Monday 24 September 2018

kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa ccamplong




PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak, di Indonesia, masyarakat sudah berbondong-bondong berpindah ke LPG, dimana sebelumnya masih banyak masyarakat menggunakan minyak tanah. Perpindahan ini dikarenakan adanya program konversi minyak tanah ke LPG yang di canangkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Namun pada awalya program konversi ini tidak berjalan semulus seperti yang diharpkan oleh pemerintah. Masih banyak saja hal yang menghambat pencanangan itu. Salah satunya adalah faktor masyarakat yang sudah terlalu lama menggunakan minyak tanah. Untuk melakukan aktifitas sehari-hari, kita perlu melihat kondisi Indonesia dimasalalu. Achmad Faisal, mantan Direktur pemasaran dan Niaga PT.pertamina (persero), dalam buku “selamat tinggal minyak tanah, selamat datang LPG” menjelaskan bahwa sejak dahulu masyarakat Indonesia hampir seluruhnya menggunakan kayu bakar untuk memasak. Terutama mereka yang tinggal di pedesaan dan sebagian di perkotaan. Kemudian, pemerintah pada tahun 60 an mulai memperkenalkan minyak tanah pada masyarakat. Ini merupakan akibat dari over supply dari kilang-kilang minyak milik pertamina. Pada awalnya mereka menolak memakai minayk tanah (mitan) karena telah terbiasa menggunakan kayu bakar. Bahkan di jakrta hingga tahun 70-an masih banyak ditemukan rumah-rumah tangga yang memakai kayu bakar untuk masak sehari-hari. Mitan kurang diminati.
Hal ini membuat pertamina pun memaksa para agen mitan untuk menjual ekstra keras pada masyarakat, agar bisa menghabiskan jatah mitan yang mereka terima. Bila tidak, kuota mitan para agen akan dipotong untyk bulan yang akan datang.
Lama kelamaan, masyarakat menyadari penggunaan mitan lebih praktis dari pada kayu bakar. Maka dimulailah era penggunaan mitan di Indonesia. Di kota besar dan kecil hingga perkampungan.  Seiring dengan makin banyaknya kilang BBM, produksi mitan pun menjadi semakin banyak. Minyak tanah lagi menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Minyak tanah dimanfaatkkan untuk kebbutuhan rumah tangga seperti memasak dan penerangan atau sebagai bahan bakar utama industry kecil dan nelayan. Minyyak tanah juga dijadikan sebagai bahan baku pabrik obat pem-basmi nyamuk, campuran cat, dan dipakai sebagai bahan pembersih di bengkel-bengkel dan industri karena sifatnya yang mampu menghilangkan lemak. Ini berbeda dengan tren di luar negeri. Minyak tanah bukanlah kebutuhan bahan bakar pokok rumah tangga karena ia hanya digunakan untuk menggerakkan mesin pemanas di musim dingin.
Melimpahnya ketersediaan minyak tanah di Indonesia pada masa lalu serta kebutuhan masyarakat akan bahan bakar murah yang mendesak, menjadikan pemerintah saat itu mau tidak mau memilih memasarkan produk sampingan kilang itu secara missal. Ini dianggap cara termudah memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus jadi solusi termurah menyalurkan minyak tanah. Namun di saat bersamaan mengubah pola pikir masyarakat pengguna minyak tanah yang sudah takut tidak lah mudah. LPG masih dianggap bahan bakar mahal karena ia diposisikan sebagai bahan bakar kalangan menengah keatas. Selain itu komponen seperti kompor gas dan tabung ukuran 12n kg misalnya, masih dianggap merepotkan dan tidak ekonomis. Masalah lainnya faktor ‘ketakutan’ terhadap penggunaan gas yang menghantui masyarakat awam yang jumlahnya tidaklah sedikit. Padahal dengan pertimbangan keamanan, pertamina memasarkan LPG dengan memberikan pembau dari senyawa sulfur.
Tujuannya, agar keberadaan atau kebocoran LPG gampang di deteksi. Faktor-faktor itulah yang menjadikan konsumsi LPG di Indonesia rendah. Sebagai contoh, di tahun 2004 penggunaan LPGtidak lebih dari 0,5% dari jumlah penduduk. Itu sama artinya hanya 1,1 juta ton per tahun saja. Angka ini berbanding jauh dengan 3 juta ton produk LPG yang ada di Indonesia, yang berarti masih tersisa 1,9 juta ton LPG yang belum termanfaatkan.
Dengan adanya konversi minyak tanah ke pemggunaan elpiji, ternyata hal ini bukan solusi bijak dalam mengatasi ketergatungan masyarakat terhadap energy alam yang sulit untuk diperbaharui. Kemungkinan besar pemerintah suatu saat akan mencari lagi pengganti LPG ketika harga gas bumi ini naik melebihi harga minyak tanah. Apalagi kebijakan konversi ini berlangsung singkat, banyak masyarakat terutama masyarakat miskin yang tidak terbiasa menggunakan bahan bakar gas dipaksa untuk menggunakannya. Terutama bagi mereka yang bermukim di wilayah pedesaan.
Secara nasional konversi yang dilakukan pemerintah berjalan mulus, akan tetapi untuk daerah-daerah tertentu tidaklah demikian terutama khususnya daerah tertinggal seperti camplong.
Dari data yang di dapat menyatakan bahwa diketahui presentase penggunaan terhadap gas LPG untuk masyarakat desa sangatlah rendah dibandingkan denga penggunaan gas LPG do kota-kota besar, untuk masyarakat desa hanya 30% penggunaan gas LPG berbeda dengan dikota yang hampir penggunaan nya mencapai 70% bahkan lebih. Sedikitnya jumlah konsumsi LPG di desa camplong ini diduga Karena kebiasaan tradisional di daerah tersebut.
Seperti halnya pendapat kotler (1995) yang menyatakan bahwa kebudayaan (kultur) atau kebiasaan tradisional dapat mempengaruhi prilaku konsumen.
Sealin itu Philip kotler (1995) juga berpendapat bahwa terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi prilaku pembelian konsumen terhadap suatu barang dan salah satunya yaitu bahwa pola hidup (gaya hidup) seseorang tergambar pada aktifitas dan kebiasaan orang-orang tersebut.
Respati (2014), pola konsumsi setiap orang juga di pengaruhi oleh salah satu faktor, yaitu kebiasaan dan kondisi sosial budaya dalam masyarakat tersebut.
Camplong adalah sebuah kecamatan di kabupaten sampang, propinsi jawa timur, untuk desa camplong sendiri terdapat 7 dusun yaitu diantaranya: pesisir barat, pesisir timur, karangloh, poteran, loloran, dan lengser. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 6.578 jiwa.
Ada beberapa potensi yang terdapat pada desa camplong dimulai dari segi pertanian/perkebunan camplong menjadi pemasok buah jambu air terbesar sejawa timur, selain itu dari segi pariwisata camplong juga punya wisata unggulan yaitu wisata pantai camplong yang belakangan makin marak di kunjungi para wisatawan lokal. Dan sebagian besar masyarakat nya berprofesi sebagai nelayan dan petani.
Berdasarkan penjelasan diatas , maka penulis berniat untuk melakukan penelitian yang berjudul “kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa ccamplong”.
1.2  Rumusan Masalah

masalah yang akan di bahas adalah:
1.      Apakah kebiasaan tradisioanl masyarakat di desa camplong mempengaruhi pola konsumsi gas LPG?

