Thursday, 13 September 2018

pengertian prinsip Mengajar


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pemMengajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa pemMengajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber Mengajar pada suatu lingkungan Mengajar. Sedangkan Mengajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri seseorang. Gagne berpendapat bahwa Mengajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi Mengajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa, semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah Mengajar dan sebelum Mengajar.
PemMengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas Mengajar pada diri peserta didik. Bicara tentang pemMengajaran, prinsip-prinsip pemMengajaran juga diperlukan oleh seorang pengajar, mengingat prinsip Mengajar adalah landasan berpikir dan sumber motivasi agar proses Mengajar dan pemMengajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.


C.   Rumusan Masalah
          Adapun rumusan makalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian prinsip Mengajar ?
2.      Model-model pembelajaran?
3.      Standar Kompetensi Guru?
D.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui pengertian prinsip Mengajar
2.        Untuk mengetahui Model-model pembelajaran.
3.        Untuk mengetahui Standar Kompetensi Guru



























BAB II

PEMBAHASAN

A.    Prisip-Prinsip Mengajar
Mengajar adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.[1]
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan Asas-asas Didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut antara lain :
1.      Motivasi
Seorang pegajar harus dapat menimbulkan motivasi anak. W.H. Burton mebedakan dua jenis motivasi yaitu;
a.       Motivasi instrinsik (daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorog seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu
b.      Motivasi ekstrinsik ( yang datang dari luar menjadi cemeti bagi murid-murid untuk berbuat lebih)
2.      Aktivitas
Keaktifan ada dua macam yaitu keaktifan rohani (memikir) dan keaktifan jasmani (perbuatan).
3.      Minat Dan Perhatian
Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatia terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Perhatian merupakan salah satu faktor pisikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar.
4.      Keperagaan
J. Amos Comenius dengan bukunya “Didaktica magna” beiau menganjurkan pengajaran hendaklah menurut alam dengan mempergunakan alat pergaha yang cukup dan menurut alam.
5.      Individual
Individu adalah manusia, orang seorang yang memiliki pribadi atau jiwa sendiri. Untuk mengetahui perberbedaan individu guru harus mengenal perbedaan yang ada pada murid antara lain dengan jalan:
a.       Test
b.      Observasi
c.       Kunjungan rumah
d.      Sosiogram
e.       Case studi
6.      Pengulangan
Dalam mengulang pelajaran ada dua prinsip yng harus diperhatikan baik oleh pegajar maupun oleh pelajar:
a.       Materi yang diulang itu harus dipahami dengan baik dan benar
b.      Dalam melakukan penguangan jangan terlalu lama.
7.      Ketauladanan
Kecenderugan manusia untuk meniru belajar lewat peniruan menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses belajar mengajar.
8.      Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direnanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.[2]


