Friday, 20 May 2016

pembahasan SKRIPSI PENGARUH SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PR. RUDAL MAS LARANGAN PAMEKASAN part 3




BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Pada suatu organisasi baik itu dalam perusahaan ataupun instansi pemerintah keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan ataupun instansi pemerintah dapat di tentukan oleh beberapa faktor yang secara umum faktor – faktor tersebut antara lain man money methode material mechines, oleh karena itu dalam mengelola perusahaan ataupun instansi pemerintah haruslah sama – sama di perhatikan agar dapat mencapai tujuan yang di harapkan oleh perusahaan ataupun instansi pemerintah tersebut, dari kelima faktor – faktor tersebut yang paling terpenting adalah man (sumberdaya manusia) yang dalam hal ini berhubungan dengan karyawan ataupun pegawai.
Penempatan pegawai atau karyawan yang sesuai dengan keahlian merupakan  suatu upaya untuk membantu kelancaran perusahaan ataupun instansi pemerintah agar dapat mencapai tujuan. PR. RUDAL MAS Larangan pamekasan  yang terdiri dari berbagai pegawai juga tidak jauh berbeda dengan  perusahaan  rokok  yang lain.
Tingkat produktifitas pegawai  sangat di tentukan oleh semangat kerja atau kinerja para pegawainya yang memegang peranan dalam unit kerjanya. Dinamika PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan  yang berubah -ubah di perlukan semangat dan kerja sama yang baik antar pegawai untuk dapat mencapai tujuan dari sebuah instansi ataupun sebuah perusahaan agar dapat mempertanggung jawabkan tugas yang di emban di atas pundak mereka sebagai karyawan.
Semangat kerja atau kinerja yang baik dapat tercipta jika pegawai atau karyawan tersebut mempunyai rasa senang terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu banyak faktor – faktor yang dapat menentukan kinerja pegawai  secara efektif dan efisien dan faktor – faktor tersebut dapat timbul dari diri sendiri ataupun dari lingkungan instansi tersebut, oleh sebab itu kinerja seorang pegawai perlu di analisa lebih lanjut sehingga dalam sebuah instansi dapat mengevaluasi dan dapat meningkatkan kinerja pegawai dengan menghilangkan sebab- sebab yang negatif yang di timbulkan dari pegawai tersebut yang dapat mengurangi produktivitas pegawai.
Salah satu bentuk kongkrit untuk mendorong karyawan yaitu dengan meningkatkan semangat kerja karyawan dengan cara peningkatan kemampuan kerja agar setiap karyawan mampu bekerja dengan baik. Pekerjaan yang di lakukan dengan baik, dengan kemampuan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang di berikan oleh seorang karyawan tentunya akan meningkatkan kinerja karyawan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan juga harus meningkatkan motivasi kerja para karyawan  karena motivasi dapat mempengaruhi seseorang atau memeberikan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu faktor- faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dapat bersifat individu seperti kebutuhan, sikap dan kemampuan, sedangkan yang bersifat organisasi meliputi pembayaran gaji, pengawasan pujian, dan pekerjaan itu sendiri, sehingga menjadi menarik bagi penulis untuk meneliti bagaimana perusahaan berusaha meningkatkan semangat kerja karyawan dan kemampuan kerja yang akan berdampak pada kinerja seorang pegawai yang nantinya akan berdampak terhadap perussahaan.
Pengalaman kerja seorang pegawai juga akan sangat menunjang untuk mencapai pekerjaan yang telah di tetapkan. Dengan segudang pengalaman maka pegawai akan lebih mudah dalam mengerjakan seluruh rangkaian pekerjaannya juga dalam menyelesaikan masalah yang muncul di dalam pekerjaan terebut sehingga pengalaman akan sangat di butuhkan dalam hal ini.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk memilih judul “ PENGARUH SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PR. RUDAL MAS LARANGAN PAMEKASAN”
1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka, permasalahan pada penelitian ini ddapat di rumuskan sebagai berikut :
“Bagaimanakah pengaruh semangat kerja terhadap kinerja karyawan PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan?
1.3         Batasan Masalah Dan Kerangka Pemikiran
1.3.1   Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.              Peneliti hanya membahas tentang masalah semangat kerja dengan indikator ketepatan jam masuk, ketepatan jam istirahat, ketepatan jam pulang, kreatifitas dan inovatif.
b.             Peneliti juga membahas tentang kinerja karyawan yang terdiri dari kualitas, kuantitas  dan ketepatan waktu di PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan
1.3.1 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka pemikiran
Semangat kerja (x)
-          Ketepatan jam masuk
-          Ketepatan jam istirahat
-          Ketepatan jam pulang
-          Kreativitas
-          inovatif
Kinerja (y)
-          Kualitas
-          Kuantitas
-          Ketepatan waktu

 
semansseeeesgat kerja ()
 





Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa semangat kerja (x) yang terdiri dari ketepatan jam masuk, ketepatan jam istirahat, ketepatan jam pulang, kreatifitas, inovatif berpengaruh terhadap kinerja karyawan (y).
1.4         Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah pada penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh semangat kerja terhadap kinerja kayawan PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan.
1.5         Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :
a.              Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam  memberikan semangat kerja untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
b.             Bagi fakultas ekonomi
Penelitian ini dapat di jadikan sebagai kontribusi untuk pembendaharaan perpustakaan khususnya fakultas ekonomi dan sekolah tinggi AL- FALAH pada umumnya.
c.              Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan wujud tri dharma perguruan tinggi, khususnya di bidang penelitian serta implementasi teori yang didapat selama di bangku kuliah dengan praktek di lapangan.
d.             Bagi peneliti lanjutan
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai referensi untuk dilakukannya penelitian yang sama.











BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1   Landasan Teori
2.1.1          Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja atau dalam istilah asingnya di sebut moral merupakan hal yang harus di miliki oleh setiap karyawan agar produktivitas kerjanya meningkat, oleh karena itu selayaknya setiap perusahaan selalu berusaha agar semangat kerja karyawannya meningkat. Dengan semangat kerja yang tinggi, maka dapat diharapkan aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Berikut pengertian semangat kerja yang di kemukakan oleh para ahli di antaranya adalah
“Melakukan pekerjaan dengan lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan dapat selesai lebih cepat dan lebih baik, lebih lanjut dapat di artikan semangat kerja sebagai sesuatu yang positif dan sesuatu yang baik, sehingga mampu memberikan sumbangan terhadap pekerjaan dalam arti lebih cepat dan lebih baik[1]”.
Dingemukakan juga bahwa “Sebagai suatu kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan dalam diri pekerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuensi dalam mencapai tujuan dan aturan niat yang telah di tetapkan oleh perusahaan[2]”.Sebagai keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaan dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah suatu ekspresi dan mental individu atau kelompok yang menunjukkan rasa senang dan bahagia dalam melakukan pekerjaannya, sehingga merasa dan mampu bekerja secara lebih cepat dan lebih baik demi tercapainya tujuan kelompok maupun organisasi.
Semangat kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supay moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Semangat kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
Semangat kerja sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut sebagai perasaan yang menyenangkan sebagai hasil dari persepsi bahwa pekerjaannya memenuhi nilai-nilai pekerjaan. Semangat kerja sebagai respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang akan memberi arti bahwa semangat kerja bukan suatu konsep tunggal. Lebih dari itu seseorang dapat secara relative di puaskan dengan satu aspek pekerjaanya dan dibuat idak puas dengan satu atau berbagai aspek. Semangat kerja adalah suatu kondisi emosional yang positif dan menyenangkaan sebagai hasil dari penilaian pekerjaan atau pengalaman pekerjaan seseorang.
Semangat kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Atau dapat disimpulkan bahwa semangat adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Keadaan emosional yang menyanangkan dengan para karyawan memandang pekerjaan mereka. Semangat kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Ketidak sukaan dikaitkan dengan pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin tersebut terkandung dua deminsi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, deminsi lan adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh setiap pegawai.
Dengan semangat kerja yang tinggi, Maka karyawan diharapkan akan mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik, dan pada akhirnya menunjang terwujudnya tujuan dari perusahaan. Dengan motivasi yang tepat dberikan kepada karyawan untuk  akan berbuat semaksimal mungkin dalam melakukan tugasnya, kepentingan-kepentingan pribadi para karyawan tersebut akan terpelihara juga.
2.1.2 Pentingnya Semangat Kerja
Dengan adanya semangat kerja tersebut, Maka pekerjaan akan lebih cepat di selesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat di perkecil, kemungkinan perpindahan karyawan dapat diperkecil seminimal mungkin, dan sebagainya. Oleh karena itu, Maka sudah selayaknya apabila setiap perusahaan selalu berusaha agar para karyawan mempunyai moral kerja tinggi sebab dengan itulah semangat kerja pada hakekatnya adalah perwujudan dari moral kerja yang tinggi.
Dengan semangat kerja yang tinggi, Maka karyawan diharapkan akan mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik, dan pada akhirnya menunjang terwujudnya tujuan dari perusahaan. Dengan motivasi yang tepat diberikan kepada karyawan untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melakukan tugasnya, karena dengan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasaranya, kepentingan-kepentingan pribadi para karyawan tersebut akan terpelihara juga.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Peningkatan semangat kerja dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan memberikan keuntungan pada perusahaan, dan sebaliknya karyawan yang memiliki semangat kerja yang rendah dapat mendatangkan kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja.
Lebih lanjut menguraikan bahwa terdapat sepuluh faktor yang mempengaruhi semangat kerja,kesepuluh tersebut yakni di jabarkan di bawah ini[3]:
1)      Gaji yang cukup
2)      Memperhatikan kebutuhan rohani
3)      Menciptakan suasana santai
4)      Harga diri perlu mendapatkan perhatian
5)      Tempatkan karyawan di posisi yang tepat
6)      Berikan kesempatan kepada mereka untuk maju
7)      Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan
8)      Usahakan para pegawai untuk mempuyai loyalitas
9)      Sesekali para karyawan perlu di ajak berunding
10)  Pemberian insentif yang terarah
Faktor-faktor sangat mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor tersebut karena apabila semangat kerja karyawan menurun dan berada pula pada tingkat yang rendah, Maka akan sangat merugikan pihak perusahaan.
2.1.4 Cara Meningkatkan Semagat Kerja
Pembinaan semangat kerja karyawan perlu dikatakan terus menerus agar mereka menjadi terbiasa memiliki semangat kerja yang tinggi dan penuh gairah. Dengan kondisi demikian, para karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan kreatif. Hai ini yang sangat penting bagi kelangsungan hidup karyawan di perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan dalam hal ini pimpinan selalu berupaya untuk memelihara semangat kerja karyawan dengan melakukan berbagai cara.
Pimpinan memiliki langkah-langkah dalam menciptakan semangat kerja dalam diri karyawan, yaitu sebagai berikut[4] :

1.             Become a Genuni and Authentic Manager
Pimpinan hendaknya memberikan perhatian khusus kepada karyawan dan membuat mereka merasa special dan di nilai.
2.             Tune Into The Emotional Needs Of Yuor Employers
Mengetahui dan dapat memahami kebutuhan akan perasaan karyawan merupakan cara untuk meyakinkan mereka bahwa keinginan dan kebutuhan akan dapat terpenuhi.
3.             Taking Care Of Talent
Untuk dapat menciptakan iklim yang kreatif di dalam organisasi, pempinan perlu melatih karyawanya untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan bakatnya, sehingga pimpinan dapat melibatkan seluruh karyawan dalam kegiatan organisasi dan menjadikan mereka sebagai bagian kegiatan terpenting dari kegiatan tersebut.
4.             Giving Feedback to Build Morale Employe
Memberikan tanggapan yang tulus dan positif terhadap pekerja yang dilakukan karyawannya merupakan masalah yang psitif bagi karyawan dan membuat mereka merasa diperhatikan.
