Saturday 28 May 2016

CONTOH MAKALAH KONSEP PENDDIKAN IKHWAN AL- SHAFA DAN PEMIKIRANNYA


IKHWAN AL- SHAFA DAN PEMIKIRANNYA
MAKALAH


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Mohammad Thoha, M. Pd.I



 









                                                                                                                   


Disusun Oleh :
ABD.SYAKUR
NIM: 18201501020002



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016








KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin,kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam kami haturkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang telah mebawa kita dari alam jahiliah menuju alam ilmiah yang kita bisa rasakan saat ini.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas yang diberikan oleh bapak dosen pengampu mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”. Dalam penyelesaian makalah ini, kami selaku penulis mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan dan minimnya buku refrensi. Namun, berkat kerja sama yang solid dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdaya guna di masa yang akan dating. Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Waalaikummussalam Wr.Wb.   
Pamekasan 24 mei 2016
 







 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………….……………………………………..ii
BAB I              PENDAHULUAN
A.     LatarBelakang Masalah.........……………….……………………………..1
B.     Rumusan masalah…………....……………….……………....................... 1
C.     Tujuan Masalah…...................…………….……………...........................1
BAB II PEMBAHASAN
1.    Latar Belakang Ikhwan Al- Shafa..................………….………………....2
2.    Karya- Karya Ikhwan Al- Shafa................................................................. 5
3.    Konsep Pemikiran Ikhwan Al- Shafa tentang Manusia...............................8
BAB III  PENUTUP
A.  Kesimpulan.................................................................................................11
B.   Saran- Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Berbicara masalah pemikiran klasik, Filsafat merupakan induk segala Ilmu pengetahuan. Darinya segala jenis Ilmu berasal. Konsep ini berasal dari pemikiran Yunani, terutama dari Aristoseles dan kemudian mempengaruhi para pemikir Islam.
Dalam kajian Filsafat Pendidikan Islam, ada beberapa tokoh muslim yang sangat  berjasa dalam pengembangan/ pembaharuan pemikiran pendidikan Islam, khususnya dari  para filosof Muslim. Salah satu dari mereka yang sangat berjasa dalam pengembangan pendidikan islam adalah Ikhwan Al-Shafa.
Dari hal tersebut penulis mempunyai keinginan untuk menulis sebuah karya ilmiah dengan judul “ Ikhwan Al-Shafa dan Pemikirannya”. Guna membantu pembaca dalam memahami secara universal dan konkret tentang filosof- filosof muslim yang berjasa dalam mengembangkan pemikiran pendidikan islam, terutama tentang Ikhwan Al- Shafa.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Ikhwan Al- Shafa itu?
2.      Apa saja karya-karya yang dihasilkan ?
3.      Bagaimana konsep pemikiran ikhwan Al- Shafa tentang Manusia.

C.     TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui latar belakang Ikhwan Al- Shafa
2.      Untuk mengetahui karya- karya Ikhwan Al- Shafa
3.      Untuk mengetahui pemikiran Ikhwan Al-Shafa tentang Manusia




BAB II
PEMBAHASAN

A.    IKHWAN AL- SHAFA (PERSAUDARAAN SUCI)
Ikhwan Al-Shafa adalah salah satu organisasi yang didirikan oleh sekelompok masyarakat yang didalamnya terdiri dari para filosof. Organisasi ini didirikan pada abad ke-4 H/10 M dikota Basra. Disebut juga Brethern of purity, khullan al-wafa, Ahl al-Adl, Abna, al-hamdi, atau dengan sebutan singkat Ikhwanuna, atau juga Auliya Allah.[1]
Sebutan atau nama “Ikhwan Al-Shafa” diturunkan dari sebuah kisah tentang burung merpati, kisah burung merpati dalam Kalilah wa Dimnah dipilih oleh Ikwan Al-Shafa  sebagai sumber rujukan penamaan dirinya, karena ajaran moralnya yang benilai tinggi. Ajaran moral yang dimaksud berupa hikmah yang bernilai edukatif bagi umat manusia, termasuk umat islam yang pada saat itu semangat persaudaraannya relatif terkoyak.[2]
Ikhwan Al-Shafa’ merupakan suatu gerakan yang mempertahankan semangat berfilsafat pada khususnya dan pemikiran rasional pada umumnya. Tokoh terkemuka kelompok ini adalah Ahmad ibnu Abd Allah, Abu Sulaiman Muhammad Ibnu Nashr al-Busti yang terkenal dengan sebutan al-Muqaddasi, Zaid ibn Rifa’ah selaku ketua dan Abu al-Hasan Ali ibnu Harun al-Zanjany.
Sebagai suatu pergerakan atau organisasi yang bersifat rahasia, Ikhwan al-Shafa menfokuskan perhatiannya pada bidang dakwah dan pendidikan. Organisasi ini juga mengajarkan tentang dasar-dasar Islam yang didasarkan oleh persaudaraan Islamiyah (Ukhuwah Islamiyah) yang dilakukan secara tulus dan ikhlas, kesetiakawanan yang suci dan murni, dan saling menasehati antara sesama anggota menuju ridha Ilahi, seperti sikap yang memandang iman seseorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.[3] Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
إنماالمؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم. واتقواالله لعلكم ترحمون
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Ayat diatas sudah termaktub dengan begitu jelas bahwasanya organisasi ini tidak lain adalah kepanjangan tangan dari firman Tuhan. sehingga, tidak ada satupun diantara ajaran-ajaran yang berada didalamnya berpaling sedikitpun dari firman Allah dan sabda nabi.
Keistimewaan kelompok ikhwan al-Shafa disini yaitu terdapat pada segi keilmuannya, Mereka tidak membatasi diri hanya dengan satu sumber keilmuan saja, akan tetapi mereka benar-benar mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Baginda Nabi, “ Hikmah itu barang hilang orang mukmin, ia akan mengambilnya dimanapun ditemukannya”. Dari sini, mereka mempunyai wawasan yang luas mengenai sumber-sumber pengetahuan.
Dalam kelompok ini ada empat tingkatan anggota sebagai berikut:
1.      Al-Ikhwan al-Abrar al-Ruhama, kelompok yang berusia 15-30 tahun yang memiliki jiwa yang suci dan pikiran yang kuat. Mereka berstatus murid.
2.      Al-Ikhwan al-Akhyar , yakni kelompok yang berusia 30-40 tahun. Pada tingkat ini mereka sudah mampu memelihara persaudaraan, pemurah, kasih sayang, dan siap berkorban demi persaudaraan (tingkat guru).
3.      Al-Ikhwan al-Fudhala al-Kiram, kelompok yang berusia 40-50 tahun. Mereka sudah mengetahui aturan ketuhanan sebagai tingkatan para nabi.
4.      Al-Kamal, kelompok yang berusia 50 tahun ke atas. Mereka disebut dengan tingkat al-Muqarrabin min Allah karena mereka sudah mampu memahami hakikat sesuatu sehingga mereka sudah berada diatas alam realitas, syariat dan wahyu sebagaimana malaikat al-muqarrabun .[4]
Nampaknya Ikhwan al-Shafa ingin memberikan penghormatan lebih bagi mereka yang telah lama ikut dalam kelompok ini. Karena semakin lama mereka bergabung semakin tinggi pula kedudukan mereka dalam kelompok ini, disamping juga faktor usia setiap anggota.
Justikasi pemeringkatan itu mereka dasarkan (takwilkan) dari ayat-ayat Al-Quran. Untuk kalangan murid 30, mereka menggunakan ayat 59 surat an-Nur
وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (59)

