Thursday, 26 May 2016

CONTOH MAKALAH “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN





MAKALAH
                     ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAFSIR”
Oleh Dosen Pengampu : Saghlul Fitrian Djalal, Lc
Disusun Oleh : Kelompok VII
1.      Ach. Muntaha (18201501020004)
2.      Dewi Raragita S. (182015010200)
3.      Ummi Maulidatussyarifah (182015010200)




 


 









JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY PPENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik Allah SWT. Solawat beserta salam selalu tercurah limpahkan pada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai kelompok-VII mampu menyelesaikan tugas makalah ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah “TAFSIR” .
Al-Quran adalah firman Allah, petunjuk bagi kehidupan manusia dalam meniti kehidupannya. Dalam Al-quran terdapat banyak pedoman yang bisa mengantarkan manusia menuju jalan kebahagiaan yang haqiqi. Untuk itu perlunya pemahaman akan kandungan ayat-ayat dalam Al-quran, agar kita terhindar dari ketidak tahuan yang menyesatkan.
Makalah yang akan kami bahas berjudul “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN’, ini merupakan karya yang di hasilkan oleh rasa keingin tahuan kami tentang kandungan ayat- ayat Al-quran yang ingin kita bahas.







DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................  I
DAFTAR ISI  .......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
A.    Prolog ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Penafsiran QS. Al An’am : 74-83 ................................................................. 3
B.     Penafsiran QS. At-Taubah : 38-40 ................................................................ 11
C.     Penafsiran QS. Yusuf :87 ............................................................................. 17
D.    QS. Ar-Ra’ad : 2 ........................................................................................... 19
E.     QS. Al-Bayyinah 6-8 .................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27


 











BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
 Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana  mungkin  manusia dapat  menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur¶an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur¶an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.











BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
 Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana  mungkin  manusia dapat  menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Quran tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Quran mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.
























BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar, kita mungkin sedikit mengetahui yang dimaksud dengan instrumen, dan sekarang kami akan menjelaskannya secara global namun lebih mengkerucut disertai dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa itu Instrumen Pendidikan. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Ada beberapa Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai instrumen pendidikan. Yakni sebagai berikut :
A. Penafsiran QS. Al An’am : 74-83
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ   (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (٧٨) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ  (٧٩)وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ (٨٠) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٨١(الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (٨٣)[1]
Dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.(74).Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.(75).Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.(78)“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”.(79).[2]Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?(80).Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu
.
1.    Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab ‘ya’, maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang tersebut. “Orang-orang yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka dengan kedzaliman (syirik)...”[3]

2.    Kosa Kata
v  ضَلالٍ                : Kesesatan
v  نُرِي                   : Kami Memperlihatkan
v  أَفَلَ                    : Bintang sirna
v  بَرِيءٌ                 : Berlepas
v  فَطَرَ                   : Menciptakan
v  لَمْ يَلْبِسُوا                        : Tidak mencampuradukkan

3.    Korelasi
            Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi Ibrahim yang bernama Azar selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi petunjuk pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.

4.    Penafsiran Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”
(dan) ingatlah (di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan nama aslinya adalah tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan?) yang kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.(Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar(yang nyata”.) yang jelas
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada Ibrahim, yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat mengambil kesimpulantentang kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.) terhadap tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada lafal qaala[4]
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ  
Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah bintang zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di sanadang oleh mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh Nabi Ibrahaim ini tidak mampan pada diri mereka.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi Ibrahim kepada kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi ternyata apa yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.[5]
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
(Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inilah) dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya mudzakar(tuhanku yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala matahari itu tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan kepada penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa yang kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ 
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah(kepada tuhan yang telah menciptakan) yeng telah mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah swt.(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.[6]
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya) ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengnai agama yang di peluknya itu, lalu mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan kejeekan.(dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya, yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah  yang telah memmberiku petunjuk kepada keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu persekutukan) dia (dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala tersebut; mereka tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka tidak memiliki kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan malapetaka kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?)  dari padanya kemudian kamu mau beriman.[7]
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula kemanfaatan, (padahal kamu tidak takut) kepada Allah ( bahwasannya kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya ( atas kamu suatu hujjahpun) untuk mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan bukti padahal Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika kamu mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan darimalapetaka itu?  Yang dimaksud dengan kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah berfirman:[8]
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
5.    Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat dipetik dari penafsiran beberapa ayat diatas adalah :
1.      Media atau alat yang diberikan Allah untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada dalam dunia pendidikan (jika kita lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan berhala sebagai sesembahannya. Maka sesungguhnya Allah telah memberikan beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar supaya manusia itu lebih memikirkan) dimana pendidik dan peserta didik saling berkolaborasi, agar materi yang dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada peserta didik dan mudah dianalisa, jika adanya instrumen yang mendukung dalam pemberian penjelasan ketika belajar.
2.      Di dunia dan akhirat, seperti kepada Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena dengan ilmu Allah meninggikan hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya, maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana perbuatannya akan diperhatikan, jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk menyinari, dan dengan ilmunya seseorang berjalan di kegelapan.
3.      Oleh karenanya Dia tidak meletakkan ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang layak, dan Dia mengetahui siapakah yang berhak menerima dan memperolehnya.

B. Penafsiran QS. At-Taubah : 38-40

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚأَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ( 38)إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(39)إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖفَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(40)

Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit (38). Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (39). Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (40).[9]
1.    Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah penaklukkan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu : “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?...
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk berangkat perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih…”Dan Dia mencegah hujan turun kepada mereka, dan itulah azab bagi mereka.”

2.    Kosakata
v  يَسْتَبْدِلْ           : Menggantikan
v  نَصَر              : Menolong
v  سَكِينَتَهُ           : Ketenangan
v  السُّفْلَىٰ          : Rendah
v  الْعُلْيَا             : Tinggi
3.    Kolerasi (Munasabah)
Surat At- taubah ayat 38 berkorelasi dengan ayat sesudahnya yaitu ayat 41 yang disana tertuliskan dimana perintah untuk “berangkat”  انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ kepada kaum nabi Muhammad dalam ayat 38 karena mereka ingin menetap ditempat mereka berada dan tidak ingin meninggalkan tempat tersebut, dan pada ayat 41 dijelaskan bahwa sesungguhnya lebih baik apabila kamu berangkat untuk berjihad dijalan Allah meski dengan rasa ringan ataupun berat (terpaksa). Karena yang demikian itu lebih baik, jika kamu mengetahui.[10]

4.    Penafsiran Ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Hai orang-orang yang beriman
Ayat ini ditujukan kepada orang-orang mu’min, maka sebaiknya kita memperhatikan dengan seksama  apa yang hendak disampaikan.
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
Ayat ini merupakan permulaan celaan terhadap orang yang tidak ikut perang tabuk bersama Rasulullah tatkala buah mulai masak, dan naungan lebih menyenangkan karena udara sangat panas, dan beratnya musim panceklik, maka Allah ta’ala berfirman “hai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepadamu, ‘berangkatlah dijalan Allah’” yakni, apabila kamu diseru untuk berjihad dijalan Allah, “lalu kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?”, yakni kamu merasa malas dan lebih senang untuk tinggal ditempat sambil berteduh dan menanti datangnya buah.

أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
“Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni, apakah kamu melakukan hal itu karena kamu lebih menyukai dunia sebagai pengganti akhirat?.
Kemudian Allah ta’ala menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong untuk meraih akhirat. Maka Allah berfirman “kenikmatan kehidupan dunia itu hanyalah sedikit dibandingkan dengan kehidupan diakhirat”.[11]


إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain.
Kemudian Allah ta’ala mengancam orang yang tidak berjihad. Maka Dia berfirman “Jika kamu tidak berangkat, niscaya Allah mengadzabmu dengan adzab yang pedih.” Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW meminta kepada penduduk arab supaya berangkat. Lalu mereka merasa berat, maka Allah menahan hujan bagi mereka. Itulah adzab untuk mereka. “dan digantinya dengan kaum lain”. Yakni, karena nabinya ditolong, dan agamanya didirikan. Sebgaimana Allah ta’ala berfirman “dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantimu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kamu. (Muhammad :38).
وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Firman Allah ta’ala, “kamu tidak akan dapat memberi mudharat kepada-Nya sedikitpun” yakni, kamu tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, karena kamu tidak mengikuti jihad dan kamu menrasa enggan untuk melakukannya. “Allah maha kuasa atas segala sesuatu” yakni, Allah maha kuasa untuk memberikan pertolongan kepada kaum muslimin tanpa bantuan kamu.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."
Ayat ini menyinggung konspirasi orang-orang Musyrik untuk membunuh Nabi. Karena sudah barang tentu program-program mereka tidak bisa diharapkan akan sejalan dengan program Nabi dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk menghabisi Nabi namun mereka merancang agar pembunuhan itu tidak dilakukan oleh seorang dari sebuah kabilah. Karena itulah mereka menjadwalkan agar setiap kabilah mengirim seorang utusannya, sehingga nantinya mereka dalam sebuah kelompok melakukan penggerebekan ke rumah Nabi dan menghabisi Nabi secara bersama-sama.
Akan tetapi Allah Swt Yang Maha Tahu telah memberi tahu kepada Nabi-Nya atas konspirasi kaum Musyrikin ini dan Nabi pun melakukan gerakan penyelamatan yang tidak diketahui oleh para musuh tersebut. Beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk tinggal dan tidur ditempat tidur Nabi, sehingga para mata-mata  musuh terkecoh dan tidak mengetahui gerakan Nabi yang keluar dari kota Mekah. Nabi keluar dari rumah beliau diiringi oleh sahabat Abu Bakar yang bersama-sama menuju ke gua Tsur di selatan Mekkah. [12]
Setelah musuh mengetahui tentang keluarnya Nabi, mereka mengejar ke arah gua, akan tetapi mereka melihat bahwa mulut gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba. Bahkan di sebelah gua itu ada seekor merpati yang sedang bertelur, sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki gua itu dengan alasan bila ada orang yang baru masuk kedalam gua tersebut pastilah sarang laba-laba itu sudah rusak dan merpati itu juga tidak tinggal di sebelah gua tersebut. Setelah 3 hari Nabi tinggal di dalam gua Tsur tersebut, Nabi lalu berhijrah ke arah Madinah.[13]
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Yakni, Allah menegarkan, menolong dan membantu Rasulullah saw (serta) Abu Bakar. “Dan dia membantunya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya”. Yaitu, para malaikat “dia menjadikan kalimat-kalimat orang kafir itu rendah dan kalimat Allah lah yang tinggi. Karena itulah ayat ini menyinggung peristiwa hijrahnya Nabi yang bila tidak karena bantuan dan pertolongan Allah, beliau Saw tidak akan mungkin bisa lepas dan selamat dari kejaran orang-orang Musyrik itu. Di sini, orang-orang yang enggan membantu Nabi dalam berbagai kondisi khususnya pada perang Tabuk telah mendapat celaan dan mengatakan, "Saat itu Nabi tidak memiliki bala bantuan dan penolong, maka Allah Swt tidak akan pernah membiarkan Nabi-Nya sendirian dan beliau dalam keadaan terhina. Karena itu laksanakanlah kewajiban kalian dan ketahuilah bahwa rancangan konspirasi orang-orang Kafir dan Musyrik akan gagal sia-sia, sedang nama Islam dan Allah tetap abadi.[14]

5.    Kesimpulan Ayat
1.      Balasan dan siksa akibat meninggalkan jihad adalah kehinaan dan kerugian di dunia, namun kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Karena itu janganlah kalian menyangka bahwa dengan meninggalkan jihad kalian akan memperoleh ketenangan, keamanan ataupun kesejahtaraan dalam urusan dunia kalian.
2.      Menjunjung tinggi atau menentang perintah Allah tidak mendatangkan manfaat dan kerugian bagi Allah. Karena itu, hal ini bukan kita memberikan kemuliaan bagi Tuhan, dan tidak pula menunjukkan Dia memerlukan pada hal tersebut.
3.      Kelestarian dan keabadian Islam tidak tergantung pada dukungan dan penjagaan kita, akan tetapi Allah sendirilah yang menjaga agama suci-Nya. Karena itu kita tidak boleh berbangga diri dalam menjaga dan membela agama Allah ini.
4.      Ketenangan dan ketentraman manusia adalah salah satu anugerah Allah. Karena itu ia tidak memerlukan terwujudnya sarana materi.
5.      Kehendak Allah di atas segala keinginan dan konspirasi orang-orang Kafir yang pada gilirannya perbuatan makar dan konspirasi mereka akan gagal dan hancur.
C.     Penafsiran QS : Yusuf Ayat 87
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
1.    Kosa Kata
v  تَحَسَّسُوا              : Selidiki
v  لَا تَيْأَسُوا             : Janganlah berputus asa
2.    Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat 87 nabi ya’qub mengutus para putranya untuk mencari atau menyelidiki berita tentang yusuf serta saudaranya bunyamin. Dan nabi ya’qub berpesan dan mengharapkan supaya mereka tidak berputus asa kepada Allah swt. Dan ayat ini sebelumnya telah ditegaskan pada ayat 80 dimana, salah satu saudara dari mereka merasa berputus asa dalam pencarian bunyamin, maka tidak seharusnya mereka berputus asa dari rahmat serta pengharapan Allah swt, karena sesungguhnya sikap berputus asa adalah milik orang-orang kafir (tidak baik).
3.    Penafsiran Ayat
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
     Allah ta’ala memberitahukan tentang Ya’qub AS, bahwa dia menganjurkan kepada anak-anaknya agar menyelidiki berita tentang Yusuf dan saudaranya[15] Bunyamin.[16]Pada pembahasan yang lalu telah disinggung bahwa sewaktu putra-putra Ya'qub as memberitahukan kepada ayah mereka bahwa Benyamin ditahan di Mesir, maka ayah mereka mengingat peristiwa yang menimpa putranya, Yusuf. Beliau pun memohon dan mengadu kepada Allah Swt seraya meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi jalan keluar mengenai masalah yang sedang dihadapinya itu. Oleh karena Nabi Ya'qub as sebelumnya telah mengetahui mimpi yang dialami oleh Yusuf ketika masih remaja, dan meyakini bahwa putranya ini masih hidup dan akan mencapai kedudukan yang tinggi dan mulia, maka Ya'qub as berkata kepada putra-putranya, "Sekali lagi pergilah ke Mesir, untuk mencari informasi tentang Yusuf dan membanya ke mari. Juga carilah jalan untuk membebaskan saudara kalian, Benyamin dan mereka semua kembali kepadaku."[17]
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Ya’qub mengharapkan agar mereka tidak berputus asa dan putus harapan kepada Allah ta’ala dari tujuan yang mereka kehendaki.Dalam rangka mendorong anak-anaknya agar tetap bersemangat mencari informasi tentang Yusuf dan membebaskan saudara mereka, Benyamin, Nabi Ya'qub as berkata kepada mereka berkata kepada mereka bahwa seorang mukmin dalamkeadaan bagaimanapun tidak boleh berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah swt. Karena putus asa dari rahmat Allah adalah tanda-tanda kekafiran. Kata-kata "rauh" yang dipakai dalam ayat ini berasal dari kata "rih" yang berarti angin. Dengan demikian kata rauh berartisemangat. Karena dengan hembusan angin segar, seseorang akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Sebagian lain mufassir, mengartikan kata tersebut sebagai "jiwa". Karena dengan terbukanya pintu usaha dan tersingkirnya kesulitan, seseorang akan memperoleh jiwa segar. Sesungguhnya tiada yang putus harapan dan tiada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir. [18]

4.    Kesimpulan Ayat
1.      Untuk memperoleh pertolongan dan rahmat Allah, orang harus bergerak dan berusaha bukan dengan duduk berdiam diri di dalam rumah danmenunggu turunnya rahmat ilahi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, jika kita ingin meraih apa yang kita mau dalam bidang pendidikan, hendaklah kita berusaha dengan keras dan tidak bermalas malasan Nabi Ya'qub berkata kepada putra-putranya, "Untuk menemukan Yusuf kalian harus bergerak dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.
2.      Auliya Allah selalu mendorong manusia untuk tetap berharap kepada rahmat dan pertolongan Allah. Akan tetapi mereka yang membuat orang lain.

D. Penafsiran QS. Ar-Ra’ad : 2
اللَّهُالَّذِيرَفَعَالسَّمَاوَاتِبِغَيْرِعَمَدٍتَرَوْنَهَاثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِوَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّىيُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِلَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.[19]
1.    Kosa Kata
v عَمَدٍ              :  Jamak dari  عمود  yang berarti tiang
v الْآيَاتِ            : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan, matahari

2.    Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah swt bersemayam di atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan. Dia menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).
3.    Penafsiran Ayat
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat
Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja. Langit itu menjulang tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui,  kalian melihatnya tanpa tiang yangmenjadi sandaran dari bawahnya,  dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah.[20]
ثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini, kebersemayaman yang sesuai dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan kerajaan-Nya dengan peraturan yang sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid an kokoh sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat sepeti ini telah di uraikan dalam surat Al-A’raf dan Yunus.

وَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّى
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan
Dia menundukkan matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat kepada-Nya untuk memberikan manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing keduanya berjalan pada orbitnya untuk waktu tertentu,  matahari membelah orbitnya selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan. Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah ditetapkan oleh Allah.[21]

يُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu kepada siapapun yang Dia kehendaki  di antara para hamba-Nya. Pengaturannya terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada urusan yang lain.
Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan yang wujud dengan tatanan yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu, dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak terpisahka antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga matahari yang terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam gerakannya saling berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang telah ditetapkan Allah baginya.
لَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu
Dengan harapan, kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit tanpa tiang, serta mengatur urusan dengan rapi dan teratur, kuasa pula untuk membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali orang-orang mati dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan atas amal. Jika amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula; dan jika buruk, maka balasan itupun akan buruk pula.[22]
4.    Kesimpulan Ayat
1.      Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk mendirikan bumi dan hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media nontekstual atau can’t look with eyes, dimana hanya orang-orang yang berfikirlah yang mampu menganalisa apa yang telah Allah berikan petunjuk.
2.      Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang berbentuk atau yang bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa menyentuh hati juga fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.

E. Penafsiran QS. Al-Bayyinnah 6-8
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [Al-Bayyinah:6-7]Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya. [al-Bayyinah/98:8]
1.    Asbabun Nuzul
Ada beberapa sahabat mengungkapkan, cerita ini merupakan sebab turunnya surat Al-bayyinah ayat 1-8 namun ada pula beberapa yang berihtilaf mengenai hal ini. Berikut kisahnya, Ubay ibn Ka'b adalah penduduk Yatsrib yang sangat cerdas. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Yatsrib,[23] ia langsung bergabung dan menyatakan keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke Yatsrib.Karena perannya itu , suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".Dengan takjub Ubay menjawab : "Allah menyebutkan namaku kepadamu..?". "Ya... Dia menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".Lalu Rasulullah menyampaikan ayat Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya : (yaitu surat Al-Bayyinah ayat 1-8) Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan Rasulullah kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang diberikan Allah melebihi sahabat lainnya.[24]
2.    Kosa Kata
v أَهْلِالْكِتَابِ               : Orang-orang ahli kitab
v شَرُّالْبَرِيَّةِ               : Seburuk-buruknya makhluk
v خَيْرُالْبَرِيَّةِ              : Sebaik-baiknya makhluk
v خَشِيَ                    : Takut
3.    Kolerasi
Pada ayat 6 surat Al-Bayyinah menjelaskan mengenai orang-orang kafir dari golongan ahli kitab. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya, bahwa golongan ahli kitab tidak akan terpecah belah setelah datang epada mereka bukti yang nyata dari Allah swt (Al-Bayyinah : 4)
4.    Penafsiran Ayat
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya baik dari ahli kitab maupun orang-orang musyrik, bahwa mereka nanti pada hari kiamat akan dimasukkan ke neraka Jahannam dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan orang-orang shaleh yang telah beriman dengan hati mereka dan melakukan amal kebajikan dengan jasad mereka, bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluk.[25]
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya
Dalam ayat di atas Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa balasan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di sisi Tuhan mereka nanti pada hari kiamat adalah surga ‘Adn, mereka menetap di sana selama-lamanya, tidak akan pernah keluar darinya, dan juga tidak akan mati. Di bawah pepohonan-nya terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Allah Azza wa Jalla ridha terhadap ketaatan yang telah mereka lakukan di dunia.., begitu pula sebaliknya merekapun ridha terhadap pemberian Allah Azza wa Jalla berupa (nikmat) pahala dan kemuliaan, sebagai balasan atas perbuatan baik mereka ketika di dunia.Pemberian tersebut akan diberikan oleh Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat nanti kepada orang yang beriman dan beramal shaleh serta takut kepada Allah Azza wa Jalla ketika di dunia, baik di waktu sepi maupun terang-terangan, dengan terus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.[26]
5.    Kesimpulan Ayat
1.      Seorang yang ahli dalam pendidikan akan selalu disegani oleh banyak orang, dimana orang tersebut benar-benar menguasai dunia pendidikan tersebut, serta bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang lain, akan tetapi ahli kitab yang murtad disini berarti belum bisa yakin betul akan posisinya untuk apa dan bagaimana seharusnya.
2.      Orang-orang ahli kitab diperintahkan untuk mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi kesyirikan. Serta diperintahkan untuk meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam ketika Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam kitab-kitab mereka.
3.      Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah Azza wa Jalla adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat, zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
4.      Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah Azza wa Jalla ) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu, diantaranya:
1.      QS. Al An’am : 74-83
2.      QS. At-Taubah : 38-40
3.      QS : Yusuf Ayat 87
4.      QS. Ar-Ra’ad : 2
5.      QS. Al-Bayyinah 6-8
Semua telah diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana seharusnya kita mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

B.  Kritik dan Saran
Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Untuk itu kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi penulis dan para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jalaluddin As-Suyutiy,  2002 Asbabu Nuzul. Muassasu Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul, Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu dan Pendidikan Islam. Gaya media Pratama :Bekasi.
Shihab, Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.
















[1]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232
[2]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234.

[3]Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia Perindo, Jakarta : 2000) Hlm. 273.
[4] Ibid. hlm, 275
[5] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm. 119-120.
[6]Ibid, hlm. 120
[7]Ibid, hlm. 121
[8]Ibid, hlm.122
[9] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 605-607.
[10]Agus Purwanto, Al-Alim Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT.  Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 194-195.
[11]Ibid, hlm. 606.
[12] Ibid, hlm. 606.
[13]Http:// Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[14]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 607-608.
[15]Http:// Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[16]Al-ashabuni.  Shafwa Al-Tafasir. (Dar Ihya Al-Turats Al-Arabi, Beirut 1998) hlm. 187
[17]Ibid, hlm. 877.
[18]Ibid, hlm. 890
[19]Muhammad Qurash Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 4, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 142.

[20]Ibid. hlm. 144
[21]Ibid. hlm, 145-147
[22]Ibid. hlm, 147-148
[23]Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi, Kitab Asbabun Nuzul (Graha Computindo : Bekasi, 2015), hlm. 86
[24]Ibid, hlm. 87
[25]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 4 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 507
[26]Ibid. hlm, 509















MAKALAH
                     ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAFSIR”
Oleh Dosen Pengampu : Saghlul Fitrian Djalal, Lc
Disusun Oleh : Kelompok VII
1.      Ach. Muntaha (18201501020004)
2.      Dewi Raragita S. (182015010200)
3.      Ummi Maulidatussyarifah (182015010200)




 


 









JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY PPENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik Allah SWT. Solawat beserta salam selalu tercurah limpahkan pada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai kelompok-VII mampu menyelesaikan tugas makalah ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah “TAFSIR” .
Al-Quran adalah firman Allah, petunjuk bagi kehidupan manusia dalam meniti kehidupannya. Dalam Al-quran terdapat banyak pedoman yang bisa mengantarkan manusia menuju jalan kebahagiaan yang haqiqi. Untuk itu perlunya pemahaman akan kandungan ayat-ayat dalam Al-quran, agar kita terhindar dari ketidak tahuan yang menyesatkan.
Makalah yang akan kami bahas berjudul “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN’, ini merupakan karya yang di hasilkan oleh rasa keingin tahuan kami tentang kandungan ayat- ayat Al-quran yang ingin kita bahas.







DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................  I
DAFTAR ISI  .......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
A.    Prolog ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Penafsiran QS. Al An’am : 74-83 ................................................................. 3
B.     Penafsiran QS. At-Taubah : 38-40 ................................................................ 11
C.     Penafsiran QS. Yusuf :87 ............................................................................. 17
D.    QS. Ar-Ra’ad : 2 ........................................................................................... 19
E.     QS. Al-Bayyinah 6-8 .................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27


 










BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
 Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana  mungkin  manusia dapat  menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur¶an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur¶an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.











BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
 Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana  mungkin  manusia dapat  menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Quran tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Quran mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.
























BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar, kita mungkin sedikit mengetahui yang dimaksud dengan instrumen, dan sekarang kami akan menjelaskannya secara global namun lebih mengkerucut disertai dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa itu Instrumen Pendidikan. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Ada beberapa Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai instrumen pendidikan. Yakni sebagai berikut :
A. Penafsiran QS. Al An’am : 74-83
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ   (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (٧٨) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ  (٧٩)وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ (٨٠) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٨١(الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (٨٣)[1]
Dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.(74).Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.(75).Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.(78)“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”.(79).[2]Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?(80).Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu
.
1.    Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab ‘ya’, maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang tersebut. “Orang-orang yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka dengan kedzaliman (syirik)...”[3]

2.    Kosa Kata
v  ضَلالٍ                : Kesesatan
v  نُرِي                   : Kami Memperlihatkan
v  أَفَلَ                    : Bintang sirna
v  بَرِيءٌ                 : Berlepas
v  فَطَرَ                   : Menciptakan
v  لَمْ يَلْبِسُوا                        : Tidak mencampuradukkan

3.    Korelasi
            Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi Ibrahim yang bernama Azar selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi petunjuk pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.

