Wednesday, 16 September 2015

Makalah Pengembangan KUrikulum judul "KOMPONEN KURIKULUM"


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. Keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama dibandingkan denfan keaktifan siswa bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa.
Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam hubungan ini ada tiga alternative pendekatan yang dapat digunakan, yakni:

1.      Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator. Siswa sebagai penerima pesan.
2.      Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran seperti belajar mandiri.
3.      Pendekatan berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat

B.     Komponen Kurikulum

Ralph W. Tyler (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.14) menyajikan empat langkah pengembangan dalam bentuk pertanyaan yang mendasar yang harus dijawab, baik dalam mengembangkan suatu kurikulum maupun pembelajaran. Adapun pertanyaan tersebut adalah :
  1. What education purpose should the school seek to attain?
  2. What education experiences can be provided that are likely to attain these purpose?
  3. How can these education experiences be effectively organized?
  4. How can we determine wether these purpose are being attained?
Pertanyaan pertama hakikatnya merupakan arah dari suatu program atau tujuan kurikulum, pertanyaan kedua berkenaan dengan isi atau bahan ajar yang harus di berikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan strategi pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi atau penilaian pencapaian tujuan. Pertanyaan - pertanyaan tersebut menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam pengembangan suatu kurikulum, komponen ini tidak berdiri sendiri akan tetapi saling mempengaruhi, berinteraksi dan membentuk suatu sistem . Kaber (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) menggambarkan interelasi komponen - komponen kurikulum tersebut dalam suatu siklus sebagai berikut : 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJCreXa1pjq2psBdMSczhMVnXSRs758D8H8U0bYet3B-Xr_oNaOQI5Lkfp-gNB0QJVbwhrI3z6OoIFILBbMuqNiLE6T0QFwUuDEE8zHgtzvfI8LhAPckbpGonxgQyRQKjRrBZ9O8EW0Q/s320/Untitled.jpg


Gambar : Komponen - komponen Kurikulum

S. Nasution (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) menggambarkan proses pengembangan kurikulum dimulai dari perumusan tujuan kurikulum, diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan ajar, proses belajar mengajar, dan alat penilaiannya. Proses tersebut digambarkan sebagai berikut: 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfM-wM1LIoIvV6s_LIPM60YxV-h-klBmxZMlTLV8RqzBhms3ky98917I0jdaDgOTsxCHQRVUHsBnD4_08DEFjN1qx2URZzuZCdfp73rOK4VjXwYn932XqmFbQ0vvRi6qnLaAFh402GNQ/s320/Untitled1.jpg

Gambar : Proses pengembangan kurikulum

Menurut Nasution (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) dalam praktiknya semua unsur tersebut dipertimbangkan tanpa urutan yang pasti. Untuk lebih memahami keempat kompotenen kurikulum tersebut berikut adalah uraian dari keempat kompenen tersebut.
1.      KOMPONEN TUJUAN
Ivor K. Davies (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.16) mengemukakan bahwa tujuan dalam suatu kurikulum  akan menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan.Dengan demikian tujuan memberikan suatu petunjuk mengenai arah perubahan yang di cita - citakan dari suatu kurikulum yang bersifat sesuatu yang final.  Tujuan yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan isi atau bahan ajar, strategi, media pembelajaran, dan evaluasi. Bahkan dalam model yang lain tujuan merupakan suatu dasar, arah dan patokan dalam menentukan komponen - komponen yang lainnya. 
Adapun ahli kurikulum yang memandang tujuan adalah suatu proses namun kebanyakan para ahli memandang tujuan adalah suatu hasil atau product. Menurut Gagne dan Briggs (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.17) menyatakan bahwa tujuan merupakan suatu kapasitas yang dapat dilakukan dalam waktu tidak lama setelah suatu kegiatan  pendidikan berlangsung bukan merupakan apa yang dialami siswa selama proses pendidikan. Terlepas dari semua itu tujuan kurikulum harus disesuaikan dengan tujuan dan tuntutan kebutuhan masyarakat serta di dasari falsafah dan ideologi suatu negara. 
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa :� Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab� (Sumber : http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf). Tujuan umum tersebut dapat di capai dengan komponen tujuan di bawahnya yang berfungsi sebagai tujuan perantara. Tujuan tersebut membentuk suatu hirarki yang saling berkaitan dan mempengaruhi yang digambarkan sebagai berikut : 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmp8iU0TcUUmCbl0M5fbEfqeN7qRnZKFPybWAfwuiPxFPj6WtLE7ahcIc_YV097IRPp1fsiF8OT2JGhNfIJnNaYCQTc3whAFB58r3w5njm4c2FOUU3WebA5ikQQ_rqeTvBF4FsEO90Hbo/s400/tujuan_pendidikan.png 
Gambar: Hirarki Tujuan Pendidikan

Pratt (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.19) mengemukakan tujuh kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan kurikulum adalah seperti berikut: 

         Tujuan kurikulum harus menunjukan hasil belajar yang spesifik dan dapat diamati
         Tujuan harus konsisten dengan tujuan kurikulum, artinya, tujuan � tujuan khusus itu dapat mewujudkan dan sejalan dengan tujuan yang lebih umum.
         Tujuan harus ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas bagi para pelaksana kurikulum
         Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya bahwa tujuan itu bukanlah suatu standar yang mutlak melainkan harus dapat disesuaikan dengan situasi
         Tujuan harus fungsional, artinya tujuan itu menunjukan nilai guna bagi para peserta didik dan masyarakat
         Tujuan harus signifikan dalam arti bahwa tujuan itu dipilih berdasarkan nilai yang diakui kepentingannya
         Tujuan harus tepat dan serasi, terutama harus dilihat dari kepentingan dan kemampuan peserta didik termasuk latar belakang, minat, dan tingkat perkembangannya   
2.      KOMPONEN ISI / MATERI 