Artinya: “Jika anak-anak kalian telah baligh, mereka harus meminta izin terlebih dahulu untuk masuk ke setiap rumah di setiap waktu, seperti halnya orang-orang yang telah balig sebelum mereka. Dengan penjelasan semacam ini Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya yang telah diturunkan. Allah swt Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dia mengetahui apa yang bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya, memberikan ketentuan hukum yang sesuai dengan keadaan mereka dan akan meminta pertanggungjawaban itu semua.

Sementara peringkat muallim dijustifikasi oleh ayat 22 surat Yusuf
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (22)
Artinya: “Tatkala (ia) mencapai masa kematangan, kami anugerahkan kepadanya hukum dan pengetahuan. Seperti halnya Kami memberikan balasan kepadanya lantaran kebaikan yang ia lakukan, Kami juga memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik karena perbuatan baik mereka.
Untuk tingkat mursyid, justifikasinya diambil dari surat al-Ahqaf ayat 15:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15(
Artinya: Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payah. Pada masa mengandung dan menyapihnya yang berlangsung selama tiga puluh bulan, sang ibu merasakan berbagai penderitaan. Ketika sang anak telah menginjak dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku.  Berilah aku petunjuk untuk selalu melakukan amal kebaikan yang Engkau ridai. Jadikanlah anak keturunanku sebagai orang yang saleh. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dari segala dosa, dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu.