1.3    Ruang Lingkup Penelitian
 Untuk membatasi penelitian, kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada masyarakat camplong dengan ruang lingkup membahas kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa camplong guna mengetahui faktor apa saja yang membuat mereka menggunakan LPG dan melihat apakah faktor kebiasaan tradisioanl juga mempengaruhi terhadap-nya.
            Selain itu penelitian juga akan di lakukan pada pemilik salah satu agen penyalur gas LPG untuk daerah camplong.

1.4    kerangka Pemikiran














Masyarakat yang belum menggunakan LPG
 

Pemerintah konversi
 












Keputusan penggunaan
 
 













Keterangan:
            Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan pemakaian minayk tanah ke LPG. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung LPG beserta isinya, kompor gas dan acessoriesnya kepada rumah tangga, namun pengkonversian itu tidak selaras dengan keadaan di masyarakat. Hal ini didukung dengan adannya data yang telah diketahui bahwa persentase penggunaan terhadap gas LPG untuk masyarakat desa sangatlah rendah dibandingkan dengan penggunaan gas LPG dikota-kota besar, untuk masyarakat desa hanya 30% penggunaan gas LPG.
Salah satu faktor yang diduga manjadi penentu kenapa sebagian masyarakat masih belum sepenuhnya beralih menggunakan gas LPG adalah faktor budaya mereka yang belum bisa sepenuhnya mereka tinggalkan. Mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan kebiasaan tradisionalnya.

1.5 Tujuan Penelitian
            Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada penelitian dan penulisan skripsi ini adalah:
            Untuk mengetahui dan memahami pola konsumsi dan kebiasaan tradisional masyarakat dikecamatan camplong dalam penggunaan gas LPG?

1.6 Manfaat penelitian
     Manfaat dari dilakukannya penelitian diantaranya adalah:
    1.6.1 manfaat akademis
1. hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi di kemudian hari dan juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
1.6.2 manfaat praktisi.
1. hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas dan manambah pengetahuan penulis, terutama nya dalam memahami prilaku konsumen terhadap penggunaan gas LPG.
2. penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagian agen-agen penyalur gas LPG yang ada di desa camplong. 







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 kajian empiris atau penelitian terdahulu
Dalam melakukan penelitian mengenai “kebiasaan tradisional dan pola konsumsi masyarakat terhadap gas LPG”, penelitian perlu melakukan peninjauan sebelumnya, disini, peneliti mengambil satu penelitian yang terkait dengan penggunaan gas LPG. Kajian empiris ini diharapkan dapat menjadi suatu perbandingan bagi penelitian ini.
Adapun yang menjadi landasan penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh:
Penelitian yang dilakukan oleh Iriyani (2009) yaitu tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen dalam penggunaan dan pembelian gas LPG 3 kg (studi kasus di PT GRAFFI FERDIANI GERRSIST ENERGI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku consume dalam penggunaan dan pengambilan keputusan pembelian gas LPG 3 kg, dan hasil analisa diketahui bahwa faktor pribadi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap prilaku keputusan penggunaan gas LPG 3 kg, dan hal ini mencerminkan bahwa faktor pribadi merupakan faktor yang sangat menentukandalam penggunaan dan pembelian gas LPG 3 kg. dan dari hasil yang telah didapat tersebut faktor harga menjadi tolak ukur dari keputusan penggunaan dan pembelian gas LPG 3 kg. dan hendaknya pelaku bisnis dan pengusaha hendaknya memperhatikan betul dan memperhatikan dengan baik bila mana ingin menaikan harga.
2.2 Kajian Teoritik
2.2.1 Pengertian Lpg (gas elpiji)
LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 denagn merkdagang ELPIJI.
            2.2.2. konversi minyak tanah ke Gas Elpiji (LPG)
            Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 kg melalui pembagian paket LPG 3 kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Kemudian selain itu program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya awsubsidi bagi minayk tanah terakhir, program ini secara tekhnis terbukti lebih mudah di gunakan, lebih hemat, lebih aman, dan ramah lingkungan.
            2.2.3 Kebiasaan Tradisional
Kebiasaan tradisional adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok bermasyarakat, biasanya dari suatu dari Negara, kebudayaan, waktu, agama yang sama. Kebiasaan tradisional merupakan hal atau sesuatu yang sudah biasa dan bahkan erat dengan kehidupan masyarakat.
            Menurut rahmah (2015) kebiasaan tradisional itu bermacam-macam jenisnya. Bisa dari segi adat istiadat, kebiasaan, dan car memasak, dan lain seabaginay. Cara memasak yang kiat kenal sekarnag sudah semakin modern dan lebih praktis, sebelum sampai pada tahap ini dearah-daerah nusantara yang mempunyai ciri khas dalam pengolahan makanan dan mungkin masih tetap bertahan sampai sekarang ini. Bertahannya budaya cara memasak tradisional ini diiringi adat istiadat yang masih melekat dan masih terlaksana dengan baik sampai saat ini.
Alat masak mederen seperti kompor gas dan kompor elektronik memang sudah banyak dijual dipasaran, namun bagi daerah-daerah tertentu tungku masih menjadi alat masak yag cukup penting. Serlain itu jauh lebih ekonomis, tungku juga bisa digunakan atau di manfaatkan dalam masak besar seperti hajatan-hajatan besar.
Dalam salah satu daerah tungku di sebut tomang contohnya di Madura. Tungku dimadura ada 4 macam ada yang menggali tanah kemudian dibentuk menjadi tungku, ada yang hanya menyusun batu bata dengan sedemikian rupa, ada juga yang menggunakan besi yang berbentuk segi tiga, dan yang terakhir mencetak tungku dari tanah liat.
Dan fungsinya pun berbeda untuk tungku dengan menggali tanah, batu bata, dan tungku besi, biasanya digunakan untuk memasak ketika ada hajatan besar seperti pernikahan, perayaan mauled nabi, selamatan haji, kifayah dan acara-acara besar lainnya. Sedangkan tungku yang biasa dipakai sehari-hari untuk keperluan rumah tangga, biasanya menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat dan tungku galian dengan ukuran lebih kecil.
Keberadaan tungku di Madura memang tidak sepenuhnya ditinggalkan. Di samping menggunakan kompor gas, masyarakat masih menggunakan tungku sebagai alat memasak alternative ketika hajatan atau saat gas sedang sulit didapat.
Bagi masyarakat desa, kayu bakar yang digunakan untuk menghidupkan tungku sangat mudah didapatkan. Terutama bagi masyarakat yang masih tinggal di pedesaan. Mulai dari ranting-ranting pohon, hingga kayu yang ditebang khusus untuk dijadikan kayu bakar.
            2.2.4 Pola Konsumsi
            Menurut respati (2014), pola konsumsi adalah susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam rangka waktu tertentu yang dipenuhi dari pendapatan nya, pola konsumsi tiap-tiap orang berbeda perbedaan pola konsumsi tiap-tiap orang tidak hanya di pengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
a.       Tingkat pendidikan/pengetahuan
b.      Kondisi dan tempat tinggal/iklim
c.       Jenis pekerjaan
d.      Tingkat peradaban bangsa
e.       Kebiasaan dan kondisi sosial budaya masyarakat
f.       Tinggi rendanya harga barang dan jasa
g.      Selera yang sedang berkembang di masyarakat
Pola konsumsi orang berbeda-beda, tetapi secara umum dalam berkonsumsi orang akan m,endahulukan kebutuhan pokok, baru kemudian memenuhi kebutuhan lainnya.
2.2.5 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menurut kotler (1995), perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, idea tau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Menurut pendapat schiffman dan kanuk (2000:9) dalam astute (2009) perilaku konsumen adalah “proses yang dilalui oleh seorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, sdan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya”.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
2.2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Menurut kotler (1995), menyatakan bahwa: “faktor-faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:
a.       Kebudayaan (cultur) dan kebudayaan khusus (sub cultur)
b.      Kelas social (social class)
c.       Kelompok-kelompok social (social group) dan kelompok referensi (reference group)
d.      Keluarga (family)”.
Sealnjutunya kotler (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor phisikologis yang berasal dari proses intern individu yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:
a.       Motivasi,
b.      Pengamatan ,
c.       Belajar,
d.      Kepribadian dan konsep diri, dan
e.       Sikap.
2.2.7 Minat Beli Konsumen
Dalam dunia bisnis sekarang kita akan sering mengenal dan mendengar berbagai macam taktik atau kiat dari para penjual baik partai besar maupun penjual partai kecil dalam menarik dan menggoda para pembeli atau para calon pembeli nya untuk membeli atua hanya sekedar lihat-lihat saja. Pembeli dalam membeli suatu jasa yang ditawrakan para pedagang di pasar sering kali berdasarkan pada naluri atau minat.
Minat yang timbul pada pembeli sering kali berlawanan dengan kondisi keuangan yang di miliki, minat beli konsumen merupakan keinginan tersembunyi dalam benak konsumen. Minat beli konsumen selalu terselubung dalam tiap diri individu yang mana tak seorangpun bisa tahu apa yang di inginkan dan di harapkan oleh konsumen. Berikut ini akan diberikan beberapa definisi tentang minat beli konsumen dari para ahli.
Menurut simamora (2002:131) dalam Bagus (2011) minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut.
Minat beli menurut kinnear dan taylor (1995) (thamrin,2003:142) daalm Adityo (2015) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderunagn responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
2.2.8 Faktor-Faktor Yang Memepngaruhi Minat Beli
Faktor-faktor yang mempenagruhi miant pembeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat pembeli, ketidak puasan biasaya menghilangkan minat.
Super dan Crites (Lidyawatie,1998) dalam adityo (2015) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:
a.       Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya,




