MAKALAH
“ENSTRUMEN
PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAFSIR”
Oleh Dosen Pengampu : Saghlul Fitrian Djalal, Lc
Disusun Oleh : Kelompok VII
1.
Ach.
Muntaha (18201501020004)
2.
Dewi
Raragita S. (182015010200)
3.
Ummi
Maulidatussyarifah (182015010200)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY PPENDIDIKAN
BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik
Allah SWT. Solawat beserta salam selalu tercurah limpahkan pada junjungan nabi
besar kita nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai
kelompok-VII mampu menyelesaikan tugas makalah ini, untuk memenuhi tugas mata
kuliah “TAFSIR” .
Al-Quran adalah firman
Allah, petunjuk bagi kehidupan manusia dalam meniti kehidupannya. Dalam
Al-quran terdapat banyak pedoman yang bisa mengantarkan manusia menuju jalan
kebahagiaan yang haqiqi. Untuk itu perlunya pemahaman akan kandungan ayat-ayat
dalam Al-quran, agar kita terhindar dari ketidak tahuan yang menyesatkan.
Makalah yang akan kami bahas
berjudul “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN’, ini merupakan karya yang di
hasilkan oleh rasa keingin tahuan kami tentang kandungan ayat- ayat Al-quran
yang ingin kita bahas.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ I
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Prolog ............................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penafsiran QS. Al An’am : 74-83 ................................................................. 3
B.
Penafsiran QS. At-Taubah :
38-40 ................................................................ 11
C.
Penafsiran QS. Yusuf
:87 ............................................................................. 17
D. QS. Ar-Ra’ad : 2 ........................................................................................... 19
E.
QS. Al-Bayyinah 6-8 .................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al
Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama,
diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan
petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut
Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di
dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah
hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan
tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas
salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian
dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia
tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam
memahami lafald dan ungkapan Al Qur¶an tidaklah sama, padahal penjelasannya
sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar
diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan
awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya
secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat
mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara
cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka
tidaklah mengherangkan jika Al-Qur¶an mendapatkan perhatian besar dari
umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata
garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan
menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al
Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama,
diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan
petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut
Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di
dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah
hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan
tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas
salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena
itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas
agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami
lafald dan ungkapan Al Qur’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang
dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini
adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat
memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara
global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan
pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok
ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika
Al-Qur’an
mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif
terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil
tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah
dipahami.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara
garis besar, kita mungkin sedikit mengetahui yang dimaksud dengan instrumen,
dan sekarang kami akan menjelaskannya secara global namun lebih mengkerucut
disertai dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa itu Instrumen
Pendidikan. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Ada beberapa Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai instrumen
pendidikan. Yakni sebagai berikut :
A. Penafsiran QS. Al An’am : 74-83
وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ
وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ
عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا
أُحِبُّ الآفِلِينَ (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ
الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي
هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ (٧٨) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٧٩)وَحَاجَّهُ
قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا
تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ
عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ (٨٠) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ
سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(٨١(الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا
آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ
رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (٨٣)[1]
Dan di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata”.(74).Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar
dia termasuk orang-orang yang yakin.(75).Ketika
menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia
berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata,
“saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian dia
tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam
dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”.(78)“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”.(79).[2]Dan dia di bantah oleh kaumnya dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya
Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di
kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?(80).Bagaimana
aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri
tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang
lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah keterangan Kami yang Kami
berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa
yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu
.
1.
Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin
Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang
Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan
berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa
yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab ‘ya’,
maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam barisan kaum
muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil
membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para
sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang tersebut. “Orang-orang
yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka dengan kedzaliman (syirik)...”[3]
2.
Kosa Kata
v ضَلالٍ : Kesesatan
v نُرِي : Kami Memperlihatkan
v أَفَلَ : Bintang sirna
v بَرِيءٌ : Berlepas
v فَطَرَ : Menciptakan
v لَمْ يَلْبِسُوا : Tidak mencampuradukkan
3.
Korelasi
Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi
Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi
Ibrahim yang bernama Azar selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah
memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi petunjuk
pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.
4.
Penafsiran Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata”
(dan) ingatlah
(di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan nama aslinya adalah
tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan?) yang
kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.(Sesungguhnya
aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar(yang
nyata”.) yang jelas
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar
dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan
demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada Ibrahim,
yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami perlihatkan kepada
Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat mengambil kesimpulantentang
kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.) terhadap
tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang
sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada lafal qaala[4]
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika menjadi
gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah
tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka
kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi
gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia melihat sebuah
bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah bintang
zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu
menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut
persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia
berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka
menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang
berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di
sanadang oleh mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh
Nabi Ibrahaim ini tidak mampan pada diri mereka.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي
فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ
الضَّالِّينَ
Kemudian dia
tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan
sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member
petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi
Ibrahim kepada kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi
ternyata apa yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.[5]
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي
هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ
Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam
dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”.
(Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inilah) dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya
mudzakar(tuhanku yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala
matahari itu tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat
dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah
dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan kepada
penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa
yang kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah(kepada tuhan
yang telah menciptakan) yeng telah mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah
swt.(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan
aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.[6]
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ
وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي
شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Dan dia di
bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah
padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali
di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya)
ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengnai agama yang di peluknya itu, lalu
mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa
jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan
kejeekan.(dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf
nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya,
yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut
Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu
menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah
telah memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah yang telah memmberiku petunjuk kepada
keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu persekutukan) dia
(dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala tersebut; mereka
tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka tidak memiliki
kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki
sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan malapetaka
kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala
sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?) dari padanya kemudian kamu mau beriman.[7]
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ
أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Bagaimana aku
takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri
tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang
lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku
takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah
sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula
kemanfaatan, (padahal kamu tidak takut) kepada Allah ( bahwasannya
kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan
yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya (
atas kamu suatu hujjahpun) untuk mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan
bukti padahal Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan
itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika
kamu mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan
darimalapetaka itu? Yang dimaksud dengan
kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah
berfirman:[8]
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
5.
Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat
dipetik dari penafsiran beberapa ayat diatas adalah :
1.
Media atau alat yang diberikan Allah
untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada dalam dunia pendidikan (jika kita
lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan berhala sebagai sesembahannya. Maka
sesungguhnya Allah telah memberikan beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar
supaya manusia itu lebih memikirkan) dimana pendidik dan peserta didik saling
berkolaborasi, agar materi yang dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada
peserta didik dan mudah dianalisa, jika adanya instrumen yang mendukung dalam
pemberian penjelasan ketika belajar.
2.
Di dunia dan akhirat, seperti kepada
Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena dengan ilmu Allah meninggikan
hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya,
maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana
perbuatannya akan diperhatikan, jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk
menyinari, dan dengan ilmunya seseorang berjalan di kegelapan.
3.
Oleh karenanya Dia tidak meletakkan
ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang layak, dan Dia mengetahui siapakah
yang berhak menerima dan memperolehnya.
B.
Penafsiran QS. At-Taubah :
38-40
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚأَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ( 38)إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(39)إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖفَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(40)
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan
kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan
di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia
ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit (38). Jika kamu
tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang
pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat
memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu (39). Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah
telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (40).[9]
1.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat
ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah
penaklukkan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas
yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh
serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Hai
orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu :
“Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin
tinggal di tempatmu?...
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata,
“Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau
menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk berangkat
perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah
menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih…”Dan Dia mencegah hujan
turun kepada mereka, dan itulah azab bagi mereka.”
2. Kosakata
v يَسْتَبْدِلْ : Menggantikan
v نَصَر : Menolong
v سَكِينَتَهُ : Ketenangan
v السُّفْلَىٰ : Rendah
v الْعُلْيَا : Tinggi
3. Kolerasi (Munasabah)
Surat At- taubah ayat 38 berkorelasi dengan
ayat sesudahnya yaitu ayat 41 yang disana tertuliskan dimana perintah untuk
“berangkat” انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ kepada kaum nabi Muhammad dalam ayat 38
karena mereka ingin menetap ditempat mereka berada dan tidak ingin meninggalkan
tempat tersebut, dan pada ayat 41 dijelaskan bahwa sesungguhnya lebih baik
apabila kamu berangkat untuk berjihad dijalan Allah meski dengan rasa ringan
ataupun berat (terpaksa). Karena yang demikian itu lebih baik, jika kamu
mengetahui.[10]
4. Penafsiran Ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Hai orang-orang yang beriman
Ayat
ini ditujukan kepada orang-orang mu’min, maka sebaiknya kita memperhatikan
dengan seksama apa yang hendak
disampaikan.
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah
(untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu?
Ayat
ini merupakan permulaan celaan terhadap orang yang tidak ikut perang tabuk
bersama Rasulullah tatkala buah mulai masak, dan naungan lebih menyenangkan
karena udara sangat panas, dan beratnya musim panceklik, maka Allah ta’ala
berfirman “hai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepadamu,
‘berangkatlah dijalan Allah’” yakni, apabila kamu diseru untuk berjihad dijalan
Allah, “lalu kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?”, yakni kamu
merasa malas dan lebih senang untuk tinggal ditempat sambil berteduh dan
menanti datangnya buah.
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan
di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
“Apakah
kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni,
apakah kamu melakukan hal itu karena kamu lebih menyukai dunia sebagai
pengganti akhirat?.
Kemudian
Allah ta’ala menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong
untuk meraih akhirat. Maka Allah berfirman “kenikmatan kehidupan dunia itu
hanyalah sedikit dibandingkan dengan kehidupan diakhirat”.[11]
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ
قَوْمًا غَيْرَكُمْ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain.
Kemudian
Allah ta’ala mengancam orang yang tidak berjihad. Maka Dia berfirman “Jika kamu
tidak berangkat, niscaya Allah mengadzabmu dengan adzab yang pedih.” Ibnu Abbas
berkata : Rasulullah SAW meminta kepada penduduk arab supaya berangkat. Lalu
mereka merasa berat, maka Allah menahan hujan bagi mereka. Itulah adzab untuk
mereka. “dan digantinya dengan kaum lain”. Yakni, karena nabinya ditolong, dan
agamanya didirikan. Sebgaimana Allah ta’ala berfirman “dan jika kamu berpaling,
niscaya Dia akan menggantimu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti
kamu. (Muhammad :38).
وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya
sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Firman
Allah ta’ala, “kamu tidak akan dapat memberi mudharat kepada-Nya sedikitpun”
yakni, kamu tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, karena kamu
tidak mengikuti jihad dan kamu menrasa enggan untuk melakukannya. “Allah maha
kuasa atas segala sesuatu” yakni, Allah maha kuasa untuk memberikan pertolongan
kepada kaum muslimin tanpa bantuan kamu.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ
الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ
لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita."