B.     KARYA- KARYA IKHWAN AL- SHAFA
Ikhwan Al- Shafa menghasilkan sebagai magnum opus (Masterpiece) nya yang terhimpun kedalam sebuah kumpulan tulisan yang terdiri dari 52 Risalah dengan keluasan dan kualitas beragam yang mengkaji subjek- subjek berspektrum luas yang merentang dari music sampai sihir. Tekanannya bersifat sangat didaktik, sedangkan kandungannya sangat elektik. Ini memberikan gambaran pedagogis dan kultural zaman nereka serta beragam filsafat dan kredo masa itu. Aspek pokok Rasail adalah bagian utamanya yang menampilkan perdebatan panjang antara mnusia dan para utusan dari kerajaan binatang; ini mengisi sebagian besar Risalah ke-22 yang berjudul On How the Animals and Their Kinds are Formed (Netton. 1982: 2).Bagian ini telah ditelaah secara ilmiah, dianalisis serta diterjemahkan oleh L.E. Goodman (1978).[5]
Risalah tersebut diklasifikasikan menjadi empat bidang :
1.      14 Risalah tentang matematika, yang mencakup geometri, astronomi, musik, geografi, seni, modal dan logika.
2.      17 Risalah tentang fisika dan ilmu alam, yang mencakup genealogi, mineralogi, botani, hidup dan matinya alam, senang sakitnya alam, keterbatasan manusia, dan kemampuan kesadaran.
3.      10 Risalah tentang ilmu jiwa, mencakup metafisika Phytagoreanisme dan kebangkitan alam.
4.       11 Risalah tentang ilmu-ilmu ketuhanan, meliputi kepercayaan dan keyakinan, hubungan alam dengan Allah, akidah mereka, kenabian dan keadaannya, tindakan rohani, bentuk konstitusi politik, kekuasaan Allah, magic dan azimat.[6] Rasa’il Ikhwan Al- Shafa berisi aneka pemikiran filsafat, matematika dan politik yang disampaikan dalam kemasan popular.
Karya yang erat hubungannya dengan Rasa’il adalah al-Risalat al-Jam’iah (Risalah Komprehensif) yang merupakan sebuah summerium (Ringkasan) dari Rasa’il. Karya ini pun dimaksudkan hanya diedarkan untuk kalangan sendiri, yakni dikalangan para anggota kelompok saja. Banyak informasi ilmi’ah yang tidak termaktub dalam Jam’iah, yang pada aslinya informasi tersebut merupakan tulang punggung Rasa’il, dan dalam informasi ini pula gagasan-gagasan yang dimaksudkan oleh Ikhwan al-Shafa untuk disuntikan kepada para pengikut mereka diungkapkan dengan lebih jelas dan lengkap.
Selanjutnya Jami’ah pun diringkas dalam Risalat al-Jami’ah al- Jami’ah au al- Zubdah min Rasa’il Ikhwan al Shafa (Kondensasi dari Risalah Komprehensip atau Krim dari Rasail Ikhwan al- Shafa), yang juga dinamai al- Risalat al- Jami’ah. Informasi Ilmiah dan Juga beberapa bab dari Rasa’il tidak dicantumkan dalam karya ini, sedangkan interpretasi esoteris dan simbolis tentang ayat-ayat al-Qur’an disajikan secara gamblang.
Dari isi ensiklopedi tersebut kita dapat mengetahui bahwa Ikhwan al-Shafa mencoba melakukan penjelasan-penjelasan yang terkait dengan agama dan ilmu pengetahuan (filsafat dan sains).
Banyak pendapat yang mendiskreditkan Rasâ’il sebagai bentuk yang halus dari propaganda sekte Syiah Ismailiyyah untuk merebut kekuasaan Sunni Baghdad. Thaha Husein misalnya menyebutkan, secara politis propaganda-propaganda mereka bertujuan untuk melakukan perombakan atau kudeta wacana di tingkat masyarakat untuk memperkuat basis perebutan kekuasaan.
·         Hakikat Pengetahuan
Dalam menjelaskan pengertian pengetahuan, Ikhwan menegaskan: “ Bahwasanya  yang dimaksud dengan pengetahuan adalah tidak lain daripada keberadaan gambaran objek pengetahuan pada jiwa seseorang. Sebaliknya kejahilan adalah ketiadaan gambaran tersebut pada jiwa.
Rumusan Ikhwan tentang pengetahuan mengisyaratkan bahwa realita diluar fikiran manusia benar- benar ada. Realita itulah yang perlu diketahui oleh manusia. Keberadaan gambaran tentang realita itu pada fikiran manusia terjadi melalui proses abstraksi, yaitu dengan melibatkan organ fisik dan jiwa yang dimilikinya.[7]
·         Klasifikasi  Pengetahuan
Ikhwan Al- Shafa membagi pengetahuan pada tingakat kelompok, yaitu:
1.       Al-‘ulum al-riyadhiyyat atau’ilm al-adab yaitu ilmu-ilmu yang umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan  hidup dunia.
2.      Al’ulum al-syar’iyyat yaitu beberapa macam pengetahuan yang di tujukan untuk mengobati jiwa dan mencapai kehidupan akhirat,dan
3.      Pengetahuan filsafat, yang mana mereka bagi menjadi empat baagian, yaitu:
a.       Pengetahuan Matematika,
b.      Pengetahuan Logika,
c.       Pengetahuan Fisika, dan
d.      Pengetahuan Ilahiah/ Metafisik.                                                                                      
Keempat macam ilmu inilah yang menjadi parhatian ikhwan dan sekaligus merupakan isi pendidikan yang mereka kehendaki.oleh karena itu,Pengetahuan Syariat adalah nubuwah yang disampaikan oleh para nabi. Sedangkan pengetahuan adab/ sastra dan pengetahuan filsafat merupakan hasil upaya jiwa manusia. Sedangkan pengetahuan yang paling mulia dimata mereka adalah pengetahuan syariat nubuwwah.[8]

