Wednesday, 13 March 2019

terjemahkan surat Āli Imrān ayat 7,




1.    Tuliskan kembali dan terjemahkan surat Āli Imrān ayat 7, kemudian menurut Anda apakah korelasi ayat tersebut apabila dikaitkan dengan Ulumul Qurān?
2.    Deskripsikan jawaban Anda tentang:
a.       Sejarah Kodifikasi al Quran?
b.      Wahyu yang pertama dan yang terakhir turun menurut Mannak al Qattan?
c.       Hikmah Nasikh dan mansukh menurut buku karangan Mohamad Ghufron dan Rahmawati?
d.      Perbedaan Tafsir dan Takwil sebagaimana materi yang telah diterima Anda?
e.       Percetakan Al Qurān pertama setidaknya dilakukan di tiga tempat di Eropa (sebagaimana disebutkan oleh Dr. Yahya Mahmud Junaid dalam buku karangan Muhammad Gufron dan Rahmawati). Sebutkan ketiganya?
3.    Mohammad Gufron & Rahmawati dalam bukunya dengan judul Ulūmul Qurān (praktis & mudah) menjelaskan bahwa:
a.       Ada 4 faedah mengetahui surat Madaniyah dan Makkiyah. Sebutkan 2 saja!
b.      Menurut al-Balqini, qiraat itu ada 3 bagian. Sebutkan ketiganya?
c.       Ada 7 Imam (qiraah sabah) yang bisa digunakan dalam bacaan sholat dan bacaan al Quran. Sebutkan ketujuh imam tersebut!


4.    Disebutkan dalam materi Tafsir, Tawil dan Terjamah bahwa corak penerjemahan ada tiga. Sebutkan ketiganya!




Semoga jawaban dan materi Ulūmul Qurān
yang Anda jawabkan dan dapatkan,
barokah serta bermanfaat dunia akherat.



















Jawaban

1. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 7)
    Kolerasi Ayat:
Allah memberitahukan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat muhkamaat (jamak dari muhkam) yang semuanya merupakan pokok-pokok al-Qur’an. Yaitu ayat-ayat yang jelas dan terang pengertiannya, yang tidak ada kesamaran bagi siapa pun.Selain itu ada ayat-ayat lainnya (mutasyaabihaat – jamak dari mutasyaabih), yaitu ayat-ayat yang di dalamnya terdapat kesamaran pengertian bagi kebanyakan atau sebagian orang. Maka barangsiapa mengembalikan yang samar itu kepada yang jelas dari al-Qur’an, serta menjadikan ayat yang muhkam sebagai penentu bagi yang mutasyaabih, berarti dia telah mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa melakukan hal yang sebaliknya, maka dia pun akan memetik akibat yang sebaliknya.
Oleh karena itu Allah berfirman, “Itulah pokok pokok isi al-Qur’an. “Yaitu pokok yang menjadi rujukan ketika menemukan kesamaran. “Dan yang lain adalah (ayat-ayat) mutasyaabihaat. ” Di mana kandungan yang dimaksud oleh ayat yang mutasyaabihaat ini sesuai dengan makna yang ada pada ayat yang muhkam, sebab terkadang kesamarannya itu dari segi lafazh dan susunannya saja, bukan dari segi maknanya.


2. Deskripsi
a. Sejarah Kodifikasi Al-Quran
Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan dari langit oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril a’s. Sejarah penurunannya selama 23 tahun secara berangsur-angsur telah memberi kesan yang sangat besar dalam kehidupan seluruh manusia. Di dalamnya terkandung pelbagai ilmu, hikmah dan pengajaran yang tersurat maupun tersirat. Sebagai umat Islam, kita haruslah berpegang kepada Al-Quran dengan membaca, memahami dan mengamalkan serta menyebarluas ajarannya. Bagi mereka yang mencintai dan mendalaminya akan mengambil iktibar serta pengajaran, lalu menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kehidupan dunia menuju akhirat yang kekal abadi. Mushaf Al-Qur’an yang ada di tangan kita sekarang ternyata telah melalui perjalanan panjang yang berliku-liku selama kurun waktu lebih dari 1400 tahun yang silam dan mempunyai latar belakang sejarah yang menarik untuk diketahui.
  • Al-Quran pada zaman Rasulullah SAW.
Pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW ditempuh dengan dua cara:
  1. Pertama : al Jam'u fis Sudur
Para sahabat langsung menghafalnya diluar kepala setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu. Hal ini bisa dilakukan oleh mereka dengan mudah terkait dengan kultur (budaya) orang arab yang menjaga Turast (peninggalan nenek moyang mereka diantaranya berupa syair atau cerita) dengan media hafalan dan mereka sangat masyhur dengan kekuatan daya hafalannya.
  1. Kedua : al Jam'u fis Suthur
Yaitu wahyu turun kepada Rasulullah SAW ketika beliau berumur 40 tahun yaitu 12 tahun sebelum hijrah ke madinah. Kemudian wahyu terus menerus turun selama kurun waktu 23 tahun berikutnya dimana Rasulullah. SAW setiap kali turun wahyu kepadanya selalu membacakannya kepada para sahabat secara langsung dan menyuruh mereka untuk menuliskannya sembari melarang para sahabat untuk menulis hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur dengan Al-Qur’an. Rasul SAW bersabda  "Janganlah kalian menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an, barangsiapa yang menulis sesuatu dariku selain
                                                         