BAB III
                                 Metodelogi Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian data-data yang dibutuhkan catatan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif yang mana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Denga demikian jenis penelitian merupakan gambaran secara utuh tentang peristiwa yang berkaitan dengan kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa camplong.
            3.2 Lokasi Penelitian
            Langkah pertama sebelum peneliti mengambil dan menganalisis suatu data adalah mengetahui terlebih dahulu objek penelitian denagn lokasi. Penelitian ini dilaksanakan di desa camplong, peneliti memilih objek ini karena sebagian besar masyarakat di desa tersebut masih sedikt dalam penggunaan gas LPG. Selain itu penulis juga akan melakukan penelitian pada salah satu agen penyalur gas LPG yang ada di camplong. Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari: desa karangloh, desa poteran, desa loloran, desa darma, desa lengser.
3.4 Kehadiran Peneliti
       Dalam suatu rangka ingin memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka kehadiran peneliti ini merupakan cara yang penting dalam penelitian kualitatif. Kehadiaran peneliti merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti selain bertujuan untuk mengumpulkan data yang sebanyak-banyaknya tentang masalah yang diteliti juga bertujuan untuk menjalin komunikasi serta silaturahmi dengan informan. Sehingga dengan kehadiran peneliti akan mengetahui lebioh mendalam dan secara meluas tentang situasi dan kondisi di lapangan yaitu di desa camplong khusus nya masyarakat camplong dan juga kondisi di agen penyaluran gas LPG di desa camplong.
       Dalam penelitian ini, yang menjadi suatu alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Yang mana, peneliti sebagai pelaksana dalam pengumpulan data, menganalisis data peneliti dan melihat secara langsung terhadap masalah di lapangan. Dalam pengumpulan suatu data peneliti melakukan observasi dan wawancara sehingga peneliti dapat mengetahui dan memahami gambaran yang otentik dan utuh mengenai subyek yang diteliti.
  3.5 Sumber Data 
       3.5.1 Sumber data ini merupakan data primer
                 Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan. Sumber data primer membutuhkan data dan informasi yang biasaya kita sebut dengan narasumber dan informasi. Data yang diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan metode wawancara juga akan dilakukan pada pemilik salah satu agen penyalur gas LPG untuk masyarakat camplong.
       3.6 Prosedur pengumpulan data
       3.6.1 Observasi
     Observasi atau pengalaman merupakan pengamatan dengan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian dan suatu instrument penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kekuatan pengamatan.
     Selain itu, observasi haruslah mempunyai tujuan tertentu. Pengamatan yang tanpa tujuan, bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan drai observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.
     Observasi sebagai proses pengumpulan data dapat dibedakan menjadi 2 yaitu antara lain, participant observation (observasi partisipasi), dan non participant observation (non partisipasif), dalam participant observasi peneliti mengamati langsung apa yang dikerjakan orang, mendenagrkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartrisipasi dalam aktivitas mereka. Sedangkan
Observasi non participant observation peneliti hanya mengamati saja tanpa terlibat langsung ke dalam fenomena tersebut. 
       Jadi, observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi participant observation peneliti mengamati langsung apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
       3.6.2 Wawancara
            Wawancara adalah salah satu jenis pengumpulan data yang menggunakan Tanya jawab secara langsung. Wawancara juga diartikan sebagai komunikasi nasabah atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh pewawancara informan untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Wawancara bisa dilakukan secara langsung (personal interview) maupun tidak langsung (melalui telepon).
       Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka denagn informan, denagn maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-ulang. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam menjadi alat utama yang di kombinasikan dengan observasi partisipasi.
       Secara garis besar ada dua macam metode wawancara, yaitu wawancara secara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur peneliti sudah mempersiapkan bentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya pun telah disiapkan kepada instrument. Sementara wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan ynag akan ditanyakan.
       Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dalam wawancara ini peneliti menggunakan instrument pertanyaan yang secara terbuka dengan tujuan untuk mendapat jawaban yang sempurna. Agar mendapatkan hasil data yang baik sesuai keinginan peneliti. Maka, peneliti dengan petugas pewawancara harus menciptakan suasana yang baik dan akrab.
       3.6.3 Dokumentasi
       Dokumentasi merupakan alat pembuktian untuk mendukung suatu keterangan, penjelasan atau argumen. Dokumen kita juga pahami setiap catatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersipakan untuk suatu penelitian. Berdasarkan pengertian itu pula, maka dokumen lainnya yang berkaitan dengan aktifitas masyarakat camplong dan juga aktifitas agen gas LPG di desa camplong.