C.     KONSEP PEMIKIRAN IKHWAN AL- SHAFA TENTANG MANUSIA
Hakikat manusia yang sesungguhnya terletak pada jiwanya. Sementara jasadnya merupakan penjara bagi jiwa. Oleh karena itu, ruang lingkup jasad hendaknya diperkecil, sedangkan ruang lingkup jiwa haruslah diperbesar.
Untuk mewujudkan hal tersebut, jiwa manusia pun membutuhkan sebuah pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kebutuhan jiwa manusia terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan disebabkan karena ketika lahir jiwa manusia tidak memiliki pengetahuan sedikitpun. Namun, setelah indera manusia berfungsi, secara berproses mannusia mulai menerima rangsangan dari alam sekitarnya. Semua rangsangan inderawi ini melimpah kedalam jiwa.[9]
Kelompok Ikhwan Al- Shafa mempunyai pandangan “Dualistik” mengenai konsep dasar manusia. Mereka membuat formulasi konseptual atas pandangan moral- etik tentang manusia. Menurut Ikhwan manusia itu tersusun dari dua unsur; yaitu unsur fisikis- biologis dan unsur lahiriyah- rohaniyah, maka sejatinya kedua unsur ini memiliki perbedaan sifat dan berlawanan kondisinya, namun memiliki kesamaan dalam tindakan dan sifat aksidentalnya. Karena unsur fisikis- biologisnya, manusia berkecendrungan untuk kekal didunia untuk selamanya. Sedangkan karena unsur lahiriyah-rohaniyahnya, manusia berkecendrungan untuk meraih akhirat dan keselamatan disana. Dengan demikian, kondisi kehidupan manusia diwarnai oleh dualitas yang saling berlawanan, seperti: hidup- mati, ingat- lupa, cerdas- dungu, sehat- sakit, serta sehat- senang.[10]
Pandangan dualistik tentang manusia yang dimiliki Ikhwan Al-Shafa tidaklah bersifat liberal, melainkan dibatasi oleh pengakuan akan ragam potensi individual yang unik, antara satu dengan lainnya itu berbeda. Mereka berpandangan meskipun “watak dasar” setiap individu bersifat genetik- bawaan, namun kecenderungan- kecenderungan yang dimilikinya bersifat Ikhtiyariyyat (hasil berinteraksi dengan lingkungan), sehingga terjadi keragaman antar individu. Oleh karena itu ada individu yang lebih berbakat dalam dunia keilmuan, ada yang lebih terampil dalam berdagang dan adapula yang lebih berkompeten dalam berfilsafat.[11] 
Selain memiliki pandangan dualistik, Ikhwan juga memandang manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jiwa yang bersifat imateri, dan tubuh yang merupakan campuran dari tanah, air, udara, dan api. Pada mulanya jiwa yang berada dalam tubuh tidak mengetahui apa- apa, tetapi memiliki kemampuan untuk menerima pengetahuan secara berangsur- angsur. Manusia haruslah dididik sedemikian rupa dengan ajaran- ajaran yang diwahyukan dan pengajaran filsafat, sehingga mengaktual pada jiwanya, pandangan keyakinan dan pengetahuan yang benar, baik tentang realitas maupun tentang apa yang seharusnya dibiasakan manusia.[12]
Tampaknya Ikhwan seperti para pemikir Muslim lainnya banyak di pengararuhi oleh logika atau manthiq yang dikembangkan oleh kelompok yunani yang pada waktu belakangan banyak dikecam ibn Taimiyeh.Merekan menyebut tiga buah karya Arestoteles,yaitu categori,perihermenias,dan analytics,yang tampaknya banyak mewarnai pemikirin Ihkwan.
Bagian terahir dari al-ulum al falsafiyyat adalah al- ulum al-ilahiyat.Bagian ini merupakan puncak yang hendak dituju oleh Ihkwan.Usaha untuk mencapai tingkat ini merupakan inti perjuangan yang mereka lakukan.segala usahanya dan pemikirannya yang di curuhkan Ihkwan ialah untuk memasyarakatkan pengetahuan ini.    
































BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan sejarah yang sudah tertulis diatas sudah begitu jelas bahwasanya Ikhwan Al- Shafa atau yang kerap disebut dengan “persaudaraan suci” ialah merupakan sebuah nama dari sebuah perkumpulan ataupun pergerakan yang merahasiakan identitas mereka masing- masing. Kelompok inipun sangatlah bersikokoh memperjuangkan pemikiran berfilsafat pada khususnya dan pemikiran rasional pada umumnya.
Karya yang dihasilkan oleh kelompok Ikhwan Al- Shafa berjumlah 52 risalah yang diklasifikasikan dalam empat bidang yaitu : 14 risalah tentang matematika, 17 risalah tentang fisika dan ilmu alam, 10 risalah tentang ilmu jiwa, 11 risalah tentang ilmu-ilmu ketuhanan. Rasa’il Ikhwan Al- Shafa berisi aneka pemikiran filsafat, matematis dan politik yang disampaikan dalam kemasan popular. Kelompok ini juga ada yang berpendapat bahwasanya kelompok ini bermadzhab Isma’iliyah.
Sedangkan konsep pemikiran Ikhwan terhadap manusia bahwasanya mansuia itu terdiri dari dua unsur yang berbeda, yaitu; unsur fisikis- biologis dan unsur lahiriyah- rohaniyah, maka sejatinya kedua unsur ini memiliki perbedaan sifat dan berlawanan kondisinya, namun memiliki kesamaan dalam tindakan dan sifat aksidentalnya. Karena unsur fisikis- biologisnya, manusia berkecendrungan untuk kekal didunia untuk selamanya. Sedangkan karena unsur lahiriyah-rohaniyahnya, manusia berkecendrungan untuk meraih akhirat dan keselamatan disana.
Dari banyaknya sumber data yang membahas mengenai kelompok ini dapat diketahui kalau Ikhwan Al- Shafa disini yang tidak memberitahukan identitasnya tersebut sangatlah menentang terhadap sikap fanatisme, dan lebih memilih sebuah kebebasan dalam berfikir kritis dan logis dalam mencari sebuah kebenaran.  

B.     SARAN- SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya-karya kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin...
                                   
















DAFTAR PUSTAKA


Ali, Yunasril. 1991. Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam.               Jakarta : Bumi Aksara.
Fakhri , Majid. 1997. Sejarah Filsafat Islam. England Oxford: One World Publications.
Jawwad Ridla , Mohammad. 2002. Tiga Aliran Utama Pendidikan Islam. Yogyakarta:PT Tiara Wacana.
Siswanto. 2009. Pendidikan Islam dalam Persepektif Filosofis. Pamekasan: Stain Pamekasan Press.
Siswanto. 2105. Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya: CV Pena Salsabila.
Supriadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Zainuddin, M. 2009. Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer. UIN-Malang: press.