  • Al-Quran pada zaman Khalifah Abu Bakar as Siddiq
         Sepeninggal  Rasulullah SAW, istrinya `Aisyah menyimpan beberapa  naskah catatan (manuskrip) Al-Qur’an, dan pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a terjadilah Jam'ul Quran yaitu pengumpulan naskah-naskah atau manuskrip Al-Qur’an yang susunan surah-surahnya menurut riwayat masih berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul).
Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya sebab-sebab yang melatarbelakangi pengumpulan naskah-naskah Al-Qur’an yang terjadi pada masa Abu Bakar yaitu Atsar yang diriwatkan dari Zaid bin Tsabit r.a.
  • Al-Quran pada Zaman khalifah Umar bin Khatab
Tidak ada perkembangan yang signifikan terkait dengan kodifikasi Al-Qur’an yang dilakukan oleh khalifah kedua ini selain melanjutkan apa yang telah dicapai oleh khalifah pertama yaitu mengemban misi untuk menyebarkan islam dan mensosialisasikan sumber utama ajarannya yaitu Al-Qur’an pada wilayah-wilayah daulah islamiyah yang baru.
Berhasil dikuasai dengan mengirim para sahabat yang kredibilitas serta kapasitas ke-Al-Quranan-nya bisa dipertanggungjawabkan Diantaranya adalah Muadz bin Jabal, `Ubadah bin Shamith dan Abu Darda'.
  • Al-Quran pada Zaman khalifah Usman bin ‘Affan
Pada masa pemerintahan Usman bin 'Affan terjadi perluasan wilayah islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja ('Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al-Qur’an, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin al-yaman. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat Hudzaifah yang pada waktu itu memimpin pasukan muslim untuk wilayah Syam (sekarang syiria) mendapat misi untuk menaklukkan Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk soviet) dan Iraq menghadap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi dimana terdapat perbedaan bacaan Al-Qur’an yang mengarah kepada perselisihan.

                
       b. wahyu pertama dan terakhir Diturunkan menurut Mannak al-Qattan
  • Wahyu pertama diturunkan
a. Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah surat Al-‘Alaq ayat 1-5 Diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim dan lainnya, dari Aisya as yang mengatakan, “wahyu yang pertama kali dialami oleh Rasulullah SAW, adalah mimpi yang benar diwaktu tidur. Beliau melihat dalam mimpi itu datangnya bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian beliau suka menyendiri. Beliau pergi ke gua Hira untuk beribadah beberapa malam. Untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian beliau pulang kembali ke Khadijah ra, maka Khadijah pun membekali beliau seperti bekal terdahulu. Lalu di gua Hira datanglah kepada beliau satu kebenaran, yaitu malaikat, yang berkata Nabi, “bacalah!” Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab, ‘aku tidak bisa membaca.’ Malaikat tersebut kemudian memelukku sehingga aku merasa amat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi, ‘bacalah!’ maka aku pun menjawab, ‘aku tidak bisa membaca.’ Lalu dia merangkulku yang kedua kali sampai aku kepayahan. Kemudian dia lepaskan lagi dan berkata, ‘bacalah!’ aku menjawab, ‘aku tidak bisa membaca.’ Maka, dia merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian dia berkata, ‘bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan...’ sampai dengan ‘...apa yang tidak diketahuinya’.”(Hal: 89-90)
b.  Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah ayat, “ya ayyuhal muddatstsir”(hai orang-orang berselimut). Ini didasarkan pada hadist yang juga Hr. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Salamah Bin Abdirrahman. Dia berkata, “kau bertanya kepada Jabir Bin Abdillah. ‘yang manakah diantara Al-Qur’an itu yang turun pertama kali?’ dia menjawab, ‘ya ayyuhal muddatstsir.’ Aku bertanya lagi, ‘bukannya iqra’ bismi rabbika?’ dia menjawab, ‘aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah kepada kami. Beliau bersabda,“sesungguhnya aku berdiam diri di gua hira. Maka ketika habis masa diamku, aku turun aku telusuri lembah. Aku lihat ke muka, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat manakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka menyelimuti aku.