4.    Penafsiran Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”
(dan) ingatlah (di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan nama aslinya adalah tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan?) yang kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.(Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar(yang nyata”.) yang jelas
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada Ibrahim, yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat mengambil kesimpulantentang kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.) terhadap tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada lafal qaala[4]
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ  
Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah bintang zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di sanadang oleh mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh Nabi Ibrahaim ini tidak mampan pada diri mereka.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi Ibrahim kepada kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi ternyata apa yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.[5]
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
(Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inilah) dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya mudzakar(tuhanku yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala matahari itu tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan kepada penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa yang kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ 
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah(kepada tuhan yang telah menciptakan) yeng telah mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah swt.(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.[6]
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya) ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengnai agama yang di peluknya itu, lalu mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan kejeekan.(dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya, yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah  yang telah memmberiku petunjuk kepada keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu persekutukan) dia (dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala tersebut; mereka tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka tidak memiliki kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan malapetaka kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?)  dari padanya kemudian kamu mau beriman.[7]
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula kemanfaatan, (padahal kamu tidak takut) kepada Allah ( bahwasannya kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya ( atas kamu suatu hujjahpun) untuk mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan bukti padahal Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika kamu mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan darimalapetaka itu?  Yang dimaksud dengan kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah berfirman:[8]
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
5.    Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat dipetik dari penafsiran beberapa ayat diatas adalah :
1.      Media atau alat yang diberikan Allah untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada dalam dunia pendidikan (jika kita lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan berhala sebagai sesembahannya. Maka sesungguhnya Allah telah memberikan beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar supaya manusia itu lebih memikirkan) dimana pendidik dan peserta didik saling berkolaborasi, agar materi yang dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada peserta didik dan mudah dianalisa, jika adanya instrumen yang mendukung dalam pemberian penjelasan ketika belajar.
2.      Di dunia dan akhirat, seperti kepada Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena dengan ilmu Allah meninggikan hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya, maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana perbuatannya akan diperhatikan, jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk menyinari, dan dengan ilmunya seseorang berjalan di kegelapan.
3.      Oleh karenanya Dia tidak meletakkan ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang layak, dan Dia mengetahui siapakah yang berhak menerima dan memperolehnya.

B. Penafsiran QS. At-Taubah : 38-40

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚأَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ( 38)إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(39)إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖفَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(40)

Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit (38). Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (39). Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (40).[9]
1.    Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah penaklukkan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu : “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?...
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk berangkat perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih…”Dan Dia mencegah hujan turun kepada mereka, dan itulah azab bagi mereka.”

2.    Kosakata
v  يَسْتَبْدِلْ           : Menggantikan
v  نَصَر              : Menolong
v  سَكِينَتَهُ           : Ketenangan
v  السُّفْلَىٰ          : Rendah
v  الْعُلْيَا             : Tinggi
3.    Kolerasi (Munasabah)
Surat At- taubah ayat 38 berkorelasi dengan ayat sesudahnya yaitu ayat 41 yang disana tertuliskan dimana perintah untuk “berangkat”  انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ kepada kaum nabi Muhammad dalam ayat 38 karena mereka ingin menetap ditempat mereka berada dan tidak ingin meninggalkan tempat tersebut, dan pada ayat 41 dijelaskan bahwa sesungguhnya lebih baik apabila kamu berangkat untuk berjihad dijalan Allah meski dengan rasa ringan ataupun berat (terpaksa). Karena yang demikian itu lebih baik, jika kamu mengetahui.[10]

4.    Penafsiran Ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Hai orang-orang yang beriman
Ayat ini ditujukan kepada orang-orang mu’min, maka sebaiknya kita memperhatikan dengan seksama  apa yang hendak disampaikan.
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
Ayat ini merupakan permulaan celaan terhadap orang yang tidak ikut perang tabuk bersama Rasulullah tatkala buah mulai masak, dan naungan lebih menyenangkan karena udara sangat panas, dan beratnya musim panceklik, maka Allah ta’ala berfirman “hai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepadamu, ‘berangkatlah dijalan Allah’” yakni, apabila kamu diseru untuk berjihad dijalan Allah, “lalu kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?”, yakni kamu merasa malas dan lebih senang untuk tinggal ditempat sambil berteduh dan menanti datangnya buah.

أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
“Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni, apakah kamu melakukan hal itu karena kamu lebih menyukai dunia sebagai pengganti akhirat?.
Kemudian Allah ta’ala menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong untuk meraih akhirat. Maka Allah berfirman “kenikmatan kehidupan dunia itu hanyalah sedikit dibandingkan dengan kehidupan diakhirat”.[11]


إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain.
Kemudian Allah ta’ala mengancam orang yang tidak berjihad. Maka Dia berfirman “Jika kamu tidak berangkat, niscaya Allah mengadzabmu dengan adzab yang pedih.” Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW meminta kepada penduduk arab supaya berangkat. Lalu mereka merasa berat, maka Allah menahan hujan bagi mereka. Itulah adzab untuk mereka. “dan digantinya dengan kaum lain”. Yakni, karena nabinya ditolong, dan agamanya didirikan. Sebgaimana Allah ta’ala berfirman “dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantimu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kamu. (Muhammad :38).
وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Firman Allah ta’ala, “kamu tidak akan dapat memberi mudharat kepada-Nya sedikitpun” yakni, kamu tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, karena kamu tidak mengikuti jihad dan kamu menrasa enggan untuk melakukannya. “Allah maha kuasa atas segala sesuatu” yakni, Allah maha kuasa untuk memberikan pertolongan kepada kaum muslimin tanpa bantuan kamu.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."
Ayat ini menyinggung konspirasi orang-orang Musyrik untuk membunuh Nabi. Karena sudah barang tentu program-program mereka tidak bisa diharapkan akan sejalan dengan program Nabi dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk menghabisi Nabi namun mereka merancang agar pembunuhan itu tidak dilakukan oleh seorang dari sebuah kabilah. Karena itulah mereka menjadwalkan agar setiap kabilah mengirim seorang utusannya, sehingga nantinya mereka dalam sebuah kelompok melakukan penggerebekan ke rumah Nabi dan menghabisi Nabi secara bersama-sama.
Akan tetapi Allah Swt Yang Maha Tahu telah memberi tahu kepada Nabi-Nya atas konspirasi kaum Musyrikin ini dan Nabi pun melakukan gerakan penyelamatan yang tidak diketahui oleh para musuh tersebut. Beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk tinggal dan tidur ditempat tidur Nabi, sehingga para mata-mata  musuh terkecoh dan tidak mengetahui gerakan Nabi yang keluar dari kota Mekah. Nabi keluar dari rumah beliau diiringi oleh sahabat Abu Bakar yang bersama-sama menuju ke gua Tsur di selatan Mekkah. [12]
Setelah musuh mengetahui tentang keluarnya Nabi, mereka mengejar ke arah gua, akan tetapi mereka melihat bahwa mulut gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba. Bahkan di sebelah gua itu ada seekor merpati yang sedang bertelur, sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki gua itu dengan alasan bila ada orang yang baru masuk kedalam gua tersebut pastilah sarang laba-laba itu sudah rusak dan merpati itu juga tidak tinggal di sebelah gua tersebut. Setelah 3 hari Nabi tinggal di dalam gua Tsur tersebut, Nabi lalu berhijrah ke arah Madinah.[13]
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Yakni, Allah menegarkan, menolong dan membantu Rasulullah saw (serta) Abu Bakar. “Dan dia membantunya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya”. Yaitu, para malaikat “dia menjadikan kalimat-kalimat orang kafir itu rendah dan kalimat Allah lah yang tinggi. Karena itulah ayat ini menyinggung peristiwa hijrahnya Nabi yang bila tidak karena bantuan dan pertolongan Allah, beliau Saw tidak akan mungkin bisa lepas dan selamat dari kejaran orang-orang Musyrik itu. Di sini, orang-orang yang enggan membantu Nabi dalam berbagai kondisi khususnya pada perang Tabuk telah mendapat celaan dan mengatakan, "Saat itu Nabi tidak memiliki bala bantuan dan penolong, maka Allah Swt tidak akan pernah membiarkan Nabi-Nya sendirian dan beliau dalam keadaan terhina. Karena itu laksanakanlah kewajiban kalian dan ketahuilah bahwa rancangan konspirasi orang-orang Kafir dan Musyrik akan gagal sia-sia, sedang nama Islam dan Allah tetap abadi.[14]