5.             Alter The Work Enviroment
Pimpinan perlu menciptakan lingkungan kerja yang penuh semangat dimana setiap keryawan dapat merasa nyaman dan tidak jenuh, berdasarkan pendapat Bruce tersebut, Maka pimpinan atau pihak perusahaan harus dapat mengupayakan untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya, hendaknya pimpinan dapat menempatkan dirinya bersama-sama dengan para bawahannya, sehingga pimpinan dapat mengetahui ada atau tidaknya semangat kerja yang tinggi dari para karyawan.
2.1.5. Indikator Semangat Kerja
Semangat kerja yang terbentuk positif akan bermemfaat karena setiap anggota dalam organisasi membutuhkan sumbangan saran, pendapat bahkan kritikan yang bersifat membagun dari ruang lingkup pekerjaannya demi kemajuan di perusahaan tersebut, namun semangat kerja akan berdampak buruk jika  karyawan dalam satu organisasi mengeluarkan pendapat yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan setiap individu dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikiranya, dan salah satunya berdampak pada naiknya tingkat absensi karyawan, rata-rata tingkat absensi karyawan yang wajar berada di bawah 3%[5].
Berikut adalah beberapa indikator semangat kerja yang di antaranya adalah sebagai berikut:
a.             Ketepatan jam masuk karyawan
Karyawan yang semangat kerjanya ada, akan selalu profosional dalam menjalani aturan-aturan, sedangkan aturan perusahaan terkadang di antaranya tepat waktu, contohnya adalah ketepatan jam masuk. Seorang karyawan akan masuk sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
b.             Ketepatan Jam Istrahat
Seorang krayawan yang memiliki rasa tanggung jawab tidak akan membuat waktu itu sia-sia, karyawan di tuntut oleh perusahaan dalam waktu istrhat untuk lebih konsisten.
c.             Ketepatan Jam Pulang
Termasuk pengefesiensian waktu seorang karyawan akan pulang pada waktu yang telah ditentukan, tidak mengurangi dan tidak menambah waktu kecuali memang ada pekerjaan yang membutuhkan waktu lembur.
d.            Kreatifitas
Idikator ini akan mengukur semangat kerja karyawan yang dilihat dari gagasan untuk menyesaikan tugas yang telah diberikan oleh perusahaan.
e.             Inovatif
Indikator ini akan mengukur semangat kerja karyawan dilihat dari kemampuan merupakan gagasan guna mencapai tujuan

2.1.6 Definisi Kenerja Karyawan
Menurut menjelaskan bahwa “Perfonmance adalah menunjukkan kenerja dan kemampuan seseorang untuk dapat memberikan kontribusi pada pekerjaan[6].”
Sedangkan Simamura menyebutkan “Performance kerja adalah menunjukkan kenerja atau tingkat terhadapnya para karyawan mencapai persyaratan kerja.[7]
Kata kenerja (Performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. para pakar banyak memberikan difinisi tentang kenerja secara umum, dan dibawah ini disatukan beberapa, di antaranya:
1.             Kenerja : adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
2.             Kenerja : keberhasilah seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
3.             Kenerja adalah : pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan peng organisasian seseorang
4.             Kenerja adalah : apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
Kenerja mengandung dua komponin penting:
1.             Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kenernya.
2.             Produktivitas : kompetensi  tersebut di atas dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kenerja (Out come).
Kenerja sebagai hasil usaha seseorang yang memiliki kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Penilaian kenerja (Performance Appraisal) adalah proses melalaui mana organisasi mengevaluasi atau menilai kenerja karyawan.[8]
Suprihnto menyatakan bahwa “Kenerja adalah hasil kerja seseorang karyawan selama priode tertentu di bandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kretaria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama[9]”.
Prestasi kinerja seorang pegawai atau karyawan diperlukan suatu penilaian yang di sebut dengan performance apprasial untuk meningkatkan kinerjanya. Penilaian prestasi pada umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif daripelaksanaan pekerjaan. Penilaian prestasi kerja kerja merupakan salah satu fungsi mendasar personalia, yang kadang- kadang juga disebut review kinerja,penilaian karyawan, evaluasi kinerja, atau rating personalia.semua istilah tersebut berkenaan dengan proses yang sama.
Dinyatakan juga bahwa “penilaian kenerja secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (Job Evaluation[10]).
Penilaian kenerja yang berkenaan sebarapa baik seseoang melakukan pekerjaan yang ditugaskan atau diberikan. Eveluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi sebuah pekerjaan berharga bagi organisasi, dan dengan demikian pada rentang beberapa gaji harus diberikan kapada pekerjaan tersebut.
Lebih lanjut lagi bahwa “dalam penilaian prestasi kerja pegawai baik untuk organisasi pemeintah maupun swasta diperlukan suatu persyaratan sistem penilaian kerja yang efektif”. adapun persyaratan tersebut, adalah:
1.             Relevan (Relevaci)
Menyiratkan bahwa terdapat keitan yang jelas antara standar kenerja untuk suatu pekerjaan tertentu dan tujuan oganisasi kaitannya yang jelas antara elemen-elemen kerja yang kritis yang di edintifikasikan melalui suatu analisis suatu pekerjaan dan deminsi-deminsi yang dinilai pada formolir penialain.
2.             Sensitivitas (Sinsitivity)
Meenyakatan bahwa suatu sistem penilaian kerja mampu membedakan antara pelaksanaan yang efektif dengan yang tidak relatif. Jika tidak, Maka sistem penilaian tidak dapat digunakan untuk tujuan administrasi apapun, sistem ini akan mengurangi motivasi bawahan.
3.             Kahandalan (Releability)
Dalam artian bahwa penilaian yang bebas dari kelemahan-kelemahan siknifikan. Penilaian haruslah bersifat subjektivitas minimal yang menyebabkan distorsi. Ukuran langsung keluaran (Out Put) sangat dapat diterapkan untuk memberikan yang dapat di andalkan, setiap penilai mestilah memiliki kesempatan yang memadai untuk mengamati apa yang telah dikerjakan oleh karyawan dan kondisi dimana dia bekerja.