[1] Siswanto, Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Surabaya: CV Pena Salsabila, 2015), hal. 109
[2] Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1991 ), hlm. 19
[3] Siswanto, Pendidikan Islam dalam Persepektif Filosofis ( Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2009 ), hlm.64-65
[4] Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1991 ), hlm. 22
[5] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),hlm. 101
[6] Mohammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Pendidikan Islam, (Yogyakarta:PT Tiara Wacana, 2002),hal. 149-150
[7] M.Zainuddin, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer,(UIN-Malang: press, 2009),hlm. 306-307
[8] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),hlm. 103
[9] Siswanto, Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Surabaya: CV Pena Salsabila, 2015), hal.112
[10] Mohammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Pendidikan Islam, (Yogyakarta:PT Tiara Wacana, 2002),hal.153-154
[11] Ibid, hal. 155
[12] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),hlm. 107- 108
IKHWAN AL- SHAFA DAN PEMIKIRANNYA
MAKALAH


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Mohammad Thoha, M. Pd.I



 








                                                                                                                   


Disusun Oleh :
ABD.SYAKUR
NIM: 18201501020002



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016








KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin,kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam kami haturkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang telah mebawa kita dari alam jahiliah menuju alam ilmiah yang kita bisa rasakan saat ini.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas yang diberikan oleh bapak dosen pengampu mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”. Dalam penyelesaian makalah ini, kami selaku penulis mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan dan minimnya buku refrensi. Namun, berkat kerja sama yang solid dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdaya guna di masa yang akan dating. Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Waalaikummussalam Wr.Wb.   
Pamekasan 24 mei 2016
 






 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………….……………………………………..ii
BAB I              PENDAHULUAN
A.     LatarBelakang Masalah.........……………….……………………………..1
B.     Rumusan masalah…………....……………….……………....................... 1
C.     Tujuan Masalah…...................…………….……………...........................1
BAB II PEMBAHASAN
1.    Latar Belakang Ikhwan Al- Shafa..................………….………………....2
2.    Karya- Karya Ikhwan Al- Shafa................................................................. 5
3.    Konsep Pemikiran Ikhwan Al- Shafa tentang Manusia...............................8
BAB III  PENUTUP
A.  Kesimpulan.................................................................................................11
B.   Saran- Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Berbicara masalah pemikiran klasik, Filsafat merupakan induk segala Ilmu pengetahuan. Darinya segala jenis Ilmu berasal. Konsep ini berasal dari pemikiran Yunani, terutama dari Aristoseles dan kemudian mempengaruhi para pemikir Islam.
Dalam kajian Filsafat Pendidikan Islam, ada beberapa tokoh muslim yang sangat  berjasa dalam pengembangan/ pembaharuan pemikiran pendidikan Islam, khususnya dari  para filosof Muslim. Salah satu dari mereka yang sangat berjasa dalam pengembangan pendidikan islam adalah Ikhwan Al-Shafa.
Dari hal tersebut penulis mempunyai keinginan untuk menulis sebuah karya ilmiah dengan judul “ Ikhwan Al-Shafa dan Pemikirannya”. Guna membantu pembaca dalam memahami secara universal dan konkret tentang filosof- filosof muslim yang berjasa dalam mengembangkan pemikiran pendidikan islam, terutama tentang Ikhwan Al- Shafa.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Ikhwan Al- Shafa itu?
2.      Apa saja karya-karya yang dihasilkan ?
3.      Bagaimana konsep pemikiran ikhwan Al- Shafa tentang Manusia.

C.     TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui latar belakang Ikhwan Al- Shafa
2.      Untuk mengetahui karya- karya Ikhwan Al- Shafa
3.      Untuk mengetahui pemikiran Ikhwan Al-Shafa tentang Manusia




BAB II
PEMBAHASAN

A.    IKHWAN AL- SHAFA (PERSAUDARAAN SUCI)
Ikhwan Al-Shafa adalah salah satu organisasi yang didirikan oleh sekelompok masyarakat yang didalamnya terdiri dari para filosof. Organisasi ini didirikan pada abad ke-4 H/10 M dikota Basra. Disebut juga Brethern of purity, khullan al-wafa, Ahl al-Adl, Abna, al-hamdi, atau dengan sebutan singkat Ikhwanuna, atau juga Auliya Allah.[1]
Sebutan atau nama “Ikhwan Al-Shafa” diturunkan dari sebuah kisah tentang burung merpati, kisah burung merpati dalam Kalilah wa Dimnah dipilih oleh Ikwan Al-Shafa  sebagai sumber rujukan penamaan dirinya, karena ajaran moralnya yang benilai tinggi. Ajaran moral yang dimaksud berupa hikmah yang bernilai edukatif bagi umat manusia, termasuk umat islam yang pada saat itu semangat persaudaraannya relatif terkoyak.[2]
Ikhwan Al-Shafa’ merupakan suatu gerakan yang mempertahankan semangat berfilsafat pada khususnya dan pemikiran rasional pada umumnya. Tokoh terkemuka kelompok ini adalah Ahmad ibnu Abd Allah, Abu Sulaiman Muhammad Ibnu Nashr al-Busti yang terkenal dengan sebutan al-Muqaddasi, Zaid ibn Rifa’ah selaku ketua dan Abu al-Hasan Ali ibnu Harun al-Zanjany.
Sebagai suatu pergerakan atau organisasi yang bersifat rahasia, Ikhwan al-Shafa menfokuskan perhatiannya pada bidang dakwah dan pendidikan. Organisasi ini juga mengajarkan tentang dasar-dasar Islam yang didasarkan oleh persaudaraan Islamiyah (Ukhuwah Islamiyah) yang dilakukan secara tulus dan ikhlas, kesetiakawanan yang suci dan murni, dan saling menasehati antara sesama anggota menuju ridha Ilahi, seperti sikap yang memandang iman seseorang muslim tidak akan sempurna kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.[3] Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
إنماالمؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم. واتقواالله لعلكم ترحمون
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Ayat diatas sudah termaktub dengan begitu jelas bahwasanya organisasi ini tidak lain adalah kepanjangan tangan dari firman Tuhan. sehingga, tidak ada satupun diantara ajaran-ajaran yang berada didalamnya berpaling sedikitpun dari firman Allah dan sabda nabi.
Keistimewaan kelompok ikhwan al-Shafa disini yaitu terdapat pada segi keilmuannya, Mereka tidak membatasi diri hanya dengan satu sumber keilmuan saja, akan tetapi mereka benar-benar mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Baginda Nabi, “ Hikmah itu barang hilang orang mukmin, ia akan mengambilnya dimanapun ditemukannya”. Dari sini, mereka mempunyai wawasan yang luas mengenai sumber-sumber pengetahuan.
Dalam kelompok ini ada empat tingkatan anggota sebagai berikut:
1.      Al-Ikhwan al-Abrar al-Ruhama, kelompok yang berusia 15-30 tahun yang memiliki jiwa yang suci dan pikiran yang kuat. Mereka berstatus murid.
2.      Al-Ikhwan al-Akhyar , yakni kelompok yang berusia 30-40 tahun. Pada tingkat ini mereka sudah mampu memelihara persaudaraan, pemurah, kasih sayang, dan siap berkorban demi persaudaraan (tingkat guru).
3.      Al-Ikhwan al-Fudhala al-Kiram, kelompok yang berusia 40-50 tahun. Mereka sudah mengetahui aturan ketuhanan sebagai tingkatan para nabi.
4.      Al-Kamal, kelompok yang berusia 50 tahun ke atas. Mereka disebut dengan tingkat al-Muqarrabin min Allah karena mereka sudah mampu memahami hakikat sesuatu sehingga mereka sudah berada diatas alam realitas, syariat dan wahyu sebagaimana malaikat al-muqarrabun .[4]
Nampaknya Ikhwan al-Shafa ingin memberikan penghormatan lebih bagi mereka yang telah lama ikut dalam kelompok ini. Karena semakin lama mereka bergabung semakin tinggi pula kedudukan mereka dalam kelompok ini, disamping juga faktor usia setiap anggota.
Justikasi pemeringkatan itu mereka dasarkan (takwilkan) dari ayat-ayat Al-Quran. Untuk kalangan murid 30, mereka menggunakan ayat 59 surat an-Nur
وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (59)