5.    Kesimpulan Ayat
1.      Balasan dan siksa akibat meninggalkan jihad adalah kehinaan dan kerugian di dunia, namun kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Karena itu janganlah kalian menyangka bahwa dengan meninggalkan jihad kalian akan memperoleh ketenangan, keamanan ataupun kesejahtaraan dalam urusan dunia kalian.
2.      Menjunjung tinggi atau menentang perintah Allah tidak mendatangkan manfaat dan kerugian bagi Allah. Karena itu, hal ini bukan kita memberikan kemuliaan bagi Tuhan, dan tidak pula menunjukkan Dia memerlukan pada hal tersebut.
3.      Kelestarian dan keabadian Islam tidak tergantung pada dukungan dan penjagaan kita, akan tetapi Allah sendirilah yang menjaga agama suci-Nya. Karena itu kita tidak boleh berbangga diri dalam menjaga dan membela agama Allah ini.
4.      Ketenangan dan ketentraman manusia adalah salah satu anugerah Allah. Karena itu ia tidak memerlukan terwujudnya sarana materi.
5.      Kehendak Allah di atas segala keinginan dan konspirasi orang-orang Kafir yang pada gilirannya perbuatan makar dan konspirasi mereka akan gagal dan hancur.
C.     Penafsiran QS : Yusuf Ayat 87
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
1.    Kosa Kata
v  تَحَسَّسُوا              : Selidiki
v  لَا تَيْأَسُوا             : Janganlah berputus asa
2.    Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat 87 nabi ya’qub mengutus para putranya untuk mencari atau menyelidiki berita tentang yusuf serta saudaranya bunyamin. Dan nabi ya’qub berpesan dan mengharapkan supaya mereka tidak berputus asa kepada Allah swt. Dan ayat ini sebelumnya telah ditegaskan pada ayat 80 dimana, salah satu saudara dari mereka merasa berputus asa dalam pencarian bunyamin, maka tidak seharusnya mereka berputus asa dari rahmat serta pengharapan Allah swt, karena sesungguhnya sikap berputus asa adalah milik orang-orang kafir (tidak baik).
3.    Penafsiran Ayat
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
     Allah ta’ala memberitahukan tentang Ya’qub AS, bahwa dia menganjurkan kepada anak-anaknya agar menyelidiki berita tentang Yusuf dan saudaranya[15] Bunyamin.[16]Pada pembahasan yang lalu telah disinggung bahwa sewaktu putra-putra Ya'qub as memberitahukan kepada ayah mereka bahwa Benyamin ditahan di Mesir, maka ayah mereka mengingat peristiwa yang menimpa putranya, Yusuf. Beliau pun memohon dan mengadu kepada Allah Swt seraya meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi jalan keluar mengenai masalah yang sedang dihadapinya itu. Oleh karena Nabi Ya'qub as sebelumnya telah mengetahui mimpi yang dialami oleh Yusuf ketika masih remaja, dan meyakini bahwa putranya ini masih hidup dan akan mencapai kedudukan yang tinggi dan mulia, maka Ya'qub as berkata kepada putra-putranya, "Sekali lagi pergilah ke Mesir, untuk mencari informasi tentang Yusuf dan membanya ke mari. Juga carilah jalan untuk membebaskan saudara kalian, Benyamin dan mereka semua kembali kepadaku."[17]
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Ya’qub mengharapkan agar mereka tidak berputus asa dan putus harapan kepada Allah ta’ala dari tujuan yang mereka kehendaki.Dalam rangka mendorong anak-anaknya agar tetap bersemangat mencari informasi tentang Yusuf dan membebaskan saudara mereka, Benyamin, Nabi Ya'qub as berkata kepada mereka berkata kepada mereka bahwa seorang mukmin dalamkeadaan bagaimanapun tidak boleh berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah swt. Karena putus asa dari rahmat Allah adalah tanda-tanda kekafiran. Kata-kata "rauh" yang dipakai dalam ayat ini berasal dari kata "rih" yang berarti angin. Dengan demikian kata rauh berartisemangat. Karena dengan hembusan angin segar, seseorang akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Sebagian lain mufassir, mengartikan kata tersebut sebagai "jiwa". Karena dengan terbukanya pintu usaha dan tersingkirnya kesulitan, seseorang akan memperoleh jiwa segar. Sesungguhnya tiada yang putus harapan dan tiada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir. [18]

4.    Kesimpulan Ayat
1.      Untuk memperoleh pertolongan dan rahmat Allah, orang harus bergerak dan berusaha bukan dengan duduk berdiam diri di dalam rumah danmenunggu turunnya rahmat ilahi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, jika kita ingin meraih apa yang kita mau dalam bidang pendidikan, hendaklah kita berusaha dengan keras dan tidak bermalas malasan Nabi Ya'qub berkata kepada putra-putranya, "Untuk menemukan Yusuf kalian harus bergerak dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.
2.      Auliya Allah selalu mendorong manusia untuk tetap berharap kepada rahmat dan pertolongan Allah. Akan tetapi mereka yang membuat orang lain.

D. Penafsiran QS. Ar-Ra’ad : 2
اللَّهُالَّذِيرَفَعَالسَّمَاوَاتِبِغَيْرِعَمَدٍتَرَوْنَهَاثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِوَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّىيُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِلَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.[19]
1.    Kosa Kata
v عَمَدٍ              :  Jamak dari  عمود  yang berarti tiang
v الْآيَاتِ            : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan, matahari

2.    Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah swt bersemayam di atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan. Dia menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).
3.    Penafsiran Ayat
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat
Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja. Langit itu menjulang tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui,  kalian melihatnya tanpa tiang yangmenjadi sandaran dari bawahnya,  dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah.[20]
ثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini, kebersemayaman yang sesuai dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan kerajaan-Nya dengan peraturan yang sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid an kokoh sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat sepeti ini telah di uraikan dalam surat Al-A’raf dan Yunus.

وَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّى
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan
Dia menundukkan matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat kepada-Nya untuk memberikan manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing keduanya berjalan pada orbitnya untuk waktu tertentu,  matahari membelah orbitnya selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan. Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah ditetapkan oleh Allah.[21]

يُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu kepada siapapun yang Dia kehendaki  di antara para hamba-Nya. Pengaturannya terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada urusan yang lain.
Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan yang wujud dengan tatanan yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu, dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak terpisahka antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga matahari yang terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam gerakannya saling berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang telah ditetapkan Allah baginya.
لَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu
Dengan harapan, kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit tanpa tiang, serta mengatur urusan dengan rapi dan teratur, kuasa pula untuk membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali orang-orang mati dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan atas amal. Jika amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula; dan jika buruk, maka balasan itupun akan buruk pula.[22]
4.    Kesimpulan Ayat
1.      Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk mendirikan bumi dan hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media nontekstual atau can’t look with eyes, dimana hanya orang-orang yang berfikirlah yang mampu menganalisa apa yang telah Allah berikan petunjuk.
2.      Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang berbentuk atau yang bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa menyentuh hati juga fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.

E. Penafsiran QS. Al-Bayyinnah 6-8
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [Al-Bayyinah:6-7]Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya. [al-Bayyinah/98:8]
1.    Asbabun Nuzul
Ada beberapa sahabat mengungkapkan, cerita ini merupakan sebab turunnya surat Al-bayyinah ayat 1-8 namun ada pula beberapa yang berihtilaf mengenai hal ini. Berikut kisahnya, Ubay ibn Ka'b adalah penduduk Yatsrib yang sangat cerdas. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Yatsrib,[23] ia langsung bergabung dan menyatakan keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke Yatsrib.Karena perannya itu , suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".Dengan takjub Ubay menjawab : "Allah menyebutkan namaku kepadamu..?". "Ya... Dia menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".Lalu Rasulullah menyampaikan ayat Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya : (yaitu surat Al-Bayyinah ayat 1-8) Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan Rasulullah kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang diberikan Allah melebihi sahabat lainnya.[24]
2.    Kosa Kata
v أَهْلِالْكِتَابِ               : Orang-orang ahli kitab
v شَرُّالْبَرِيَّةِ               : Seburuk-buruknya makhluk
v خَيْرُالْبَرِيَّةِ              : Sebaik-baiknya makhluk
v خَشِيَ                    : Takut
3.    Kolerasi
Pada ayat 6 surat Al-Bayyinah menjelaskan mengenai orang-orang kafir dari golongan ahli kitab. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya, bahwa golongan ahli kitab tidak akan terpecah belah setelah datang epada mereka bukti yang nyata dari Allah swt (Al-Bayyinah : 4)
4.    Penafsiran Ayat
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya baik dari ahli kitab maupun orang-orang musyrik, bahwa mereka nanti pada hari kiamat akan dimasukkan ke neraka Jahannam dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan orang-orang shaleh yang telah beriman dengan hati mereka dan melakukan amal kebajikan dengan jasad mereka, bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluk.[25]
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya
Dalam ayat di atas Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa balasan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di sisi Tuhan mereka nanti pada hari kiamat adalah surga ‘Adn, mereka menetap di sana selama-lamanya, tidak akan pernah keluar darinya, dan juga tidak akan mati. Di bawah pepohonan-nya terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Allah Azza wa Jalla ridha terhadap ketaatan yang telah mereka lakukan di dunia.., begitu pula sebaliknya merekapun ridha terhadap pemberian Allah Azza wa Jalla berupa (nikmat) pahala dan kemuliaan, sebagai balasan atas perbuatan baik mereka ketika di dunia.Pemberian tersebut akan diberikan oleh Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat nanti kepada orang yang beriman dan beramal shaleh serta takut kepada Allah Azza wa Jalla ketika di dunia, baik di waktu sepi maupun terang-terangan, dengan terus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.[26]
5.    Kesimpulan Ayat
1.      Seorang yang ahli dalam pendidikan akan selalu disegani oleh banyak orang, dimana orang tersebut benar-benar menguasai dunia pendidikan tersebut, serta bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang lain, akan tetapi ahli kitab yang murtad disini berarti belum bisa yakin betul akan posisinya untuk apa dan bagaimana seharusnya.
2.      Orang-orang ahli kitab diperintahkan untuk mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi kesyirikan. Serta diperintahkan untuk meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam ketika Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam kitab-kitab mereka.
3.      Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah Azza wa Jalla adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat, zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
4.      Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah Azza wa Jalla ) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu, diantaranya:
1.      QS. Al An’am : 74-83
2.      QS. At-Taubah : 38-40
3.      QS : Yusuf Ayat 87
4.      QS. Ar-Ra’ad : 2
5.      QS. Al-Bayyinah 6-8
Semua telah diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana seharusnya kita mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