Ayat
ini menyinggung konspirasi orang-orang Musyrik untuk membunuh Nabi. Karena
sudah barang tentu program-program mereka tidak bisa diharapkan akan sejalan
dengan program Nabi dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk
menghabisi Nabi namun mereka merancang agar pembunuhan itu tidak dilakukan oleh
seorang dari sebuah kabilah. Karena itulah mereka menjadwalkan agar setiap
kabilah mengirim seorang utusannya, sehingga nantinya mereka dalam sebuah
kelompok melakukan penggerebekan ke rumah Nabi dan menghabisi Nabi secara
bersama-sama.
Akan
tetapi Allah Swt Yang Maha Tahu telah memberi tahu kepada Nabi-Nya atas
konspirasi kaum Musyrikin ini dan Nabi pun melakukan gerakan penyelamatan yang
tidak diketahui oleh para musuh tersebut. Beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi
Thalib as untuk tinggal dan tidur ditempat tidur Nabi, sehingga para mata-mata
musuh terkecoh dan tidak mengetahui gerakan Nabi yang keluar dari kota Mekah.
Nabi keluar dari rumah beliau diiringi oleh sahabat Abu Bakar yang bersama-sama
menuju ke gua Tsur di selatan Mekkah. [12]
Setelah
musuh mengetahui tentang keluarnya Nabi, mereka mengejar ke arah gua, akan
tetapi mereka melihat bahwa mulut gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba.
Bahkan di sebelah gua itu ada seekor merpati yang sedang bertelur, sehingga
mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki gua itu dengan alasan bila ada orang
yang baru masuk kedalam gua tersebut pastilah sarang laba-laba itu sudah rusak
dan merpati itu juga tidak tinggal di sebelah gua tersebut. Setelah 3 hari Nabi
tinggal di dalam gua Tsur tersebut, Nabi lalu berhijrah ke arah Madinah.[13]
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ
تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ
هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Yakni,
Allah menegarkan, menolong dan membantu Rasulullah saw (serta) Abu Bakar. “Dan
dia membantunya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya”. Yaitu, para
malaikat “dia menjadikan kalimat-kalimat orang kafir itu rendah dan kalimat
Allah lah yang tinggi. Karena itulah ayat ini menyinggung peristiwa hijrahnya
Nabi yang bila tidak karena bantuan dan pertolongan Allah, beliau Saw tidak
akan mungkin bisa lepas dan selamat dari kejaran orang-orang Musyrik itu. Di
sini, orang-orang yang enggan membantu Nabi dalam berbagai kondisi khususnya
pada perang Tabuk telah mendapat celaan dan mengatakan, "Saat itu Nabi
tidak memiliki bala bantuan dan penolong, maka Allah Swt tidak akan pernah
membiarkan Nabi-Nya sendirian dan beliau dalam keadaan terhina. Karena itu
laksanakanlah kewajiban kalian dan ketahuilah bahwa rancangan konspirasi
orang-orang Kafir dan Musyrik akan gagal sia-sia, sedang nama Islam dan Allah
tetap abadi.[14]
5.
Kesimpulan Ayat
1.
Balasan dan
siksa akibat meninggalkan jihad adalah kehinaan dan kerugian di dunia, namun
kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Karena itu janganlah kalian
menyangka bahwa dengan meninggalkan jihad kalian akan memperoleh ketenangan,
keamanan ataupun kesejahtaraan dalam urusan dunia kalian.
2. Menjunjung
tinggi atau menentang perintah Allah tidak mendatangkan manfaat dan kerugian
bagi Allah. Karena itu, hal ini bukan kita memberikan kemuliaan bagi Tuhan, dan
tidak pula menunjukkan Dia memerlukan pada hal tersebut.
3. Kelestarian
dan keabadian Islam tidak tergantung pada dukungan dan penjagaan kita, akan
tetapi Allah sendirilah yang menjaga agama suci-Nya. Karena itu kita tidak
boleh berbangga diri dalam menjaga dan membela agama Allah ini.
4. Ketenangan
dan ketentraman manusia adalah salah satu anugerah Allah. Karena itu ia tidak
memerlukan terwujudnya sarana materi.
5. Kehendak
Allah di atas segala keinginan dan konspirasi orang-orang Kafir yang pada
gilirannya perbuatan makar dan konspirasi mereka akan gagal dan hancur.
C. Penafsiran QS : Yusuf Ayat 87
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا
تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ
إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
1.
Kosa Kata
v تَحَسَّسُوا : Selidiki
v لَا تَيْأَسُوا : Janganlah berputus asa
2.
Kolerasi
(Munasabah)
Pada
ayat 87 nabi ya’qub mengutus para putranya untuk mencari atau menyelidiki
berita tentang yusuf serta saudaranya bunyamin. Dan nabi ya’qub berpesan dan
mengharapkan supaya mereka tidak berputus asa kepada Allah swt. Dan ayat ini sebelumnya
telah ditegaskan pada ayat 80 dimana, salah satu saudara dari mereka merasa
berputus asa dalam pencarian bunyamin, maka tidak seharusnya mereka berputus
asa dari rahmat serta pengharapan Allah swt, karena sesungguhnya sikap berputus
asa adalah milik orang-orang kafir (tidak baik).
3.
Penafsiran Ayat
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
Allah ta’ala memberitahukan tentang Ya’qub AS, bahwa dia menganjurkan
kepada anak-anaknya agar menyelidiki berita tentang Yusuf dan saudaranya[15]
Bunyamin.[16]Pada
pembahasan yang lalu telah disinggung bahwa sewaktu putra-putra Ya'qub as
memberitahukan kepada ayah mereka bahwa Benyamin ditahan di Mesir, maka ayah
mereka mengingat peristiwa yang menimpa putranya, Yusuf. Beliau pun memohon dan
mengadu kepada Allah Swt seraya meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi
jalan keluar mengenai masalah yang sedang dihadapinya itu. Oleh karena Nabi
Ya'qub as sebelumnya telah mengetahui mimpi yang dialami oleh Yusuf ketika
masih remaja, dan meyakini bahwa putranya ini masih hidup dan akan mencapai
kedudukan yang tinggi dan mulia, maka Ya'qub as berkata kepada putra-putranya,
"Sekali lagi pergilah ke Mesir, untuk mencari informasi tentang Yusuf dan
membanya ke mari. Juga carilah jalan untuk membebaskan saudara kalian, Benyamin
dan mereka semua kembali kepadaku."[17]
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Ya’qub
mengharapkan agar mereka tidak berputus asa dan putus harapan kepada Allah
ta’ala dari tujuan yang mereka kehendaki.Dalam rangka mendorong anak-anaknya
agar tetap bersemangat mencari informasi tentang Yusuf dan membebaskan saudara
mereka, Benyamin, Nabi Ya'qub as berkata kepada mereka berkata kepada mereka
bahwa seorang mukmin dalamkeadaan bagaimanapun tidak boleh berputus asa dari
rahmat dan pertolongan Allah swt. Karena putus asa dari rahmat Allah adalah
tanda-tanda kekafiran. Kata-kata "rauh" yang dipakai dalam ayat ini
berasal dari kata "rih" yang berarti angin. Dengan demikian kata rauh
berartisemangat. Karena dengan hembusan angin segar, seseorang akan merasakan
ketenangan dan ketentraman. Sebagian lain mufassir, mengartikan kata tersebut
sebagai "jiwa". Karena dengan terbukanya pintu usaha dan
tersingkirnya kesulitan, seseorang akan memperoleh jiwa segar. Sesungguhnya
tiada yang putus harapan dan tiada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali
orang-orang yang kafir. [18]
4.
Kesimpulan Ayat
1.
Untuk
memperoleh pertolongan dan rahmat Allah, orang harus bergerak dan berusaha
bukan dengan duduk berdiam diri di dalam rumah danmenunggu turunnya rahmat
ilahi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, jika kita ingin meraih apa yang kita
mau dalam bidang pendidikan, hendaklah kita berusaha dengan keras dan tidak
bermalas malasan Nabi Ya'qub
berkata kepada putra-putranya, "Untuk menemukan Yusuf kalian harus
bergerak dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.
2.
Auliya Allah
selalu mendorong manusia untuk tetap berharap kepada rahmat dan pertolongan
Allah. Akan tetapi mereka yang membuat orang lain.
D.
Penafsiran QS. Ar-Ra’ad : 2
اللَّهُالَّذِيرَفَعَالسَّمَاوَاتِبِغَيْرِعَمَدٍتَرَوْنَهَاثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِوَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّىيُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِلَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu.[19]
1. Kosa Kata
v عَمَدٍ : Jamak dari عمود yang berarti tiang
v الْآيَاتِ : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan,
matahari
2. Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah
swt bersemayam di atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan.
Dia menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini
berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan
dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).
3. Penafsiran Ayat
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat
Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi
dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja.
Langit itu menjulang tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui, kalian melihatnya tanpa tiang yangmenjadi
sandaran dari bawahnya, dan tanpa
gantungan yang mengaitnya dari atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat
Al-Baqarah.[20]
ثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ
kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia
jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini, kebersemayaman yang sesuai
dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan kerajaan-Nya dengan peraturan yang
sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid an kokoh sesuai dengan kehendak dan
kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat sepeti ini telah di uraikan dalam surat
Al-A’raf dan Yunus.
وَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّى
dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan
Dia menundukkan
matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat kepada-Nya untuk memberikan
manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing keduanya berjalan pada orbitnya untuk
waktu tertentu, matahari membelah orbitnya
selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan.
Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah
ditetapkan oleh Allah.[21]
يُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya)
Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan
danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu kepada
siapapun yang Dia kehendaki di antara
para hamba-Nya. Pengaturannya
terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan
pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa
yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada
urusan yang lain.
Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan
yang wujud dengan tatanan yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua
yang ada itu, dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak
terpisahka antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga
matahari yang terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam
gerakannya saling berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik
yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang
telah ditetapkan Allah baginya.
لَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu
Dengan harapan,
kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit tanpa tiang, serta
mengatur urusan dengan rapi dan teratur,
kuasa pula untuk membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali
orang-orang mati dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan
atas amal. Jika amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula;
dan jika buruk, maka balasan itupun akan buruk pula.[22]
4. Kesimpulan Ayat
1.
Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk
mendirikan bumi dan hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media
nontekstual atau can’t look with eyes, dimana hanya orang-orang yang
berfikirlah yang mampu menganalisa apa yang telah Allah berikan petunjuk.
2.
Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang
berbentuk atau yang bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa
menyentuh hati juga fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.
E.