 Gambar : Buku Pegangan Siswa
Komponen kedua setelah tujuan adalah isi atau materi kurikulum. Saylor dan Alexander (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.20) mengemukakan bahwa isi kurikulum itu meliputi fakta � fakta, observasi, data, persepsi, penginderaan, pemecahan masalah, yang berasal dari pemikiran manusia dan pengalaman yang diatur dan di organisasikan dalam bentuk gagasan, konsep, generalisasi, prinsip � prinsip dan pemecahan masalah. Keterampilan ini dibedakan menjadi dua katergori yaitu keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.
Sebenarnya sangat banyak pengetahuan, keterampilan dan nilai yang perlu di berikan kepada siswa namun tidak mungkin semuanya dijadikan sebagai kurikulum oleh sebab itu perlu diadakan pilihan � pilihan, maka hakikat dari kurikulum adalah matter of choices (Nasution, 1987). Untuk menentukan isi dari sebuah kurikulum perlu di tentuan kriteria tertentu untuk memilih mana bahan yang sangat esensial untuk bahan kurikulum.
Zais (dalam A. Herry dkk 2003: 1.21) menentukan empat kriteria dalam melakukan pemilihan isi / materi kurikulum, yaitu sebagai berikut :
         Isi kurikulum memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi
         Isi kurikulum bernilai guna bagi kehidupan
         Isi kurikulum sesuai minat siswa
         Isi kurikulum harus sesuai dengan perkembangan individu
Dalam mengkaji isi atau materi kurikulum ini, kita sering dihadapkan pada masalah scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup isi kurikulum dimaksudkan untuk menyatakan keluasan dan kedalaman bahan, sedangan sequence menyangkut urusan isi kurikulum. Menurut S. Nasution (dalam A. Herry dkk 2013 : 1. 22)  pengurutan bahan kurikulum tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
         Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatu peristiwa
         Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika
         Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks
         Urutan bahan dari yang mudah menuju yang lebih sulit
         Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.
         Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yaitu dari bagian � bagian kepada keseluruhan
         Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yaitu dari keseluruhan menuju bagian � bagian.

3.      KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj98nI2mB4XjoWXrx2_Qigf3KMj51H8rRY-ndM7jK91rVjjTTcmN9tguMhQf6cgJOlI8MrfEfDpeCaOqWAnXDjox2xoBgnd-u1yCooz6HF91g-w9O2Idhj9ZAaBEdMK7NRQkSW8ArSaMw/s320/img_0027.jpg
Gambar : Kegiatan Belajar Mengajar
Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang kurikulum, baik secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran berkaitan dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum dalam rangka penyampaian tujuan yang telah dirumuskan. Sujana (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.23) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran  melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. 
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan.  Richard Anderson (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.23) mengajukan dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru, dimana aktivitas guru dalam suatu proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan siswa.  Pendekatan kedua lebih berorientasi pada siswa yang merupakan kebalikan dari pendekatan pertama dimana aktivitas siswa lebih dominan dalam aktivitas pembelajaran. Sedangkan Massialas ( dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.24) mengajukan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekspositori dan pendekatan inkuiri.
Sementara itu, Sudjana ( dalam A. Herry dkk 2003 : 1.24) mengemukakan model CBSA yaitu model delikan (dengar - lihat - kerjakan), model pemecahan masalah, model induktif, model deduktif, dan model deduktif induktif. Apabila ditelaah lebih jauh hakikat dan isi dari setiap strategi/pendekatan/model yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat dikelompokan ke dalam dua kutub strategi yang ekstrem yaitu strategi berorientasi pada guru  dan strategi yang berorientasi pada siswa.

4.      KOMPONEN EVALUASI
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ-OH_K-8H4aSHB8_uuABi6TdmvnPkDB1S5k2fTisYxrO5zSqeG
 Gambar : Kegiatan UN merupakan bagian dari evaluasi
Komponen evaluasi ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan - tujuan yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen kurikulum. 
Ralph W. Tyler (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.25) mengemukakan bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat esensial guna mengetahui apakah tujuan scara nyata telah terealisasikan. Sementara itu, Hilda Taba (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.25) berpendapat bahwa secara prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini adalah tingkatan di mana siswa mencapai tujuan. 
Perkembangan selanjutnya dari konsep evaluasi ini menurut Hasan ( dalan A. Herry dkk 2003 : 1.25) berpegang pada satu konsep dasar yaitu ada pertimbangan, dengan pertimbangan ini dituntukan nilai dari sesuatu yang sedang di evaluasikan. Konsep evaluasi kurikulum dapat dipandang secara luas yaitu mencakup evaluasi terhadap seluruh komponen dan kegiatan pendidikan tetapi dapat pula dibatasi scara sempit yang hanya ditekankan pada hasil - hasil atau perilaku yang dicapai siswa. 
Pada bagian lain Doll (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.26) dua dimensi yang harus ada dalam evaluasi kurikulum yaitu dimensi kuantitas dan dimensi kualitas. Dimensi pertama berhubungan dengan berapa banyak program - program yang dievaluasi sedangkan dimensi kedua berhubungan dengan tujuan - tujuan apa yang disoroti dalam evaluasi dan bagaimana kualitas dari pencapaian tujuan - tujuan tersebut. Adapun variabelnya mencakup karakteristik siswa, apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dan metode mengajar, materi pelajaran, ukuran kelas, karakteristik siswa dan karakteristik guru.