Artinya: “Jika anak-anak kalian telah baligh, mereka harus meminta izin terlebih dahulu untuk masuk ke setiap rumah di setiap waktu, seperti halnya orang-orang yang telah balig sebelum mereka. Dengan penjelasan semacam ini Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat-Nya yang telah diturunkan. Allah swt Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dia mengetahui apa yang bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya, memberikan ketentuan hukum yang sesuai dengan keadaan mereka dan akan meminta pertanggungjawaban itu semua.

Sementara peringkat muallim dijustifikasi oleh ayat 22 surat Yusuf
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (22)
Artinya: “Tatkala (ia) mencapai masa kematangan, kami anugerahkan kepadanya hukum dan pengetahuan. Seperti halnya Kami memberikan balasan kepadanya lantaran kebaikan yang ia lakukan, Kami juga memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik karena perbuatan baik mereka.
Untuk tingkat mursyid, justifikasinya diambil dari surat al-Ahqaf ayat 15:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15(
Artinya: Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payah. Pada masa mengandung dan menyapihnya yang berlangsung selama tiga puluh bulan, sang ibu merasakan berbagai penderitaan. Ketika sang anak telah menginjak dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku.  Berilah aku petunjuk untuk selalu melakukan amal kebaikan yang Engkau ridai. Jadikanlah anak keturunanku sebagai orang yang saleh. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dari segala dosa, dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu.