Penafsiran QS. Al-Bayyinnah 6-8
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [Al-Bayyinah:6-7]Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada tuhan-Nya. [al-Bayyinah/98:8]
1. Asbabun Nuzul
Ada beberapa sahabat mengungkapkan, cerita ini merupakan
sebab turunnya surat Al-bayyinah ayat 1-8 namun ada pula beberapa yang
berihtilaf mengenai hal ini. Berikut kisahnya, Ubay ibn Ka'b adalah penduduk
Yatsrib yang sangat cerdas. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah
untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Yatsrib,[23]
ia langsung bergabung dan menyatakan keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan
ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke Yatsrib.Karena perannya itu ,
suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk
membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".Dengan takjub Ubay menjawab :
"Allah menyebutkan namaku kepadamu..?". "Ya... Dia
menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".Lalu Rasulullah menyampaikan ayat
Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya : (yaitu surat Al-Bayyinah ayat 1-8)
Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan
Rasulullah kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang
diberikan Allah melebihi sahabat lainnya.[24]
2. Kosa Kata
v أَهْلِالْكِتَابِ : Orang-orang ahli kitab
v شَرُّالْبَرِيَّةِ : Seburuk-buruknya makhluk
v خَيْرُالْبَرِيَّةِ : Sebaik-baiknya makhluk
v خَشِيَ : Takut
3. Kolerasi
Pada ayat 6 surat Al-Bayyinah menjelaskan mengenai
orang-orang kafir dari golongan ahli kitab. Hal ini telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa golongan ahli kitab tidak akan terpecah belah setelah datang
epada mereka bukti yang nyata dari Allah swt (Al-Bayyinah : 4)
4. Penafsiran Ayat
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya,
mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan
orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya baik dari ahli
kitab maupun orang-orang musyrik, bahwa mereka nanti pada hari kiamat akan
dimasukkan ke neraka Jahannam dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah
seburuk-buruk makhluk.
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Azza wa Jalla
menjelaskan keadaan orang-orang shaleh yang telah beriman dengan hati mereka
dan melakukan amal kebajikan dengan jasad mereka, bahwa mereka adalah
sebaik-baik makhluk.[25]
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya
Dalam ayat di atas Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa balasan
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di sisi Tuhan mereka nanti pada
hari kiamat adalah surga ‘Adn, mereka menetap di sana selama-lamanya, tidak
akan pernah keluar darinya, dan juga tidak akan mati. Di bawah pepohonan-nya
terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Allah Azza wa Jalla ridha terhadap ketaatan yang telah mereka lakukan di
dunia.., begitu pula sebaliknya merekapun ridha terhadap pemberian Allah Azza
wa Jalla berupa (nikmat) pahala dan kemuliaan, sebagai balasan atas perbuatan
baik mereka ketika di dunia.Pemberian tersebut akan diberikan oleh Allah Azza
wa Jalla pada hari kiamat nanti kepada orang yang beriman dan beramal shaleh
serta takut kepada Allah Azza wa Jalla ketika di dunia, baik di waktu sepi
maupun terang-terangan, dengan terus melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya.[26]
5. Kesimpulan Ayat
1. Seorang yang ahli dalam pendidikan akan selalu
disegani oleh banyak orang, dimana orang tersebut benar-benar menguasai dunia
pendidikan tersebut, serta bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang
lain, akan tetapi ahli kitab yang murtad disini berarti belum bisa yakin betul
akan posisinya untuk apa dan bagaimana seharusnya.
2. Orang-orang ahli kitab diperintahkan untuk
mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi kesyirikan. Serta diperintahkan
untuk meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam ketika Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, sebagaimana yang telah disebutkan di
dalam kitab-kitab mereka.
3. Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah Azza
wa Jalla adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat,
zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
4. Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah Azza
wa Jalla ) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan
data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan
untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai
hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar
siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu.
Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu,
diantaranya:
1. QS. Al An’am : 74-83
2. QS. At-Taubah : 38-40
3.
QS : Yusuf Ayat
87
4. QS. Ar-Ra’ad : 2
5. QS. Al-Bayyinah
6-8
Semua telah
diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana seharusnya kita
mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.
B. Kritik dan Saran
Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Untuk itu
kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para
senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang
terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi
penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Jalaluddin As-Suyutiy, 2002 Asbabu Nuzul. Muassasu
Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul,
Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu
dan Pendidikan Islam. Gaya media
Pratama :Bekasi.
Shihab,
Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.
[1]Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 (
Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232
[2]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234.
[3]Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia
Perindo, Jakarta : 2000) Hlm. 273.
[4] Ibid. hlm, 275
[5] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin
Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm.
119-120.
[6]Ibid, hlm. 120
[7]Ibid, hlm. 121
[9] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 605-607.
[10]Agus Purwanto, Al-Alim
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 194-195.
[11]Ibid, hlm. 606.
[12] Ibid, hlm. 606.
[13]Http://
Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[14]Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 (
Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 607-608.
[15]Http://
Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[17]Ibid, hlm. 877.
[18]Ibid, hlm. 890
[20]Ibid. hlm. 144
[21]Ibid. hlm, 145-147
[22]Ibid. hlm, 147-148
[23]Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi, Kitab Asbabun Nuzul (Graha Computindo : Bekasi,
2015), hlm. 86
[24]Ibid, hlm. 87
[25]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 4 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 507
[26]Ibid. hlm, 509
MAKALAH
“ENSTRUMEN
PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAFSIR”
Oleh Dosen Pengampu : Saghlul Fitrian Djalal, Lc
Disusun Oleh : Kelompok VII
1.
Ach.
Muntaha (18201501020004)
2.
Dewi
Raragita S. (182015010200)
3.
Ummi
Maulidatussyarifah (182015010200)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY PPENDIDIKAN
BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik
Allah SWT. Solawat beserta salam selalu tercurah limpahkan pada junjungan nabi
besar kita nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai
kelompok-VII mampu menyelesaikan tugas makalah ini, untuk memenuhi tugas mata
kuliah “TAFSIR” .
Al-Quran adalah firman
Allah, petunjuk bagi kehidupan manusia dalam meniti kehidupannya. Dalam
Al-quran terdapat banyak pedoman yang bisa mengantarkan manusia menuju jalan
kebahagiaan yang haqiqi. Untuk itu perlunya pemahaman akan kandungan ayat-ayat
dalam Al-quran, agar kita terhindar dari ketidak tahuan yang menyesatkan.
Makalah yang akan kami bahas
berjudul “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN’, ini merupakan karya yang di
hasilkan oleh rasa keingin tahuan kami tentang kandungan ayat- ayat Al-quran
yang ingin kita bahas.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ I
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Prolog ............................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penafsiran QS. Al An’am : 74-83 ................................................................. 3
B.
Penafsiran QS. At-Taubah :
38-40 ................................................................ 11
C.
Penafsiran QS. Yusuf
:87 ............................................................................. 17
D. QS. Ar-Ra’ad : 2 ........................................................................................... 19
E.
QS. Al-Bayyinah 6-8 .................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al
Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama,
diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan
petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut
Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di
dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah
hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan
tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas
salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian
dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia
tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam
memahami lafald dan ungkapan Al Qur¶an tidaklah sama, padahal penjelasannya
sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar
diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan
awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya
secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat
mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara
cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka
tidaklah mengherangkan jika Al-Qur¶an mendapatkan perhatian besar dari
umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata
garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan
menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al
Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama,
diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan
petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut
Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di
dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah
hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan
tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas
salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena
itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas
agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami
lafald dan ungkapan Al Qur’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang
dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini
adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat
memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara
global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan
pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok
ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika
Al-Qur’an
mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif
terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil
tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah
dipahami.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara
garis besar, kita mungkin sedikit mengetahui yang dimaksud dengan instrumen,
dan sekarang kami akan menjelaskannya secara global namun lebih mengkerucut
disertai dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa itu Instrumen
Pendidikan. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Ada beberapa Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai instrumen
pendidikan. Yakni sebagai berikut :
A. Penafsiran QS. Al An’am : 74-83
وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ
وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ
عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا
أُحِبُّ الآفِلِينَ (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ
الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي
هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ (٧٨) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٧٩)وَحَاجَّهُ
قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا
تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ
عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ (٨٠) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ
سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(٨١(الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا
آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ
رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (٨٣)[1]
Dan di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata”.(74).Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar
dia termasuk orang-orang yang yakin.(75).Ketika
menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia
berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata,
“saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian dia
tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam
dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”.(78)“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”.(79).[2]Dan dia di bantah oleh kaumnya dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya
Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di
kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?(80).Bagaimana
aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri
tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang
lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah keterangan Kami yang Kami
berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa
yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu
.
1.
Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin
Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang
Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan
berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa
yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab ‘ya’,
maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam barisan kaum
muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil
membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para
sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang tersebut. “Orang-orang
yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka dengan kedzaliman (syirik)...”[3]
2.
Kosa Kata
v ضَلالٍ : Kesesatan
v نُرِي : Kami Memperlihatkan
v أَفَلَ : Bintang sirna
v بَرِيءٌ : Berlepas
v فَطَرَ : Menciptakan
v لَمْ يَلْبِسُوا : Tidak mencampuradukkan
3.
Korelasi
Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi
Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi
Ibrahim yang bernama Azar selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah
memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi petunjuk
pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.
4.
Penafsiran Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata”
(dan) ingatlah
(di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan nama aslinya adalah
tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan?) yang
kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.(Sesungguhnya
aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar(yang
nyata”.) yang jelas
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar
dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan
demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada Ibrahim,
yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami perlihatkan kepada
Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat mengambil kesimpulantentang
kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.) terhadap
tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang
sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada lafal qaala[4]
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika menjadi
gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah
tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka
kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi
gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia melihat sebuah
bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah bintang
zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu
menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut
persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia
berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka
menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang
berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di
sanadang oleh mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh
Nabi Ibrahaim ini tidak mampan pada diri mereka.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي
فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ
الضَّالِّينَ
Kemudian dia
tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan
sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member
petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi
Ibrahim kepada kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi
ternyata apa yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.[5]
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي
هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ
Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam
dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”.
(Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inilah) dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya
mudzakar(tuhanku yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala
matahari itu tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat
dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah
dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan kepada
penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa
yang kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah(kepada tuhan
yang telah menciptakan) yeng telah mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah
swt.(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan
aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.[6]
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ
وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي
شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Dan dia di
bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah
padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali
di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya)
ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengnai agama yang di peluknya itu, lalu
mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa
jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan
kejeekan.(dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf
nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya,
yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut
Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu
menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah
telah memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah yang telah memmberiku petunjuk kepada
keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu persekutukan) dia
(dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala tersebut; mereka
tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka tidak memiliki
kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki
sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan malapetaka
kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala
sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?) dari padanya kemudian kamu mau beriman.[7]
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ
أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Bagaimana aku
takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri
tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang
lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku
takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah
sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula
kemanfaatan, (padahal kamu tidak takut) kepada Allah ( bahwasannya
kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan
yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya (
atas kamu suatu hujjahpun) untuk mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan
bukti padahal Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan
itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika
kamu mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan
darimalapetaka itu? Yang dimaksud dengan
kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah
berfirman:[8]
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
5.
Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat
dipetik dari penafsiran beberapa ayat diatas adalah :
1.
Media atau alat yang diberikan Allah
untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada dalam dunia pendidikan (jika kita
lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan berhala sebagai sesembahannya. Maka
sesungguhnya Allah telah memberikan beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar
supaya manusia itu lebih memikirkan) dimana pendidik dan peserta didik saling
berkolaborasi, agar materi yang dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada
peserta didik dan mudah dianalisa, jika adanya instrumen yang mendukung dalam
pemberian penjelasan ketika belajar.
