggunakan tungku ini dan saya fikir saya tidak ingin dulu mencoba beralih
menggunakan Gas LPG itu, namun bukan tidak kalau saya nantinya juga akan ikut
menggunakan Gas LPG itu, melihat kondisi saya yang seperti saat ini, jika nanti
saya sudah tidak mampu lagi untuk mencari kayu bakar dan ketersediaan kayu
bakar sudah mulai sulit untuk di dapat bukan tidak mungkin saya juga akan
beralih menggunakan Gas LPG.”
Konversi minyak tanah ke Gas LPG
sebenarnya banyak memberikan dampak yang baik untuk masyarakat tak terkecuali
bagi masyarakat untuk masayarakat di desa camplong ini, pemerintah menawarkan
kemudahan untuk masayarakat dengan melakukan program konversi itu dengan
memberikan tabung Gas LPG ukuran 3 kg beserta dengan aksesorisnya secara
Cuma-Cuma (gratis), walaupun sebanarnya pemerintah memiliki rencana lain dari dicanangkan
nya program konversi ini yakni mengantisipasi semakin menipisnya cadangan
minyak bumi dan terus melambungnya harga minyak dunia, tetapi program ini tetap
tidak menguntungkan kita sebagai masyarakat pada akhirnya.
Penggunaan Gas LPG ini sangat mudah di
gunakan, banyak sekali sebenarnya manfaat dari Gas LPG ini diantaranya, mudah
digunakan, lebih hemat, dan ramah lingkungan, namun kenyataannya tidak
sedemikian masih banyak sebagian masyarakat yang tidak mengetahui akan hal itu,
dan dengan kata lain mereka masih perlu di edukasi akan manfaat penggunaan Gas
LPG ini.
Dan hal ini memang benar adanya, ketika
peneliti mengajukan pertanyaan pada informan peneliti tentang “Dulu pada saat
pemerintah membagikan Gas LPG beserta aksesorisnya ibu kemanakan Gas dan
aksesorisnya itu” informan itu menjawab dengan jawaban yang sangat mengejutkan,
beliau menjawab:
“dulu
saya memang mendapatkan kompor Gas, tabung gas, regulator, dan selang secara
Cuma-Cuma, dan saya tau itu merupakan program yang dilakukan pemerintah, namun
setelah itu saya menjual semuanya itu, saya berfikir untuk apa saya menggunakan
ini kalau saya sendiri tidak tau bagaimana menggunakannya, selain itu saya juga
merasa takut untuk meggunakan Gas LPG itu takut meledak karena pada saat itu
saya mendengar banyak pemberitaan bahwa tabung Gas LPG ini mudah meledak,
selain itu juga suami saya juga melarang saya untuk menggunakan Gas LPG itu,
maka dari itu saya jual semua tabung gas, selang regulator,dan selangnya.”
Dari adanya kasus yang seperti itu
membuktikan bahwa kurangnya edukasi dan penyuluhan pada saat pertama kali
program itu dijalankan, dank arena faktor itu juga lah yang menjadi gagalnya
program konversi yang di lakukan oleh pemerintah pada saat itu, terlebih dengan
maraknya kasusyang tidak bisa diantisipasi dengan cepat oleh pemerintah pada
saat itu yaitu banyak nya kasus ledakan yang diakibatkan tabung Gas LPG membuat
masyarakat semkain takut beralih menggunakan Gas LPG.
4.1.6 Temuan Peneliti
Dari selama penelitian berlangsung yang
meliputi observasi dan wawancara yang peneliti lakukan guna mengumpulkan
data-data yang diperlukan, terdapat beberapa hal dan temuan-temuan yang
peneliti temukan, temuan-temuan tersebut meliputi tentang “ Kebiasaan Tradisional Masyarakat di Desa Camplong dan Pola Konsumsi
Gas LPG”
Dari hasil penelitian memang benar
ditemukan bahwa sebagian masyarakat di desa camplong mayoritas dari mereka
masih enggan menggunakan Gas LPG, bukan tanpa alasan mengapa sebagian dari
masyarakat itu masih mempertahankan kebiasaan lama mereka, seperti yang telah
di kemukakan dari hasil observasi dan wawancara menyatakan masih saja
memepertahankan kebiasaan lama itu antara lain karena:
Ø Sebagian
masyarakat mengatakan bahwa mereka lebih suka memasak menggunakan tungku dari
pada menggunakan Gas LPG, dikarenakan hasil masakan menggunakan tungku lebih
nikmat, enak dan memliki aroma yang khas.