       3,7 Analisis Data
       Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milanya, menjadi satuan yang dapat di kelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa ynag dapat diceritakan kepada orang lain.
       Adapun tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam evaluasi data selama pengumpulan data yaitu:
       3.7.1 checking (mengolah)
Data yang berasal dari transkip wawancara, observasi dan dokumentasi dicek dengan maksud untuk mengetahui tingkat kelengkapan data dan informasi yang diperlukan dalam data penelitian.
       3.7.2 Organizing (mengkordinasikan atau mengelompokkan)
Setelah pengecekan data, maka selanjutnya adalah pengorganisasian data. Pengorganisasian data dilakukan dengan memilah-milah data sesuai focus penelitian.
       3.8 Pengecekan Keabsahan Data
       Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari penelitian ini valid dan bisa dipertanggung jawabkan, maka peneliti berusaha mengeceknya atau melakukan pemeriksaan agar tidak tersusun secara sia-sia. Adapun teknik-teknik yang dilakukan adalah:
Ø  Ketentuan penelitian
       Ketentuan penelitian yaitu untuk menemukan cirri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sesuai denagn permasalahan yang sedang diamati. Sehingga peneliti dapat atau mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara jelas, rinci dan mudah dipahami.
Ø  Triangulasi
       Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan temuan-temuan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data. Triangulasi dalam pengajian kredibitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari sebagai waktu. Dengan itu ada tiga macam triangulasi yaitu:
a.       Triangulasi sumber ini digunakan untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b.      Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara sumber yang sama demagn teknik yang berbeda.
c.       Triangulasi waktu dalam triangulasi ini waktu juga sering mempengaruhi kredibitas data, data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar banyak masalah akan memberikan data ynag lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan denagn cara wawancara, observasi teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga mendapatkan kepastian tentang datanya.
            Maka dari itu yang peneliti gunakan adalah triangulasi sumber dan triangulais waktu, yang diharapkan dengan triangulasi tersebut penelitian bisa mendapatkan data yang sempurna dan benar.
                   3.9 Tahap-tahap penelitian
            Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
                   3.9.1 Tahap Pra Penelitian
1)      Membuat judul
2)      Membuat dan menentukan konteks penelitian
3)      Mmebuat proposal peenlitian
4)      Mengurus izin penelitian
5)      Menilai keadaan objek penelitian
6)      Mempersiapkan perlengkapan penelitian dan menempatan etika penelitian. 
                   3.9.2 Tahap Proses Penelitian
1)      Memahami latar belakang dan persiapan diri
2)      Investigasi atau memasuki lapangan
3)      Melakukan pengambilan data baik data primer maupun sekunder. Setelah itu data terkumpul peneliti menganalisis data yang telah disebut diatas.
                   3.9.3 Tahap Penyusunan Laporan
1)      Memahami data yang diperoleh
2)      Menganalisis data yang diperoleh
3)      Melaporkan hasil analisis data yang diperoleh sesuai dengan pedoman yang berlaku di UNIRA pamekasan.




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            4.1 Hasil Penelitian
            Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang telah dilaksakan pada masyarakat camplong dan juga pada salah satu agen penyalur gas LPG yang ada di desa camplong. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “ apakah kebiasaan tradisional masyarakat di desa camplong mempengaruhi konsumsi gas LPG” untuk mendapatkan data-data yang di perlukan peneliti melakukan wawancara, observasi, dan pengumpulan data.
            Wawancara yang dilakukan ialah seputar kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada maeyarakat di desa camplong, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas data yang telah diperolah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan study kasus. Denagn metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar pertanyaan peneliti penelitian.
            Pertanyaan-pertanyaan yang di sampaikan dalam bentuk wawancara yaitu pertanyaan mengenai kebiasaan tradisional masyarakat desa camplong dan juga pola konsumsi mereka terhadap penggunaan gas LPG.

4.1.1 Gambaran Umum “ Kebiasaan Tradisional Dan Pola Konsumsi Gas LPG Pada Masyarakat Di Desa Camplong”
Sekilas tentang kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG pada masyarakat di desa camplong, seperti yang telah peneliti jelaskan pada latar belakang penelitian bahwasanya di era seperti sekarang ini sudah banyak masyarakat yang telah berbondong-bondong beralih menggunakan gas LPG. Penggunaan gas LPG ini merupakan program konversi cadangan yang dilakukan pemerintah pada tahun 2007, program tersebut merupakan kebijakan pemerintah dalam pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 kg melalui pembagian paket LPG 3 kg beserta aksesorisnya secara gratis pada masyarakat yang memiliki kriteria yang ditentukan sebelumnya.
            Namun hal ini berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah pada saat itu melalui program konversi yang telah dilakukan, program konversi itu tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah, ada berapa hambatan dari program perencanaan itu, dan salah satu hambatan dari program konversi itu, banyak nya pengakuan masyarakat yang tidak menerima adanya program konversi itu dikarenakan mereka telah terbiasa dengan kebiasaan lama mereka.
            Hal itu juga berlaku pada masyarakat desa camplong yang sebagian besar masyarakat mayoritas sampai saat ini masih belum menggunakan gas LPG, mereka masih menggunakan kebiasaan lama dan masih memegang teguh kebiasaan lama mereka. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis pada salah satu warga, ibu SUMAH pada tanggal 28-januari-2018, penulis mendapatkan informasi bahwa tidak mudah lagi para ibu-ibu beralih menggunakan gas LPG kami telah terbiasa dengan kebiasaan lama yaitu menggunakan tungku, bagi kami itu lebih ekonomis karena kami hnaya perlu mencari kayu bakar tersedia bnayak di lingkungan kami.
            4.1.2 Profil Informan
            Adapun informan peneliti yang terdiri dari masyarakat desa camplong dan juga profil salah satu agen gas LPG di desa camplong, adapun informan peneliti sebagai berikut:
1.      Ibu Sufatmi (ibu rumah tangga)
Informan peneliti yang saat ini sangat ramah dan terbuka, ketika proses dialog Tanya jawab berlangsung informan yang satu ini sangat antusias dan terbuka, beliau mengharapkan penelitian ini nantinya tidak hanya sekedar menjadi penelitian saja, namun ibu sufatma jyga mengharapkan bahwa nanti hasil dari penelitian ini akan mampu memberikan dampak yang lebih baik lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat camplong.
2.      Ibu selket (ibu rumah tangga)
Informan yang satu ini, sangat humoris, terbuka, dan blak-blakan dan juga sangat ramah, ibu berusia 50 tahun ini buruh tani memliki pekerjaan sampingan sebagai buruh tani di desa camplong, informan yang satu ini mengaku bahwa ia sangat senang memasak dengan menggunakan tungkunya, keahlian memasak denagn tungku beliau dapatkan dari mendiang sang ibu.
3.      Ibu hos (ibu rumah tangga)
Adapun informan peneliti yang satu ini, adalah sosok ibu yang mandiri dan kuat karena ibu hos telah ditinggalkan oleh sang suami sejak 5 tahun yang lalu, ibu kalahiran sampang ini berkeinginan bahwa beliau ingin sekali memberikan pendidikan setinggi-tingginya untuk anak-anak nya nanti walaupun beliau hanya ibu rumah tangga biasa dan seorang single parent beliau tidak ingin anak-anaknya bernasip sama seperti nya.
4.      Ibu Su (ibu rumah tangga)
Informan yang satu ini, adalah sosok ibu yang sangat homoris, suka bercanda, dan murah senyum, beliau selalu saja menyelipkan candaan setiap kali peneliti mengajukan pertanyaan peneliti pun kadang dibuat tertawa oleh candaan nya, pertama kali peneliti mengkonfirmasi tentang maksud peneliti beliau sangat antusias dan mempersilahkan peneliti untuk datang kapan saja bila ada hal yang diperlukan, beliau juga banyak meluangkan waktu untuk peneliti untuk bertanya lebih detail lagi tentang masalah penelitiannya.
5.      Ibu Toha (ibu rumah tangga)
Informan yang satu ini sangat ramah namun sedikit pendiam, informan peneliti yang satu ini tidak banyak bicara dan hanya bicara saat peneliti mengajukan pertanyaan saja, peneliti sedikit mengalami kesulitan karena informan peneliti yang satu ini tidak begitu memberikan keteranganyang begitu jelas pada peneliti.
6.      H. Muzek (pemilik agen gas LPG)
Selama peneliti menjalani proses wawancara, H. Muzek pria berumur 40 tahun ini menjadi informan yang pertama kali peneliti wawancarai dan berdiskusi tentang konsumsi gas LPG di desa camplong, beliau sangat antusias dan bersemangat memberikan informasi-informasi yang peneliti butuhkan, beliau juga sangat mendukung dari adanya penelitian ini dan akan siap membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, beliau juga mengizinkan untuk datang ke kediamannya asal tidak menggangggu kesibukannya.