2.
Di dunia dan akhirat, seperti kepada
Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena dengan ilmu Allah meninggikan
hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya,
maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana
perbuatannya akan diperhatikan, jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk
menyinari, dan dengan ilmunya seseorang berjalan di kegelapan.
3.
Oleh karenanya Dia tidak meletakkan
ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang layak, dan Dia mengetahui siapakah
yang berhak menerima dan memperolehnya.
B.
Penafsiran QS. At-Taubah :
38-40
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚأَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ( 38)إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(39)إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖفَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(40)
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan
kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan
di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia
ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit (38). Jika kamu
tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang
pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat
memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu (39). Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah
telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (40).[9]
1.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat
ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah
penaklukkan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas
yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh
serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Hai
orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu :
“Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin
tinggal di tempatmu?...
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata,
“Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau
menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk berangkat
perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah
menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih…”Dan Dia mencegah hujan
turun kepada mereka, dan itulah azab bagi mereka.”
2. Kosakata
v يَسْتَبْدِلْ : Menggantikan
v نَصَر : Menolong
v سَكِينَتَهُ : Ketenangan
v السُّفْلَىٰ : Rendah
v الْعُلْيَا : Tinggi
3. Kolerasi (Munasabah)
Surat At- taubah ayat 38 berkorelasi dengan
ayat sesudahnya yaitu ayat 41 yang disana tertuliskan dimana perintah untuk
“berangkat” انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ kepada kaum nabi Muhammad dalam ayat 38
karena mereka ingin menetap ditempat mereka berada dan tidak ingin meninggalkan
tempat tersebut, dan pada ayat 41 dijelaskan bahwa sesungguhnya lebih baik
apabila kamu berangkat untuk berjihad dijalan Allah meski dengan rasa ringan
ataupun berat (terpaksa). Karena yang demikian itu lebih baik, jika kamu
mengetahui.[10]
4. Penafsiran Ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Hai orang-orang yang beriman
Ayat
ini ditujukan kepada orang-orang mu’min, maka sebaiknya kita memperhatikan
dengan seksama apa yang hendak
disampaikan.
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah
(untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu?
Ayat
ini merupakan permulaan celaan terhadap orang yang tidak ikut perang tabuk
bersama Rasulullah tatkala buah mulai masak, dan naungan lebih menyenangkan
karena udara sangat panas, dan beratnya musim panceklik, maka Allah ta’ala
berfirman “hai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepadamu,
‘berangkatlah dijalan Allah’” yakni, apabila kamu diseru untuk berjihad dijalan
Allah, “lalu kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?”, yakni kamu
merasa malas dan lebih senang untuk tinggal ditempat sambil berteduh dan
menanti datangnya buah.
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan
di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
“Apakah
kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni,
apakah kamu melakukan hal itu karena kamu lebih menyukai dunia sebagai
pengganti akhirat?.
Kemudian
Allah ta’ala menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong
untuk meraih akhirat. Maka Allah berfirman “kenikmatan kehidupan dunia itu
hanyalah sedikit dibandingkan dengan kehidupan diakhirat”.[11]
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ
قَوْمًا غَيْرَكُمْ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain.
Kemudian
Allah ta’ala mengancam orang yang tidak berjihad. Maka Dia berfirman “Jika kamu
tidak berangkat, niscaya Allah mengadzabmu dengan adzab yang pedih.” Ibnu Abbas
berkata : Rasulullah SAW meminta kepada penduduk arab supaya berangkat. Lalu
mereka merasa berat, maka Allah menahan hujan bagi mereka. Itulah adzab untuk
mereka. “dan digantinya dengan kaum lain”. Yakni, karena nabinya ditolong, dan
agamanya didirikan. Sebgaimana Allah ta’ala berfirman “dan jika kamu berpaling,
niscaya Dia akan menggantimu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti
kamu. (Muhammad :38).
وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya
sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Firman
Allah ta’ala, “kamu tidak akan dapat memberi mudharat kepada-Nya sedikitpun”
yakni, kamu tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, karena kamu
tidak mengikuti jihad dan kamu menrasa enggan untuk melakukannya. “Allah maha
kuasa atas segala sesuatu” yakni, Allah maha kuasa untuk memberikan pertolongan
kepada kaum muslimin tanpa bantuan kamu.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ
الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ
لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita."
Ayat
ini menyinggung konspirasi orang-orang Musyrik untuk membunuh Nabi. Karena
sudah barang tentu program-program mereka tidak bisa diharapkan akan sejalan
dengan program Nabi dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk
menghabisi Nabi namun mereka merancang agar pembunuhan itu tidak dilakukan oleh
seorang dari sebuah kabilah. Karena itulah mereka menjadwalkan agar setiap
kabilah mengirim seorang utusannya, sehingga nantinya mereka dalam sebuah
kelompok melakukan penggerebekan ke rumah Nabi dan menghabisi Nabi secara
bersama-sama.
Akan
tetapi Allah Swt Yang Maha Tahu telah memberi tahu kepada Nabi-Nya atas
konspirasi kaum Musyrikin ini dan Nabi pun melakukan gerakan penyelamatan yang
tidak diketahui oleh para musuh tersebut. Beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi
Thalib as untuk tinggal dan tidur ditempat tidur Nabi, sehingga para mata-mata
musuh terkecoh dan tidak mengetahui gerakan Nabi yang keluar dari kota Mekah.
Nabi keluar dari rumah beliau diiringi oleh sahabat Abu Bakar yang bersama-sama
menuju ke gua Tsur di selatan Mekkah. [12]
Setelah
musuh mengetahui tentang keluarnya Nabi, mereka mengejar ke arah gua, akan
tetapi mereka melihat bahwa mulut gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba.
Bahkan di sebelah gua itu ada seekor merpati yang sedang bertelur, sehingga
mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki gua itu dengan alasan bila ada orang
yang baru masuk kedalam gua tersebut pastilah sarang laba-laba itu sudah rusak
dan merpati itu juga tidak tinggal di sebelah gua tersebut. Setelah 3 hari Nabi
tinggal di dalam gua Tsur tersebut, Nabi lalu berhijrah ke arah Madinah.[13]
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ
تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ
هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Yakni,
Allah menegarkan, menolong dan membantu Rasulullah saw (serta) Abu Bakar. “Dan
dia membantunya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya”. Yaitu, para
malaikat “dia menjadikan kalimat-kalimat orang kafir itu rendah dan kalimat
Allah lah yang tinggi. Karena itulah ayat ini menyinggung peristiwa hijrahnya
Nabi yang bila tidak karena bantuan dan pertolongan Allah, beliau Saw tidak
akan mungkin bisa lepas dan selamat dari kejaran orang-orang Musyrik itu. Di
sini, orang-orang yang enggan membantu Nabi dalam berbagai kondisi khususnya
pada perang Tabuk telah mendapat celaan dan mengatakan, "Saat itu Nabi
tidak memiliki bala bantuan dan penolong, maka Allah Swt tidak akan pernah
membiarkan Nabi-Nya sendirian dan beliau dalam keadaan terhina. Karena itu
laksanakanlah kewajiban kalian dan ketahuilah bahwa rancangan konspirasi
orang-orang Kafir dan Musyrik akan gagal sia-sia, sedang nama Islam dan Allah
tetap abadi.[14]
5.
Kesimpulan Ayat
1.
Balasan dan
siksa akibat meninggalkan jihad adalah kehinaan dan kerugian di dunia, namun
kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Karena itu janganlah kalian
menyangka bahwa dengan meninggalkan jihad kalian akan memperoleh ketenangan,
keamanan ataupun kesejahtaraan dalam urusan dunia kalian.
2. Menjunjung
tinggi atau menentang perintah Allah tidak mendatangkan manfaat dan kerugian
bagi Allah. Karena itu, hal ini bukan kita memberikan kemuliaan bagi Tuhan, dan
tidak pula menunjukkan Dia memerlukan pada hal tersebut.
3. Kelestarian
dan keabadian Islam tidak tergantung pada dukungan dan penjagaan kita, akan
tetapi Allah sendirilah yang menjaga agama suci-Nya. Karena itu kita tidak
boleh berbangga diri dalam menjaga dan membela agama Allah ini.
4. Ketenangan
dan ketentraman manusia adalah salah satu anugerah Allah. Karena itu ia tidak
memerlukan terwujudnya sarana materi.
5. Kehendak
Allah di atas segala keinginan dan konspirasi orang-orang Kafir yang pada
gilirannya perbuatan makar dan konspirasi mereka akan gagal dan hancur.
C. Penafsiran QS : Yusuf Ayat 87
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا
تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ
إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
1.
Kosa Kata
v تَحَسَّسُوا : Selidiki
v لَا تَيْأَسُوا : Janganlah berputus asa
2.
Kolerasi
(Munasabah)
Pada
ayat 87 nabi ya’qub mengutus para putranya untuk mencari atau menyelidiki
berita tentang yusuf serta saudaranya bunyamin. Dan nabi ya’qub berpesan dan
mengharapkan supaya mereka tidak berputus asa kepada Allah swt. Dan ayat ini sebelumnya
telah ditegaskan pada ayat 80 dimana, salah satu saudara dari mereka merasa
berputus asa dalam pencarian bunyamin, maka tidak seharusnya mereka berputus
asa dari rahmat serta pengharapan Allah swt, karena sesungguhnya sikap berputus
asa adalah milik orang-orang kafir (tidak baik).
3.
Penafsiran Ayat
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
Allah ta’ala memberitahukan tentang Ya’qub AS, bahwa dia menganjurkan
kepada anak-anaknya agar menyelidiki berita tentang Yusuf dan saudaranya[15]
Bunyamin.[16]Pada
pembahasan yang lalu telah disinggung bahwa sewaktu putra-putra Ya'qub as
memberitahukan kepada ayah mereka bahwa Benyamin ditahan di Mesir, maka ayah
mereka mengingat peristiwa yang menimpa putranya, Yusuf. Beliau pun memohon dan
mengadu kepada Allah Swt seraya meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi
jalan keluar mengenai masalah yang sedang dihadapinya itu. Oleh karena Nabi
Ya'qub as sebelumnya telah mengetahui mimpi yang dialami oleh Yusuf ketika
masih remaja, dan meyakini bahwa putranya ini masih hidup dan akan mencapai
kedudukan yang tinggi dan mulia, maka Ya'qub as berkata kepada putra-putranya,
"Sekali lagi pergilah ke Mesir, untuk mencari informasi tentang Yusuf dan
membanya ke mari. Juga carilah jalan untuk membebaskan saudara kalian, Benyamin
dan mereka semua kembali kepadaku."[17]
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Ya’qub
mengharapkan agar mereka tidak berputus asa dan putus harapan kepada Allah
ta’ala dari tujuan yang mereka kehendaki.Dalam rangka mendorong anak-anaknya
agar tetap bersemangat mencari informasi tentang Yusuf dan membebaskan saudara
mereka, Benyamin, Nabi Ya'qub as berkata kepada mereka berkata kepada mereka
bahwa seorang mukmin dalamkeadaan bagaimanapun tidak boleh berputus asa dari
rahmat dan pertolongan Allah swt. Karena putus asa dari rahmat Allah adalah
tanda-tanda kekafiran. Kata-kata "rauh" yang dipakai dalam ayat ini
berasal dari kata "rih" yang berarti angin. Dengan demikian kata rauh
berartisemangat. Karena dengan hembusan angin segar, seseorang akan merasakan
ketenangan dan ketentraman. Sebagian lain mufassir, mengartikan kata tersebut
sebagai "jiwa". Karena dengan terbukanya pintu usaha dan
tersingkirnya kesulitan, seseorang akan memperoleh jiwa segar. Sesungguhnya
tiada yang putus harapan dan tiada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali
orang-orang yang kafir. [18]
4.