Ø Sebagian
warga lagi mengatakan bahwa mereka tidak tertarik menggunakan Gas LPG
dikarenakan mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan kebiasaan lama mereka
yang mereka pertahankan sampai saat ini, karena mereka berfikir dengan
menggunkan tungku itu akan lebih hemat, karena hanya perlu mencari kayu bakar
yang tersedia cukup dipekarangan rumah tidak perlu harus keluar uang untuk membeli
Gas LPG.
Ø Masyarakat
juga mengatakan bahwa faktor ketidak tau akan penggunaan dari Gas LPG itu
membuat para masyarakat semakin enggan menggunkan, dan selain itu beberapa
warga tidak kebagian tabung Gas LPG pada saat program konversi itu.
4.2 Pembahasan
Penelitian
Hasil dari peneliti di atas, merupakan
proses penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti selama kurun
waktu januari 2018 dengan menjadi masyarakat camplong dan pemilik agen Gas LPG
di desa camplong, dan peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan study kasus.
4.2.1
Kebiasaan Tradisional Masyarakat Desa Camplong Dalam Penggunaan Gas LPG.
Di tengah maraknya penggunaan gas LPG
yang sudah banyak dilakukan bagi sebagian masyarakat, ternyata masih ada saja
sebagian masyarakat yang lebih memilih mempertahankan kebiasaan tradisional
ynag sampai saat ini masih mereka pertahankan, dan hal itu terjadi pada
sebagian masyarakat di desa camplong mayoritas dari sebagian warganya ditemukan
masih melakukan kebiasaan trdaisional dimana kebiasaan trdaisional yang sampai
saat ini mereka pertahankan adalah kebiasaan menggunkan tungku dalam kegiatan
masak dikeseharian mereka.
Keperaktisan dalam penggunaan gas LPG,
serta semakin mudahnya akses mendapatkan Gas LPG tersebut, kemudahan
mendapatkan Gas LPG ini harusnya bisa dapat di rasakan oleh masyarakat desa
camplong karena untuk sekarang sudah banyak terdapat distributor atau agen-agen
penyalur Gas LPG yang semakin memudahkan kita untuk mendapatkannya, namun
kemudahan-kemudahan itu tidak lantas membuat sebagian masyarakat di desa
camplong tertarik untuk beralih menggunakan Gas LPG.
Jika di badingkan dengan penggunaan
tungku denga kayu bakar sebagai pembakaran nya akan terasa lebih sulit dan
tidak praktis dalam penggunaannya, itu dikarenakan pemakaian harus terlebih
dahulu mencari kayu bakar kering, selain itu pemakaian tungku ini terasa tidak
efisien dan kurang nyaman, tungku itu akan mengeluarkan asap, percikan api, dan
akan mengotori dinding yang diakibatkan oleh asap dari tungku itu sendiri.
Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG
Program kebijakan pemerintah ini
merupakan program pengaliahn subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh
masyarakat ke gas LPG 3 kg melalui pembagian peket LPG 3 kg besrta isi, kompor,
regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria
yang sudah ditentukan sebelunya. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah
dengan maksud untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di
Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Kemudian selain itu
program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu
besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis
terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah
lingkungan.
Namun hal itu tidak membuat para
masyarakat merasa sadar akan kenyamanan itu, mereka tetap saja mempertahankan
apa yang selama ini mereka pertahankan, hal itu bukan tanpa alasan ada beberapa
alasan mengapa sebagian masyarakat desa camplong masih saja mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan itu ditengah maraknya penggunaan Gas LPG.