Table
Wawancara informasi
No
Hari/Tanggal
Waktu
Nama
Desa
1
Minggu/28-01-18
09.00-10.00
Ibu Sufatmi
Loloran
2
Selasa/ 30-01-18
15.00-16.00
Ibu Selket
Loloran
3
Selaas/ 30-01-18
17.00-18.00
Ibu Hai
Poteran
4
Rabu/ 31-01-18
13.00-14.00
Ibu M.Sahri
Poteran
5
Rabu/ 31-01-18
14.00-15.00
Ibu Sumah
Lengser
6
Sabtu/ 03-02-18
19.00-20.00
Ibu Syafiyah
Lengser
7
Sabtu/ 03-02-18
10.00-11.00
Ibu Su
Karangloh
8
Minggu/ 04-02-18
12.00-13.00
Ibu Toha
Karangloh
9
Minggu/ 04-02-18
14.00-15.00
Ibu Nimah
Dharma
10
Selasa/ 06-02-18
08.00-09.00
Ibu Hos
Dharma
11
Selasa/ 06-02-18
14.30-15.00
Ibu Muzek
Camplong
Sumber: Arsip peneliti 2018

4.1.3 Masyarakat Memaknai Pemakaian Gas LPG
            Sekilas tentang gas LPG itu sendiri, LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI.
            Berdasarkan dari hasil wawancara secara mendalam dan observasi langsung dengan informan peneliti, banyak masyarakat memaknai bahwa pemakaian gas LPG kurang diminati bagi sebagian besar masyarakat di desa camplong dengan berbagai macam alasan, seperti halnya dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada salah satu informan ibu Sumah, seorang ibu rumah tangga yang mau untuk di wawancarai di sela-sela kesibukannya, beliau mengatakan bahwasanya:
           
“saya sebagai ibu rumah tangga sebenarnya juga ingin sekali mencoba beralih memakai gas LPG namun saya fikir-fikir lagi sepertinya saya lebih suka dan nyaman menggunakan tungku dari pada menggunakan gas LPG, kerana bagi saya harga Gas LP ini terlalu mahal, sedangkan saya sebagai ibu rumah tangga biasa dan sebagai petani biasa yang pendapatannya sangat pas-pasan, bagi saya menggunakan tungku lebih miurah dan ekonomis, saya lebih rela mencari kayu bakar dari pada saya harus membeli gas LPG yang kisaran harga Rp. 18.000-18.500, bagi saya itu terlalu mahal dan sangat memberatkan”


            Selanjutnya peneliti melajutkan peetanyaan mengenai selain faktor harga apalagi yang membuat informan enggan menggunakan gas LPG? Ibu sumah menjawab

“saya juga kurang paham untuk menggunakan Gas LPG itu saya tidak tau bagaimana cara merawatnya, saya juga merasa sangta khawatir akan terjadi apa2 jika saya beralih menggunakan gas LPG tersebut, takut terjadi kebakaran terlebih rumah dan dapur saya terbuat dari bambu, pasti akan sangat berbahaya bila sampai Gas itu meledak”

Selanjutnya wawancara dilanjutkan dengan narasumber lainnya, ibu Nimah? Ibu Nimah mengatakan bahwa:
“saya tidak tertarik menggunakan gas LPG tersebut apalagi sampai untuk beralih menggunakannya, bagi saya mengguanakan tungku akan lebih membuat masakan saya terasa enak dan nikamt, kayu bakar yang saya gunakan untuk pengapian tungku ini akan memberikan cita rasa dan aroma yang khas tersendiri bagi masakan saya, dan saya telah membuktikannya sendiri”

Peneliti juga menanyakan hal yang sama pada ibu Toha, pernyataan berbeda pun di sampaikan oleh beliau, beliau mengatkan:
“ibu saya sudah lumayan berumur tersebut mengatakan bahwa, beliau tidak akan mudah begitu saja beralih menggunakan gas LPG. Kebiasaan lama saya lah ynag membuat ibu saya akan tetap mempertahankan kebiasaan lama saya, mungkin akan tetap saya pertahankan sam;pai nanti”

peneliti juga tidak lupa mewawancara salah seorang pemilik agen penyalur Gas LPG untuk daerah camplong, bapak H. muzek banyak memberikan informasi terkait penggunaan gas LPG di desa camplong, antaranya beliau mengatakan:
“minat beli dan konsumsi masyarakat desa camplong terhadap Gas LPG terbilang sangat rendah dibandingkan dengan derah-daerah lain, untuk satu pengiriman paket Gas LPG untuk peracang-peracang yang ada di desa camplong ini memerlukan waktu satu bulan bahkan lebih untuk menghabiskannya, bagi saya ini sangat lambat sekali, sangat berbeda bila dibandingkan dengan desa-desa yang lain yang kadang hanya memerlukan waktu 10 hari untuk menghabiskan satu paket pengiriman Gas LPG.”

4.1.4 Masyarakat memaknai pemakaian tungku
Dalam salah satu daerah tungku di sebut tomang contohnya di Madura. Tungku di Madura ada 4 macam ada yang meggali tanah kemudian dibentuk menjadi tungku, ada yang hanya menyusun batu bata denagn sedemikian rupa, ada juga yang menggunakan besi yang berbentuk segitiga, dan yang terakhir mencetak tungku dari tanah liat.
Dan fungsinya pun berbeda untuk tungku dengan menggali tanah, batu bata, dan tungku besi, biasanya di gunakan untuk memasak ketika ada hajatan besar seperti pernikahan, perayaan mauled nabi, selamatan haji, kifayah, dan acara-acara besar lainnya sedangkan tungku yang biasa dipakai sehari-hari untuk keperluan rumah tangga, biasanya menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat dan tungku galian dengan ukuran lebih kecil.
Dan berdasarkan dari hasil wawancara secara mendalam dan observasi langsung dengan informan peneliti, banyak masyarakat memaknai dan mengaku bahwa pemakaian tungku memang sangat diminati bagi sebagian besar masyarakat di desa camplong, sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak bisa lepas dari yang namanya tungku, mereka telah terbiasa menggunakan sejak lama, dan sampai sekarang masih mempertahankan nya, seperti halnya pendapat ibu selket yang berhasil peneliti tanyakan, beliau berpendapat bahwa:
“tungku dari tanah liat selain memberikan aroma dan cita rasa yang khas, tungku dari tanah liat juga tahan lama dan tidak mudah rusak, tungku tersebut akan semakin kuat dan tahan lama bila semakin terbakar oleh api kerena proses pembakaran saat digunakan, dan selain itu tungku tersebut juga sangat kuat menampung dan menahan beban masakan yang cukup berat, dan tidak khawatir tungkunya akan retak apalagi roboh.”