Kesimpulan Ayat
1.
Untuk
memperoleh pertolongan dan rahmat Allah, orang harus bergerak dan berusaha
bukan dengan duduk berdiam diri di dalam rumah danmenunggu turunnya rahmat
ilahi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, jika kita ingin meraih apa yang kita
mau dalam bidang pendidikan, hendaklah kita berusaha dengan keras dan tidak
bermalas malasan Nabi Ya'qub
berkata kepada putra-putranya, "Untuk menemukan Yusuf kalian harus
bergerak dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.
2.
Auliya Allah
selalu mendorong manusia untuk tetap berharap kepada rahmat dan pertolongan
Allah. Akan tetapi mereka yang membuat orang lain.
D.
Penafsiran QS. Ar-Ra’ad : 2
اللَّهُالَّذِيرَفَعَالسَّمَاوَاتِبِغَيْرِعَمَدٍتَرَوْنَهَاثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِوَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّىيُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِلَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu.[19]
1. Kosa Kata
v عَمَدٍ : Jamak dari عمود yang berarti tiang
v الْآيَاتِ : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan,
matahari
2. Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah
swt bersemayam di atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan.
Dia menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini
berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan
dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).
3. Penafsiran Ayat
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat
Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi
dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja.
Langit itu menjulang tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui, kalian melihatnya tanpa tiang yangmenjadi
sandaran dari bawahnya, dan tanpa
gantungan yang mengaitnya dari atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat
Al-Baqarah.[20]
ثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ
kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia
jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini, kebersemayaman yang sesuai
dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan kerajaan-Nya dengan peraturan yang
sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid an kokoh sesuai dengan kehendak dan
kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat sepeti ini telah di uraikan dalam surat
Al-A’raf dan Yunus.
وَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّى
dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan
Dia menundukkan
matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat kepada-Nya untuk memberikan
manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing keduanya berjalan pada orbitnya untuk
waktu tertentu, matahari membelah orbitnya
selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan.
Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah
ditetapkan oleh Allah.[21]
يُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya)
Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan
danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu kepada
siapapun yang Dia kehendaki di antara
para hamba-Nya. Pengaturannya
terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan
pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa
yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada
urusan yang lain.
Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan
yang wujud dengan tatanan yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua
yang ada itu, dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak
terpisahka antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga
matahari yang terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam
gerakannya saling berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik
yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang
telah ditetapkan Allah baginya.
لَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu
Dengan harapan,
kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit tanpa tiang, serta
mengatur urusan dengan rapi dan teratur,
kuasa pula untuk membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali
orang-orang mati dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan
atas amal. Jika amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula;
dan jika buruk, maka balasan itupun akan buruk pula.[22]
4. Kesimpulan Ayat
1.
Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk
mendirikan bumi dan hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media
nontekstual atau can’t look with eyes, dimana hanya orang-orang yang
berfikirlah yang mampu menganalisa apa yang telah Allah berikan petunjuk.
2.
Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang
berbentuk atau yang bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa
menyentuh hati juga fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.
E.
Penafsiran QS. Al-Bayyinnah 6-8
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [Al-Bayyinah:6-7]Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada tuhan-Nya. [al-Bayyinah/98:8]
1. Asbabun Nuzul
Ada beberapa sahabat mengungkapkan, cerita ini merupakan
sebab turunnya surat Al-bayyinah ayat 1-8 namun ada pula beberapa yang
berihtilaf mengenai hal ini. Berikut kisahnya, Ubay ibn Ka'b adalah penduduk
Yatsrib yang sangat cerdas. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah
untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Yatsrib,[23]
ia langsung bergabung dan menyatakan keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan
ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke Yatsrib.Karena perannya itu ,
suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk
membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".Dengan takjub Ubay menjawab :
"Allah menyebutkan namaku kepadamu..?". "Ya... Dia
menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".Lalu Rasulullah menyampaikan ayat
Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya : (yaitu surat Al-Bayyinah ayat 1-8)
Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan
Rasulullah kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang
diberikan Allah melebihi sahabat lainnya.[24]
2. Kosa Kata
v أَهْلِالْكِتَابِ : Orang-orang ahli kitab
v شَرُّالْبَرِيَّةِ : Seburuk-buruknya makhluk
v خَيْرُالْبَرِيَّةِ : Sebaik-baiknya makhluk
v خَشِيَ : Takut
3. Kolerasi
Pada ayat 6 surat Al-Bayyinah menjelaskan mengenai
orang-orang kafir dari golongan ahli kitab. Hal ini telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa golongan ahli kitab tidak akan terpecah belah setelah datang
epada mereka bukti yang nyata dari Allah swt (Al-Bayyinah : 4)
4. Penafsiran Ayat
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya,
mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan
orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya baik dari ahli
kitab maupun orang-orang musyrik, bahwa mereka nanti pada hari kiamat akan
dimasukkan ke neraka Jahannam dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah
seburuk-buruk makhluk.
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Azza wa Jalla
menjelaskan keadaan orang-orang shaleh yang telah beriman dengan hati mereka
dan melakukan amal kebajikan dengan jasad mereka, bahwa mereka adalah
sebaik-baik makhluk.[25]
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya
Dalam ayat di atas Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa balasan
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di sisi Tuhan mereka nanti pada
hari kiamat adalah surga ‘Adn, mereka menetap di sana selama-lamanya, tidak
akan pernah keluar darinya, dan juga tidak akan mati. Di bawah pepohonan-nya
terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Allah Azza wa Jalla ridha terhadap ketaatan yang telah mereka lakukan di
dunia.., begitu pula sebaliknya merekapun ridha terhadap pemberian Allah Azza
wa Jalla berupa (nikmat) pahala dan kemuliaan, sebagai balasan atas perbuatan
baik mereka ketika di dunia.Pemberian tersebut akan diberikan oleh Allah Azza
wa Jalla pada hari kiamat nanti kepada orang yang beriman dan beramal shaleh
serta takut kepada Allah Azza wa Jalla ketika di dunia, baik di waktu sepi
maupun terang-terangan, dengan terus melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya.[26]
5. Kesimpulan Ayat
1. Seorang yang ahli dalam pendidikan akan selalu
disegani oleh banyak orang, dimana orang tersebut benar-benar menguasai dunia
pendidikan tersebut, serta bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang
lain, akan tetapi ahli kitab yang murtad disini berarti belum bisa yakin betul
akan posisinya untuk apa dan bagaimana seharusnya.
2. Orang-orang ahli kitab diperintahkan untuk
mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi kesyirikan. Serta diperintahkan
untuk meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam ketika Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, sebagaimana yang telah disebutkan di
dalam kitab-kitab mereka.
3. Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah Azza
wa Jalla adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat,
zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
4. Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah Azza
wa Jalla ) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan
data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan
untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai
hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar
siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu.
Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu,
diantaranya:
1. QS. Al An’am : 74-83
2. QS. At-Taubah : 38-40
3.
QS : Yusuf Ayat
87
4. QS. Ar-Ra’ad : 2
5. QS. Al-Bayyinah
6-8
Semua telah
diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana seharusnya kita
mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.
B. Kritik dan Saran
Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Untuk itu
kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para
senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang
terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi
penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Jalaluddin As-Suyutiy, 2002 Asbabu Nuzul. Muassasu
Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul,
Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu
dan Pendidikan Islam. Gaya media
Pratama :Bekasi.
Shihab,
Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.
[1]Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 (
Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232
[2]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234.
[3]Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia
Perindo, Jakarta : 2000) Hlm. 273.
[4] Ibid. hlm, 275
[5] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin
Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm.
119-120.
[6]Ibid, hlm. 120
[7]Ibid, hlm. 121
[9] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 605-607.
[10]Agus Purwanto, Al-Alim
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 194-195.
[11]Ibid, hlm. 606.
[12] Ibid, hlm. 606.
[13]Http://
Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[14]Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 (
Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 607-608.
[15]Http://
Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[17]Ibid, hlm. 877.
[18]Ibid, hlm. 890
[20]Ibid. hlm. 144
[21]Ibid. hlm, 145-147
[22]Ibid. hlm, 147-148
[23]Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi, Kitab Asbabun Nuzul (Graha Computindo : Bekasi,
2015), hlm. 86
[24]Ibid, hlm. 87
[25]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 4 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 507
[26]Ibid. hlm, 509
MAKALAH
“ENSTRUMEN
PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “TAFSIR”
Oleh Dosen Pengampu : Saghlul Fitrian Djalal, Lc
Disusun Oleh : Kelompok VII
1.
Ach.
Muntaha (18201501020004)
2.
Dewi
Raragita S. (182015010200)
3.
Ummi
Maulidatussyarifah (182015010200)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY PPENDIDIKAN
BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik
Allah SWT. Solawat beserta salam selalu tercurah limpahkan pada junjungan nabi
besar kita nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai
kelompok-VII mampu menyelesaikan tugas makalah ini, untuk memenuhi tugas mata
kuliah “TAFSIR” .
Al-Quran adalah firman
Allah, petunjuk bagi kehidupan manusia dalam meniti kehidupannya. Dalam
Al-quran terdapat banyak pedoman yang bisa mengantarkan manusia menuju jalan
kebahagiaan yang haqiqi. Untuk itu perlunya pemahaman akan kandungan ayat-ayat
dalam Al-quran, agar kita terhindar dari ketidak tahuan yang menyesatkan.
Makalah yang akan kami bahas
berjudul “ENSTRUMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN’, ini merupakan karya yang di
hasilkan oleh rasa keingin tahuan kami tentang kandungan ayat- ayat Al-quran
yang ingin kita bahas.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ I
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Prolog ............................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penafsiran QS. Al An’am : 74-83 ................................................................. 3
B.
Penafsiran QS. At-Taubah :
38-40 ................................................................ 11
C.
Penafsiran QS. Yusuf
:87 ............................................................................. 17
D. QS. Ar-Ra’ad : 2 ........................................................................................... 19
E.
QS. Al-Bayyinah 6-8 .................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al
Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama,
diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan
petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut
Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di
dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah
hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan
tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas
salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu,keaslian
dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia
tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam
memahami lafald dan ungkapan Al Qur¶an tidaklah sama, padahal penjelasannya
sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar
diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan
awamhanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya
secara global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat
mengumpulkan pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara
cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka
tidaklah mengherangkan jika Al-Qur¶an mendapatkan perhatian besar dari
umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata
garib(aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan
menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah dipahami.