B.  Kritik dan Saran
Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Untuk itu kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi penulis dan para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jalaluddin As-Suyutiy,  2002 Asbabu Nuzul. Muassasu Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul, Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu dan Pendidikan Islam. Gaya media Pratama :Bekasi.
Shihab, Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.
















[1]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232
[2]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234.

[3]Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia Perindo, Jakarta : 2000) Hlm. 273.
[4] Ibid. hlm, 275
[5] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm. 119-120.
[6]Ibid, hlm. 120
[7]Ibid, hlm. 121
[8]Ibid, hlm.122
[9] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 605-607.
[10]Agus Purwanto, Al-Alim Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT.  Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 194-195.
[11]Ibid, hlm. 606.
[12] Ibid, hlm. 606.
[13]Http:// Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[14]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 607-608.
[15]Http:// Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[16]Al-ashabuni.  Shafwa Al-Tafasir. (Dar Ihya Al-Turats Al-Arabi, Beirut 1998) hlm. 187
[17]Ibid, hlm. 877.
[18]Ibid, hlm. 890
[19]Muhammad Qurash Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 4, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 142.

[20]Ibid. hlm. 144
[21]Ibid. hlm, 145-147
[22]Ibid. hlm, 147-148
[23]Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi, Kitab Asbabun Nuzul (Graha Computindo : Bekasi, 2015), hlm. 86
[24]Ibid, hlm. 87
[25]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 4 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 507
[26]Ibid. hlm, 509
 













MAKALAH
                     ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAFSIR”
Oleh Dosen Pengampu : Saghlul Fitrian Djalal, Lc
Disusun Oleh : Kelompok VII
1.      Ach. Muntaha (18201501020004)
2.      Dewi Raragita S. (182015010200)
3.      Ummi Maulidatussyarifah (182015010200)




 


 









JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY PPENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik Allah SWT. Solawat beserta salam selalu tercurah limpahkan pada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai kelompok-VII mampu menyelesaikan tugas makalah ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah “TAFSIR” .
Al-Quran adalah firman Allah, petunjuk bagi kehidupan manusia dalam meniti kehidupannya. Dalam Al-quran terdapat banyak pedoman yang bisa mengantarkan manusia menuju jalan kebahagiaan yang haqiqi. Untuk itu perlunya pemahaman akan kandungan ayat-ayat dalam Al-quran, agar kita terhindar dari ketidak tahuan yang menyesatkan.
Makalah yang akan kami bahas berjudul “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN’, ini merupakan karya yang di hasilkan oleh rasa keingin tahuan kami tentang kandungan ayat- ayat Al-quran yang ingin kita bahas.







DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................  I
DAFTAR ISI  .......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
A.    Prolog ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Penafsiran QS. Al An’am : 74-83 ................................................................. 3
B.     Penafsiran QS. At-Taubah : 38-40 ................................................................ 11
C.     Penafsiran QS. Yusuf :87 ............................................................................. 17
D.    QS. Ar-Ra’ad : 2 ........................................................................................... 19
E.     QS. Al-Bayyinah 6-8 .................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27


 










BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
 Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana  mungkin  manusia dapat  menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur¶an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur¶an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.











BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
 Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana  mungkin  manusia dapat  menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Quran tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Quran mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.
























BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar, kita mungkin sedikit mengetahui yang dimaksud dengan instrumen, dan sekarang kami akan menjelaskannya secara global namun lebih mengkerucut disertai dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa itu Instrumen Pendidikan. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Ada beberapa Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai instrumen pendidikan. Yakni sebagai berikut :
A. Penafsiran QS. Al An’am : 74-83
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ   (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (٧٨) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ  (٧٩)وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ (٨٠) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٨١(الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (٨٣)[1]
Dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.(74).Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.(75).Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.(78)“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”.(79).[2]Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?(80).Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu
.
1.    Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab ‘ya’, maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang tersebut. “Orang-orang yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka dengan kedzaliman (syirik)...”[3]

2.    Kosa Kata
v  ضَلالٍ                : Kesesatan
v  نُرِي                   : Kami Memperlihatkan
v  أَفَلَ                    : Bintang sirna
v  بَرِيءٌ                 : Berlepas
v  فَطَرَ                   : Menciptakan
v  لَمْ يَلْبِسُوا                        : Tidak mencampuradukkan

3.    Korelasi
            Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi Ibrahim yang bernama Azar selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi petunjuk pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.

4.    Penafsiran Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”
(dan) ingatlah (di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan nama aslinya adalah tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan?) yang kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.(Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar(yang nyata”.) yang jelas
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada Ibrahim, yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat mengambil kesimpulantentang kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.) terhadap tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada lafal qaala[4]
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ  
Ketika menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah bintang zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di sanadang oleh mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh Nabi Ibrahaim ini tidak mampan pada diri mereka.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi Ibrahim kepada kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi ternyata apa yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.[5]
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
(Kemumdian tatkala dia melihat matahari terbit  dia berkata, “Inilah) dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya mudzakar(tuhanku yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala matahari itu tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan kepada penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa yang kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ 
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah(kepada tuhan yang telah menciptakan) yeng telah mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah swt.(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.[6]
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Dan dia di bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya) ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengnai agama yang di peluknya itu, lalu mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan kejeekan.(dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya, yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah  yang telah memmberiku petunjuk kepada keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu persekutukan) dia (dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala tersebut; mereka tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka tidak memiliki kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan malapetaka kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?)  dari padanya kemudian kamu mau beriman.[7]
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula kemanfaatan, (padahal kamu tidak takut) kepada Allah ( bahwasannya kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya ( atas kamu suatu hujjahpun) untuk mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan bukti padahal Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika kamu mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan darimalapetaka itu?  Yang dimaksud dengan kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah berfirman:[8]
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
5.    Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat dipetik dari penafsiran beberapa ayat diatas adalah :
1.      Media atau alat yang diberikan Allah untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada dalam dunia pendidikan (jika kita lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan berhala sebagai sesembahannya. Maka sesungguhnya Allah telah memberikan beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar supaya manusia itu lebih memikirkan) dimana pendidik dan peserta didik saling berkolaborasi, agar materi yang dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada peserta didik dan mudah dianalisa, jika adanya instrumen yang mendukung dalam pemberian penjelasan ketika belajar.
2.      Di dunia dan akhirat, seperti kepada Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena dengan ilmu Allah meninggikan hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya, maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana perbuatannya akan diperhatikan, jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk menyinari, dan dengan ilmunya seseorang berjalan di kegelapan.
3.      Oleh karenanya Dia tidak meletakkan ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang layak, dan Dia mengetahui siapakah yang berhak menerima dan memperolehnya.

B. Penafsiran QS. At-Taubah : 38-40

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚأَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ( 38)إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(39)إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖفَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(40)

Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit (38). Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (39). Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (40).[9]
1.    Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah penaklukkan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu : “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?...
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk berangkat perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih…”Dan Dia mencegah hujan turun kepada mereka, dan itulah azab bagi mereka.”