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh ibu Hai, yang juga ikut membenarkan bahwa menggunakan tungku lebih nyaman disbanding menggunakan Gas LPG, beiau mengaku bahwa:
“menggunakan tungku akan lebih membuat masakan lebih cepat matang, kobaran api ynag alami cukup besar akan membuat masakan-masakan saya akan matang secara sempurna, dan tentunya akan memberikan saya lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan lainnya, biasanya untuk memasak 1 gantang beras saya hanya butuh waktu sekitar 30 menit dengan sekali pembakaran, dan menurut saya itu sangat memudahkan saya.”
           
Pendapat ibu Hai dipertegas oleh ibu M. sahri yang mengatakan:
“Tungku juga sangat membantu bagi kami para ibu-ibu dan tentu nya sangat berguna bila ada acara-acara besar seperti pernikahan, maulid nabi dan pada saat lebaran, tidak terbayang harus menghabiskan berapa banyak tabung gas bila kita memaksa menggunakan Gas LPG itu, namun beruntungnya kami masih bisa menggunakan tungku-tungku itu karena dengan tungku itulah semua pekerjaan kami akan menjadi sangat ringan.”

Selanjutnya peneliti melanjutkan pertanyaan pada ibu syafiah, beliau mengatakan:
“saya menggunakan tungku karena alasan lebih hemat dan ekonomis, selain itu di pekarangan rumah saya banyak tersedia kayu dan ranting-ranting kering ynag bisa saya gunakan untuk pembakaran tungku saya yang ada di dapur, saya sudah merasa sangat cukup puas dengan hanya menggunakan tungku tanpa harus beralih menggunakan Gas LPG.”

Peneliti sempat bertanya pada ibu selket tentang sejak kapan ibu selket menggunakan tungku, dan jawaban mengejutkan terlontar dari informan peneliti ini, beliau mengatakan bahwasanya beliau:
“Dulu pada saat program konversi itu saya sempat ingin menggunakan gas LPG itu karena mendengar gas LPG diberikan secara gratis, saya sangat cukup antusias mendengar berita itu, namun pada kenyataan nya pada saat itu saya malah tidak kebagian mendapatkan gas LPG itu, saya sempat melaporkan kepada kepala desa disini namun di janji-janjikan saja, dan sampai sekarang saya masih belum juga mendapatkan gas LPG itu, dan mulai semenjak itu saya menjadi putus asa dan memutuskan untuk tidak lagi mengharapkan Gas yang dijanjikan itu dan memutuskan menggunakan tungku saja,”

Sangat memprihatinkan apa yang dialami oleh ibu selket sesuatu yang harusnya menjadi hak nya tidak bisa beliau dapatkan, wajar saja bila beliau enggan dan tidak tau akan penggunaan Gas LPG itu sendiri, meihat kejadian yang menimpa ibu selket.
4.1.5 Kebiasaa Tradisional Masyarakat di Desa Camplong dan yang Mempengaruhi Pola Gas LPG
Ada banyak faktor yang dialami bagi sebagian besar masyarakat di desa camplong dalam hal penggunaan gas LPG, alasan berbeda-bedapun diungkapkan masyarakat tersebut, dan beberapa diantaranya dari alasan tersebut antara lain:
Ø  Ketidak ekonomisan Gas LPG
Ø  Ketakutan masyarakat akan dampak dari Gas LPG tersebut
Ø  Dan faktor ketidak tauan akan cara penggunaan dari Gas LPG itu sendiri, selain itu faktor kebiasaan lama yang sangat sulit bagi mereka untuk di tinggalkan.
 Itu adalah beberapa faktor dan alasan yang menjadikan sebagian besar dari masyarakat di desa camplong enggan menggunakan Gas LPG, dan dari beberapa alasan tersebut tentu ada kaitannya dengan kebiasaan tradisional yang selama ini mereka pertahankan, dan benar saja karena faktor itulah yang menjadi dan mempengaruhi pola konsumsi Gas LPG bagi sebagian besar masyarakat di desa camplong.
Pernyataan ini juga diperkuat dari pernyataan ibu Sumah yang mengatakan bahwa:
“sejak dahulu semenjak adanya Gas LPG ini saya sudah diperkenalkan oleh almh , ibu dan nenek saya tentang kebiasaan kami memakai tungku ini, saya juga belajar menggunakan tungku itu dari beliau, saya diajarkan bagaimana menggunakan tungku itu dari mulai menyalakan apinya, mempertahankan apinya agar tetap berkobar diajarkan bagaimana merawatnya dan bahkan saya juga diajarkan bagaimana membuat tungku itu dari tanah liat, saya sangat terbiasa menggunakan tungku ini kebiasaan lama yang almh. Ibu dan nenek yang sampai sekarang saya pertahankan akan tetap saya pertahankan dan tidak akan saya tinggalkan begitu saja, walaupun sekarang sudah banyak orang yang berbondong-bondong beralih menggunakan Gas LPG.”

Pernyataan senada juga di sampaikan oleh H. Muzek selaku pemilik agen penyalur Gas LPG di desa Camplong, beliau juga ikut membenarkan pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Sumah, beliau mengatakan bahwa:
“Untuk sebagian besar masyarakat yang ada di desa camplong memang sebagian besar mayoritas tidak menggunakan Gas LPG, tidak mudah bagi mereka untuk meninggalkan kebiasaan lama mereka tersebut, saya sebagai agen penyalur Gas LPG ini sangat merasakan hal itu dan itu terjadi masalah untuk saya tentunya, dan jujur saya pun sangat mengharapkan dari adanya Gas LPG ini dan memberikan edukasi pada masyarakat hingga nanti penelitian ini dapat memberikan dampak yang baik untuk kita semua.”

Sangat sulit memang untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang memang sejak dulu mereka pertahankan, tidak mudah untuk mengubah karena bagi mereka ada banyak hal yang mereka pertimbangkan untuk pindah beralih menggunakan Gas LPG dan itu membuat mereka berat untuk melakukan nya, masyarakat desa camplong sebagian besar tinggal di lingkungan pedesaan yang banayk memberikan kemudahan bagi mereka untuk tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan tradisional itu, ketersediaan kayu bakar cukup banyak dilingkungan mereka, serta manfaat-manfaat lain yang di rasakan masyarakat akan kebiasaan lama mereka akan semakin membuat mereka nyaman dan hal itu membuat mereka akan tetap mempertahankanya.
Peneliti sempat menanyakan pada salah satu informan tentang pernyataan “apakah ibu tidak pernah berfikir mencoba untuk menggunakan Gas LPG”, ibu Hos sebagai informan peneliti menjawab bahwa:
“Untuk saat ini saya merasa cukup puas dan saya juga sudah merasa nyaman dengan hanya menggunakan tungku ini dan saya fikir saya tidak ingin dulu mencoba beralih menggunakan Gas LPG itu, namun bukan tidak kalau saya nantinya juga akan ikut menggunakan Gas LPG itu, melihat kondisi saya yang seperti saat ini, jika nanti saya sudah tidak mampu lagi untuk mencari kayu bakar dan ketersediaan kayu bakar sudah mulai sulit untuk di dapat bukan tidak mungkin saya juga akan beralih menggunakan Gas LPG.”
                                                                                            
