Thursday, 2 June 2016

CONTOH MAKALAH MERANCANG RUANG KELAS YANG IDEAL UNTUK PEMBELAJARAN DI SMA AT-TA’AWUN LEGUNG BARAT SUMENEP





MAKALAH
MERANCANG RUANG KELAS YANG IDEAL UNTUK PEMBELAJARAN DI SMA AT-TA’AWUN LEGUNG BARAT SUMENEP
Disusununtukmemenuhitugasmatakuliah
ManajemenKelas
Pengampu Dr. Mohammad Thoha. M.Pd. I
 

                                 
                          
                                                           




DisusunOleh:
DarwisSyamsi
(18201401040045)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSANTARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim                                                             
Tiada kata yang mampu terucap dari bibir al-faqir kecuali lantunan syukur atas nikmat tak terhitung yang telah diberikan Allah SWT Dzat yang maha mengatur, karenannya sampai saat ini penulis masih mampu untuk terus melangkah, bertekad dan berjuang mengejar angan dan impianyang sejak dulu digantungkan dilangit sana. Dengan tekad dan perjuangan tersebut, cucuran keringat, juga usaha keras yang cukup memeras keringat serta pikiran, akhirnya penulis mampu menyelesaikan makalah yang membahas secara umum tentang Bagaimana Merancang Ruang kelas yang ideal untuk pembelajaran di SMA At-Ta’awun Legung Barat Batang-Batang Sumenep sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Kelas. Alhamdulillah Wa Syukurillah.
Seribu bingkisan salam, semoga tetap mengalir deras kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir, penyempurna Syariat ummat terdahulu yang telah memberikan Bisyarah kepada umat manusia tentang kemenangan Islam Wal Muslimin dimasa yang akan datang. Allahu Akbar.Semoga kita sebagai ummatnya mampu meneladani kiprah perjuangannya, konstelasi politiknya, kepemimpinannya, serta akhlak dan budi pekertinya yang luhur.
Dengan terselesainya makalah ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada doesen pengampuyang telah membantu memberikan saran informasi dan ilmu pengetahuan mengenai Mata Kuliah manajemen kelasPenyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan .
Akhirnya saran dan kritik para pembaca sangat kami harapkan sebagai Muhasabah An-nafs dan kemajuan penulis ke depan. Semoga makalahinidapatbermanfaatbagiumatIslam.AmienYaaRabbal ‘Alamin! 
Pamekasan,27 April 2016

Penyusun                                                                                                                  
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagian besar kondisi fisik dan pengaturan ruang kelas yang kurang sesuai memiliki pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan terhadap proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas konsentrasi siswa.Temperatur ruangan yang terlalu dingin atau panas dan sistem ventilasi yang kacau misalnya, dapat menurunkan konsentrasi siswa. Terkadang, perabotan serta materi fisik penunjang proses pembelajaran perlu ditata sedemikian rupa untuk membuat siswa mampu memusatkan perhatian mereka terhadap pembahasan dalam forum kelas. Karena peletakan media peraga atau material lain yang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terhalangnya pandangan siswa terhadap fokus pembelajaran.
Agar tercipta suasana belajar yang nyaman dan efektif, seorang guru perlu memperhatikan  pengaturan dan penataan ruang kelas dalam proses belajar mengajar. Karena ketika ruangan kelas tertata dengan teratur dan nyaman, proses pengajaran akan berjalan dengan baik. Dan mengingat pentingnya akan hal tersebut penulis akan sedikt memaparkan hal hal yang berkaitan dengan bagaimana merancang kelas yang ideal dalam proses pembelajaran
B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu sebagai berikut:
1.      Pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran
2.      Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
3.      Mengatur ruang kelas
4.      Observasi
C.    Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalahnya ialah sebagai berikut:
1.      Memberikan pemahaman tentang Pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran
2.      Memberikan pemahaman tentang Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
3.      Memberikan pengetahuan tentang Mengatur ruang kelas
4.      Observasi

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran
Dalam manajemen kelas efektif, lingkungan fisik merupakan faktor yang sangat penting.Oleh Karena itu, lingkungan fisik harus dapat didesain secara baik dan lebih dari sekedar penataan barang-barang di kelas. Menurut Everston et al. (2003) dalam Santrock (2008), terdapat empat prinsip yang dapat dipakai dalam menata kelas, yaitu:
v  . Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku siswa, meja guru, dan lokasi penyimpanan alat tulis, rak buku, computer dan lokasi lainnya. Area-area harus dapat dipisahkan sejauh mungkin dan dipastikan mudah diakses, karena gangguan dapat terjadi pada daerah yang sering dilewati. Oleh karna itu labih pentingnya semua yang ada dikelas harus mampu/ pintar dalam mengambil posisi yang sekiranya dapat menambah semangat belajar siswa
.Sebagai manajer kelas, guru penting untuk memonitor anak secara cermat.Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja anak, dan semua anak. Bagaimanapun juga guru harus pintar dalam mengatur jalannya transformasi ilmu yang akan diberikan pada anak didiknya secara keseluruhan.
v  Mampukan diri guru membuat suasana baru. Hal ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, serta mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.Dan tinggal menghitung waktu dan tempat yang sudah ada pada aturan mainnya, dalam artian guru merupakan fasilitator dalam kesehariannya tujuannya hanya tidak lain untuk menjaga stabilitas siswa dalam menangkap suatu materi 
v  Tentukan di mana anda dan siswa anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Pada aktivitas ini, anak tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya.Siswa tetap harus melaksanakan dengan apa yang yang menjadi keinginan seorang guru yaitu dengan  cara mendengarkan dalam keaadaan baik.
Dalam mengorganisasikan ruang fisik kelas, juga sangat ditentukan oleh tipe aktivitas pembelajaran yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh anak.Dalam hal ini, perbedaan level kelas, kecepatan materi antar kelas, aktivitas kelompok dan aktivitas individual harus dapat terakomodasi secara fleksibel dalam penataan lingkungan fisik kelas. Menurut Renne (2007) dalam Santrock (2008), penataan kelas standar dapat dilakukan dalam lima gaya penataan, yaitu auditorium, tatap-muka, off-set, seminar, dan klaster.