Gas LPG masih dianggap bahan bakar mahal
karena ia diposisikan sebagai bahan bakar kalangan menengah keatas, selain itu
komponen seperti kompor gas dan tabung ukuran 12 kg, selang dan regulator
misalnya, masih dianggap merepotkan dan tidak ekonomis, masalah lainnya faktor
‘ketakutan’ terhadap penggunaan gas yang menghantui masyarakat awam yang
jumlahnya tidak lah sedikit. Padahal dengan pertimbangan keamanan, pertamina
memasarkan LPG dengan memberikan pembau dari senyawa sulfur tujuannya, agar
keberadaan atau kebocoran LPG gampang dideteksi namunfaktor-faktor itulah yang
menjadikan konsumsi LPG di masyarakat camplong rendah.
4.2.2
Kaitan Penggunaan Gas LPG Dengan Kebiasaan Tradisional Desa Camplong.
Berdasarkan drai hasil wawancara dan
observasi langsung secara mendalam yang telah dipaparkan di hasil penelitian,
hasil menunjukkan bahwa penggunaan gas LPG sangat berkaitan dengan kebiasaan
tradisional yang ada di desa camplong, hal ini di buktikan dengan hasil
wawancara dan observasi yang dilakuka peneliti yang telah dijelaskan pada hasil
penelitian di atas, hal itu juga
dibenarkan dengan alasan dan faktor-faktor yang menunjukkan bahwa memang benar
penggunaan Gas LPG di desa camplong tersebut dipengaruhi dengan kebiasaan
tradisional yang pada sampai saat ini masih mereka pertahankan.
Beberapa alasan dan faktor-faktor tersebut
antara lain:
Ø Faktor
keterbiasaan masyarakat yang sejak dahulu mereka pakai hingga terbawa sampai
sekarang dan menjadi sesuatu yang tidak bisa mereka tinggalkan karena kebiasaan
itu sudah mendarah daging untuk mereka, hingga sulit untuk meninggalkan nya.
Ø Faktor
ketersediaan kayu bakar yang sangat cukup untuk mereka, menjadi alasan
selanjutnya mengapa mereka masih mempertahankan kebiasaan lama mereka, hal itu
memudahkan mereka untuk tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan itu.
Ø Dan
faktor lain yang membuat mereka semakin takut untuk beralih menggunakan Gas LPG
karena maraknya kasus ledakan yang disebabkan Gas LPG, selain itu karena faktor
kurang edukasi bagi masyarakat untuk penggunaan Gas LPG semakin membuat mereka
tidak tau akan kenyamanan menggunakan Gas LPG.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.5 Kesimpulan
1. Kebiasaan
tradisional dan pola konsumsi gas LPG paad masyarakat desa camplong, kebiasaan
tradisional di desa camplong tidak terlalu mempengaruhi masyarakat untuk
benar-benar beralih menggunakan gas LPG. Masyarakat camplong sulit untuk
meninggalkan kebiasaan tradisional yang sudah dari dulu dan biasa mereka
lakukan seperti memasak dengan menggunakan kayu, tungku, dan semacamnya dalam
keseharian. Pemakaian gas LPG bagi masyarakat di desa camplong kurang diminati
dan sebagian besar masyarakat di desa camplong kurang paham untuk menggunakan
gas LPG dan bagi mereka kebiasaan tradisional yang mereka gunakan seoperti
memasak menggunkan tungku lebih nyaman walaupun menggunakan gas LPG lebih mudah
dan praktis di bandingkan menggunakan tungku yang harus menggunkan kayu dan
semacamnya. Kebiasaan tradisional bagi masuyarakat desa camplong banyak
memberikan manfaat selain memberikan aroma yang enak dan cita rasa yang ada
pada makanan, tungku juga lebih tahan lama dan tidak mudah rusak serta tidak
membuat mereka takut dan khawatir seperti akan terjadinya ledakan dan gangguan
lainnya,
2. Alasan dan faktor yang mempengaruhi
sebagian besar masyarakat di desa camplong kurang berminat untuk menggunakan
gas LPG karena gas LPG bagi masyarakat kurang ekonomis, masyarakat takut akan
dampak dari gas LPG serta ketidak tauan cara untuk menggunakan gas LPG selain
kebiasaan tradisional yang sudah melekat dan dsulit untuk di tinggalkan.