4.             Kemamputerimaan (Acceptability)
Kemampuan merupakan persyaratan yang paling penting dari semuanya, kerana banar bahwa program sumber daya manusia haruslah mendapat dukungan dan orang-orang yang akan menggunakannya, atau jika tidak, Maka keahlian sumber daya manusia akan digunakan untuk merintangi mereka.
5.             Kepraktisan (Practikality)
Lembaga andministrasi Negara/LAN (2000:18) menyatakan bahwa “instrumen penilaian mudah untuk dipahami dan digunakan oleh menejer dan karyawan”
Pengukuran kenerja penting perannya sebagai alat manajemen untuk :
a.              Memastikan pemahan para pelaksanaan akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kenerja.
b.             Memastikan tercapainya rencana kenerja yang telah disepakati.
c.              Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan dan membendingkannya denga rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kenerja.
d.             Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksaan yang telah diatur sesuai dengan sistem pngukuran kenerja yang telah disepakati.
e.              Menjadi alat komonikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangkat upaya memperbaiki kenerja organisasi.
f.              Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g.             Membentu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h.             Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
i.               Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
j.               Mengungkpkan permasalahan yang terjadi.
Dinyatakan juga bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kenerja pegawai,anatara lain adalah[11].
1.             Karakteristik situasi
Dalam keadaan seperti ini situasi yang dimaksud disini adalah lingkungan organisasi dan sumber daya yang dimiliki. Lingkungan penempatan tuntutan-tuntutan organisasi dan para karyawan terhadap produktivitas. Karena lingkungan semakin menjadi komperatif atau terjadi perubahan tegnologi, manajer menilai kenerja secara teratur dan akurat. Struktur organisasi menentukan siapa yang dimiliki tanggung jawab untuk penilaian. Iklim organisasi untuk lingkungan internal organisasi yang meliputi komonikasi, imbalan, kepemimpinan dan proses penentuan tujuan di antara yang lainnya, juga mempengaruhi proses penilaian dengan mempengaruhi frekuensi, kelengkapan dan kecanggihannya.
2.             Deskripsi pekerjaan
Spesifikasi pekerjaan dan stadar penilaian pekerjaan. Dalam hal ini analisis pekerjaan haruslah mengerti analisis situasional dan bertindak sebagai batu penjuru terhadap penilaian kinerja dengan membentuk kriteria terhadap mana individu harus di evaluasi. Penilaian kinerja mestilah berhubungan dengan aktifitas – aktifitas yang ada dalam deskripsi pekerjaan.  Spesialis sumberdaya manusia ataupun manager dapat menggunakan deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja untuk merancang format penilaan kinerja.
3.             Tujuan – tujuan penilaian kinerja
Tujuan pokok sistem penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yanng akurat dan valid berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi. semakin akurat dan falid informasi yag di hasilkan oleh sisem penilaian kinerja. Semakin besar potensi nilainya terhadap organisasi
Sedangkan tujuan khususnya sebagai berikut :
a.             Evaluasi (evaluation),merupakan basis bagi evaluasi reguler terhadap kinerja anggota- anggota organisasi. Apakah seorang individu di nilai kompeten atau tidak kompeten, efektif atau tidak efektif. Dan seterusnya adlah di dasrkan pada informasi yangdihasilakan oleh sistem penilaian kinerja
b.              Pengembangan (development), dengan sistem penilaian kinerja akan memudahkan dilakukannya pengembangan pribadi anggota organisasi.
Dalam kondisi ini dilakukan dengan mengkombinasikan baik aspek evaluasi maupun aspek pengembangan, maka penilaian kinerja haruslah:
a.             Menyediakan basis bagi tindakan – tindakan personalia, termasuk promosi,transfer,domisi,atau pemberhentian.
b.             Meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui penempatan pekerjaan yang lebih baik dan spesifikasi kubutuhan – kebutuhan pelatihan.
Untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan di  perlukan suatu penilaian kinerja yang di sebut dengan performance apprasial. Penilaian bekerja pada umumnya mencakup baik kualitatif maupun kuantitatif dari pelaksanaan pekerjaan. Penilaian kinerja merupakan salah satu fungsi mendasar personalia,yang kadang – kadang disebut juga review kerja, penilaian karyawan, evaluasi kinerja, atau ranting personalia. Semua istilah tesebut berkenaan dengan proses yang sama.
 Kenerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajad kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu[12].
Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang di capai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya[13].
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika suatu perusahaan dalam mencapai tujuan, ditetapkan harus melalui sarana organisasi yang terdiri dari sumber daya yang berperan aktif dalam mencapai tujuan perusahaan yang bersangkutan.
Kenerja perorangan mempunyai hubungan yang erat dengan kenerja lembaga atau perusahaan. Dengan kata lain kenerja seseorang tinggi apabila dia mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja sesuai dengan upah atau gaji yang telah disepakati, agar seseorang dapat mencapai kenerja yang tinggi tergantung pada kerjasama, kepribadian, kepandaian yang beranekaragam, kepemimpinan, keselamatan, pengetahuan pekerjaan, kehadiran, kesetiaan, ketangguhan dan inisiatif.

2.1.7   Jenis-Jenis Kenerja
Jenis kenerja terdiri atas tiga bagian, antara lain;
1.             Kenerja Strategik
Kenerja suatu perusahaan dievaluasi atas ketepatan perusahaan dalam memilih lingkungan dan kemampuan adaptasi perusahaan yang bersangkuta atas lingkungan hidupnya dimana dia beroprasi.
2.             Kenerja Administratif
Kenerja administratif berkaitan dengan kenerja administratif perusahaan, termasuk di dalamnya tentang struktur administrasi yang mengatur hubungan otoritas dan tanggung jawab dari orang-orang yang menduduki jabatan atau bekerja pada unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi.
3.             Kenerja operasional
Kenerja ini berkaitan dengan efektivitas penggunaan setiap sumber daya yang digunakan perusahaan, kemampuan mencapai efektifitas penggunaan sumber daya menusia yang mengerjakannya.
