psikologi agama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berakhirnya masa remaja, maka berakhir pulalah kegoncangan-kegoncangan jiwa yang menyertai pertumbuhan remaja itu. Yang berarti bahwa orang yang telah melewati usia remaja, mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas, baik dalam bentuk positif maupun negative.
Kendatipun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari, masih banyak orang yang merasakan kegoncangan jiwa pada usia dewasa maka dari itu Dampak yang paling menonjol dari modernitas adalah keterasingan (alienasi) yang dialami oleh manusia. Alienasi muncul dari cara pandang dualisme, yaitu: jiwa-badan, makhluk-Tuhan, aku-yang lain, kapitalis-proletar, dll. Akhirnya terjadilah gejala reifikasi atau pembedaan antar sisi dari dualitas tersebut. Ini disebut pula objektivikasi, yaitu manusia memandang dirinya sebagai objek, seperti layaknya sebuah benda.
Dalam filsafat kita mengenalnya dengan aliran materialisme. Semakin kuat pengaruh materialisme, semakin kuat pula gejala alienasi (keterasingan) diderita umat manusia. Perubahan-perubahan kepercayaan dan keyakinan kadang-kadang masih terjadi saja. Keadaan dan kejadian-kejadian itu, sangat menarik perhatian para ahli agama, sehingga mereka berusaha terus-menerus mengajak orang, untuk beriman kepada Tuhan, kembali ke jalan yang benar dan berusaha memberikan pengertian-pengertian tentang agama.
Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari serta mengandung beberapa factor didalamnya. Perubahan jiwa agama pada orang dewasa tersebut sering disebut dengan konversi agamaDalam bahasa agama disebut pertobatan (taubat, metanoia). .
Dalam penulisan makalah ini, akan dibahas perubahan jiwa agama yang terjadi pada orang-orang yang kesehatan mentalnya tidak terganggu.
B. Rumusan masalah
Dari penjabaran pada wacana diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Apa pengertian konversi agama?
2. Bagaimana proses yang terjadi dalam konversi agama?
3. Apa saja factor yang menyebabkan terjadinya konversi agama?
4. Apa saja jenis-jenis konversi agama?
5. Contoh konversi agama ?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui pengertian konversi agama secara etimologi maupun terminology
2. Mengetahui apa dan bagaimana proses yang tejadi dalam konversi agama
3. Mengetahui factor yang menyebabkan terjadinya konversi agama.
4. Mengetahui jenis/ macam di dalam konversi agama.
5. mengetahui seperti apa contoh konversi agama
BAB II
PEMBAHASAN
1) PENGERTIAN KONVERSI AGAMA
Pengertian konversi agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin �conversio� yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kosakata Inggris �conversion� yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion to another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Sedangkan konversi agama (religious conversion) secara umum dapat di artikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama, antara lain:
a) Heirich (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b) James (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata: �to be converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process, gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities�. �berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama�.
c) Clark (dalam Daradjat, 1979), memberikan definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Jadi, konversi agama (religious conversion) secara umum dapat diartikan dengan berubah pendirian terkait ajaran agama atau bisa juga berarti masuk agama.
2) PROSES KONVERSI AGAMA
Perubahan yang terjadi tetap melalui tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum, kerangka proses itu dikemukakan antara lain oleh:
Carrier (dalam Ramayulis, 2002), membagi proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
b. Reintegrasi (penyatuan kembali) kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang baru. Dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur yang lama.
c. Tumbuh sikap menerima konsepsi (pendapat) agama yang baru serta peranan yang di tuntut oleh ajarannya.
d. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
Dr. Zakiyah Daradjat (1979) memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap , yaitu:
1) masa tenang, ditandai sikap apriori terhadap agama,
2) masa ketidaktenangan, ditandai goncangan batin yang mendorongnya mencari sumber-sumber ide atau ajaran yang dapat membantunya mengatasi konflik dirinya,
3) masa konversi, yakni ditandai dengan meredanya konflik batin dan bergeser kearah kemantapan atas suatu pilihan keyakinan yang serasi atau karena rasa pasrah,
4) masa tenang dan tenteram, yakni kepuasan terhadap keputusan yang telah diambil dan mengalami suasana batin yang mantap atas konsep baru kehidupannya; dan
5) masa ekspresi konversi, sebagai bentuk ungkapan penerimaan dan ketundukan pada tata nilai atau keyakinan yang dipilihnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Wasyim (dalam Sudarno, 2000) secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
1) Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
2) Adanya rasa pasrah
3) Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya. Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa tahapan atau proses konversi agama meliputi :
(a) masa tenang
(b) masa ketidaktenangan
(c) masa konversi
(d) masa tenang dan tentram
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KONVERSI AGAMA
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan factor yang menjadi pendorong konversi:
a) Menurut para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk dari Allah SWT dan pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
b) Sedangkan menurut para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu sendiri terdiri dari adanya berbagai faktor yang mendukung antara lain :
� Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan yang lain).