2.    Kosakata
v  يَسْتَبْدِلْ           : Menggantikan
v  نَصَر              : Menolong
v  سَكِينَتَهُ           : Ketenangan
v  السُّفْلَىٰ          : Rendah
v  الْعُلْيَا             : Tinggi
3.    Kolerasi (Munasabah)
Surat At- taubah ayat 38 berkorelasi dengan ayat sesudahnya yaitu ayat 41 yang disana tertuliskan dimana perintah untuk “berangkat”  انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ kepada kaum nabi Muhammad dalam ayat 38 karena mereka ingin menetap ditempat mereka berada dan tidak ingin meninggalkan tempat tersebut, dan pada ayat 41 dijelaskan bahwa sesungguhnya lebih baik apabila kamu berangkat untuk berjihad dijalan Allah meski dengan rasa ringan ataupun berat (terpaksa). Karena yang demikian itu lebih baik, jika kamu mengetahui.[10]

4.    Penafsiran Ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Hai orang-orang yang beriman
Ayat ini ditujukan kepada orang-orang mu’min, maka sebaiknya kita memperhatikan dengan seksama  apa yang hendak disampaikan.
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
Ayat ini merupakan permulaan celaan terhadap orang yang tidak ikut perang tabuk bersama Rasulullah tatkala buah mulai masak, dan naungan lebih menyenangkan karena udara sangat panas, dan beratnya musim panceklik, maka Allah ta’ala berfirman “hai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepadamu, ‘berangkatlah dijalan Allah’” yakni, apabila kamu diseru untuk berjihad dijalan Allah, “lalu kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?”, yakni kamu merasa malas dan lebih senang untuk tinggal ditempat sambil berteduh dan menanti datangnya buah.

أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
“Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni, apakah kamu melakukan hal itu karena kamu lebih menyukai dunia sebagai pengganti akhirat?.
Kemudian Allah ta’ala menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong untuk meraih akhirat. Maka Allah berfirman “kenikmatan kehidupan dunia itu hanyalah sedikit dibandingkan dengan kehidupan diakhirat”.[11]


إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain.
Kemudian Allah ta’ala mengancam orang yang tidak berjihad. Maka Dia berfirman “Jika kamu tidak berangkat, niscaya Allah mengadzabmu dengan adzab yang pedih.” Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW meminta kepada penduduk arab supaya berangkat. Lalu mereka merasa berat, maka Allah menahan hujan bagi mereka. Itulah adzab untuk mereka. “dan digantinya dengan kaum lain”. Yakni, karena nabinya ditolong, dan agamanya didirikan. Sebgaimana Allah ta’ala berfirman “dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantimu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kamu. (Muhammad :38).
وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Firman Allah ta’ala, “kamu tidak akan dapat memberi mudharat kepada-Nya sedikitpun” yakni, kamu tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, karena kamu tidak mengikuti jihad dan kamu menrasa enggan untuk melakukannya. “Allah maha kuasa atas segala sesuatu” yakni, Allah maha kuasa untuk memberikan pertolongan kepada kaum muslimin tanpa bantuan kamu.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."
Ayat ini menyinggung konspirasi orang-orang Musyrik untuk membunuh Nabi. Karena sudah barang tentu program-program mereka tidak bisa diharapkan akan sejalan dengan program Nabi dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk menghabisi Nabi namun mereka merancang agar pembunuhan itu tidak dilakukan oleh seorang dari sebuah kabilah. Karena itulah mereka menjadwalkan agar setiap kabilah mengirim seorang utusannya, sehingga nantinya mereka dalam sebuah kelompok melakukan penggerebekan ke rumah Nabi dan menghabisi Nabi secara bersama-sama.
Akan tetapi Allah Swt Yang Maha Tahu telah memberi tahu kepada Nabi-Nya atas konspirasi kaum Musyrikin ini dan Nabi pun melakukan gerakan penyelamatan yang tidak diketahui oleh para musuh tersebut. Beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk tinggal dan tidur ditempat tidur Nabi, sehingga para mata-mata  musuh terkecoh dan tidak mengetahui gerakan Nabi yang keluar dari kota Mekah. Nabi keluar dari rumah beliau diiringi oleh sahabat Abu Bakar yang bersama-sama menuju ke gua Tsur di selatan Mekkah. [12]
Setelah musuh mengetahui tentang keluarnya Nabi, mereka mengejar ke arah gua, akan tetapi mereka melihat bahwa mulut gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba. Bahkan di sebelah gua itu ada seekor merpati yang sedang bertelur, sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki gua itu dengan alasan bila ada orang yang baru masuk kedalam gua tersebut pastilah sarang laba-laba itu sudah rusak dan merpati itu juga tidak tinggal di sebelah gua tersebut. Setelah 3 hari Nabi tinggal di dalam gua Tsur tersebut, Nabi lalu berhijrah ke arah Madinah.[13]
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Yakni, Allah menegarkan, menolong dan membantu Rasulullah saw (serta) Abu Bakar. “Dan dia membantunya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya”. Yaitu, para malaikat “dia menjadikan kalimat-kalimat orang kafir itu rendah dan kalimat Allah lah yang tinggi. Karena itulah ayat ini menyinggung peristiwa hijrahnya Nabi yang bila tidak karena bantuan dan pertolongan Allah, beliau Saw tidak akan mungkin bisa lepas dan selamat dari kejaran orang-orang Musyrik itu. Di sini, orang-orang yang enggan membantu Nabi dalam berbagai kondisi khususnya pada perang Tabuk telah mendapat celaan dan mengatakan, "Saat itu Nabi tidak memiliki bala bantuan dan penolong, maka Allah Swt tidak akan pernah membiarkan Nabi-Nya sendirian dan beliau dalam keadaan terhina. Karena itu laksanakanlah kewajiban kalian dan ketahuilah bahwa rancangan konspirasi orang-orang Kafir dan Musyrik akan gagal sia-sia, sedang nama Islam dan Allah tetap abadi.[14]

5.    Kesimpulan Ayat
1.      Balasan dan siksa akibat meninggalkan jihad adalah kehinaan dan kerugian di dunia, namun kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Karena itu janganlah kalian menyangka bahwa dengan meninggalkan jihad kalian akan memperoleh ketenangan, keamanan ataupun kesejahtaraan dalam urusan dunia kalian.
2.      Menjunjung tinggi atau menentang perintah Allah tidak mendatangkan manfaat dan kerugian bagi Allah. Karena itu, hal ini bukan kita memberikan kemuliaan bagi Tuhan, dan tidak pula menunjukkan Dia memerlukan pada hal tersebut.
3.      Kelestarian dan keabadian Islam tidak tergantung pada dukungan dan penjagaan kita, akan tetapi Allah sendirilah yang menjaga agama suci-Nya. Karena itu kita tidak boleh berbangga diri dalam menjaga dan membela agama Allah ini.
4.      Ketenangan dan ketentraman manusia adalah salah satu anugerah Allah. Karena itu ia tidak memerlukan terwujudnya sarana materi.
5.      Kehendak Allah di atas segala keinginan dan konspirasi orang-orang Kafir yang pada gilirannya perbuatan makar dan konspirasi mereka akan gagal dan hancur.
C.     Penafsiran QS : Yusuf Ayat 87
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
1.    Kosa Kata
v  تَحَسَّسُوا              : Selidiki
v  لَا تَيْأَسُوا             : Janganlah berputus asa
2.    Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat 87 nabi ya’qub mengutus para putranya untuk mencari atau menyelidiki berita tentang yusuf serta saudaranya bunyamin. Dan nabi ya’qub berpesan dan mengharapkan supaya mereka tidak berputus asa kepada Allah swt. Dan ayat ini sebelumnya telah ditegaskan pada ayat 80 dimana, salah satu saudara dari mereka merasa berputus asa dalam pencarian bunyamin, maka tidak seharusnya mereka berputus asa dari rahmat serta pengharapan Allah swt, karena sesungguhnya sikap berputus asa adalah milik orang-orang kafir (tidak baik).
3.    Penafsiran Ayat
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
     Allah ta’ala memberitahukan tentang Ya’qub AS, bahwa dia menganjurkan kepada anak-anaknya agar menyelidiki berita tentang Yusuf dan saudaranya[15] Bunyamin.[16]Pada pembahasan yang lalu telah disinggung bahwa sewaktu putra-putra Ya'qub as memberitahukan kepada ayah mereka bahwa Benyamin ditahan di Mesir, maka ayah mereka mengingat peristiwa yang menimpa putranya, Yusuf. Beliau pun memohon dan mengadu kepada Allah Swt seraya meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi jalan keluar mengenai masalah yang sedang dihadapinya itu. Oleh karena Nabi Ya'qub as sebelumnya telah mengetahui mimpi yang dialami oleh Yusuf ketika masih remaja, dan meyakini bahwa putranya ini masih hidup dan akan mencapai kedudukan yang tinggi dan mulia, maka Ya'qub as berkata kepada putra-putranya, "Sekali lagi pergilah ke Mesir, untuk mencari informasi tentang Yusuf dan membanya ke mari. Juga carilah jalan untuk membebaskan saudara kalian, Benyamin dan mereka semua kembali kepadaku."[17]
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Ya’qub mengharapkan agar mereka tidak berputus asa dan putus harapan kepada Allah ta’ala dari tujuan yang mereka kehendaki.Dalam rangka mendorong anak-anaknya agar tetap bersemangat mencari informasi tentang Yusuf dan membebaskan saudara mereka, Benyamin, Nabi Ya'qub as berkata kepada mereka berkata kepada mereka bahwa seorang mukmin dalamkeadaan bagaimanapun tidak boleh berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah swt. Karena putus asa dari rahmat Allah adalah tanda-tanda kekafiran. Kata-kata "rauh" yang dipakai dalam ayat ini berasal dari kata "rih" yang berarti angin. Dengan demikian kata rauh berartisemangat. Karena dengan hembusan angin segar, seseorang akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Sebagian lain mufassir, mengartikan kata tersebut sebagai "jiwa". Karena dengan terbukanya pintu usaha dan tersingkirnya kesulitan, seseorang akan memperoleh jiwa segar. Sesungguhnya tiada yang putus harapan dan tiada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir. [18]