Ada pula yang menyatakan bahwa kenerja yang tinggi penting untuk tujuan peningkatan kenerja perusahaan yang efesien, efektif dan produktif, penciptaan motivasi dan dengan pencapaian kepuasan kerja karyawan serta kenerja karyawan yang tinggi akan mampu menjadi satu pilar penahan gejolak kehidupan dari luar perusahaan yang memberi tekanan-tekanan baik secara psikologis maupun berdampak financial bagi perusahaan[14].
Berdasarkan prilaku dibawah ini yang paling penting meliputi:
1.             Kerja sama, tingkat terhadapnya individu meminta bantuan dari rekan-rekan sejawatya dan membantu mereka mencapai tujuan-tujuan organisasional.
2.             Tindakan-tindakan protektif, tingkat terhadapnya keryawan-karyawan akan menghilangkan ancaman-ancaman terhadap organisasi.
3.             Gagasan-gagasan konstruktif, tingkat terhadapnya karyawan akan memberikan sumbangan gagasan-gagasan konstruktif kreatif untuk memperbaiki perusahaan.
4.             Pelatihan diri, tingkat terhadapnya karyawan-karyawan akan terikat dalam program-program pelatihan diri untuk membantu perusahaan mengisi kebutuhan akan tenaga-tenaga yang terlatih secara lebih baik.
5.             Sikap-sikap yang menguntungkan, tingkat rendahnya para karyawan berjuang mengembangkan sikap-sikap menguntungkan tentang organisasi diantara mereka sendiri, pelanggan dan masyarakat umum.
2.1.8   Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi dan kenerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain[15]:
1.             Kualitas kerja yaitu pencapaian kenerja karyawan yang dapat terlihat pada diri karyawan itu sendiri pada saat bekerja, yang meliputi ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan, ketelitian dalam mengerjakan tugas dan juga terampil dalam mengerjakan tugas.
2.             Kualitas kerja adalah pencapaian kenerja karyawan yang diukur atas hasil pekerjaan yang dicapai pekerja dalam bekerja, kualitas kerja juga dapat diukur oleh output atau hasil kerja dibandingkan dengan standar output yang telah ditetapkan perusahaan, perusahaan akan berusaha meningkatkan kenerja karyawannya, tinggi rendahnya kenerja karyawan dapat diukur dengan penilaian kenerja.
Kraktaristik karyawan yang mempunyai kenerja tinggi antara lain:
1.             Berorentasi pada prestasi, karyawan yang kenerjanya tinggi memiliki keinginan yang kuat membangun sebuah mimpi tentang apa yang mereka inginkan tentang dirinya.
2.             Percayadiri,karyawan yang memiliki kenerja yang tinggi memiliki sikap mental positif  yang mengarahkan untuk bertindak dengan tingkat percayadiri yang tinggi.
3.             Pengendalian diri, karyawan yang kenerjanya tinggi mempunyai rasa disiplin diri yang tinggi.
4.             Kompetensi, karyawan yang kenerjanya tinggi telah mengembangkan kemampuan spesifik tau kompensasi berprestasi dalam daerah pemilihan mereka.
Kemudian membagi faktor variabel yang mempengaruhi organisasi dan kenerjanya, yaitu[16]:
1.             Efektifitas
Efektifitas dari suatu kelompok organisasi adalah bila tujuan kelompok dapat dicapai dengan kebutuhan yang direncanakannya, sedangkan efesiensi adalah berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dkeluarkan dalam penccapaian tertentu.
2.             Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah bagian yang tidak terpisahkan atau sebagian akibat dari kepemilikan wewenang tersebut.
3.             Disiplin
Disiplin adalah taat pada hukum dan peraturan yang berlaku. Disiplin karyawan adalah ketaatn karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan perusahaan tempat ia bekerja.
4.             Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk ide untuk suatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapatkan perhatian atau tanggapan positif dari atasan, bila ia memang atasan yang baik.


2.1.9   Menejemen Kinerja
Kenerja (Performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negara-negara berkembang. Hal tersebut terjadi antara lain sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu yang tinggi dalam pelayanan tidak terpisahkan dari standar, karena kenerja diukur berdasarkan standar. Melalui menejemen kenerja, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya seorang pegawai secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan, yang berdampak terhadap pelayanan prima pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kesehatan organisasi dan kesejahteraan masyarakat.
Kata kenerja (Performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. Kenerja menekankan pada apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (Out-Come). Bila disimak lebih lanjut dari apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang mengulah input menjadi output (hasil kerja). Penggunaan indkator kunci untuk mengukur hasil kenerja indvidu, bersumber dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis. Mengingat kenerja mengandung komponen kompetensi dan produktivitas hasil, Maka hasil kenerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaian. Hasil kenerja seseorang atau organisasi akan mencerminkan presentasi kerja dari seseorang atau organisasi tersebut.
Manajemen kenerja merupakan suatu proses dalam manajemen sumber daya manusia. Implikasi dari kata managemen berarti proses aktivitasnya diawali dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Pada penetapan tujuan, aktivitasnya diarahkan unuk meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara indvidu maupun dalam kelompok semaksimal mungkin dengan bekal kompetensi yang dimilikinya. Peningkatan prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong kenerja staf yang kemudian akan merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan cara meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi dalam suatu organisasi. Proses penetapan tujuan membuka peluang kepada pegawai untuk Sharing, yaitu memberikan kesempatan kepada pegawai untuk menyampaikan perasaan tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan pegawai.