� Pengaruh kebiasaan yang rutin.Maksudnya pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga ia menjadi terbiasa.
� Pengaruh anjuran atau propoganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya : keluarga, karib dan sebagainya.
� Pengaruh yang berasal dari pemimpin keagamaan.Ini bisa disebabkan karena terjalinnya hubungan yang baik dengan pemimpin agama. Ini pun bisa menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya konversi agama.
� Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi.Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
� Pengaruh kekuasaan pemimpin.Yaitu pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala negara atau raja mereka (Culus Regio Illius est Religio).
c) Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Apabila faktor-faktor tersebut telah mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan ke kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang terang dan tenteram.
William James mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konversi agama antara lain :
� Konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
� Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
� Konversi agama dapat terjadi oleh 2 faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
a. Kepribadian
W. James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
b. Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan kelahiran. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stres jiwa. Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama.
2. Faktor Ekstern
a. Keluarga
Terjadinya ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
b. Lingkungan
Seseorang yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar kegelisahan batinnya bisa hilang.
c. Perubahan Status
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dapat menyebabkan terjadinya konversi agama. Apalagi perubahan itu terjadi secara mendadak. Seperti perceraian atau kawin dengan orang yang berlainan agama.
d. Kemiskinan
Masyarakat yang awam cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik.
4. JENIS-JENIS KONVERSI AGAMA
Menurut Moqsith jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu:
a. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
b. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Menurut Abdalla senada dengan apa yang telah di ungkapkan Moqsith, konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan (ibadah), tetapi konsep ketuhanan tetap sama. Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya.
Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa pengertian konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku ke sistem kepercayaan yang lain.
5. CONTOH KONVERSI AGAMA
www.salusta.wordpress.com
1. Diceritakan oleh Drs. Efendi Zarkasi tentang seorang pemuda Tinghoa tinggal di Keramat Jati masuk Islam. Waktu ditanya pak Efendi mengapa ia masuk islam, ia menjawab karena di dekat rumahnya ada masjid ia tertarik karena menjelang subuh suatu hari bedug di masjid itu dibunyikan. Ia tertarik masuk islam karena terdengar bunyi bedug.
2. Dr. Abdul Karim Germanus seorang orientalis, mempelajari islam sejak menjelang usia akil baliq. Masalahnya dia membuka-buka lembaran majalah bergambar terbitan lama, berbagai kejadian baru,cerita fiktif dari beberapa negeri jauh. Ia membolak-balik perhalaman tanpa perhatian seruis. Tetapi tiba-tiba matanya tertumbuk pada ukiran kayu berbentuk rumah beratap datar dan di sana sini dan di selang selingi kubah-kubah bundar menjulang langit yang gelap gulita, dimana secercah cahaya bulan terbit tampak indahnya. Di atas sudah satu atap itu kelihatan beberapa orang duduk barisan-barisan yang teratur mengenakan pakaian yang indah coraknya. Kejadian inilah menyebabkan Abdul Karim Germanus mempelajari islam lebih giat dan akhir orientalisnya dia masuk islam. Jadi ini pertama kali tersentuk dakwah bukan lantaran ceramah atau pidato, tetapi melalui kekaguman terhadap hasil seni lukis.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Pengertian konversi agama dapat diartikan dengan berubah pendirian terkait ajaran agama atau bisa juga berarti masuk agama.
Proses konversi agama dalam diri seseorang dapat terjadi secara berangsur angsur atau secara tiba � tiba, yang terjadi melalui beberapa tahapan/masa, yaitu masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi dan tentram, dan masa ekspresikonversi.
Para ahli berpendapat berbeda pandangan mengenai factor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan terjadintya konversi agama sesuai dengan lapangan keilmuan masing-masing, sedangkan para ahli psikologi menyatakan bahwa faktor kejiwaan seseorang lah yang dapat mempengaruhi terjadinya konversi agama, baik dari dalam diri (intern) yang mencakup kepribadian dan pembawaan (hereditas) atau juga dari luar (ekstrn) yang mencakup faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, perubahan status, dan juga kemiskinan.
Di dalam ilmu kejiwaan. Jenis konversi agama dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
� Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, namun masih dalam saatu agama.
� Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindha dari satu agama ke agama lain.
DAFTAR PUSTAKA
� Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005
� Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997
� Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004
� Baharuddin dan Mulyono. 2008. Psikologi Agama Dalam Prespektif Islam. Malang: UIN-Malang Press
� Syamsul Arifin, Bambang. Psikologi Agama. 2008. Bandung: CV. Pustaka
� Setiasetiyo purwantohttp://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agamareferensi : http://salusta.wordpress.com/2013/11/16/psikologi-agama/