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al
Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama,
diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan
(bayyinaat) dari petunjuk tersebut, sehingga kemudian mampu menjadi pembeda
(furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilahmanusia mendapatkan
petunjuk dari Al-Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akanmeninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al-Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dengan mediamalaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, Al-Qur`an dijaga keasliannya oleh Allahswt. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut
Sang Pencipta Allahµazza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di
dunia ini dan di sana, di akhirat sana .Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah
hutan belantara dengan selamat dantanpa tersesat apabila peta yang diberikan
tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas
salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena
itu,keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas
agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami
lafald dan ungkapan Al Qur’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang
dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaandaya nalar diantara mereka ini
adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awamhanya dapat
memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara
global,sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan
pula dari pandanganmakna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok
ini terdapat aneka ragam dantingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika
Al-Qur’an
mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif
terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib(aneh-ganjil) atau mentakwil
tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasayang mudah
dipahami.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara
garis besar, kita mungkin sedikit mengetahui yang dimaksud dengan instrumen,
dan sekarang kami akan menjelaskannya secara global namun lebih mengkerucut
disertai dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa itu Instrumen
Pendidikan. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Ada beberapa Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai instrumen
pendidikan. Yakni sebagai berikut :
A. Penafsiran QS. Al An’am : 74-83
وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ
وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٧٤) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (٧٥) فَلَمَّا جَنَّ
عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا
أُحِبُّ الآفِلِينَ (٧٦) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ
الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (٧٧) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي
هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ (٧٨) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٧٩)وَحَاجَّهُ
قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا
تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ
عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ (٨٠) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ
سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(٨١(الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا
آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ
رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (٨٣)[1]
Dan di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata”.(74).Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar
dia termasuk orang-orang yang yakin.(75).Ketika
menjadi gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia
berkata,”inilah tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata,
“saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(76).Kemudian dia
tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.(77)Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam
dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”.(78)“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”.(79).[2]Dan dia di bantah oleh kaumnya dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah padahal sesungguhnya
Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali di
kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakahkamu tidak dapat mengambil pelajaran.?(80).Bagaimana
aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri
tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang
lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"(81). Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.(82).Dan itulah keterangan Kami yang Kami
berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa
yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha tahu
.
1.
Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul ayat 82 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin
Zuhar dari Bakr bin Sawadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang
Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan
berhasil membunuh satu orang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya, “Setelah apa
yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam? Rasulullah menjawab ‘ya’,
maka orang itu lalu menyembelih kudanya. Kemudian masuk di dalam barisan kaum
muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil
membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para
sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang tersebut. “Orang-orang
yang beriman tidak mencampuradukkan imn mereka dengan kedzaliman (syirik)...”[3]
2.
Kosa Kata
v ضَلالٍ : Kesesatan
v نُرِي : Kami Memperlihatkan
v أَفَلَ : Bintang sirna
v بَرِيءٌ : Berlepas
v فَطَرَ : Menciptakan
v لَمْ يَلْبِسُوا : Tidak mencampuradukkan
3.
Korelasi
Kolerasi penjelasan ayat diatas mengenai nabi
Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah, dimana tatkala saat itu ayah nabi
Ibrahim yang bernama Azar selalu menyembah berhala. Ayat ini berkorelasi dengan ayat 84, yang mana Allah
memberi petunjuk kepada nabi Ishak dan Ya’kub dan sebelumnya Allah memberi petunjuk
pula kepada nabi Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya yaitu nabi Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, harun.
4.
Penafsiran Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar, “Pantaskah kamu menjadikan patung-patung
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kammu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata”
(dan) ingatlah
(di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azhar) julukan nama aslinya adalah
tarikh (“Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan?) yang
kamu sembah. Kata Tanya disini bermakna celaan.(Sesungguhnya
aku melihat kamu dan kaummu.) Karena menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan(dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar(yang
nyata”.) yang jelas
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi dan agar
dia termasuk orang-orang yang yakin.
(Dan
demikianlah) sebagai mana apa yang kami telah perhatikan kepada Ibrahim,
yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya(Kami perlihatkan kepada
Ibrahim kerajaan) kekuasaan(langit dan bumi) agar ia dapat mengambil kesimpulantentang
kekuasaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.) terhadap
tanda-tanda keagungan Kami itu. Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang
sesudahnya adalah jumlah I’tiradhiah yang di athafkan pada lafal qaala[4]
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika menjadi
gelap malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata,”inilah
tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “saya tidak suka
kepada yang tenggelam.
(Ketika menjadi
gelap) menjadi kelam pekat(malam hari atasnya, dia melihat sebuah
bintang,) menurut suatu pendapat bahwa yang di maksud adalah bintang
zahrah/venus(lalu dia berkata,) kepada kaumnya yang pada waktu itu
menjadi para penyembah bintang-bintang (”inilah tuhanku”) menurut
persangkaan kamu(Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,) surut(dia
berkata, “saya tidak suka kepada yang tenggelam.”) maksudnya aku tidak suka
menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak mempunyai sifat yang
berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas di
sanadang oleh mahluk-mahluk akan tetapi ternyata cara yang di sampaikan oleh
Nabi Ibrahaim ini tidak mampan pada diri mereka.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي
فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ
الضَّالِّينَ
Kemudian dia
tatkala melihat bulan terbit, dia berkata”inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
(Kemudian dia tatkala melihat bulan terbit,) bulan mulai menampakkan
sinarnya(dia berkata) kepada mereka (”inilah tuhanku”. Tetapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika tuhanku idah member
petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku(pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat.) perkataan ini merupakan sindiran Nabi
Ibrahim kepada kaumnya bahwa mereka itu berbeda dalam kesesatan akan tetapi
ternyata apa yang telah dilakukannya sedikitpun tidak bermanfaat bagi kaumnya.[5]
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي
هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ
Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inikah tuhanku yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu tenggelam
dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan”.
(Kemumdian
tatkala dia melihat matahari terbit dia
berkata, “Inilah) dhamir dalam lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya
mudzakar(tuhanku yang lebih besar.”) dari pada bintang dan bulan(Maka tatkala
matahari itu tenggelam) hujah yang ia aampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat
dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka(dia berkata, “ Hai kaumku! Sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.) dari mempersekutukan Allah
dari behala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan kepada
penciptanya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, “ Lalu apa
yang kau sembah?” Nabi Ibrahim menjawab
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”
(“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah(kepada tuhan
yang telah menciptakan) yeng telah mewujjudkan(langit dan bumi) yaitu Allah
swt.(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar(dan
aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.”) Allah.[6]
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ
وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي
شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Dan dia di
bantah oleh kaumnya dia berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku tentang Allah
padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak dengan Allah kecuali
di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?
(Dan dia di bantah oleh kaumnya)
ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengnai agama yang di peluknya itu, lalu
mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka, bahwa
jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan
kejeekan.(dia
berkata,”Apakah kaummu hendak membantahku) dengan dibaca taysdid huruf
nunnya dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya,
yakni nun alamat rafa’nya, demikian menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut
Imam Farra’ yang di buang adalah nun waqiyah. Maknanya ialah: Apakah kamu
menyanggah aku? (tentang) keesaan ( Allah padahal sesungguhnya Allah
telah memberi petunjuk kepadaku.”) Maha tinggi Allah yang telah memmberiku petunjuk kepada
keesaan-Nya. (Dan aku tidakkepada kamu yang kamu persekutukan) dia
(dengan Allah) yakni dengantakut dengan berhala-berhala tersebut; mereka
tidak menimpakan mala petaka terhadap diriku, sebab mereka tidak memiliki
kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki
sesuatu dari malapetaka itu.) jika Dia hendak menimpakan malapetaka
kepadaku, maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala
sesuatu.) Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran.?) dari padanya kemudian kamu mau beriman.[7]
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ
أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Bagaimana aku
takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut (kepada Allah) karena menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Dia sendiri
tidak menurunkan keterangan kepadamu. Manakah dari kedua golongan itu yang
lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?".
(Bagaimana aku
takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah
sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula
kemanfaatan, (padahal kamu tidak takut) kepada Allah ( bahwasannya
kamu sendiri mempesekutukan Allah ) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan
yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya (
atas kamu suatu hujjahpun) untuk mempersekutukannya; yakni suatu alasan dan
bukti padahal Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. (maka manakah diantara dua golongan
itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu? (jika
kamu mengetahui?) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan
darimalapetaka itu? Yang dimaksud dengan
kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah
berfirman:[8]
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
5.
Kesimpulan Ayat
Adapun beberrapa kesimpulan yang dapat
dipetik dari penafsiran beberapa ayat diatas adalah :
1.
Media atau alat yang diberikan Allah
untuk digunakan sebagai petunjuk yang ada dalam dunia pendidikan (jika kita
lihat, ketika ayah Nabi Ibrahim menjadikan berhala sebagai sesembahannya. Maka
sesungguhnya Allah telah memberikan beberapa petunjuk yang ada di alam sekitar
supaya manusia itu lebih memikirkan) dimana pendidik dan peserta didik saling
berkolaborasi, agar materi yang dijelaskan bisa sampai dengan jelas kepada
peserta didik dan mudah dianalisa, jika adanya instrumen yang mendukung dalam
pemberian penjelasan ketika belajar.
2.
Di dunia dan akhirat, seperti kepada
Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal itu, karena dengan ilmu Allah meninggikan
hamba-hamba-Nya, khususnya orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya,
maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia sesuai keadaannya, di mana
perbuatannya akan diperhatikan, jejaknya diikuti, diambil cahayanya untuk
menyinari, dan dengan ilmunya seseorang berjalan di kegelapan.
3.
Oleh karenanya Dia tidak meletakkan
ilmu dan hikmah kecuali pada tempat yang layak, dan Dia mengetahui siapakah
yang berhak menerima dan memperolehnya.
B.
Penafsiran QS. At-Taubah :
38-40
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚأَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ( 38)إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(39)إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖفَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(40)
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan
kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan
di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia
ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit (38). Jika kamu
tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang
pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat
memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu (39). Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah
telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (40).[9]
1.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat
ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah
penaklukkan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas
yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh
serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Hai
orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu :
“Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin
tinggal di tempatmu?...
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata,
“Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau
menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk berangkat
perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah
menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih…”Dan Dia mencegah hujan
turun kepada mereka, dan itulah azab bagi mereka.”