B.     Model-model pembelajaran
1.      Model pembelajaran Gleser
Robert glaser (1962) telah mengembangkan suatu model pengajaran yang membagai proses belajar mengajar dalam empar kompenen yang dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Intruksional Objektiv (Tujuan Pengajaran)
b.      Entering behavior (Kemampuan Peserta didik)
c.       Intruktional Procedure (perencanaa Proses belajar mengajar)
d.      Performance Assessment (Evaluasi Proses Belajar mengajar)
Model Pembelajaran Glaser ini  memang dapat dianggap basic (dasar), dengan pengertian, dari model itu dapat dikembangkan model-model lain. Medel dasar ini dapat menampung berbagai idea tau teori belajar untuk dituangkan kedalam modelbaru tentang pengajaran dalam sebuah lesson plan.
2.      Model pembelajaran Unit
Unit merupakan suatu kesatuan yang bulat, yang terdiri dari rangkaian bagian-bagian yang bersau padu dan serasi. Sebagai suatu metode, Unit adalah suatu cara guru menayajikan bahan pelajaran (dalam bentuk unit) guna dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dalam pelaksanaan pengajaran Unit, secara garis besarnya ada tiga langkah yang harus ditempuh, yaitu:
a.       Langkah perencanaan
b.      Langkah pelaksanaan, dan
c.       Langkah kulminasi dan penilainan.
3.      Model Pembelajaran Berprogram
Model pembelajaran berprogram adalah suatu bentuk pembelajaran dengan mempergunakan alat-alat yang bekerja serba otomatis atau kunci-kunci jawaban tertulis yang dibuat sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri bahan-bahan yan telah tersusun secara sistematis, yang menyebabkan peserta didik dapat berdialog dengan bahan-bahan tersebut atas tanggung jawab sendiri.
Dalam langkah-langkag pelaksanaannya adal beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program, yaitu:
a.       Persiapan, terdiri dari:
1.      Pemilihan topik,
2.      Out line,
3.      Tujuan intruktional,
4.      Pretest.
b.      Penulisan programa
Setelah persiapan sudah matang, maka barulah ditulis program yang akan dilaksanakan. Terlebih dahulu murid harus mepelajari tugas yang akan dilaksanakan. Murid-murid menjawab tugas-tugas tertulis yang telah dipersiapkan.
4.      Model pembelajaran Modul
Modul adalah suatu unit program belajar mengajar terkecil yang secara perperinci menggariskan:
a.       Tujuan-tujuan intruksionil umum yang akan ditunjang pencapaiannya.
b.      Topic yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
c.       Tujuan intruksional khusus yang akan dicapai oleh peserta didik.
d.      Pokok-pokok materi yang akan diajarkan dan dipelajari.
e.       Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas.
f.       Peran guru di dalam prose belajar mengajar.
g.      Alat-alat dan sumber yang akan dipakai
h.      Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati peserta didik secara berurutan.
i.        Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi anak.
j.        Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar ini.
Adapun yang harus diperhatikan dalam langkah-langkah pengususunan modul adalah sebagai berikut:
a.       Perumusan tujuan-tujuan.
b.      Menyusun post test.
c.       Menganalisa Entry Behavior.
d.      Pemilihan Media.
e.       Try Out.
f.       Evaluasi.
5.      Model Pembelajaran PSSI
Prosedur Pengembangan system Intruktional atau disingkat PPSI, merupakan salah satu pola dasar mengajar yan telah dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih.
Sistem Intruksional yaitu suatu kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Proses yang dilakaukan akan terhalang kalau salah satu komponennya keluar dari sistem  “pengajaran sebagai satu sistem terdiri dari beberapa sub sistem atau komponen yaitu:
a.       Tujuan pengajaran
b.      Materi pengajaran
c.       Alat pengajaran
d.      Metode pengajaran
e.       Kegiatan belajar mengajar
f.       Evaluasi pengajaran
Tugas guru dalam hal ini adalah menyusun urutan langkah-langkah pengajaran sub sistem atau pengajaran tersebut dengan baik. Urutan langkah-langkah pokok dalam PSSI adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran Khusus
b.      Menyusun alat evaluasi
c.       Menetapakan kegiatan belajar peserta didik
d.      Merencanakan program pengajaran
e.       Melaksanakan program
6.      Model pembelajaran CBSA
Yang dimaksud dengan “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA) adalah aktivitas pelajar sendiri (self activity), dimana pola atau sistem pembinaan iklim kegiatan belajar peserta didik, tinggi dan aktif serta berhasil dengan baik secara tuntas.
7.      Model pembelajaran tuntas
Belajar tuntas merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari.
8.      Model pembelajaran Inquiry
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Startegi inquiry memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ia lebih banyak ditantang untuk mencari, melakukan dan menentukan sendiri. Ia lebih produktif, tidak reproduktif. Ia bukan mengulang apa yang pernah disampaikan, kalau perlu ia mencoba mencari sendiri, fokus pembelajaran adalah pada peserta didik/peserta didik dengan gaya belajarnya. Ia akan mampu menyerap sesuatu, ia akan mau dan mampu mencari sesuatu, ia akan bersemangat mencari sesuatu yang baru kalau semuanya itu sesuai dengan dirinya, sesuai dengan gaya belajarnya.
Adapun tugas guru dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran.
9.      Model pembelajaran Kontruktivisme