Kebiasaan tradisional yang tetap mereka gunakan, bagi mereka penggunaan tungku
lebih mudah karena berada di lingkungan pedesaan yang memberikan kemudahan
seperti kayu dan alat lainnya. Alasan masyarakat desa camplong tidak beralih
dari kebiasaan tradisional karena maraknya kasus atau kejadian yang di sebabkan
oleh gas LPG sealin itu masyarakat tidak tau akan kenyamanan dalam menggunakan
gas LPG.
1.5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan ditemukan beberapa saran yang di paparkan sebagai berikut:
Untuk PT. PERTAMINA (persero) diharapkan
nantinya dengan adanya penelitian ini bisa dapat memberikan perhatian pada
masyarakat khususnya masyarakat desa camplong untuk diberikan penyuluhan,
edukasi, pembelajaran, dan pemahaman tentang penggunaan Gas LPG dari
PT.PERTAMINA (persero) yang nantinya masyarakat dapat lebih memahami akan
kemudahan dan keoeraktisan dari penggunaan Gas LPG sehingga nantinya masyarakat
juga bisa ikut menikmati kenyamanan dari penggunaan Gas LPG tanpa harus
khawatir lagi akan dampak penggunaan Gas LPG yang selama ini dirisaukan olel
masyarakat desa camplong.
Anggapan masyarakat yang sudah terbiasa
dengan kebiasaan tradisional memang membuat mereka lebih nyaman dan tidak
berbahaya, tapi menggunakan Gas LPG lebih nyaman dan bisa mengatur waktu dan
hemat tenaga, walaupun banyak yang beranggapan menggunakan Gas LPG memiliki resiko
dan berbahaya namun asalkan dengan cara dan penggunaan yang benar maka hal yang
tidak diinginkan bisa diminimalisir.
DAFTAR
PUSTAKA
Bungin.
Burhan. 2001. Metodologi penelitian
kualitatif: aktualisasi Metodologis kearah ragam varian kontemporer ;
PT.rajagrafindo persada. Jakarta.
Herdiansyah.
Haris. 2013. Wawancara, observasi, dan
focus groups: sebagai instrument penggalian data kualitatif. PT. Grafindo
persada. Jakarta.
J.Moleong.
lexy. 2013. Metodelogi penelitian
kualitatif; PT. Remaja rosdakarya. Bandung.
Kasiran.
Moh. 2008. Metodelogi penelitian
kuantitatif-kualitatif ; UIN maliki press, Malang.
Prastowo.
Andi. 2012. Metode penelitian kualitatif
dalam perspektif rancangan penelitian ; AR-RUZZ MEDIA. Jogjakarta.
Sugiono.
2011. Metode penelitian kuantitaf,
kualitatif, R&D; Alfabeta. Bandung.
Umar.
Huzein. 2013. Metode penelitian untuk
skripsi dan tesis bisnis. Raja Wali pers. Depok.
Iriani.yani.
2009. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi prilaku konsumen dalam pembelian gas LPG 3 kg (studi kasus di PT
graffi ferdiani gerrits energi). Juni 2009. Diambil dari:
http://repository.Widiatama.Ac.id/xmlui/bitstream/handle/
123456789/2122/KIN.CD.054.PDF.
sandy, Taurus, widy.2008. konvensi minyak tanah ke LPG.
Rahman, Unzilztur.
2015. Tungku di Madura, masih sangat
penting. http://www.emadura.com/2015/02/tungku-di-madura-masih-sangat-penting.html.
16 november 2017.
kotler, Philip dan
Amstrong, 1995. Dasar-dasar manajemen.
Intermedia. Jakarta.
Astuti, maya. 2009. Pengertian prilaku konsumen. https://juniorsuryadilaga.wordpress.com/2013/01/09/peertian-prilaku-konsumen-menurut-para-ahli/.
10 desember 2017.
Danny, bagus. 2011. Membangun minat beli : definisi,
faktor-faktor yang mempengaruhi dan minat pembelian ulang (future investation).
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2011/10/membangun-minat-beli-definisi-faktor.html.
11 desenber 2011.
adityo, laksono, M.
Sulisio. 2015. Pengertian minat beli dan
faktor-faktor yang mempengaruhi.