                
  • wahyu Terakhir Diturunkan
a.  Hadist Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, yang mengatakan, “ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat tentang riba.” Yaitu surat Al-Baqarah ayat 278. (hal: 95)
b.  Hadist yang diriwayatkan An-Nasa’i dan lain-lain, dari Ibnu Abbas dan Said Bin Jubair, “ayat Al-Qur’an yang terakhir kali turun ialah, “dan peliharalah darimu dari azdab yang terjadi pada suatu hari dimana pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada allah...” (Al-Baqarah: 281)
c. Dikatakan bahwa ayat yang terakhir  kali turun  itu ayat tentang hutang, dasarnya adalah hadist yang diriwayatkan dari Said Bin Al-Musayyib, “...telah sampai kepadanya bahwa ayat Al-Qur’an yang paling muda di Arsy ialah ayat mengenai hutang.” Yaitu surat Al-Baqarah ayat 282.
d.  Ayat yang turun terakhir menurut hadist Al-Barra’ ini adalah berhubungan dengan masalah warisan. Yaitu surat An-Nisaa’ ayat 176 (hal: 96)
e.   Dalam Al-Mustadrak disebutkan dari Ubay Bin Ka’ab, ia berkata, “ayat yang terakhir diturunkan yaitu: “sesungguhnya telah telah datang kepadamu seorang dari kaummu sendiri...” (At-Taubah: 128) sampai akhir surat. Mungkin yang dimaksud adalah ayat terakhir yang diturunkan dari surat At-Taubah.

C. Hikmah Nasikh dan mansukh menurut buku karangan Mohamad Ghufron dan     Rahmawati?
1. Menunjukkan bahwa syariat islam yang di ajarkan rasulullah adalah syariat yang paling sempurna, yang telah menghapus syariat-syariat dari agama sebelumnya. Karena syariat islam telah mencakup ajaran-ajaran sebelumnya.
2. untuk kemaslahatan umat islam.
3.untuk menguji umat islam dengan perubahan hukum, apakah dengan perubahan ini mereka masih taat atau sebaliknya.



                
d. Perbedaan tafsir dan takwil
 Perbedaan tafsir dan takwil adalah sebagai berikut:
1.Tafsir lebih banyak digunakan pada lafas dan mufradat sedangkan takwil lebih banyak digunakan pada jumlah dan makna-makna.
2.Tafsir apa yang bersangkutan paut dengan riwayah sedangkan Takwil apa-apa yang bersangkutan paut dengan dirayah.
3.Tafsir menjelaskan secara detail sedangkan Takwil hanya menjelaskan secara global tentang apa yang dimaksud dengan ayat itu.
4.Takwil menjabarkan kalimat-kalimat dan menjelaskan maknanya sedangkan tafsir menjelaskan secara dengan sunnah dan menyampaikan pendapat para sahabat dan para ulama dalam penafsiran itu.
5.Tafsir menjelaskan lafas yang zahir ,adakalanya secara hakiki dan adakalanya secara majazi sedangkan Takwil menjelaskan lafas secara batin atau yang tersembunyi yang diambil dari kabar orang orang yang sholeh.
Menurut DR. Yahya Mahmud Junaid, percetakan al-Qur’an pertama setidaknya dilakukan di tiga tempat di Eropa:
1. Venesia atau Roma  pada kisaran tahun 1499 sampai 1538 M, terdapat perbedaan pandangan tentang hal ini. Termasuk juga siapa yang memimpin proyek ini. Tetapi yang pasti salah satu dari versi cetak ini ditemukan oleh Angela Novo di perpustakaan seorang pendeta di Bunduqiyah. Namun juga kemudian disepakati bahwa cetakan ini lalu dimusnahkan atas perintah Paus saat itu, dengan berbagai dugaan seputar motivasi pemusnahan itu.  
2Hamburg pada tahun 1694. Proyek percetakan ini dilakukan oleh seorang orientalis Jerman yang beraliran Protestan, EbrahamiHincklmani. Ia menegaskan bahwa tujuannya menjalankan proyek ini bukan untuk menyebarkan ajaran Islam di kalangan orang
                
