Friday, 20 May 2016

CONTOH MAKALAH KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Bahkan Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentarskan bangsa Indoensia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.
Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah atau pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas “Konsep Pendidikan dalam Perspektif Ahmad Dahlan”.
B. Rumusan Masalah                                                                          
Agar pembahasan makalah ini tidak melenceng dari pembahasan, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Riwayat Hidup Ahmad Dahlan ?
b. Bagaimana Konsep Pendidikannya ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Pendidikan Dalam Persepktif Ahmad Dahlan
1.      Sketsa Biografi  Ahmad Dahlan
Tokoh pendiri organisasi muhammadiyah,beliau di lahirkan pada pada tahun 1868. Sumber lain menyebutkan bahwa ahmad dahlan di lahirkan di yogya dengan nama mohammad darwis.sebagia anak dari salah seorang dari khatib masjid agung yogyakarta.bapaknya bernama KH Abu bakar bin K.sulaiman,khatib di masjid sultan d kota itu, sedangkan ibunya putri dari H.ibrahim,seorang penghulu
Semasa kecilnya muhammad darwis belajar agama dan bahasa arab pada tahun 1888,dia di suruh orang tuanya menunaikan ibadah haji ia bermuim di mekkah selama 5tahun untuk menuntut agama islam,seperti Qira’at,tauhid,tafsir,fiqh,tasawwuf,ilmu mantiQ dan ilmu falaQ.sekembalinya ke kampungnya ia berganti nama menjadi haji ahmad dahlan pada tahun 1903,ia bekesempatan kembali ke mekkah untuk memperdalam ilmu agama selma 3 tahun.kali ini ia banyak belajar dengan syekh ahamad khtib minangkabau di samping itu dia tertarik pada pemikiran ibn taimimah,jamaluddin al-afgani,muhammad abduh dan muhammad rasyid di antara tafsir yang menarik hatinya adalah tafsir al-manar.dari kitab ini dia mendapat inspirasi dan motivsi untuk mengadakan perbaikan dan pembahruanummat islam di dunia.
b. Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan uamt.Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi :

1. Tujuan Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama d Sesungguhnya Dahlan mencoba menggugat prakltik pendidikan islam pada masanya. Pada waktu itu, pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa.kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Pdahal menurut dahlan, pengembangan daya kritis, sikap dialogis, menghargai potensi akal dan hati yang suci, merupakan strategi bagi peserta didik mencapai pengetahuan tertinggi dan batasan ini terlihat bahwa dahlan ingin meletakkan visi dasar bagi revormasi pendidikan islam melalui penggabungan sistem pendidika modern dan tradisional secara harmonis dan integral.[1]
Dalam buku lain Menurut dahlan,pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur,alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.hal ini berrti bahwa pendidikan islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai abdi maupun khalifah di dunia.untuk mencapai tujuan ine proses pendidikan islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan,baik umum ataupun agama,untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta didik.upaya akan tereliasasi manakalaproses pendidikan bersifat integral proses pendidikan yang demikian pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni “intelegtualisasi ulama”dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah[2]
2. Materi Pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a.       Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seperti firmannya dalam al-qur’an
ياايهاالذين امنوااذاقيل لكم تفسّحوافي المجالس فافسحوايفسح الله لكم واذا قيل انشزوفا نشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والّذين اوتواالعلم درجات والله بما تعملون حبير(المجادلة 11)
ayat tersebut memiliki beberapa kandungan diantaranya
 Seseorang yang mencari ilmu harus mengepankan tatakrama dan kesopanan dalam menimba ilmu yang disertahi dengan kepatuhan dan ketundukan kepada pendidiknya
Manusia akan memiliki derajat yang tinggi disisi tuhannya jikalau beriman dan memiliki ilmu pengetahuan[3]
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.[4]
Juga disebutkan dalam buku lain, dalam memperkaya ide pembahruannya,ia berkunjung ketempat Rasyid Ridha,  pada kunjungannya tersebut Dahln menyempat diri bertemu dan berdiskusi dengan Rasyid Ridha. Bias dari kontak intelektual ini dapat dilihat dari dinamika intelektualnya. Bias tersebut antara lain; pertama, menjadikan pemahamannya tentang ajran islam semakin mendalam dan komprehensif. Kedua, kecenderungan yang hanya mempelajari kitab-kitab para ulama mulai bergeser kearah pencarian dan penelaahan secara mendalam langsung dari sumber aslinya, Al-quran dan sunnah. Ketiga, bangkitnya semangat unutk memurnikan kembali ajaran dan pemahaman ummat tehadap ajran islam sesuai dengan Al-quran dan Sunnah Rasulullah.
            Secara umum ide-ide pembaharuan Dahlan dapat di klasifikasi kepada dua dimensi, yaitu; pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran islam dari kurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat islam. Kedua, mengajak umat islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam yang dapat diterima oleh rasio.[5]
3.Model Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahma dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.
 Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
 Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.
     








BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwasanya kiai haji ahmad dahlan berasal dari keluarga terpandang ayahnya seorang imam hotip masjit besar keraton jogjakarta.
ide-ide yang di kemukakan kiai hj ahmad dahlan adalah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan islam yang semua sistem pesantren menjadi sistem klasikal, memasukkan pelajaran umum kepada madrasah. meskipun demikian, kiai hj dahlan tetap mendahulukan prndidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasrakatan
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto,pendidikan islam dalam perspektif filosofis (pamekasan:stain pamekasan press,2009).
Samsul Nizar, filsafat pendidikan islam,(Ciputa pers, Jakarta:2002),
Jurusan tarbiyah kumpulan ayat dan hadits tentang pendidikan







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Bahkan Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentarskan bangsa Indoensia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.
Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah atau pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas “Konsep Pendidikan dalam Perspektif Ahmad Dahlan”.
B. Rumusan Masalah                                                                          
Agar pembahasan makalah ini tidak melenceng dari pembahasan, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Riwayat Hidup Ahmad Dahlan ?
b. Bagaimana Konsep Pendidikannya ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Pendidikan Dalam Persepktif Ahmad Dahlan
1.      Sketsa Biografi  Ahmad Dahlan
Tokoh pendiri organisasi muhammadiyah,beliau di lahirkan pada pada tahun 1868. Sumber lain menyebutkan bahwa ahmad dahlan di lahirkan di yogya dengan nama mohammad darwis.sebagia anak dari salah seorang dari khatib masjid agung yogyakarta.bapaknya bernama KH Abu bakar bin K.sulaiman,khatib di masjid sultan d kota itu, sedangkan ibunya putri dari H.ibrahim,seorang penghulu
Semasa kecilnya muhammad darwis belajar agama dan bahasa arab pada tahun 1888,dia di suruh orang tuanya menunaikan ibadah haji ia bermuim di mekkah selama 5tahun untuk menuntut agama islam,seperti Qira’at,tauhid,tafsir,fiqh,tasawwuf,ilmu mantiQ dan ilmu falaQ.sekembalinya ke kampungnya ia berganti nama menjadi haji ahmad dahlan pada tahun 1903,ia bekesempatan kembali ke mekkah untuk memperdalam ilmu agama selma 3 tahun.kali ini ia banyak belajar dengan syekh ahamad khtib minangkabau di samping itu dia tertarik pada pemikiran ibn taimimah,jamaluddin al-afgani,muhammad abduh dan muhammad rasyid di antara tafsir yang menarik hatinya adalah tafsir al-manar.dari kitab ini dia mendapat inspirasi dan motivsi untuk mengadakan perbaikan dan pembahruanummat islam di dunia.
b. Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan uamt.Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi :

1. Tujuan Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama d Sesungguhnya Dahlan mencoba menggugat prakltik pendidikan islam pada masanya. Pada waktu itu, pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa.kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Pdahal menurut dahlan, pengembangan daya kritis, sikap dialogis, menghargai potensi akal dan hati yang suci, merupakan strategi bagi peserta didik mencapai pengetahuan tertinggi dan batasan ini terlihat bahwa dahlan ingin meletakkan visi dasar bagi revormasi pendidikan islam melalui penggabungan sistem pendidika modern dan tradisional secara harmonis dan integral.[1]
Dalam buku lain Menurut dahlan,pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur,alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.hal ini berrti bahwa pendidikan islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai abdi maupun khalifah di dunia.untuk mencapai tujuan ine proses pendidikan islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan,baik umum ataupun agama,untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta didik.upaya akan tereliasasi manakalaproses pendidikan bersifat integral proses pendidikan yang demikian pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni “intelegtualisasi ulama”dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah[2]
2. Materi Pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a.       Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seperti firmannya dalam al-qur’an
ياايهاالذين امنوااذاقيل لكم تفسّحوافي المجالس فافسحوايفسح الله لكم واذا قيل انشزوفا نشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والّذين اوتواالعلم درجات والله بما تعملون حبير(المجادلة 11)
ayat tersebut memiliki beberapa kandungan diantaranya
 Seseorang yang mencari ilmu harus mengepankan tatakrama dan kesopanan dalam menimba ilmu yang disertahi dengan kepatuhan dan ketundukan kepada pendidiknya
Manusia akan memiliki derajat yang tinggi disisi tuhannya jikalau beriman dan memiliki ilmu pengetahuan[3]
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.[4]
Juga disebutkan dalam buku lain, dalam memperkaya ide pembahruannya,ia berkunjung ketempat Rasyid Ridha,  pada kunjungannya tersebut Dahln menyempat diri bertemu dan berdiskusi dengan Rasyid Ridha. Bias dari kontak intelektual ini dapat dilihat dari dinamika intelektualnya. Bias tersebut antara lain; pertama, menjadikan pemahamannya tentang ajran islam semakin mendalam dan komprehensif. Kedua, kecenderungan yang hanya mempelajari kitab-kitab para ulama mulai bergeser kearah pencarian dan penelaahan secara mendalam langsung dari sumber aslinya, Al-quran dan sunnah. Ketiga, bangkitnya semangat unutk memurnikan kembali ajaran dan pemahaman ummat tehadap ajran islam sesuai dengan Al-quran dan Sunnah Rasulullah.
            Secara umum ide-ide pembaharuan Dahlan dapat di klasifikasi kepada dua dimensi, yaitu; pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran islam dari kurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat islam. Kedua, mengajak umat islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam yang dapat diterima oleh rasio.[5]
3.Model Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahma dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.
 Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
 Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.
     








BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwasanya kiai haji ahmad dahlan berasal dari keluarga terpandang ayahnya seorang imam hotip masjit besar keraton jogjakarta.
ide-ide yang di kemukakan kiai hj ahmad dahlan adalah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan islam yang semua sistem pesantren menjadi sistem klasikal, memasukkan pelajaran umum kepada madrasah. meskipun demikian, kiai hj dahlan tetap mendahulukan prndidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasrakatan
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto,pendidikan islam dalam perspektif filosofis (pamekasan:stain pamekasan press,2009).
Samsul Nizar, filsafat pendidikan islam,(Ciputa pers, Jakarta:2002),
Jurusan tarbiyah kumpulan ayat dan hadits tentang pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Bahkan Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentarskan bangsa Indoensia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.
Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah atau pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas “Konsep Pendidikan dalam Perspektif Ahmad Dahlan”.
B. Rumusan Masalah                                                                          
Agar pembahasan makalah ini tidak melenceng dari pembahasan, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Riwayat Hidup Ahmad Dahlan ?
b. Bagaimana Konsep Pendidikannya ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Pendidikan Dalam Persepktif Ahmad Dahlan
1.      Sketsa Biografi  Ahmad Dahlan
Tokoh pendiri organisasi muhammadiyah,beliau di lahirkan pada pada tahun 1868. Sumber lain menyebutkan bahwa ahmad dahlan di lahirkan di yogya dengan nama mohammad darwis.sebagia anak dari salah seorang dari khatib masjid agung yogyakarta.bapaknya bernama KH Abu bakar bin K.sulaiman,khatib di masjid sultan d kota itu, sedangkan ibunya putri dari H.ibrahim,seorang penghulu
Semasa kecilnya muhammad darwis belajar agama dan bahasa arab pada tahun 1888,dia di suruh orang tuanya menunaikan ibadah haji ia bermuim di mekkah selama 5tahun untuk menuntut agama islam,seperti Qira’at,tauhid,tafsir,fiqh,tasawwuf,ilmu mantiQ dan ilmu falaQ.sekembalinya ke kampungnya ia berganti nama menjadi haji ahmad dahlan pada tahun 1903,ia bekesempatan kembali ke mekkah untuk memperdalam ilmu agama selma 3 tahun.kali ini ia banyak belajar dengan syekh ahamad khtib minangkabau di samping itu dia tertarik pada pemikiran ibn taimimah,jamaluddin al-afgani,muhammad abduh dan muhammad rasyid di antara tafsir yang menarik hatinya adalah tafsir al-manar.dari kitab ini dia mendapat inspirasi dan motivsi untuk mengadakan perbaikan dan pembahruanummat islam di dunia.
b. Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan uamt.Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi :

1. Tujuan Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama d Sesungguhnya Dahlan mencoba menggugat prakltik pendidikan islam pada masanya. Pada waktu itu, pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa.kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Pdahal menurut dahlan, pengembangan daya kritis, sikap dialogis, menghargai potensi akal dan hati yang suci, merupakan strategi bagi peserta didik mencapai pengetahuan tertinggi dan batasan ini terlihat bahwa dahlan ingin meletakkan visi dasar bagi revormasi pendidikan islam melalui penggabungan sistem pendidika modern dan tradisional secara harmonis dan integral.[1]
Dalam buku lain Menurut dahlan,pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur,alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.hal ini berrti bahwa pendidikan islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai abdi maupun khalifah di dunia.untuk mencapai tujuan ine proses pendidikan islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan,baik umum ataupun agama,untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta didik.upaya akan tereliasasi manakalaproses pendidikan bersifat integral proses pendidikan yang demikian pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni “intelegtualisasi ulama”dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah[2]
2. Materi Pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a.       Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seperti firmannya dalam al-qur’an
ياايهاالذين امنوااذاقيل لكم تفسّحوافي المجالس فافسحوايفسح الله لكم واذا قيل انشزوفا نشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والّذين اوتواالعلم درجات والله بما تعملون حبير(المجادلة 11)
ayat tersebut memiliki beberapa kandungan diantaranya
 Seseorang yang mencari ilmu harus mengepankan tatakrama dan kesopanan dalam menimba ilmu yang disertahi dengan kepatuhan dan ketundukan kepada pendidiknya
Manusia akan memiliki derajat yang tinggi disisi tuhannya jikalau beriman dan memiliki ilmu pengetahuan[3]
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.[4]
Juga disebutkan dalam buku lain, dalam memperkaya ide pembahruannya,ia berkunjung ketempat Rasyid Ridha,  pada kunjungannya tersebut Dahln menyempat diri bertemu dan berdiskusi dengan Rasyid Ridha. Bias dari kontak intelektual ini dapat dilihat dari dinamika intelektualnya. Bias tersebut antara lain; pertama, menjadikan pemahamannya tentang ajran islam semakin mendalam dan komprehensif. Kedua, kecenderungan yang hanya mempelajari kitab-kitab para ulama mulai bergeser kearah pencarian dan penelaahan secara mendalam langsung dari sumber aslinya, Al-quran dan sunnah. Ketiga, bangkitnya semangat unutk memurnikan kembali ajaran dan pemahaman ummat tehadap ajran islam sesuai dengan Al-quran dan Sunnah Rasulullah.
            Secara umum ide-ide pembaharuan Dahlan dapat di klasifikasi kepada dua dimensi, yaitu; pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran islam dari kurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat islam. Kedua, mengajak umat islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam yang dapat diterima oleh rasio.[5]
3.Model Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahma dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.
 Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
 Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.
     








BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwasanya kiai haji ahmad dahlan berasal dari keluarga terpandang ayahnya seorang imam hotip masjit besar keraton jogjakarta.
ide-ide yang di kemukakan kiai hj ahmad dahlan adalah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan islam yang semua sistem pesantren menjadi sistem klasikal, memasukkan pelajaran umum kepada madrasah. meskipun demikian, kiai hj dahlan tetap mendahulukan prndidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasrakatan
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto,pendidikan islam dalam perspektif filosofis (pamekasan:stain pamekasan press,2009).
Samsul Nizar, filsafat pendidikan islam,(Ciputa pers, Jakarta:2002),
Jurusan tarbiyah kumpulan ayat dan hadits tentang pendidikan