4.    Kesimpulan Ayat
1.      Untuk memperoleh pertolongan dan rahmat Allah, orang harus bergerak dan berusaha bukan dengan duduk berdiam diri di dalam rumah danmenunggu turunnya rahmat ilahi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, jika kita ingin meraih apa yang kita mau dalam bidang pendidikan, hendaklah kita berusaha dengan keras dan tidak bermalas malasan Nabi Ya'qub berkata kepada putra-putranya, "Untuk menemukan Yusuf kalian harus bergerak dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.
2.      Auliya Allah selalu mendorong manusia untuk tetap berharap kepada rahmat dan pertolongan Allah. Akan tetapi mereka yang membuat orang lain.

D. Penafsiran QS. Ar-Ra’ad : 2
اللَّهُالَّذِيرَفَعَالسَّمَاوَاتِبِغَيْرِعَمَدٍتَرَوْنَهَاثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِوَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّىيُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِلَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.[19]
1.    Kosa Kata
v عَمَدٍ              :  Jamak dari  عمود  yang berarti tiang
v الْآيَاتِ            : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan, matahari

2.    Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah swt bersemayam di atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan. Dia menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).
3.    Penafsiran Ayat
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat
Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja. Langit itu menjulang tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui,  kalian melihatnya tanpa tiang yangmenjadi sandaran dari bawahnya,  dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah.[20]
ثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini, kebersemayaman yang sesuai dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan kerajaan-Nya dengan peraturan yang sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid an kokoh sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat sepeti ini telah di uraikan dalam surat Al-A’raf dan Yunus.

وَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّى
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan
Dia menundukkan matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat kepada-Nya untuk memberikan manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing keduanya berjalan pada orbitnya untuk waktu tertentu,  matahari membelah orbitnya selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan. Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah ditetapkan oleh Allah.[21]

يُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu kepada siapapun yang Dia kehendaki  di antara para hamba-Nya. Pengaturannya terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada urusan yang lain.
Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan yang wujud dengan tatanan yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu, dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak terpisahka antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga matahari yang terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam gerakannya saling berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang telah ditetapkan Allah baginya.
لَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu
Dengan harapan, kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit tanpa tiang, serta mengatur urusan dengan rapi dan teratur, kuasa pula untuk membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali orang-orang mati dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan atas amal. Jika amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula; dan jika buruk, maka balasan itupun akan buruk pula.[22]
4.    Kesimpulan Ayat
1.      Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk mendirikan bumi dan hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media nontekstual atau can’t look with eyes, dimana hanya orang-orang yang berfikirlah yang mampu menganalisa apa yang telah Allah berikan petunjuk.
2.      Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang berbentuk atau yang bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa menyentuh hati juga fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.

E. Penafsiran QS. Al-Bayyinnah 6-8
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [Al-Bayyinah:6-7]Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya. [al-Bayyinah/98:8]
1.    Asbabun Nuzul
Ada beberapa sahabat mengungkapkan, cerita ini merupakan sebab turunnya surat Al-bayyinah ayat 1-8 namun ada pula beberapa yang berihtilaf mengenai hal ini. Berikut kisahnya, Ubay ibn Ka'b adalah penduduk Yatsrib yang sangat cerdas. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Yatsrib,[23] ia langsung bergabung dan menyatakan keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke Yatsrib.Karena perannya itu , suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".Dengan takjub Ubay menjawab : "Allah menyebutkan namaku kepadamu..?". "Ya... Dia menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".Lalu Rasulullah menyampaikan ayat Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya : (yaitu surat Al-Bayyinah ayat 1-8) Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan Rasulullah kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang diberikan Allah melebihi sahabat lainnya.[24]
2.    Kosa Kata
v أَهْلِالْكِتَابِ               : Orang-orang ahli kitab
v شَرُّالْبَرِيَّةِ               : Seburuk-buruknya makhluk
v خَيْرُالْبَرِيَّةِ              : Sebaik-baiknya makhluk
v خَشِيَ                    : Takut
3.    Kolerasi
Pada ayat 6 surat Al-Bayyinah menjelaskan mengenai orang-orang kafir dari golongan ahli kitab. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya, bahwa golongan ahli kitab tidak akan terpecah belah setelah datang epada mereka bukti yang nyata dari Allah swt (Al-Bayyinah : 4)
4.    Penafsiran Ayat
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya baik dari ahli kitab maupun orang-orang musyrik, bahwa mereka nanti pada hari kiamat akan dimasukkan ke neraka Jahannam dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan orang-orang shaleh yang telah beriman dengan hati mereka dan melakukan amal kebajikan dengan jasad mereka, bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluk.[25]
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya
Dalam ayat di atas Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa balasan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di sisi Tuhan mereka nanti pada hari kiamat adalah surga ‘Adn, mereka menetap di sana selama-lamanya, tidak akan pernah keluar darinya, dan juga tidak akan mati. Di bawah pepohonan-nya terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Allah Azza wa Jalla ridha terhadap ketaatan yang telah mereka lakukan di dunia.., begitu pula sebaliknya merekapun ridha terhadap pemberian Allah Azza wa Jalla berupa (nikmat) pahala dan kemuliaan, sebagai balasan atas perbuatan baik mereka ketika di dunia.Pemberian tersebut akan diberikan oleh Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat nanti kepada orang yang beriman dan beramal shaleh serta takut kepada Allah Azza wa Jalla ketika di dunia, baik di waktu sepi maupun terang-terangan, dengan terus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.[26]
5.    Kesimpulan Ayat
1.      Seorang yang ahli dalam pendidikan akan selalu disegani oleh banyak orang, dimana orang tersebut benar-benar menguasai dunia pendidikan tersebut, serta bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang lain, akan tetapi ahli kitab yang murtad disini berarti belum bisa yakin betul akan posisinya untuk apa dan bagaimana seharusnya.
2.      Orang-orang ahli kitab diperintahkan untuk mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi kesyirikan. Serta diperintahkan untuk meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam ketika Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam kitab-kitab mereka.
3.      Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah Azza wa Jalla adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat, zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
4.      Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah Azza wa Jalla ) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu, diantaranya:
1.      QS. Al An’am : 74-83
2.      QS. At-Taubah : 38-40
3.      QS : Yusuf Ayat 87
4.      QS. Ar-Ra’ad : 2
5.      QS. Al-Bayyinah 6-8
Semua telah diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana seharusnya kita mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

B.  Kritik dan Saran
Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Untuk itu kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi penulis dan para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jalaluddin As-Suyutiy,  2002 Asbabu Nuzul. Muassasu Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul, Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu dan Pendidikan Islam. Gaya media Pratama :Bekasi.
Shihab, Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.
















[1]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232
[2]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234.

[3]Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia Perindo, Jakarta : 2000) Hlm. 273.
[4] Ibid. hlm, 275
[5] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm. 119-120.
[6]Ibid, hlm. 120
[7]Ibid, hlm. 121
[8]Ibid, hlm.122
[9] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 605-607.
[10]Agus Purwanto, Al-Alim Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT.  Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 194-195.
[11]Ibid, hlm. 606.
[12] Ibid, hlm. 606.
[13]Http:// Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[14]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 607-608.
[15]Http:// Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[16]Al-ashabuni.  Shafwa Al-Tafasir. (Dar Ihya Al-Turats Al-Arabi, Beirut 1998) hlm. 187
[17]Ibid, hlm. 877.
[18]Ibid, hlm. 890
[19]Muhammad Qurash Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 4, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 142.

[20]Ibid. hlm. 144
[21]Ibid. hlm, 145-147
[22]Ibid. hlm, 147-148
[23]Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi, Kitab Asbabun Nuzul (Graha Computindo : Bekasi, 2015), hlm. 86
[24]Ibid, hlm. 87
[25]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 4 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 507
[26]Ibid. hlm, 509