Berdasarkan studinliteratur yang dilakukan oleh Riri Satria terhadap sejumlah buku, artikel, makalah dan sumber-sumber literatur lainnya, manajemen kenerja yang baik untuk organisasi berkenerja tinggi, harus mengikuti kaidah-kaidah berikut ini:
1.             Terdapat suatu indkator kinerja (Key Performance Indicator) yang teratur secara kuantitatif, serta jelas batas waktu untuk mencapainya. Tentu saja ukuran ini harus menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Jika pada organisasi bisnis atau komersial, Maka indikator kenerjanya adalah berbagai aspek finansial seperti laba, pertumbuhan penjuakan, lalu indkator pemasaran seperti jumlah pelanggan, dan sebagainya. Sedangkan pada organisasi pemerintahan seperti Pemerintahan Daerah, POLRI, Desa maupun Kelurahan, Maka ukuran kenerjanya adalah berbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Semuanya harus terukur secara kuantitatif dan dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait, sehingga nanti pada saat evaluasi kita bisa mengetahui, apakah kenerja sudah mencapai dari Harvard Business Schol mengungkapkan bahwa kita tidak bisa memanajemeni sesuatu yang tidak dapat kita ukur. Jadi, ukuran kuantitatif itu penting. Organisasi yang tidak memiliki indikator kenerja, biasanya tidak bisa diharapkan mampu mencapai kenerja yang memuaskan para pihak yang berkepntingan (Stakeholders).
2.             Semua ukuran kenerja tersebut biasanya dituangkan kedalam suatu bentuk kesepakatan antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai kontrak kenerja (Performance Contract). Dengan adanya kontrak kenerja, Maka atasan bisa menilai apakah si bawahan sudah mencapai kenerja yang di inginkan atau belum. Kontrak kenerja ini berisikan suatu kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai indikator kenerja yang ingin dicapai. Baik sasaran pencapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada 2 (dua) hal yang perlu dicantumkan dalam kontrak kenerja, yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai (Lag) serta program kerja untuk mencapainya (Lead). Mengapa keduanya dicantumkan? Supaya pada saat evaluasi dilakukan, berbagai pihak bisa bersikap fair, tidak melihat hasil akhir semata, melainkan juga proses kerjanya. Adakalanya seorang bawahan belum mencapai semua hasil akhir yang ditargetkan, tetapi dia sudah melaksanakan semua program kerja yang sudah digariskan. Tentu saja atasan tetap harus memberikan reward untuk dedikasinya, walaupun sasaran akhir belum tercapai. Ini juga menjadi basis untuk perbaikan di masa yang akan datang (Continous Improvements).
3.             Terdapat suatu proses siklus manajemen kenerja yang baku dan dipatuhi untuk dikerjakan bersama, yaitu (1) perencanaan kenerja berupa penetapan indikator kenerja, lengkap dengan berbagai strategi dan program kerja yang diperlukan untuk mencapai kenerja yang di inginkan, lalu (2) pelaksanaan, dimana organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang telah dibuat, jika ada perubahan akibat adanya perkembangan baru, maka lakukanlah perubahan tersebut, dan terakhir (3) eveluasi kenerja, yaitu menganalisis apakah realisasi kenerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dulu? Semuanya harus serba kuantitatif.
4.             Adanya suatu sistem Reward dan Punishment yang bersifat konstruktif dan konsisten dijalankan. Konsep Reward ini tidak melulu bersifat finansial, malainkan juga dalam bentuk lain, seperti promosi, kesempatan pendidikan dan sebagainya. Reward dan Punishment diberikan setelah melihat hasil realisasi kenerja, apakah sesuai dengan indikator kenerja yang telah direncanakan atau belum. Tentu saja ada suatu Performance Appraisal atau penilaian kenerja terlebih dahulu sebelum Reward dan Punishment diberikan. Hati-hati dengan pemberian Punishment, karena dalam banyak hal, pembinaan jauh lebih bermemfaat.
5.             Terdapat suatu mekanisme Performance Apparaisal atau penilaian kenerja yang relatif obyektif, yaitu dengan melibatkan berbagai pihak. Konsep yang sangat terkenal adalah penilaian 360 derajad, dimana penilaian kenerja dilakukan oleh atasan, rekan kerja, pengguna jasa, serta bawahan. Pada prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif, tetapi berpikir bersama mampu mengubah sikap subyektif itu menjadi sangat mendekati obyektif. Dengan demikian, ternya berpikir bersama jauh lebih obyektif dari pada berpikir sindiri-sendiri. Ini adalah semangat yang ingin dibawa oleh konsep penilaian 360 derajat. Walaupun banyak kritik dalam organisasi, lantas siapakah yang menjadi pelaksana? Bukannya kinerja tinggi yang muncul, melainkan kekacauan di dalam organisasi (Chaos). Sejatinya, pada kondisi tertentu seseorang harus memiliki jiwa kepemimpinan, tetapi pada situasi yang lain, dia juga harus memahami bahwa dia juga merupakan bagian dari sebuah sistem organisasi yang kebih besar, yang harus dia ikuti.
6.             Menerapkan konsep Manajemen SDM berbasis kompetensi. Umumnya organisasi berkenerja tinggi memiliki kamus kompetensi dan menerapkan kompetensi tersebut kepada hal-hal penting, seperti manajemen kenerja, rekrutmen dan seleksi pendidikan dan pengembangan, dan promosi. Seperti yang di uraikan pada awal makalah ini, kompetensi tersebut setidaknya mencakup 3 (Tiga) hal, yaitu. Kompetensi inti organisasi, kompetensi prilaku, serta kompetensi teknikal yang spasifik terhadap pekerjaan. Jika kompetensi ini sudah dibekukan didalam organisasi, Maka kegiatan manajemen SDM akan menjadi lebih transparan, dan pimpinan organisasi juga dengan mudah mengetahui kompetensi apa saja yang perlu diperbaiki untuk membawa organisasi menjadi berkinerja tinggi.
2.1.10    Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Kenerja Karyawan
“Suasana bathin atau pisikolog seseorang pekerja sebagai individu dalam masyarakat, organisasi atau perusahaan dalam lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya pada pelaksanaan pekerjaannya. Suasana batin terlihat dalam semangat atau gairah kerja yang menghasilkan kegiatan kerja sebagai dorongan bagi pencapaian tujuan bisnis organisasi perusahaan tempatnya bekerja. Dari pisikologis kenyataannya menunjukkan bahwa gairah atau ketidak semangatan seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh moivasi kerja yang mendorongnya. Dengan kata lain, setiap pekerjaan memerlukan motivasi yang kuat agar brsedia melaksanakan pekerjaan dan mampu menciptakan kenerja yang tinggi secara bersemangat, bergairah dan berdedikasi[17].”