Konversi minyak tanah ke Gas LPG sebenarnya banyak memberikan dampak yang baik untuk masyarakat tak terkecuali bagi masyarakat untuk masayarakat di desa camplong ini, pemerintah menawarkan kemudahan untuk masayarakat dengan melakukan program konversi itu dengan memberikan tabung Gas LPG ukuran 3 kg beserta dengan aksesorisnya secara Cuma-Cuma (gratis), walaupun sebanarnya pemerintah memiliki rencana lain dari dicanangkan nya program konversi ini yakni mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan terus melambungnya harga minyak dunia, tetapi program ini tetap tidak menguntungkan kita sebagai masyarakat pada akhirnya.
Penggunaan Gas LPG ini sangat mudah di gunakan, banyak sekali sebenarnya manfaat dari Gas LPG ini diantaranya, mudah digunakan, lebih hemat, dan ramah lingkungan, namun kenyataannya tidak sedemikian masih banyak sebagian masyarakat yang tidak mengetahui akan hal itu, dan dengan kata lain mereka masih perlu di edukasi akan manfaat penggunaan Gas LPG ini.
Dan hal ini memang benar adanya, ketika peneliti mengajukan pertanyaan pada informan peneliti tentang “Dulu pada saat pemerintah membagikan Gas LPG beserta aksesorisnya ibu kemanakan Gas dan aksesorisnya itu” informan itu menjawab dengan jawaban yang sangat mengejutkan, beliau menjawab:
“dulu saya memang mendapatkan kompor Gas, tabung gas, regulator, dan selang secara Cuma-Cuma, dan saya tau itu merupakan program yang dilakukan pemerintah, namun setelah itu saya menjual semuanya itu, saya berfikir untuk apa saya menggunakan ini kalau saya sendiri tidak tau bagaimana menggunakannya, selain itu saya juga merasa takut untuk meggunakan Gas LPG itu takut meledak karena pada saat itu saya mendengar banyak pemberitaan bahwa tabung Gas LPG ini mudah meledak, selain itu juga suami saya juga melarang saya untuk menggunakan Gas LPG itu, maka dari itu saya jual semua tabung gas, selang regulator,dan selangnya.”

Dari adanya kasus yang seperti itu membuktikan bahwa kurangnya edukasi dan penyuluhan pada saat pertama kali program itu dijalankan, dank arena faktor itu juga lah yang menjadi gagalnya program konversi yang di lakukan oleh pemerintah pada saat itu, terlebih dengan maraknya kasusyang tidak bisa diantisipasi dengan cepat oleh pemerintah pada saat itu yaitu banyak nya kasus ledakan yang diakibatkan tabung Gas LPG membuat masyarakat semkain takut beralih menggunakan Gas LPG.
4.1.6 Temuan Peneliti
Dari selama penelitian berlangsung yang meliputi observasi dan wawancara yang peneliti lakukan guna mengumpulkan data-data yang diperlukan, terdapat beberapa hal dan temuan-temuan yang peneliti temukan, temuan-temuan tersebut meliputi tentang “ Kebiasaan Tradisional Masyarakat di Desa Camplong dan Pola Konsumsi Gas LPG”
Dari hasil penelitian memang benar ditemukan bahwa sebagian masyarakat di desa camplong mayoritas dari mereka masih enggan menggunakan Gas LPG, bukan tanpa alasan mengapa sebagian dari masyarakat itu masih mempertahankan kebiasaan lama mereka, seperti yang telah di kemukakan dari hasil observasi dan wawancara menyatakan masih saja memepertahankan kebiasaan lama itu antara lain karena:
Ø  Sebagian masyarakat mengatakan bahwa mereka lebih suka memasak menggunakan tungku dari pada menggunakan Gas LPG, dikarenakan hasil masakan menggunakan tungku lebih nikmat, enak dan memliki aroma yang khas.
Ø  Sebagian warga lagi mengatakan bahwa mereka tidak tertarik menggunakan Gas LPG dikarenakan mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan kebiasaan lama mereka yang mereka pertahankan sampai saat ini, karena mereka berfikir dengan menggunkan tungku itu akan lebih hemat, karena hanya perlu mencari kayu bakar yang tersedia cukup dipekarangan rumah tidak perlu harus keluar uang untuk membeli Gas LPG.
Ø  Masyarakat juga mengatakan bahwa faktor ketidak tau akan penggunaan dari Gas LPG itu membuat para masyarakat semakin enggan menggunkan, dan selain itu beberapa warga tidak kebagian tabung Gas LPG pada saat program konversi itu.
4.2 Pembahasan Penelitian
Hasil dari peneliti di atas, merupakan proses penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti selama kurun waktu januari 2018 dengan menjadi masyarakat camplong dan pemilik agen Gas LPG di desa camplong, dan peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan study kasus.
4.2.1 Kebiasaan Tradisional Masyarakat Desa Camplong Dalam Penggunaan Gas LPG.
Di tengah maraknya penggunaan gas LPG yang sudah banyak dilakukan bagi sebagian masyarakat, ternyata masih ada saja sebagian masyarakat yang lebih memilih mempertahankan kebiasaan tradisional ynag sampai saat ini masih mereka pertahankan, dan hal itu terjadi pada sebagian masyarakat di desa camplong mayoritas dari sebagian warganya ditemukan masih melakukan kebiasaan trdaisional dimana kebiasaan trdaisional yang sampai saat ini mereka pertahankan adalah kebiasaan menggunkan tungku dalam kegiatan masak dikeseharian mereka.
Keperaktisan dalam penggunaan gas LPG, serta semakin mudahnya akses mendapatkan Gas LPG tersebut, kemudahan mendapatkan Gas LPG ini harusnya bisa dapat di rasakan oleh masyarakat desa camplong karena untuk sekarang sudah banyak terdapat distributor atau agen-agen penyalur Gas LPG yang semakin memudahkan kita untuk mendapatkannya, namun kemudahan-kemudahan itu tidak lantas membuat sebagian masyarakat di desa camplong tertarik untuk beralih menggunakan Gas LPG.
Jika di badingkan dengan penggunaan tungku denga kayu bakar sebagai pembakaran nya akan terasa lebih sulit dan tidak praktis dalam penggunaannya, itu dikarenakan pemakaian harus terlebih dahulu mencari kayu bakar kering, selain itu pemakaian tungku ini terasa tidak efisien dan kurang nyaman, tungku itu akan mengeluarkan asap, percikan api, dan akan mengotori dinding yang diakibatkan oleh asap dari tungku itu sendiri.
Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG
Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengaliahn subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 kg melalui pembagian peket LPG 3 kg besrta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelunya. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Kemudian selain itu program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah lingkungan.
Namun hal itu tidak membuat para masyarakat merasa sadar akan kenyamanan itu, mereka tetap saja mempertahankan apa yang selama ini mereka pertahankan, hal itu bukan tanpa alasan ada beberapa alasan mengapa sebagian masyarakat desa camplong masih saja mempertahankan kebiasaan-kebiasaan itu ditengah maraknya penggunaan Gas LPG.
Gas LPG masih dianggap bahan bakar mahal karena ia diposisikan sebagai bahan bakar kalangan menengah keatas, selain itu komponen seperti kompor gas dan tabung ukuran 12 kg, selang dan regulator misalnya, masih dianggap merepotkan dan tidak ekonomis, masalah lainnya faktor ‘ketakutan’ terhadap penggunaan gas yang menghantui masyarakat awam yang jumlahnya tidak lah sedikit. Padahal dengan pertimbangan keamanan, pertamina memasarkan LPG dengan memberikan pembau dari senyawa sulfur tujuannya, agar keberadaan atau kebocoran LPG gampang dideteksi namunfaktor-faktor itulah yang menjadikan konsumsi LPG di masyarakat camplong rendah.
4.2.2 Kaitan Penggunaan Gas LPG Dengan Kebiasaan Tradisional Desa Camplong.
Berdasarkan drai hasil wawancara dan observasi langsung secara mendalam yang telah dipaparkan di hasil penelitian, hasil menunjukkan bahwa penggunaan gas LPG sangat berkaitan dengan kebiasaan tradisional yang ada di desa camplong, hal ini di buktikan dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakuka peneliti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian  di atas, hal itu juga dibenarkan dengan alasan dan faktor-faktor yang menunjukkan bahwa memang benar penggunaan Gas LPG di desa camplong tersebut dipengaruhi dengan kebiasaan tradisional yang pada sampai saat ini masih mereka pertahankan.
Beberapa alasan dan faktor-faktor tersebut antara lain:
Ø  Faktor keterbiasaan masyarakat yang sejak dahulu mereka pakai hingga terbawa sampai sekarang dan menjadi sesuatu yang tidak bisa mereka tinggalkan karena kebiasaan itu sudah mendarah daging untuk mereka, hingga sulit untuk meninggalkan nya.
Ø  Faktor ketersediaan kayu bakar yang sangat cukup untuk mereka, menjadi alasan selanjutnya mengapa mereka masih mempertahankan kebiasaan lama mereka, hal itu memudahkan mereka untuk tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan itu.
Ø  Dan faktor lain yang membuat mereka semakin takut untuk beralih menggunakan Gas LPG karena maraknya kasus ledakan yang disebabkan Gas LPG, selain itu karena faktor kurang edukasi bagi masyarakat untuk penggunaan Gas LPG semakin membuat mereka tidak tau akan kenyamanan menggunakan Gas LPG.











