A. DEFINISI METODE ILMIAH
Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam
Melakukan
suatu
kegiatan untuk mempermudah
memecahkan masalah secara teratur,
sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah
sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan
bukti fisis.
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari
metode ilmiah adalah suatu proses atau
cara keilmuan dalam melakukan proses
ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan
atau kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali
berhubungan dengan fakta, maka cara
mendapatkannya, jawaban-jawaban dari
semua pertanyaan yang ada pun harus
secara sistematis berdasarkan fakta-fakta
yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode
ilmiah adalah sangat erat atau bahkan
tak terpisahkan satu dengan lainnya.
Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini
pertanyaan-pertanyaan dasar dalam
mencari kebenaran seperti apakah yang
dimaksud, apakah benar demikian,
mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan
sebagainya, akan lebih mudah terjawab. B. SIKAP ILMIAH 1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau
sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian demi mendapatkan
sesuatu yang baru.
2. Jujur Dalam melakukan penelitian, seorang
sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu
menerima kenyataan dari hasil
penelitiannya dan tidak mengada-ada
serta tidak boleh mengubah data hasil
penelitiannya. 3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa.
Dalam melakukan penelitian terhadap
suatu masalah tidak boleh mudah putus
asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat.
Dengan data yang akurat maka
kesimpulan yang didapat juga lebih
akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti
dalam melakukan penelitian, akan
mengurangi kesalahan-kesalahan
sehingga menghasilkan data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua
yang dikemukakan harus berdasarkan
fakta yang diperoleh. Sikap objektif
didukung dengan sikap terbuka artinya
mau menerima pendapat yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang
Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim
diri kita yang paling benar atau paling
hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus
menerimanya. C. KEGUNAAN METODE ILMIAH
Dengan adanya sikap dan metode ilmiah
akan menghasilkan penemuan-
penemuan yang berkualitas tinggi dan
dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode ilmiah dalam
kehidupan manusia antara lain :
1. Membantu memecahkan
permasalahan dengan penalaran dan
pembuktian yang memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang
objektif.
3. Memecahkan atau menemukan
jawaban rahasia alam yang sebelumnya
masih teka teki. D. KRITERIA METODE ILMIAH Supaya suatu metode yang digunakan
dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut harus mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang
akan dikumpulkan dan yang dianalisa
haruslah berdasarkan fakta-fakta yang
nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya
khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2 Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat
bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan
suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan
pembuktian yang objektif. Apabila hasil
dari suatu penelitian, misalnya,
menunjukan bahwa ada ketidak
sesuaian dengan hipotesis, maka
kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun
katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh
pihak pemberi dana. 3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti
terhadap fenomena yang kompleks,
harus digunakan prinsip analisa. Semua
masalah harus dicari sebab-musabab
serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta
yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat
deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam. 4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus
dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesa harus
ada untuk mengonggokkan persoalan
serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil
yang ingin diperoleh akan mengenai
sasaran dengan tepat. Hipotesa
merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif Seorang peneliti harus selalu bersikap
objektif dalam mencari kebenaran.
Semua data dan fakta yang tersaji harus
disajikan dan dianalisis secara objektif.
Pertimbangan dan penarikan kesimpulan
harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6 Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran
kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk artibut-artibut yang tidak
dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram,
dan sebagainya harus selalu digunakan
Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh
mata memandang, sehitam aspal, sejauh
sebatang rokok, dan sebagai¬nya
Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal,
ranking dan rating. E. LANGKAH – LANGKAH METODE
ILMIAH
1. Karakterisasi (Observasi dan
Pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama
yang relevan yang dimiliki oleh subjek
yang diteliti. Selain itu, proses ini juga
dapat melibatkan proses penentuan
(definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan/atau perhitungan yang
cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan
dalam suatu tempat yang terkontrol,
seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses
atau dimanipulasi seperti bintang atau
populasi manusia. Proses pengukuran
sering memerlukan peralatan ilmiah
khusus seperti termometer, spektroskop,
atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat
dengan penemuan peralatan semacam
itu.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya
ditabulasikan dalam tabel, digambarkan
dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika
seperti korelasi dan regresi. Pengukuran
dalam karya ilmiah biasanya juga disertai
dengan estimasi ketidakpastian hasil
pengukuran tersebut. Ketidakpastian
tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas
kuantitas yang diukur.
1. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau
dugaan sementara tentang penyelesaian
masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan
memungkinkan prediksi berdasarkan
deduksi. Prediksi tersebut mungkin
meramalkan hasil suatu eksperimen
dalam laboratorium atau observasi suatu
fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat
statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi
tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar
akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil
tersebut menambah probabilitas bahwa
hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah
benar. Jika hasil yang diramalkan sudah
diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan
seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat
diobservasi, hipotesis yang mendasari
prediksi tersebut belumlah berguna bagi
metode bersangkutan dan harus
menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau
teori baru boleh jadi memungkinkan
eksperimen untuk dapat dilakukan. Yang
perlu diingat, jika menurut hasil pengujian
ternyata hipotesis tidak benar bukan
berarti penelitian yang dilakukan salah. 2. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Perhitungkan semua variabel, yaitu
semua yang berpengaruh pada
eksperimen. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu
hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil eksperimen secara mutlak bisa
menyalahkan suatu hipotesis bila hasil
eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis.
Bergantung pada prediksi yang dibuat,
berupa-rupa eksperimen dapat
dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen,
untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti
efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan
membantu dalam reproduksi
eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol. Varibel bebas merupakan
variabel yang dapat diubah secara
bebas. Variabel terikat adalah variabel
yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas.
Variabel kontrol adalah variabel yang
selama eksperimen dipertahankan tetap.
• Usahakan hanya satu variabel bebas
selama eksperimen.
• Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan
konstan Catat hasil eksperimen secara
lengkap dan seksama.
3. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah merupakan suatu proses
yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang
ilmuwan mungkin saja mengulangi
langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu.
Ketidakberhasilan untuk membentuk
hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang
subjek yang sedang dipelajari.
Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam
menghasilkan prediksi yang menarik dan
teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian.
Ketidakberhasilan eksperimen dalam
menghasilkan sesuatu yang menarik
dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan ulang metode
eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi
subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan
lain memulai penelitian mereka sendiri
dan memasuki proses tersebut pada
tahap yang manapun.
Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk
hipotesis mereka sendiri, atau
mengadopsi hipotesis yang telah dibuat
dan mendeduksikan prediksi mereka
sendiri. Sering kali eksperimen dalam
proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi
didasarkan pada eksperimen yang
dilakukan oleh orang lain.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai
dengan hipotesis :
• Jangan ubah hipotesis • Jangan abaikan hasil eksperimen
• Berikan alasan yang masuk akal
mengapa tidak sesuai
• Berikan cara-cara yang mungkin
dilakukan selanjutnya untuk menemukan
penyebab ketidaksesuaian • Bila cukup waktu lakukan eksperimen
sekali lagi atau susun ulang e/ksperimen.
kegiatan untuk mempermudah
memecahkan masalah secara teratur,
sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah
sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan
bukti fisis.
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari
metode ilmiah adalah suatu proses atau
cara keilmuan dalam melakukan proses
ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan
atau kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali
berhubungan dengan fakta, maka cara
mendapatkannya, jawaban-jawaban dari
semua pertanyaan yang ada pun harus
secara sistematis berdasarkan fakta-fakta
yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode
ilmiah adalah sangat erat atau bahkan
tak terpisahkan satu dengan lainnya.
Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini
pertanyaan-pertanyaan dasar dalam
mencari kebenaran seperti apakah yang
dimaksud, apakah benar demikian,
mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan
sebagainya, akan lebih mudah terjawab. B. SIKAP ILMIAH 1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau
sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian demi mendapatkan
sesuatu yang baru.
2. Jujur Dalam melakukan penelitian, seorang
sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu
menerima kenyataan dari hasil
penelitiannya dan tidak mengada-ada
serta tidak boleh mengubah data hasil
penelitiannya. 3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa.
Dalam melakukan penelitian terhadap
suatu masalah tidak boleh mudah putus
asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat.
Dengan data yang akurat maka
kesimpulan yang didapat juga lebih
akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti
dalam melakukan penelitian, akan
mengurangi kesalahan-kesalahan
sehingga menghasilkan data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua
yang dikemukakan harus berdasarkan
fakta yang diperoleh. Sikap objektif
didukung dengan sikap terbuka artinya
mau menerima pendapat yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang
Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim
diri kita yang paling benar atau paling
hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus
menerimanya. C. KEGUNAAN METODE ILMIAH
Dengan adanya sikap dan metode ilmiah
akan menghasilkan penemuan-
penemuan yang berkualitas tinggi dan
dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode ilmiah dalam
kehidupan manusia antara lain :
1. Membantu memecahkan
permasalahan dengan penalaran dan
pembuktian yang memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang
objektif.