Protestan, tapi untuk mempelajari Bahasa Arab dan Islam. Cetakan ini terdiri dari 560 halaman, dicetak dengan tinta hitam, namun sangat disayangkan memiliki banyak sekali kesalahan. Terdapat penggantian posisi huruf, hilangnya huruf tertentu dari satu kata, dan kesalahan lain terkait dengan  penamaan surat. DR. Yahya menyebutkan bahwa cetakan ini masih tersimpan hingga kini di beberapa perpustakaan dunia, seperti Dar al-Kutub al-Mishriyyah dan Perpustakaan Universitas King Su’ud di Riyadh.
3. Batavia pada tahun 1698. Versi cetakan ini terdiri teks al-Qur’an itu sendiri, serta terjemah dan catatan komentar terhadapnya. Versi ini sendiri disiapkan oleh seorang pendeta Italia bernama LudvicoMarraceiLucersi. Cetakan ini memiliki kelebihan dari segi penggunaan jenis huruf yang lebih bagus dari 2 versi cetakan sebelumnya.
3. Mohammad Gufron & Rahmawati dalam bukunya dengan judul Ulūmul Qurān (praktis & mudah) menjelaskan bahwa:
a.      Ada 4 faedah mengetahui surat Madaniyah dan Makkiyah. Sebutkan 2 saja!
1. bukti ketinggian bahasa al-qur an. Sebab di dalamnya All ah mengajak bicara setiap kaum sesuai keadaan merka baik penyampaian yang keras maupun lembut.
2. sebagai pelaksanaan syariat islam secara bertahp. Sebab al-quran turun secara berangsur-angsur sesuai keadaan dan kesiapan umat di dalam menerima dan melaksanakan syariat yang di turunkan.
3. sebagai pendidikan para da’i untuk mengikuti metode al-quran dalam tatacara penyampaian tema yaitu mulai dari perkara yang paling penting serta menggunakan kekerasan dan kelembutan sesuai kondisi.
4 pembeda antara nasikh dan mansukh. Jika ada dua ayat itu madaniyah dan makkiyah yang keduanya memnuhi syarat-syarat hukum naskh, maka ayat madaniyah menjadi nasikh , sebab ayat-ayat madaniyah datang setelah ayat makkiayah.




b. Menurut al-Balqini, qiraat itu ada 3 bagian. Sebutkan ketiganya?


1. mutawattir :  yaitu qira’at (tujuh) yang termashur
2. ahad : yaitu qira’at tsalatsah yang mana tiga tokoh imam ini jika di gabungkan dengan kelompok qira’at sab’ah menjadi qira’at ‘asyrah’ (10 qira’at)
3. syaadz : yaitu qira;at tabi’in seperti A’masy, yahya, ibnub jubair dan lainya
c.       Ada 7 Imam (qiraah sabah) yang bisa digunakan dalam bacaan sholat dan bacaan al Quran. Sebutkan ketujuh imam tersebut!
1. nafi’ al-madani
2. ibnu katsir al-makki
3. abu amr bin al-a’la
4. ibnu amir al- dimasyqi
5. ashim al-kufi
6. hamzah bin habib al-zayyat al-kufi
7. al-qisya’i
4. Disebutkan dalam materi Tafsir, Tawil dan Terjamah bahwa corak penerjemahan ada tiga. Sebutkan ketiganya!

Pada materi tafsir dan takwil  ada tiga corak penerjemahan, yaitu:
  1.  Terjemah maknawiyah tafsiriyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat dan mensyarahkannya, tidak terikat oleh leterleknya, melainkan oleh makan (tempat) dan tujuan kalimat aslinya. Terjemah semacam ini (dengan corak lain) sinonim dengan tafsir;



  1. Terjemah harfiyyah bimitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa asli dengan kata sinonim (muradif)nya ke dalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa aslinya.
  2. Terjamah harfiyyah bidūnil mitsli, yaitu menyalin atau mengganti makna dan segi sastranya, menurut kemampuan bahasa baru itu dan sejauh kemampuan penerjemahnya.