Saturday, 28 May 2016

PENDIDIKAN LIFE SKILL STANDAR NASIONAL “Daur ulang sampah menjadi solar”





PENDIDIKAN LIFE SKILL STANDAR NASIONAL
Daur ulang sampah menjadi solar
MAKALAH
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Isu-isu Kontemporer
Dengan pembina IbuHalimatus Sa’diyah, M.Pd.I




 




 




Disusun Oleh
MULYADI
NAHDI KHOIRON
NAILI SUUDIYATIL MASRUFAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2015/2016


A.  KAJIAN ISU
Globalilasi yang sarat akan tantangan dan  kompetisi menuntut pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai daya saing yang tinggi, termasuk juga bagi masyarakat Indonesia.Menurut Engkoswara, “Tantangan  yang terjadi pada era globalisasi adalah semakin menipisnya kualitas kemandirian bangsa Indonesia. Krisis yang melanda Indonesia yang multidimensi mengakibatkan budaya bangsa semakin memudar, yaitu terjadinya degradasi moral  spiritual, semangat berusaha dan bekerja yang semakin melemah, kreativitas yang semakin mengerdilKrisis tersebut sebaiknya diantisipasi dengan menciptakan sumber daya yang mempunyai keterampilan kecakapaan hidup ataulife skillagar mampu survive dan mampu mengembangkan diri dalam persaingan global.Pengembangan sumber daya yang mumpuni dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non formal ataupun informal termasuk pengembangan pendidikan di madrasah.Pendidikan di madrasah bukan semata-mata bertujuan tranfers knowlegde.  Yaitupeserta didik dijejali dengan pengetahuan dan teori-teori saja, akan tetapipeserta didik dipersiapkan dan membekali dengan keterampilan kecakapan hidup (life skill) agar mampu menghadapi tantangan masa depan yang semakin sulit.Pengembangan nilai-nilai kecakapan hidup dalam berbagai kegiatan di madrasah baik dalam pembelajaran di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, maupun dalam kegiatan keagamaan diharapkan dapat menumbuhkan jiwa  pantang menyerah dengan etos kerja yang tinggi, mandiri kreatif, inovatif dalam menciptakan karya-karya di segala bidang, sehingga pada akhirnya mampu menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni bagi negara ini.
Berita yang penulis angkat mengenai mahasiswa mendaur ulang sampah menjadi solar. Penulis mengambil berita ini dari salah satu berita media massa“OKEZONE.com”
Mahasiswa ITB Juara 1 Lewat Konsep Olah Plastik Jadi Solar  Rabu, 09 Desember 2015 | 01:11 WIBSejumlah sampah botol minuman dan plastik makanan, berserakan di tengah-tengah bangku penonton saat seorang petugas kebersihan membersihkan sampah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 19 Oktober 2015. TEMPO/SubektiTEMPO.CO,Bandung- Indonesia bisa tambah kaya dari limbah plastik. Dengan pengolahan serius, limbah itu bisa diolah menjadi bahan bakar minyak yang menghasilkan Rp 53,6 triliun per tahun. Konsep pengolahan limbah plastik ini ditemukan oleh Akbar Syahid Rabbani, mahasiswa Teknik Lingkungan ITB angkatan 2012. Lewat konsep ini juga Akbar menjadi juara kontes Young Economist Stand-Up 2015.Akbar memaparkan potensi ekonomi baru tersebut di Indonesia, dengan pengolahanlimbah plastik pada reaktor pirolisis. Mesin itu akan membakar sampah plastik dengan suhu 400-800 derajat Celcius. Pemanasan yang menghasilkan kondensasi atau pengembunan, hasil uapnya menjadi minyak. “Material plastik juga berasal dari minyak bumi, hanya beda tingkatannya,” kata Akbar, Selasa, 8 Desember 2015.Minyak hasil olahan limbah plastik selanjutnya diolah kembali untuk menjadi bahan bakar jenis tertentu. Misalnya solar atau bensin dengan kualitas premium atau beroktan lebih tinggi. Teknologi konversi itu, kata Akbar, sudahditerapkan di Amerika Serikat dan Jepang. “Untuk dipakai kendaraan bermotor, di Amerika sudah skala pabrik, di Jepang skala rumah tangga,” ujarnya.Dari catatan Akbar, produksi limbah plastik di Indonesia mencapai sekitar 8 juta ton. Dihitung bersih semuanya untukdiolah menjadi bahan bakar minyak, bisa menghasilkan 8 miliar liter solar. “Potensikeuntungan