Selanjutnya “kepentingan para pemimpin terhadap kemampuan kerja seorang karyawan cendrung terpusat pada kenerja keryawan, pandangan ini mengenai hubungan antara kemampuan kerja karyawan dengan kenerja pada hakikatnya dapat diringkas dalam pernyataan “seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif” banyak yang dilakukan oleh para pemimpin dalam membuat para pekerjanya merasa senang dalam pekerjaannya. Selain itu bukti yang cukup jelas bahwa karyawan yang memiliki kemampuan kerja yang tinggi mempunyai tingkat keluar dari sebuah organisasi atau perusahaan lebih rendah[18].”
Pengaruh kemampuan kerja para karyawan terhadap keluarnya karyawan karena ketidak puasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntunan dan keluhan pekerja yang tinggi. Sebaliknya angkatan kerjanya memiliki kemampuan kerja yang tinggi akan memberikan produktifitas yang tinggi sehingga kenerja yang tinggi dapat tercapai.
Sebuah organisasi atau perusahaan pada dasarnya ingin mendapatkan kinerja karyawan yang baik untuk mencapai tujuan yang di tetapkan. Pihak perusahaan harus memperhatikan kondisi – kondisi dari seluruh karyawannya, diantaranya adalah dengan menumbuhkan kemampuan kerja yang baik bagi para karyawannya.
Kinerja mengacu pada prestasi kerja yang diatur berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang tinggi dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Pencapaian kinerja individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas – tugas individu.
“kinerja sebagai ukuran hasil kerja. Yaitu ukuran dari hasil yang menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Juga “kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kuantitas yaitu jumlah atau banyaknya pekerjaan yang dihasilkan karyawan dan kualitas yaitu mutu pekerjaan yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan waktu untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan”[19].
Ada yang mengemukakan bahwa “faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor kemampuan (Ability) dan faktor motivasi (Motivation)”.empat hal utama yang mempengaruhi kinerja yaitu :
1.      Motivasi pegawai
2.      Kesempatan untuk berkinerja
3.      Kemampuan dan ketrampilan pegawai
4.      Kejelasan dan penerimaan tugas”
kinerja adalah “hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”.
Akan tetapi, harus dipahami bahwa tidak semua kinerja mudah di ukur, mudah dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan atau dibuktikan secara konkrit.
Dengan demikian, kinerja merupakan hasil output dari suatu proses. Jika output tersebut berasal dan atau sebagai hasil kerja pegawai, maka hal itu dinamakan hasil kinerja pegawai.
“ Pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja organisasi Seperti pada gambar di atas, Kinerja individu dipengaruhi oleh faktor – faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan peran individu yang bersangkutan. Kinerja individu ini akan mempengaruhi kinerja kelompok dan akhirnya kinerja ini akan mempengaruhi kinerja organisasi. Kinerja kelompok juga dipengruhi oleh faktor – faktor yang terkait dengan karakteristik tim. Sementara kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam karakteristik organisasi[20]”.
2.1.11         Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai kinerja pegawai. “ Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan – keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka [21]”.
Bagaimanapun, penilaian kinerja dipengaruhi oleh aktivitas – aktivitas organisasi yang lain dan pada saatnya mempengaruhi kesuksesan organisasi.
“penilaian kinrja di dasarkan pada dua  alasan pokok yaitu : manajer memerlukan evaluasi yang objektive terhadap kinerja pegawai pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang dan manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu pegawainya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk pengembangan karir dan memeperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan pegawainya[22]”.
Suatu sistem penilaian kinerja yang baik sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti :
1.             Mendorong peningkatan prestasi kerja. Dengan mengetahui hasil prestasi kerja, pihak – pihak yang terlibat dapat mengambil langkah – langkah yang di perlukan agar prestasi kerja pegawai dapat lebih meningkat lagi di masa yang akan datang.
2.             Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan. Hasil dari penilaian kinerja ini dapat di jadikan dasar untuk mengetahui pegawai mana yang memiliki tingkat produktivitas yang baik sehingga berhak mendapatkan imbalan yang lebih, baik berupa bonus atau kenaikan gaji.
3.             Untuk kepentingan mutasi pegawai. Prestasi kerja seseorang di masa lalu merupakan dasar bagi pengambilan keputusan mutasi baginya di masa depan. Baik promosi, alih tugas, alih wilayah maupun demosi.
4.             Untuk menyusun program pndidikan dan pelatihan, baik untuk mengatasi berbagai kekurangan atau kelemahan maupun untuk mengembangkan potensi pegawai yang belum tergali sepenuhnya yang terungkap dari hasil penilaian prestasi pegawai.
5.             Membantu para pegawai menentukan rencana karirnya dengan menyusun program pengembangan karir yang sesuai dengan kebutuhan pegawai dan kepentingan organisasi”.
2.2         Hipotesa
Berdasrkan rumusan masalah penelitian, maka hipotesa penelitian ini adalah?
1.             Hi; Diduga semangat kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan  PR. RUDAL MAS Larangan Pamekasan.
2.             Ho; Diduga semangat kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan  PR.RUDAL MAS Larangan Pamekasan.















BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1         LOKASI PENELITIAN
Penelitian dengan judul pengaruh semangat kerja terhadap kinerja pegawai PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan di lakukan di PR. RUDAL MAS Tentenan Barat Larangan  Pamekasan.
3.2         Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan asosiatif atau hubungan. Menurut sugiono” penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua fariabel atau lebih [23]“. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangaun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
3.3         Populasi Dan Sampel
3.2.1   Populsi
Menurut pendapat  sugiono menyebutkan bahwa “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempuyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan[24]”.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai pada PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan  sebanyak 80 orang
3.2.2    Sampel
Sugiono menyatakan bahwa” sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut[25]”. Penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga sampel yang di ambil dari populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak  80 orang responden.