B.     KARYA- KARYA IKHWAN AL- SHAFA
Ikhwan Al- Shafa menghasilkan sebagai magnum opus (Masterpiece) nya yang terhimpun kedalam sebuah kumpulan tulisan yang terdiri dari 52 Risalah dengan keluasan dan kualitas beragam yang mengkaji subjek- subjek berspektrum luas yang merentang dari music sampai sihir. Tekanannya bersifat sangat didaktik, sedangkan kandungannya sangat elektik. Ini memberikan gambaran pedagogis dan kultural zaman nereka serta beragam filsafat dan kredo masa itu. Aspek pokok Rasail adalah bagian utamanya yang menampilkan perdebatan panjang antara mnusia dan para utusan dari kerajaan binatang; ini mengisi sebagian besar Risalah ke-22 yang berjudul On How the Animals and Their Kinds are Formed (Netton. 1982: 2).Bagian ini telah ditelaah secara ilmiah, dianalisis serta diterjemahkan oleh L.E. Goodman (1978).[5]
Risalah tersebut diklasifikasikan menjadi empat bidang :
1.      14 Risalah tentang matematika, yang mencakup geometri, astronomi, musik, geografi, seni, modal dan logika.
2.      17 Risalah tentang fisika dan ilmu alam, yang mencakup genealogi, mineralogi, botani, hidup dan matinya alam, senang sakitnya alam, keterbatasan manusia, dan kemampuan kesadaran.
3.      10 Risalah tentang ilmu jiwa, mencakup metafisika Phytagoreanisme dan kebangkitan alam.
4.       11 Risalah tentang ilmu-ilmu ketuhanan, meliputi kepercayaan dan keyakinan, hubungan alam dengan Allah, akidah mereka, kenabian dan keadaannya, tindakan rohani, bentuk konstitusi politik, kekuasaan Allah, magic dan azimat.[6] Rasa’il Ikhwan Al- Shafa berisi aneka pemikiran filsafat, matematika dan politik yang disampaikan dalam kemasan popular.
Karya yang erat hubungannya dengan Rasa’il adalah al-Risalat al-Jam’iah (Risalah Komprehensif) yang merupakan sebuah summerium (Ringkasan) dari Rasa’il. Karya ini pun dimaksudkan hanya diedarkan untuk kalangan sendiri, yakni dikalangan para anggota kelompok saja. Banyak informasi ilmi’ah yang tidak termaktub dalam Jam’iah, yang pada aslinya informasi tersebut merupakan tulang punggung Rasa’il, dan dalam informasi ini pula gagasan-gagasan yang dimaksudkan oleh Ikhwan al-Shafa untuk disuntikan kepada para pengikut mereka diungkapkan dengan lebih jelas dan lengkap.
Selanjutnya Jami’ah pun diringkas dalam Risalat al-Jami’ah al- Jami’ah au al- Zubdah min Rasa’il Ikhwan al Shafa (Kondensasi dari Risalah Komprehensip atau Krim dari Rasail Ikhwan al- Shafa), yang juga dinamai al- Risalat al- Jami’ah. Informasi Ilmiah dan Juga beberapa bab dari Rasa’il tidak dicantumkan dalam karya ini, sedangkan interpretasi esoteris dan simbolis tentang ayat-ayat al-Qur’an disajikan secara gamblang.
Dari isi ensiklopedi tersebut kita dapat mengetahui bahwa Ikhwan al-Shafa mencoba melakukan penjelasan-penjelasan yang terkait dengan agama dan ilmu pengetahuan (filsafat dan sains).
Banyak pendapat yang mendiskreditkan Rasâ’il sebagai bentuk yang halus dari propaganda sekte Syiah Ismailiyyah untuk merebut kekuasaan Sunni Baghdad. Thaha Husein misalnya menyebutkan, secara politis propaganda-propaganda mereka bertujuan untuk melakukan perombakan atau kudeta wacana di tingkat masyarakat untuk memperkuat basis perebutan kekuasaan.
·         Hakikat Pengetahuan
Dalam menjelaskan pengertian pengetahuan, Ikhwan menegaskan: “ Bahwasanya  yang dimaksud dengan pengetahuan adalah tidak lain daripada keberadaan gambaran objek pengetahuan pada jiwa seseorang. Sebaliknya kejahilan adalah ketiadaan gambaran tersebut pada jiwa.
Rumusan Ikhwan tentang pengetahuan mengisyaratkan bahwa realita diluar fikiran manusia benar- benar ada. Realita itulah yang perlu diketahui oleh manusia. Keberadaan gambaran tentang realita itu pada fikiran manusia terjadi melalui proses abstraksi, yaitu dengan melibatkan organ fisik dan jiwa yang dimilikinya.[7]
·         Klasifikasi  Pengetahuan
Ikhwan Al- Shafa membagi pengetahuan pada tingakat kelompok, yaitu:
1.       Al-‘ulum al-riyadhiyyat atau’ilm al-adab yaitu ilmu-ilmu yang umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan  hidup dunia.
2.      Al’ulum al-syar’iyyat yaitu beberapa macam pengetahuan yang di tujukan untuk mengobati jiwa dan mencapai kehidupan akhirat,dan
3.      Pengetahuan filsafat, yang mana mereka bagi menjadi empat baagian, yaitu:
a.       Pengetahuan Matematika,
b.      Pengetahuan Logika,
c.       Pengetahuan Fisika, dan
d.      Pengetahuan Ilahiah/ Metafisik.                                                                                      
Keempat macam ilmu inilah yang menjadi parhatian ikhwan dan sekaligus merupakan isi pendidikan yang mereka kehendaki.oleh karena itu,Pengetahuan Syariat adalah nubuwah yang disampaikan oleh para nabi. Sedangkan pengetahuan adab/ sastra dan pengetahuan filsafat merupakan hasil upaya jiwa manusia. Sedangkan pengetahuan yang paling mulia dimata mereka adalah pengetahuan syariat nubuwwah.[8]

C.     KONSEP PEMIKIRAN IKHWAN AL- SHAFA TENTANG MANUSIA
Hakikat manusia yang sesungguhnya terletak pada jiwanya. Sementara jasadnya merupakan penjara bagi jiwa. Oleh karena itu, ruang lingkup jasad hendaknya diperkecil, sedangkan ruang lingkup jiwa haruslah diperbesar.
Untuk mewujudkan hal tersebut, jiwa manusia pun membutuhkan sebuah pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kebutuhan jiwa manusia terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan disebabkan karena ketika lahir jiwa manusia tidak memiliki pengetahuan sedikitpun. Namun, setelah indera manusia berfungsi, secara berproses mannusia mulai menerima rangsangan dari alam sekitarnya. Semua rangsangan inderawi ini melimpah kedalam jiwa.[9]
Kelompok Ikhwan Al- Shafa mempunyai pandangan “Dualistik” mengenai konsep dasar manusia. Mereka membuat formulasi konseptual atas pandangan moral- etik tentang manusia. Menurut Ikhwan manusia itu tersusun dari dua unsur; yaitu unsur fisikis- biologis dan unsur lahiriyah- rohaniyah, maka sejatinya kedua unsur ini memiliki perbedaan sifat dan berlawanan kondisinya, namun memiliki kesamaan dalam tindakan dan sifat aksidentalnya. Karena unsur fisikis- biologisnya, manusia berkecendrungan untuk kekal didunia untuk selamanya. Sedangkan karena unsur lahiriyah-rohaniyahnya, manusia berkecendrungan untuk meraih akhirat dan keselamatan disana. Dengan demikian, kondisi kehidupan manusia diwarnai oleh dualitas yang saling berlawanan, seperti: hidup- mati, ingat- lupa, cerdas- dungu, sehat- sakit, serta sehat- senang.[10]
Pandangan dualistik tentang manusia yang dimiliki Ikhwan Al-Shafa tidaklah bersifat liberal, melainkan dibatasi oleh pengakuan akan ragam potensi individual yang unik, antara satu dengan lainnya itu berbeda. Mereka berpandangan meskipun “watak dasar” setiap individu bersifat genetik- bawaan, namun kecenderungan- kecenderungan yang dimilikinya bersifat Ikhtiyariyyat (hasil berinteraksi dengan lingkungan), sehingga terjadi keragaman antar individu. Oleh karena itu ada individu yang lebih berbakat dalam dunia keilmuan, ada yang lebih terampil dalam berdagang dan adapula yang lebih berkompeten dalam berfilsafat.[11] 
Selain memiliki pandangan dualistik, Ikhwan juga memandang manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jiwa yang bersifat imateri, dan tubuh yang merupakan campuran dari tanah, air, udara, dan api. Pada mulanya jiwa yang berada dalam tubuh tidak mengetahui apa- apa, tetapi memiliki kemampuan untuk menerima pengetahuan secara berangsur- angsur. Manusia haruslah dididik sedemikian rupa dengan ajaran- ajaran yang diwahyukan dan pengajaran filsafat, sehingga mengaktual pada jiwanya, pandangan keyakinan dan pengetahuan yang benar, baik tentang realitas maupun tentang apa yang seharusnya dibiasakan manusia.[12]
Tampaknya Ikhwan seperti para pemikir Muslim lainnya banyak di pengararuhi oleh logika atau manthiq yang dikembangkan oleh kelompok yunani yang pada waktu belakangan banyak dikecam ibn Taimiyeh.Merekan menyebut tiga buah karya Arestoteles,yaitu categori,perihermenias,dan analytics,yang tampaknya banyak mewarnai pemikirin Ihkwan.
Bagian terahir dari al-ulum al falsafiyyat adalah al- ulum al-ilahiyat.Bagian ini merupakan puncak yang hendak dituju oleh Ihkwan.Usaha untuk mencapai tingkat ini merupakan inti perjuangan yang mereka lakukan.segala usahanya dan pemikirannya yang di curuhkan Ihkwan ialah untuk memasyarakatkan pengetahuan ini.    
































BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan sejarah yang sudah tertulis diatas sudah begitu jelas bahwasanya Ikhwan Al- Shafa atau yang kerap disebut dengan “persaudaraan suci” ialah merupakan sebuah nama dari sebuah perkumpulan ataupun pergerakan yang merahasiakan identitas mereka masing- masing. Kelompok inipun sangatlah bersikokoh memperjuangkan pemikiran berfilsafat pada khususnya dan pemikiran rasional pada umumnya.
Karya yang dihasilkan oleh kelompok Ikhwan Al- Shafa berjumlah 52 risalah yang diklasifikasikan dalam empat bidang yaitu : 14 risalah tentang matematika, 17 risalah tentang fisika dan ilmu alam, 10 risalah tentang ilmu jiwa, 11 risalah tentang ilmu-ilmu ketuhanan. Rasa’il Ikhwan Al- Shafa berisi aneka pemikiran filsafat, matematis dan politik yang disampaikan dalam kemasan popular. Kelompok ini juga ada yang berpendapat bahwasanya kelompok ini bermadzhab Isma’iliyah.
Sedangkan konsep pemikiran Ikhwan terhadap manusia bahwasanya mansuia itu terdiri dari dua unsur yang berbeda, yaitu; unsur fisikis- biologis dan unsur lahiriyah- rohaniyah, maka sejatinya kedua unsur ini memiliki perbedaan sifat dan berlawanan kondisinya, namun memiliki kesamaan dalam tindakan dan sifat aksidentalnya. Karena unsur fisikis- biologisnya, manusia berkecendrungan untuk kekal didunia untuk selamanya. Sedangkan karena unsur lahiriyah-rohaniyahnya, manusia berkecendrungan untuk meraih akhirat dan keselamatan disana.
Dari banyaknya sumber data yang membahas mengenai kelompok ini dapat diketahui kalau Ikhwan Al- Shafa disini yang tidak memberitahukan identitasnya tersebut sangatlah menentang terhadap sikap fanatisme, dan lebih memilih sebuah kebebasan dalam berfikir kritis dan logis dalam mencari sebuah kebenaran.  

B.     SARAN- SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya-karya kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin...
                                   
















DAFTAR PUSTAKA


Ali, Yunasril. 1991. Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam.               Jakarta : Bumi Aksara.
Fakhri , Majid. 1997. Sejarah Filsafat Islam. England Oxford: One World Publications.
Jawwad Ridla , Mohammad. 2002. Tiga Aliran Utama Pendidikan Islam. Yogyakarta:PT Tiara Wacana.
Siswanto. 2009. Pendidikan Islam dalam Persepektif Filosofis. Pamekasan: Stain Pamekasan Press.
Siswanto. 2105. Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya: CV Pena Salsabila.
Supriadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Zainuddin, M. 2009. Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer. UIN-Malang: press.



[1] Siswanto, Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Surabaya: CV Pena Salsabila, 2015), hal. 109
[2] Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1991 ), hlm. 19
[3] Siswanto, Pendidikan Islam dalam Persepektif Filosofis ( Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2009 ), hlm.64-65
[4] Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1991 ), hlm. 22
[5] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),hlm. 101
[6] Mohammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Pendidikan Islam, (Yogyakarta:PT Tiara Wacana, 2002),hal. 149-150
[7] M.Zainuddin, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer,(UIN-Malang: press, 2009),hlm. 306-307
[8] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),hlm. 103
[9] Siswanto, Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Surabaya: CV Pena Salsabila, 2015), hal.112
[10] Mohammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Pendidikan Islam, (Yogyakarta:PT Tiara Wacana, 2002),hal.153-154
[11] Ibid, hal. 155
[12] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),hlm. 107- 108