Model pembelajaran kontruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yan sudah diketahui orange sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan pembalajara guru harus memperoleh, atau sampai pada, persamaan pemahaman dengan peserta didik.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran model kontruktivisme, adalah sebagai berikut:
a.       Peserta didik harus selalu aktif selama pembelajaran. Proses aktif ini adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal.
b.      Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebaelumnya.
c.       Interpretasi dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukan pikiran), melalui diskusi, Tanya jawab, dan lain-lain.
d.      Tanya jawab didorong oleh kegiatan inquiry (ingin tahu) para peserta didik. Jadi, kalau peserta didik tidak bertanya tidak bicara, berarti peserta didik tidak belajar secara optimal.
e.       Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juag pengalihan ketrampilan dan kemampuan.
10.  Model Pembelajaran Problem Solving
Problem solving (pemcahan masalah) merupakan model pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan pada suatu kondisi bermasalah. Untuk itu dia harus menemukan sejumlah startegi untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Dalam hal ini siswa harus memilki kemampuan mengaplikasikan hukum-hukum dan mengaitkan dengan lingkungan dan memanipulasinya. Aktivitas memecahkan masalah membutuhkan operasi-operasi kognitif yang komplek dan abstrak meliputi semua kemampuan belajar sebelumnya.
Menurut Treffinger ada tiga tingkatan teknik pemecahan masalah secara kreatif, yaitu:
a.       Teknik Kreatif tingkat I:
1)            Pemanasan (warming up)
2)            Sumbang saran (bramstorming)
3)            Pertanyaan yang memacu gagasan (Idea Spurring Question)
b.      Teknik kreatif tingkat II:
1)      Sinektik (synectics)
2)      Futuristik
c.       Teknik kreatif tingkat III, yaitu pemecahan masalah secara kreatif.
Untuk pemecahan masalah secara kreatif Klausmeier mengutip Osborn mengidentifikasi sepuluh langkah dalam menunjang pemecahan masalah secara kreatif adalah:
1.      Pikirkan semua bentuk permasalahan
2.      Seleksi permasalaha yang akan dipecahkan
3.      Pikirkan informasi yang mungkin membantu
4.      Seleksi sumber-sumber data yang rcicvan
5.      Pikiran semua ide yang mungkin untuk memecahkan masalah
6.      Seleksi ide yang paling memungkinkan sebagai solusi
7.      Pikirkan semua cara yang mungkin untuk dites
8.      Pilih cara yang paling masuk akan untuk dites
9.      Pikirkan semua hal yang mungkin sesuai dengan keadaan
10.  Pilih satu hal sebagai jawaban final
11.  Model Pembelajaran Quantum Learning
Istilah quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energy maenjadi cahaya. Dengan demikian istilah pembelajaran quantum berarti interaksi-interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi. Pada sisi lain, dalam pembelajaran quantum diyakini juga adanya keragaman dan indeterminisme. Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai peserta didik, maka tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin cahaya (interaksi, hubungan, inspirasi) agar mengahasilkan energi cahaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, prinsip-prinsip atau landasan pembelajaran quantum bukan fisik quantum, melainkan aplikasi dalam aplikasi dalam pembelajaran. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk informasi baru lebih besar dan terekam dengan baik.
Proses pembelajaran quantum learning dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Ciptakan suasana yang menggairahkan.
b.      Tentukan landasan yang kukuh serta tujan yang ingin dicapai.
c.       Ciptakan lingkungan yang kondusif.
d.      Konunikasi materi pembelajaran yang komunikatif
12.  Model Pembelajaran Pendekatan Aptitute-Treatment Interaction (ATI)
Menurut Gronbach ATI adalah sebuah pendekatan dalam pembalajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbeadaan kemampuan (aptitude) siswa, yaitu perlakuan (treatments) yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.
Berdasarkan definisi diatas ATI dapat diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Pendekatan ATI dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui langakah-langkah sebagai berikut:
a.       Treatment Awal
Pemberian perlakuan (treatment) awal terhadap siswa dengan menggunakan apititute testing (test kemampuan).
b.      Pengelompokan peserta didik
Peserta didik di dalam kelas diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.       Memberi perlakuan
Kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang cocok/ sesuai dengan karakteristiknya.
13.  Model Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan  Pedidikan (KTSP)
KBK merupakan seperangkat rencana dan pengatura tentang kompetensi dan hasil belajar, serta perbedaan sumber daya pendidikan. Batasan tersebut menisyaratkan bahwa KBK dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi dan kecerdasan yang mampu dalam membangun indentifikasi budaya dan bangsanya.
KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum oprasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah.
Adapun prinsip-prinsip KBK dan KTSP adalah sebagi berikut:
a.       KBK
1.      Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur;
2.      Penguatan intregritas nasional;
3.      Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika;