3. Memecahkan atau menemukan
jawaban rahasia alam yang sebelumnya
masih teka teki. D. KRITERIA METODE ILMIAH Supaya suatu metode yang digunakan
dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut harus mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang
akan dikumpulkan dan yang dianalisa
haruslah berdasarkan fakta-fakta yang
nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya
khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2 Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat
bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan
suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan
pembuktian yang objektif. Apabila hasil
dari suatu penelitian, misalnya,
menunjukan bahwa ada ketidak
sesuaian dengan hipotesis, maka
kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun
katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh
pihak pemberi dana. 3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti
terhadap fenomena yang kompleks,
harus digunakan prinsip analisa. Semua
masalah harus dicari sebab-musabab
serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta
yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat
deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam. 4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus
dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesa harus
ada untuk mengonggokkan persoalan
serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil
yang ingin diperoleh akan mengenai
sasaran dengan tepat. Hipotesa
merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif Seorang peneliti harus selalu bersikap
objektif dalam mencari kebenaran.
Semua data dan fakta yang tersaji harus
disajikan dan dianalisis secara objektif.
Pertimbangan dan penarikan kesimpulan
harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6 Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran
kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk artibut-artibut yang tidak
dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram,
dan sebagainya harus selalu digunakan
Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh
mata memandang, sehitam aspal, sejauh
sebatang rokok, dan sebagai¬nya
Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal,
ranking dan rating. E. LANGKAH – LANGKAH METODE
ILMIAH
1. Karakterisasi (Observasi dan
Pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama
yang relevan yang dimiliki oleh subjek
yang diteliti. Selain itu, proses ini juga
dapat melibatkan proses penentuan
(definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan/atau perhitungan yang
cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan
dalam suatu tempat yang terkontrol,
seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses
atau dimanipulasi seperti bintang atau
populasi manusia. Proses pengukuran
sering memerlukan peralatan ilmiah
khusus seperti termometer, spektroskop,
atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat
dengan penemuan peralatan semacam
itu.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya
ditabulasikan dalam tabel, digambarkan
dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika
seperti korelasi dan regresi. Pengukuran
dalam karya ilmiah biasanya juga disertai
dengan estimasi ketidakpastian hasil
pengukuran tersebut. Ketidakpastian
tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas
kuantitas yang diukur.
1. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau
dugaan sementara tentang penyelesaian
masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan
memungkinkan prediksi berdasarkan
deduksi. Prediksi tersebut mungkin
meramalkan hasil suatu eksperimen
dalam laboratorium atau observasi suatu
fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat
statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi
tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar
akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil
tersebut menambah probabilitas bahwa
hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah
benar. Jika hasil yang diramalkan sudah
diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan
seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat
diobservasi, hipotesis yang mendasari
prediksi tersebut belumlah berguna bagi
metode bersangkutan dan harus
menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau
teori baru boleh jadi memungkinkan
eksperimen untuk dapat dilakukan. Yang
perlu diingat, jika menurut hasil pengujian
ternyata hipotesis tidak benar bukan
berarti penelitian yang dilakukan salah. 2. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Perhitungkan semua variabel, yaitu
semua yang berpengaruh pada
eksperimen. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu
hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil eksperimen secara mutlak bisa
menyalahkan suatu hipotesis bila hasil
eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis.
Bergantung pada prediksi yang dibuat,
berupa-rupa eksperimen dapat
dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen,
untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti
efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan
membantu dalam reproduksi
eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol. Varibel bebas merupakan
variabel yang dapat diubah secara
bebas. Variabel terikat adalah variabel
yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas.
Variabel kontrol adalah variabel yang
selama eksperimen dipertahankan tetap.
• Usahakan hanya satu variabel bebas
selama eksperimen.
• Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan
konstan Catat hasil eksperimen secara
lengkap dan seksama.
3. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah merupakan suatu proses
yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang
ilmuwan mungkin saja mengulangi
langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu.
Ketidakberhasilan untuk membentuk
hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang
subjek yang sedang dipelajari.
Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam
menghasilkan prediksi yang menarik dan
teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian.
Ketidakberhasilan eksperimen dalam
menghasilkan sesuatu yang menarik
dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan ulang metode
eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi
subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan
lain memulai penelitian mereka sendiri
dan memasuki proses tersebut pada
tahap yang manapun.
Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk
hipotesis mereka sendiri, atau
mengadopsi hipotesis yang telah dibuat
dan mendeduksikan prediksi mereka
sendiri. Sering kali eksperimen dalam
proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi
didasarkan pada eksperimen yang
dilakukan oleh orang lain.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai
dengan hipotesis :
• Jangan ubah hipotesis • Jangan abaikan hasil eksperimen
• Berikan alasan yang masuk akal
mengapa tidak sesuai
• Berikan cara-cara yang mungkin
dilakukan selanjutnya untuk menemukan
penyebab ketidaksesuaian • Bila cukup waktu lakukan eksperimen
sekali lagi atau susun ulang e/ksperimen.