2. Kosakata
v يَسْتَبْدِلْ : Menggantikan
v نَصَر : Menolong
v سَكِينَتَهُ : Ketenangan
v السُّفْلَىٰ : Rendah
v الْعُلْيَا : Tinggi
3. Kolerasi (Munasabah)
Surat At- taubah ayat 38 berkorelasi dengan
ayat sesudahnya yaitu ayat 41 yang disana tertuliskan dimana perintah untuk
“berangkat” انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ kepada kaum nabi Muhammad dalam ayat 38
karena mereka ingin menetap ditempat mereka berada dan tidak ingin meninggalkan
tempat tersebut, dan pada ayat 41 dijelaskan bahwa sesungguhnya lebih baik
apabila kamu berangkat untuk berjihad dijalan Allah meski dengan rasa ringan
ataupun berat (terpaksa). Karena yang demikian itu lebih baik, jika kamu
mengetahui.[10]
4. Penafsiran Ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
Hai orang-orang yang beriman
Ayat
ini ditujukan kepada orang-orang mu’min, maka sebaiknya kita memperhatikan
dengan seksama apa yang hendak
disampaikan.
مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah
(untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu?
Ayat
ini merupakan permulaan celaan terhadap orang yang tidak ikut perang tabuk
bersama Rasulullah tatkala buah mulai masak, dan naungan lebih menyenangkan
karena udara sangat panas, dan beratnya musim panceklik, maka Allah ta’ala
berfirman “hai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepadamu,
‘berangkatlah dijalan Allah’” yakni, apabila kamu diseru untuk berjihad dijalan
Allah, “lalu kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?”, yakni kamu
merasa malas dan lebih senang untuk tinggal ditempat sambil berteduh dan
menanti datangnya buah.
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚفَمَا مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan
di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
“Apakah
kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni,
apakah kamu melakukan hal itu karena kamu lebih menyukai dunia sebagai
pengganti akhirat?.
Kemudian
Allah ta’ala menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan mendorong
untuk meraih akhirat. Maka Allah berfirman “kenikmatan kehidupan dunia itu
hanyalah sedikit dibandingkan dengan kehidupan diakhirat”.[11]
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ
قَوْمًا غَيْرَكُمْ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain.
Kemudian
Allah ta’ala mengancam orang yang tidak berjihad. Maka Dia berfirman “Jika kamu
tidak berangkat, niscaya Allah mengadzabmu dengan adzab yang pedih.” Ibnu Abbas
berkata : Rasulullah SAW meminta kepada penduduk arab supaya berangkat. Lalu
mereka merasa berat, maka Allah menahan hujan bagi mereka. Itulah adzab untuk
mereka. “dan digantinya dengan kaum lain”. Yakni, karena nabinya ditolong, dan
agamanya didirikan. Sebgaimana Allah ta’ala berfirman “dan jika kamu berpaling,
niscaya Dia akan menggantimu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti
kamu. (Muhammad :38).
وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗوَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya
sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Firman
Allah ta’ala, “kamu tidak akan dapat memberi mudharat kepada-Nya sedikitpun”
yakni, kamu tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, karena kamu
tidak mengikuti jihad dan kamu menrasa enggan untuk melakukannya. “Allah maha
kuasa atas segala sesuatu” yakni, Allah maha kuasa untuk memberikan pertolongan
kepada kaum muslimin tanpa bantuan kamu.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ
الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ
لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita."
Ayat
ini menyinggung konspirasi orang-orang Musyrik untuk membunuh Nabi. Karena
sudah barang tentu program-program mereka tidak bisa diharapkan akan sejalan
dengan program Nabi dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk
menghabisi Nabi namun mereka merancang agar pembunuhan itu tidak dilakukan oleh
seorang dari sebuah kabilah. Karena itulah mereka menjadwalkan agar setiap
kabilah mengirim seorang utusannya, sehingga nantinya mereka dalam sebuah
kelompok melakukan penggerebekan ke rumah Nabi dan menghabisi Nabi secara
bersama-sama.
Akan
tetapi Allah Swt Yang Maha Tahu telah memberi tahu kepada Nabi-Nya atas
konspirasi kaum Musyrikin ini dan Nabi pun melakukan gerakan penyelamatan yang
tidak diketahui oleh para musuh tersebut. Beliau memerintahkan Imam Ali bin Abi
Thalib as untuk tinggal dan tidur ditempat tidur Nabi, sehingga para mata-mata
musuh terkecoh dan tidak mengetahui gerakan Nabi yang keluar dari kota Mekah.
Nabi keluar dari rumah beliau diiringi oleh sahabat Abu Bakar yang bersama-sama
menuju ke gua Tsur di selatan Mekkah. [12]
Setelah
musuh mengetahui tentang keluarnya Nabi, mereka mengejar ke arah gua, akan
tetapi mereka melihat bahwa mulut gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba.
Bahkan di sebelah gua itu ada seekor merpati yang sedang bertelur, sehingga
mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki gua itu dengan alasan bila ada orang
yang baru masuk kedalam gua tersebut pastilah sarang laba-laba itu sudah rusak
dan merpati itu juga tidak tinggal di sebelah gua tersebut. Setelah 3 hari Nabi
tinggal di dalam gua Tsur tersebut, Nabi lalu berhijrah ke arah Madinah.[13]
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ
تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗوَكَلِمَةُ اللَّهِ
هِيَ الْعُلْيَا ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Yakni,
Allah menegarkan, menolong dan membantu Rasulullah saw (serta) Abu Bakar. “Dan
dia membantunya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya”. Yaitu, para
malaikat “dia menjadikan kalimat-kalimat orang kafir itu rendah dan kalimat
Allah lah yang tinggi. Karena itulah ayat ini menyinggung peristiwa hijrahnya
Nabi yang bila tidak karena bantuan dan pertolongan Allah, beliau Saw tidak
akan mungkin bisa lepas dan selamat dari kejaran orang-orang Musyrik itu. Di
sini, orang-orang yang enggan membantu Nabi dalam berbagai kondisi khususnya
pada perang Tabuk telah mendapat celaan dan mengatakan, "Saat itu Nabi
tidak memiliki bala bantuan dan penolong, maka Allah Swt tidak akan pernah
membiarkan Nabi-Nya sendirian dan beliau dalam keadaan terhina. Karena itu
laksanakanlah kewajiban kalian dan ketahuilah bahwa rancangan konspirasi
orang-orang Kafir dan Musyrik akan gagal sia-sia, sedang nama Islam dan Allah
tetap abadi.[14]
5.
Kesimpulan Ayat
1.
Balasan dan
siksa akibat meninggalkan jihad adalah kehinaan dan kerugian di dunia, namun
kelak di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Karena itu janganlah kalian
menyangka bahwa dengan meninggalkan jihad kalian akan memperoleh ketenangan,
keamanan ataupun kesejahtaraan dalam urusan dunia kalian.
2. Menjunjung
tinggi atau menentang perintah Allah tidak mendatangkan manfaat dan kerugian
bagi Allah. Karena itu, hal ini bukan kita memberikan kemuliaan bagi Tuhan, dan
tidak pula menunjukkan Dia memerlukan pada hal tersebut.
3. Kelestarian
dan keabadian Islam tidak tergantung pada dukungan dan penjagaan kita, akan
tetapi Allah sendirilah yang menjaga agama suci-Nya. Karena itu kita tidak
boleh berbangga diri dalam menjaga dan membela agama Allah ini.
4. Ketenangan
dan ketentraman manusia adalah salah satu anugerah Allah. Karena itu ia tidak
memerlukan terwujudnya sarana materi.
5. Kehendak
Allah di atas segala keinginan dan konspirasi orang-orang Kafir yang pada
gilirannya perbuatan makar dan konspirasi mereka akan gagal dan hancur.
C. Penafsiran QS : Yusuf Ayat 87
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا
تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ
إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
1.
Kosa Kata
v تَحَسَّسُوا : Selidiki
v لَا تَيْأَسُوا : Janganlah berputus asa
2.
Kolerasi
(Munasabah)
Pada
ayat 87 nabi ya’qub mengutus para putranya untuk mencari atau menyelidiki
berita tentang yusuf serta saudaranya bunyamin. Dan nabi ya’qub berpesan dan
mengharapkan supaya mereka tidak berputus asa kepada Allah swt. Dan ayat ini sebelumnya
telah ditegaskan pada ayat 80 dimana, salah satu saudara dari mereka merasa
berputus asa dalam pencarian bunyamin, maka tidak seharusnya mereka berputus
asa dari rahmat serta pengharapan Allah swt, karena sesungguhnya sikap berputus
asa adalah milik orang-orang kafir (tidak baik).
3.
Penafsiran Ayat
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
Allah ta’ala memberitahukan tentang Ya’qub AS, bahwa dia menganjurkan
kepada anak-anaknya agar menyelidiki berita tentang Yusuf dan saudaranya[15]
Bunyamin.[16]Pada
pembahasan yang lalu telah disinggung bahwa sewaktu putra-putra Ya'qub as
memberitahukan kepada ayah mereka bahwa Benyamin ditahan di Mesir, maka ayah
mereka mengingat peristiwa yang menimpa putranya, Yusuf. Beliau pun memohon dan
mengadu kepada Allah Swt seraya meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi
jalan keluar mengenai masalah yang sedang dihadapinya itu. Oleh karena Nabi
Ya'qub as sebelumnya telah mengetahui mimpi yang dialami oleh Yusuf ketika
masih remaja, dan meyakini bahwa putranya ini masih hidup dan akan mencapai
kedudukan yang tinggi dan mulia, maka Ya'qub as berkata kepada putra-putranya,
"Sekali lagi pergilah ke Mesir, untuk mencari informasi tentang Yusuf dan
membanya ke mari. Juga carilah jalan untuk membebaskan saudara kalian, Benyamin
dan mereka semua kembali kepadaku."[17]
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Ya’qub
mengharapkan agar mereka tidak berputus asa dan putus harapan kepada Allah
ta’ala dari tujuan yang mereka kehendaki.Dalam rangka mendorong anak-anaknya
agar tetap bersemangat mencari informasi tentang Yusuf dan membebaskan saudara
mereka, Benyamin, Nabi Ya'qub as berkata kepada mereka berkata kepada mereka
bahwa seorang mukmin dalamkeadaan bagaimanapun tidak boleh berputus asa dari
rahmat dan pertolongan Allah swt. Karena putus asa dari rahmat Allah adalah
tanda-tanda kekafiran. Kata-kata "rauh" yang dipakai dalam ayat ini
berasal dari kata "rih" yang berarti angin. Dengan demikian kata rauh
berartisemangat. Karena dengan hembusan angin segar, seseorang akan merasakan
ketenangan dan ketentraman. Sebagian lain mufassir, mengartikan kata tersebut
sebagai "jiwa". Karena dengan terbukanya pintu usaha dan
tersingkirnya kesulitan, seseorang akan memperoleh jiwa segar. Sesungguhnya
tiada yang putus harapan dan tiada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali
orang-orang yang kafir. [18]
4.
Kesimpulan Ayat
1.
Untuk
memperoleh pertolongan dan rahmat Allah, orang harus bergerak dan berusaha
bukan dengan duduk berdiam diri di dalam rumah danmenunggu turunnya rahmat
ilahi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, jika kita ingin meraih apa yang kita
mau dalam bidang pendidikan, hendaklah kita berusaha dengan keras dan tidak
bermalas malasan Nabi Ya'qub
berkata kepada putra-putranya, "Untuk menemukan Yusuf kalian harus
bergerak dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.
2.
Auliya Allah
selalu mendorong manusia untuk tetap berharap kepada rahmat dan pertolongan
Allah. Akan tetapi mereka yang membuat orang lain.