4.      Kesamaan memperoleh kesempatan;
5.      Abad pengetahuan dan teknologi informasi;
6.      Pengembangan kecakapan hidup (life skill);
7.      Belajar sepanjang hayat;
8.      Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan konferhensif;
9.      Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
b.      KTSP
1.      Berpuat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan perserta didik dan  lingkungannya;
2.      Beragam dan terpadu;
3.      Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
4.      Releven dengan kebutuhan kehidupan;
5.      Menyeluruh dan berkesinambungan;
6.      Belajar sepanjang hayat;
7.      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.[3]
C.  Standar Kompetensi Guru
Penggunaan standardisasi proses dan produk dalam menghasilkan suatu barang dan jasa pelayanan di luar sistem pendidikan sudalah lama dilakukan. Bahkan dalam dunia industri manufaktur dan jasa pelayanan telah ditetapkan berbagai standar kualifikasi internasional sebagai acuan produk atau jasa yang dihasilkan, misalnya ISO 9000 atau ISO 9002. Jika suatu produk atau jasa tersebut dapat ditetapkan secara global.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk atau jasa tersebut telah memenuhi standar kebutuhan customer atau clients secara global sehingga produk dan jasa teisebut dapat dipakai siapa saja di seluruh dunia. Dan secara logis orang akan memilih suatu produk atau jasa pelayanan yang mutunya terjamin dan dapat memuaskan pelanggan.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, perlukah guru memiliki standar profesional dalam pekerjaannya? Kriteria apakah yang dapat dijadikan tinggi rendahnya kualitas kinerja dan produktivitas pekerjaan guru? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut akan beragam bergantung pada visi masing-masing terhadap posisi guru. Sesuai dengan kepentingan masa depan guru, maka jawaban yang paling ideal adalah "ya". Kita akan sepakat bahwa guru adalah salah satu bentuk jasa profesional yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Walaupun selama ini, kita secara formal sudah mengklaim jabatan guru sebagai suatu jabatan profesional, tetapi secara realita, masih perlu klarifikasi secara rasional dilihat dari penguasaan knowledge-base of teaching-nya. Oleh karena itu, standar guru professional merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat bahwa: "Standar nasional terdiri atas isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala" Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan sumber, prosedur, dan manajemen yang efektif, sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran keadaan yang dikehendaki (Suharsimi Arikunto, 1988: 98)Penggunaan standar sangat vital dalam pengembangan suatu profesi.
Dalam berbagai bentuknya, standar merupakan gambaran suatu profesi. Standar suatu profesi menetapkan siapa yang boleh atau tidak boleh masuk ke dalam kategori profesi tersebut. Standar suatu profesi membangun "public trus" terhadap eksistensi profesi tersebut bagi kepentingan masyarakat luas dan sekaligus pula mengembangkan "public acceptance" terhadap segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan operasional suatu profesi (Roth, 1996) Secara konseptual, sandar juga dapat berfungsi sebagai alat uitik menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi pat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oh calon sebelum masuk ke dalam profesi yang bersangkutan.
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat tindakan nieligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang ehagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas ałam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan agai kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan lxiik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun ctika. Dalam arti tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif, dan memiliki daya tarik dilihat dari sidut teknologi; serta baik ditinjau dari sudut etika (Muhaimin, 2003:151), sedangkan Depdiknas mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan lalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru aikan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduli jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pxendidikan.[4]












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Prinsip belajar adalah landasan berpikir dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan perhatian  dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan indivual.

B.     Saran
Sebagai seorang pemula, kemungkinan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran guna memperbaikinya. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam tentang ilmu ini.














DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet. 6
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001) Cet. 3
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cetakan Ke 5, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008)
Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSKARYA, 2012)





[1] J.J. Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet. 6, Hal. 3
[2] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001) Cet. 3, Hal. 85-99.
[3] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cetakan Ke 5, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal.45
[4] Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSKARYA, 2012), hal.81