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.5 Kesimpulan
   1. Kebiasaan tradisional dan pola konsumsi gas LPG paad masyarakat desa camplong, kebiasaan tradisional di desa camplong tidak terlalu mempengaruhi masyarakat untuk benar-benar beralih menggunakan gas LPG. Masyarakat camplong sulit untuk meninggalkan kebiasaan tradisional yang sudah dari dulu dan biasa mereka lakukan seperti memasak dengan menggunakan kayu, tungku, dan semacamnya dalam keseharian. Pemakaian gas LPG bagi masyarakat di desa camplong kurang diminati dan sebagian besar masyarakat di desa camplong kurang paham untuk menggunakan gas LPG dan bagi mereka kebiasaan tradisional yang mereka gunakan seoperti memasak menggunkan tungku lebih nyaman walaupun menggunakan gas LPG lebih mudah dan praktis di bandingkan menggunakan tungku yang harus menggunkan kayu dan semacamnya. Kebiasaan tradisional bagi masuyarakat desa camplong banyak memberikan manfaat selain memberikan aroma yang enak dan cita rasa yang ada pada makanan, tungku juga lebih tahan lama dan tidak mudah rusak serta tidak membuat mereka takut dan khawatir seperti akan terjadinya ledakan dan gangguan lainnya,
   2. Alasan dan faktor yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat di desa camplong kurang berminat untuk menggunakan gas LPG karena gas LPG bagi masyarakat kurang ekonomis, masyarakat takut akan dampak dari gas LPG serta ketidak tauan cara untuk menggunakan gas LPG selain kebiasaan tradisional yang sudah melekat dan dsulit untuk di tinggalkan. Kebiasaan tradisional yang tetap mereka gunakan, bagi mereka penggunaan tungku lebih mudah karena berada di lingkungan pedesaan yang memberikan kemudahan seperti kayu dan alat lainnya. Alasan masyarakat desa camplong tidak beralih dari kebiasaan tradisional karena maraknya kasus atau kejadian yang di sebabkan oleh gas LPG sealin itu masyarakat tidak tau akan kenyamanan dalam menggunakan gas LPG.

1.5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa saran yang di paparkan sebagai berikut:
Untuk PT. PERTAMINA (persero) diharapkan nantinya dengan adanya penelitian ini bisa dapat memberikan perhatian pada masyarakat khususnya masyarakat desa camplong untuk diberikan penyuluhan, edukasi, pembelajaran, dan pemahaman tentang penggunaan Gas LPG dari PT.PERTAMINA (persero) yang nantinya masyarakat dapat lebih memahami akan kemudahan dan keoeraktisan dari penggunaan Gas LPG sehingga nantinya masyarakat juga bisa ikut menikmati kenyamanan dari penggunaan Gas LPG tanpa harus khawatir lagi akan dampak penggunaan Gas LPG yang selama ini dirisaukan olel masyarakat desa camplong.
Anggapan masyarakat yang sudah terbiasa dengan kebiasaan tradisional memang membuat mereka lebih nyaman dan tidak berbahaya, tapi menggunakan Gas LPG lebih nyaman dan bisa mengatur waktu dan hemat tenaga, walaupun banyak yang beranggapan menggunakan Gas LPG memiliki resiko dan berbahaya namun asalkan dengan cara dan penggunaan yang benar maka hal yang tidak diinginkan bisa diminimalisir.







DAFTAR PUSTAKA
Bungin. Burhan. 2001. Metodologi penelitian kualitatif: aktualisasi Metodologis kearah ragam varian kontemporer ; PT.rajagrafindo persada. Jakarta.
Herdiansyah. Haris. 2013. Wawancara, observasi, dan focus groups: sebagai instrument penggalian data kualitatif. PT. Grafindo persada. Jakarta.
J.Moleong. lexy. 2013. Metodelogi penelitian kualitatif; PT. Remaja rosdakarya. Bandung.
Kasiran. Moh. 2008. Metodelogi penelitian kuantitatif-kualitatif ; UIN maliki press, Malang.
Prastowo. Andi. 2012. Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian ; AR-RUZZ MEDIA. Jogjakarta.
Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitaf, kualitatif, R&D; Alfabeta. Bandung.
Umar. Huzein. 2013. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Raja Wali pers. Depok.
Iriani.yani. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen dalam pembelian gas LPG 3 kg (studi kasus di PT graffi ferdiani gerrits energi). Juni 2009. Diambil dari:
http://repository.Widiatama.Ac.id/xmlui/bitstream/handle/ 123456789/2122/KIN.CD.054.PDF.
            sandy, Taurus, widy.2008. konvensi minyak tanah ke LPG.
Rahman, Unzilztur. 2015. Tungku di Madura, masih sangat penting. http://www.emadura.com/2015/02/tungku-di-madura-masih-sangat-penting.html. 16 november 2017.
kotler, Philip dan Amstrong, 1995. Dasar-dasar manajemen. Intermedia. Jakarta.
Astuti, maya. 2009. Pengertian prilaku konsumen. https://juniorsuryadilaga.wordpress.com/2013/01/09/peertian-prilaku-konsumen-menurut-para-ahli/. 10 desember 2017.
Danny, bagus. 2011. Membangun minat beli : definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan minat pembelian ulang (future investation).
adityo, laksono, M. Sulisio. 2015. Pengertian minat beli dan faktor-faktor yang mempengaruhi.