D.
Penafsiran QS. Ar-Ra’ad : 2
اللَّهُالَّذِيرَفَعَالسَّمَاوَاتِبِغَيْرِعَمَدٍتَرَوْنَهَاثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِوَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّىيُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِلَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu.[19]
1. Kosa Kata
v عَمَدٍ : Jamak dari عمود yang berarti tiang
v الْآيَاتِ : Dalil yang telah disebutkan, sepertu bulan,
matahari
2. Kolerasi (Munasabah)
Pada ayat ke dua surat Ar-Ra’ad dijelaskan bahwa Allah
swt bersemayam di atas singgasananya dengan menundukkan segala yang diciptakan.
Dia menjelaskan pula mengenai tanda tanda kebesarannya, yang mana hal ini
berkolerasi dengan ayat sebelumnya yang telah disebutkan mengenai ‘ayat’ dan
dijelaskan secara spesifik pada ayat ini (Ar-Ra’ad:2).
3. Penafsiran Ayat
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat
Allah ta’ala menciptakan langit menjulang tinggi
dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan penundukan-Nya saja.
Langit itu menjulang tinggi dengan kejahuan yang kalian tidak ketahui, kalian melihatnya tanpa tiang yangmenjadi
sandaran dari bawahnya, dan tanpa
gantungan yang mengaitnya dari atas. Hal ini telah dijelaskan dalam surat
Al-Baqarah.[20]
ثُمَّاسْتَوَىعَلَىالْعَرْشِ
kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy,
‘arsy yang Dia
jadikan sebagai markas pengaturan yang agung ini, kebersemayaman yang sesuai
dengan keagungan-Nya. Dia mengatur urusan kerajaan-Nya dengan peraturan yang
sesuai denganilmu-Nya, serta dengan rapid an kokoh sesuai dengan kehendak dan
kebijaksanaan-Nya. Uraian tentang surat sepeti ini telah di uraikan dalam surat
Al-A’raf dan Yunus.
وَسَخَّرَالشَّمْسَوَالْقَمَرَكُلٌّيَجْرِيلِأَجَلٍمُسَمًّى
dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan
Dia menundukkan
matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat kepada-Nya untuk memberikan
manfaat kepada mahluk-Nya. Masing-masing keduanya berjalan pada orbitnya untuk
waktu tertentu, matahari membelah orbitnya
selama satu tahun, dan bulan melintasi garis edarnya selama satu bulan.
Peredaran masing-masing tidak pernah menyimpang dari atauran yang telah
ditetapkan oleh Allah.[21]
يُدَبِّرُالْأَمْرَيُفَصِّلُالْآيَاتِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya)
Dia menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan
danmenghidupkan, mengadakan dan meniadakan, dsb serta menurunkan wahyu kepada
siapapun yang Dia kehendaki di antara
para hamba-Nya. Pengaturannya
terhadap alam jasad, sama dengan pengaturann-Nya terhadap alam ruh, dan
pengaturann-Nya terhadap hal-hal yang besar, sama pengaturan-Nya terhadap apa
yang kecil. Kesibukan-Nya dengan suatu urusan tidak membuat-Nya lupa pada
urusan yang lain.
Menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan
yang wujud dengan tatanan yang rapidan halus, mengadakan hubungan antara semua
yang ada itu, dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak
terpisahka antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga
matahari yang terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang, di dalam
gerakannya saling berhubungan dengan satu tatanan khusus mulai dari gaya tarik
yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah, tidak menyalahi jalan yang
telah ditetapkan Allah baginya.
لَعَلَّكُمْبِلِقَاءِرَبِّكُمْتُوقِنُونَ
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu
Dengan harapan,
kalian mengetahui bahwa yang kuasa meninggikan langit tanpa tiang, serta
mengatur urusan dengan rapi dan teratur,
kuasa pula untuk membangkitkan, mengumpulkan dan menghidupkan kembali
orang-orang mati dari kubur untuk menghadapi pengadilan dan menerima balasan
atas amal. Jika amal itu baik maka manusia akan merima balasan yang baik pula;
dan jika buruk, maka balasan itupun akan buruk pula.[22]
4. Kesimpulan Ayat
1.
Tiang-tiang tak terlihat yang digunakan Allah swt untuk
mendirikan bumi dan hamparan langit yang tinggi, adalah sebuah media
nontekstual atau can’t look with eyes, dimana hanya orang-orang yang
berfikirlah yang mampu menganalisa apa yang telah Allah berikan petunjuk.
2.
Instrumen dalam pendidikan tidak hanya berupa suatu yang
berbentuk atau yang bissa dilihat, melainkan sesuatu yang melekat dan bisa
menyentuh hati juga fikiran yang diberikan oleh pendidik, yaitu nasehat.
E.
Penafsiran QS. Al-Bayyinnah 6-8
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [Al-Bayyinah:6-7]Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada tuhan-Nya. [al-Bayyinah/98:8]
1. Asbabun Nuzul
Ada beberapa sahabat mengungkapkan, cerita ini merupakan
sebab turunnya surat Al-bayyinah ayat 1-8 namun ada pula beberapa yang
berihtilaf mengenai hal ini. Berikut kisahnya, Ubay ibn Ka'b adalah penduduk
Yatsrib yang sangat cerdas. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah
untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Yatsrib,[23]
ia langsung bergabung dan menyatakan keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan
ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke Yatsrib.Karena perannya itu ,
suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk
membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".Dengan takjub Ubay menjawab :
"Allah menyebutkan namaku kepadamu..?". "Ya... Dia
menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".Lalu Rasulullah menyampaikan ayat
Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya : (yaitu surat Al-Bayyinah ayat 1-8)
Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan
Rasulullah kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang
diberikan Allah melebihi sahabat lainnya.[24]
2. Kosa Kata
v أَهْلِالْكِتَابِ : Orang-orang ahli kitab
v شَرُّالْبَرِيَّةِ : Seburuk-buruknya makhluk
v خَيْرُالْبَرِيَّةِ : Sebaik-baiknya makhluk
v خَشِيَ : Takut
3. Kolerasi
Pada ayat 6 surat Al-Bayyinah menjelaskan mengenai
orang-orang kafir dari golongan ahli kitab. Hal ini telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa golongan ahli kitab tidak akan terpecah belah setelah datang
epada mereka bukti yang nyata dari Allah swt (Al-Bayyinah : 4)
4. Penafsiran Ayat
إِنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِينَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِينَفِيهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِإِنَّالَّذِينَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya,
mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan
orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya baik dari ahli
kitab maupun orang-orang musyrik, bahwa mereka nanti pada hari kiamat akan
dimasukkan ke neraka Jahannam dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah
seburuk-buruk makhluk.
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Azza wa Jalla
menjelaskan keadaan orang-orang shaleh yang telah beriman dengan hati mereka
dan melakukan amal kebajikan dengan jasad mereka, bahwa mereka adalah
sebaik-baik makhluk.[25]
جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَااْلاَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًارَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada tuhan-Nya
Dalam ayat di atas Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa balasan
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di sisi Tuhan mereka nanti pada
hari kiamat adalah surga ‘Adn, mereka menetap di sana selama-lamanya, tidak
akan pernah keluar darinya, dan juga tidak akan mati. Di bawah pepohonan-nya
terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Allah Azza wa Jalla ridha terhadap ketaatan yang telah mereka lakukan di
dunia.., begitu pula sebaliknya merekapun ridha terhadap pemberian Allah Azza
wa Jalla berupa (nikmat) pahala dan kemuliaan, sebagai balasan atas perbuatan
baik mereka ketika di dunia.Pemberian tersebut akan diberikan oleh Allah Azza
wa Jalla pada hari kiamat nanti kepada orang yang beriman dan beramal shaleh
serta takut kepada Allah Azza wa Jalla ketika di dunia, baik di waktu sepi
maupun terang-terangan, dengan terus melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya.[26]
5. Kesimpulan Ayat
1. Seorang yang ahli dalam pendidikan akan selalu
disegani oleh banyak orang, dimana orang tersebut benar-benar menguasai dunia
pendidikan tersebut, serta bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang
lain, akan tetapi ahli kitab yang murtad disini berarti belum bisa yakin betul
akan posisinya untuk apa dan bagaimana seharusnya.
2. Orang-orang ahli kitab diperintahkan untuk
mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi kesyirikan. Serta diperintahkan
untuk meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam ketika Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, sebagaimana yang telah disebutkan di
dalam kitab-kitab mereka.
3. Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah Azza
wa Jalla adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat,
zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
4. Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah Azza
wa Jalla ) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan
data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan
untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai
hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar
siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu.
Beberapa contohnya ada dalam ayat Al-Qur’an tertentu,
diantaranya:
1. QS. Al An’am : 74-83
2. QS. At-Taubah : 38-40
3.
QS : Yusuf Ayat
87
4. QS. Ar-Ra’ad : 2
5. QS. Al-Bayyinah
6-8
Semua telah
diuraikan didalam beberapa ayat ini, hanya tinggal bagaimana seharusnya kita
mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.
B. Kritik dan Saran
Demikian kami selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Untuk itu
kami mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para
senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang
terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi
penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Jalaluddin As-Suyutiy, 2002 Asbabu Nuzul. Muassasu
Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, Beirut.
Ar-Rifa’i, Nasib Muhammad. 1999 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,2,4. Gema Insani Press, Jakarta.
Fathi Fauzi, Abd Al Mu’thi, 2015 Kitab Asbabun Nuzul,
Graha Computindo : Bekasi.
Nata, Abudin. 2001 Ilmu
dan Pendidikan Islam. Gaya media
Pratama :Bekasi.
Shihab,
Muhammad Qurays, 2001 Tafsir Al-Misbah Volume 6, Lentera Hati, Jakarta.
[1]Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 (
Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 232
[2]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 234.
[3]Jalaludin As-Suyuthi, Sabab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Gramedia
Perindo, Jakarta : 2000) Hlm. 273.
[4] Ibid. hlm, 275
[5] Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Syeh Al-muttabahr Jalaluddin
Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthi,Tafsiru Al-Jalalaini,(Surabaya:Al-hidayah),hlm.
119-120.
[6]Ibid, hlm. 120
[7]Ibid, hlm. 121
[9] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 2 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 605-607.
[10]Agus Purwanto, Al-Alim
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 194-195.
[11]Ibid, hlm. 606.
[12] Ibid, hlm. 606.
[13]Http://
Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[14]Muhammad Nasib
Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Jilid 2 (
Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 607-608.
[15]Http://
Indonesian.Irib.Ir/Islam/Al-Quran
[17]Ibid, hlm. 877.
[18]Ibid, hlm. 890
[20]Ibid. hlm. 144
[21]Ibid. hlm, 145-147
[22]Ibid. hlm, 147-148
[23]Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi, Kitab Asbabun Nuzul (Graha Computindo : Bekasi,
2015), hlm. 86
[24]Ibid, hlm. 87
[25]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 4 ( Jakarta: Gema Insnani Pres, 1999), Hlm. 507
[26]Ibid. hlm, 509