pemerintah bisa Rp 53,6 triliun per tahun,” ujarnya.Teknologi itu terhitung berbiaya investasi besar dan sistemnya cukup rumit. Selain itu tidak semua limbah plastik bisa diolah. Hanya plastik keras yang biasa digunakan untuk botol kemasan saja yang bisa. Karena itu harusadalah pemilhan limbah agar hasilnya maksimal dan mesin bekerja secara efisien. “Kalau sampah kantong plastik diolah menjadi biji plastik seperti di tempat pembuangan sampah Bantargebang untuk dipakai lagi,” ujarnya.Residu pembakaran sampah plastik di reaktor, kata Akbar, berupa debu. Adapun polusi udara dari reaktor, bisa dikurangi dengan teknologi agar sesuai baku mutu. “Debu residu bisa dipakai menjadi bahan campuran paving block atau batako, tapi masih perlu diuji dan diteliti apakah bakal larut atau tidak kalau terkena air,” katanya.Kompetisi bagi mahasiswa yang disokong sebuah bank perusahaan pada akhir November 2015 itu bertujuan mencari solusi dan peluang dari kondisi perekonomian Indonesia agar meningkat.Pada lomba tersebut, Akbar yang merupakan satu-satunya finalis mahasiswa teknik meraih juara ketiga. Juara pertama dan kedua peserta dari mahasiswa ekonomi serta bisnis asal Universitas Sebelas Maret dan President University.Akbar berharap pemerintah Indonesia mau menerapkan pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak itu.
Dari berita tersebut, dapat kami prediksikan bahwa fakta yang terjadi bisa diketahui kebenarannya, Oleh karena itu kecakapan untuk hidup (life skills) dapat didefinisikan sebagai suatu kepandaian, kemahiran, kesanggupan atau kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup atau untuk menjalani kehidupan yang lebih bermanfaan terhaddap orang lain.
Namun perlu ditekankan kembali bahwa kajian ini life skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional  life skills menjadi lebih produktif  menjawab tantangan zaman.
B.  KAJIAN REFLEKSI
Dalam pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa[1]. Dalam hal ini lif skill harus selalu kita kembangkan dalam proses belajar baik dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang bermutu seyogyanya mampu memberikan bekal bagilulusannya untuk menghadapi kehidupan atau memberikan life skills pada peserta didik[2]. Pendidikan di  sudah selayaknya  diorientasikan   pada penanaman nilai-nilailife  skillatau kecakapan untuk hidup  yang menunjang  sistem pendidikan sudah terselenggara yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik  untuk memperoleh bekal keterampilan atau keahlian yang dapat dijadikan sebagai  sumber penghidupannya. pendidikan berperan besar dalam memproduksi lulusan yang mampu membuka peluang pekerjaan dengan membekali peserta didiknya dengan nilai-nilai semangat yang tinggi, kerja keras, pantang menyerah, mandiri, kreatif, dan inovatif. Pendidikan  di madrasah apalagi diperguruan tinggi diharapkan  memiliki dua kemampuan sekaligus, yaitu tidak hanya memiliki pengetahuan umum (IPTEK)  tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang tinggi terhadap agamanya (IMTAQ). Sekolah  diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia yang siap dan mampu berkompetisi dengan situasi lokal maupun global  melalui pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting  sebagai agen dalam perubahan sosial (agent of social change). Melalui pendidikan di madrasah akan diperoleh konservasi nilai-nilai dan kultur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.Keberhasilan sistem pendidikan  dapat dilihat dari kemampuan lulusannya (out put) menggunakan hasil pendidikan untuk hidup.[3]











DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. Manajemen berbasis Sekolah. Bandung: Diva Press. 2002
Asmani, Jamal Ma’mur, Sekolah Life Skills. Yogyakarta: Lulus Siap Kerja. 2009



[1]Jamal Ma’mur Asmani, Sekolah Life Skills(Yogyakarta: Lulus Siap Kerja, 2009), hlm. 28.
[2]Mulyasa, Manajemen berbasis Sekolah (Bandung: Diva Press, 2002), hlm. 57.
[3]Ibid, hlm. 102.