3.3         Devinisi Operasional Dan Identifikasi Variabel
3.3.1   Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiono menyatakan bahwa “ variabel independence atau bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependence [26]“. Variabel dependence adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Dari pendapat tersebut di atas, maka definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari :
a.             Variabel bebas yaitu semangat kerja (X) adalah suatu kondisi rohaniyah atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok – kelompok yang menimbulkan kesenangan dalam diri pekerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuensi dalam mencapai tujuan dan aturan yang telah di tetapkan oleh perusahaan
b.             Variabel terikat (Y) adalah kinerja yaitu hasil usaha seseorang yang memiliki kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.
3.3.2   Identifikasi Variabel
1.             Variabel bebas yaitu semangat kerja (X) diukur dengan indikator:
-                 Ketepatan jam masuk adalah waktu yang di tetapkan oleh perusahaan dan berlaku bagi semua pegawai sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan.
-                 Ketepatan jam istirahat adalah ketentuan waktu bagi pegawai untuk istrahat sehinga karyawan memiliki waktu untuk memulihkan tenaga dan pikiran.
-                 Ketepatan jam pulang adalah ketentuan waktu bagi pegawai untuk menghentikan aktifitasnya karena berakhirnya jam kerja.
-                 Kreatifitas adalah karyawan selalu memiliki ide – ide baru dalam bekerja.
-                 Inovatif adalah selalu mengembangkan diri dalam melakukan pekerjaan.
2.             Variabel terikat yaitu kinerja (Y) diukur dengan indikator sebagai berikut :
-                 Kualitas adalah proses dan hasil kerjaanya bermutu
-                 Kuantitas merupakan kegiatan atauhasil kerjanya dapat di selesaikan sesuai dengan jumlah siklus kegiatan yang dilakukan
-                 Ketepatan waktu adalah kegiatan tersebut dapat diselessaikan sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan dengan memaksimalkan waktu yang tersedia
-                 Efektifitas biaya adalah tingkatan dimana sumber daya organisasi dimaksimalkan
3.4         Teknik Pengumpulan Data
Sedangkan teknik pengumpulan data yang di lakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a.              Survey pendahuluan, berupa penelitian secara umum terhadap karyawan PR. RUDAL MAS Larangan  Pamekasan untuk mengetahui masalah yang di hadapi
b.             Penelitian di lapangan, sebagai suatu upaya dengan melakukan survey terhadap obyek yang akan di teliti untuk memperoleh data primer secara langsung melalui penyebaran angket atau kuesioner kepada responden. Responden diminta untuk menanggapi dengan cara memberikan sikapnya terhadap variabel yang ada dengan menggunakan skala penilaian medel likert dengan rentangan 1 sampai 5 untuk mengindikasikan jawaban sangat tidak setuju – sangat setuju. Adpun skala penilaiannya adalah sebagai berikut :

·               Nilai 1menunjukkkan pilihan E
·               Nilai 2 menunjukkan pilihan D
·               Nilai 3 menunjukkan pilihan C
·               Nilai 4 menunjukkan pilihan B
·               Nilai 5 menunjukkan pilihan A


[1] Alex S.Nitisemito.Wawasan Sumber Daya Manusia.jakarta: Pustaka Utama Grafiti.1996 hlm 67
[2] Siswanto.Sumber Daya Manusia.jakarta:erlangga.2002 hlm.264
[3] Alex S.Nitisemito.Wawasan Sumber Daya Manusia.jakarta: Pustaka Utama Grafiti.1996 hlm 89
[4] Bruce.Pengaruh Sumber Daya manusia.jakarta: saadiyah.2001. hlm.136
[5] Murdiartha,dkk.Strategi Pemasaran.Yogyakarta:Andy Offset.2001. hlm.93
[6] Jhon Dan Sadily.Perilaku Konsumen.bandung:Alpha Beta.1989.hlm.287
[7] Simamora.Srategi Pemasaran.jakarta:Liberty.1995.hlm.329
[8]  Handoko.Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.jakarta:Pustaka Utama.1998 hlm.45
[9] Suprihanto.Pengaruh Sumber Daya manusia.jakarta: saadiyah.2001. hlm.136
[10] Simamora.Srategi Pemasaran.jakarta:Liberty.1995.hlm.328
[11] Simamora.Srategi Pemasaran.jakarta:Liberty.1995.hlm.286
[12] Veihtzal Rivai.Kiat Memimpin Dalam Abad Ke-2.jakarta: Raja Grafindo,2004
[13] Handoko.Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.jakarta:Pustaka Utama.1998 hlm.45
[14] Prawirasentono.Analisa Regresi Linier.bandung:Bumi Aksara.2008.hlm.68
[15] Simamora.Srategi Pemasaran.jakarta:Liberty.1995.hlm.97
[16] Simamora.Srategi Pemasaran.jakarta:Liberty.1995.hlm.90
[17] Hadari Nawawi.Ilmu Administrasi.jakarta:Balai Aksara.1994.hlm.67
[18] Hadari Nawawi.Ilmu Administrasi.jakarta:Balai Aksara.1994.hlm.1
[19] Hadari Nawawi.Ilmu Administrasi.jakarta:Balai Aksara.1994.hlm.67
[20]  Mangkuprawira dan Vitayala, 2007:55
[21] Handoko.Pengaruh Sumber Daya manusia.jakarta: saadiyah.2001. hlm.136
[22] Simamora.Srategi Pemasaran.jakarta:Liberty.1995.hlm.190
[23] Sugiono.Metode penelitian Administrasi.Jakarta:Pustaka Utama.2006 hlm.11-12
[24] Sugiono.Metode penelitian Administrasi.Jakarta:Pustaka Utama.2006 hlm. 52
[25] Sugiono.Metode penelitian Administrasi.Jakarta:Pustaka Utama.2006 hlm. 62
[26] Sugiono.Metode penelitian Administrasi.Jakarta:Pustaka Utama.2006 hlm. 21