interaksi sosial di antara siswa dan mengarahkan perhatian siswa kepada guru. penataan meja dalam lajur-lajur dapat bermanfaat bagi anak pada saat mengerjakan tugas individu, sedangkan meja yang disusun mengelompok akan membantu proses belajar kooperatif (Santrock, 2008).
Menurut Weinstein dan Mignano (1997) dalam santrock (2008), kelas juga penting untuk dilakukan personalisasi, meskipun bagi sekolah yang menggunakan sistem moving class terdapat beberapa kelas yang belajar dalam satu hari. Personalisasi kelas dapat dilakukan dengan memasang foto siswa, karya siswa, tugas, diagram tanggal lahir siswa (SD), ekspresi siswa yang positif serta media pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari anak. Personalisasi ini, dapat bermanfaat sebagai inspirasi dan motivasi untuk belajar bagi anak serta dapat menjadi sumber belajar bagi anak. Selain itu, modifikasi pajangan dinding yang up to date dapat memberikan kesan dinamisasi lingkungan, anak mendapatkan objek pandang yang senantiasa bermakna bagi proses belajar.
B Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar.Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah,  dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta penataannya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik memungkinkan adanya interkasi yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam upaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara anak dan guru, maka akan tercipta situasi pembelajaran yang kondusif dan bersinergi bagi semua anak[1]
B.     Mengatur ruang kelas
pengaturan ruang kelas sangatlah penting, karena dengan adanya penataan atau pengaturan ruang kelas, maka tujuan pembelajaran dapat tercapaidengan baik.
Ada beberapa asumsi dasar dalam pengaturan ruang kelas yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran,diantaranya yaitu:
1.      Pertama dan terpenting dari menejemen ruang kelas adalah tentang menciptakan lingkungan ruang kelas yang didalamnya semua siswa merasa aman dan nyaman,dan dapat memaksimalkan belajar akademis dan ketrampilan sosial yang penting. Ketika guru dan siswa menciptakan tipe-tipe setting ruang kelas, siswa cenderung membuat pilihan yang baik dan belajar mereka ditingkatkan.
2.      Pengaturan kelas pasti berhubungan dengan instruksi yang efektif. siswa akan cenderung bertindak secara bertanggung jawab  dan belajar mereka akan meningkat ketika mereka terlibat secara sukses dan aktif dalam perencanaan yang penuh arti yang relevan dnganpengetahuan dan keahlian.
3.      Pengaturan kelas harus meningkat rasa kepemilikan siswa,tanggung jawab dan perasaan keyakinan personal siswa yang berkaitan dengan belajar mereka.
4.      Pengaturan ruang kelas meliputi metode untuk membantu siswa mengembangkan keahlian prilaku baru yang dapat membantunya dalam bekerja sama dan berhasil bersama orang lain.
5.      Pengaturan ruang kelas yang efektif memerlukan guru yang menjaga nilai-nilai dan keyakinannya tentang pentingnya bekerjasama dengan siswa.
6.      Pengaturan kelas meliputi perencanaan yang bermanfaat dan memfokuskan pada pertumbuhan professional. Keduanya adalah aktifitas personal dan professional yang memerlukan penggabungan pengetahuan dan keahlian professional seseorang dengan perhatian terhadap keinginan dan kebutuhan siswa termasuk perkembangan mereka dan kebutuhan siswa,termasuk perkembangan mereka dan kebutuhan belajar dan nilai budaya mereka.[2]
C.    Observasi
SMA At-Ta’awun merupakan lembaga pendidikan swasta yang melakukan rangcangan kelas demi terciptanya lingkungan kelas yang kondusif. Adapun
Dalam pelaksanaan observasi ini peneliti melakukan di SMA At-Ta’awun yang terletak diLegungBarat Batang-Batang Sumenep.Dari hasil dokumentasi, peneliti mendapatkan data dari berbgai sumber, dokumentasi dalam pristiwa iniadalah data data mengenai keadaan kelas SMA Legung Barat Sumenep dengan posisi tempat duduk peserta didik dengan berbentuk U.
Dari hasil analisis, Observai ,terjun kelas dan dokumentasi yang dilakukan, maka peneliti dapat mengambil temuan temuan sebagai berikut:
1.      Terdapat banyak model penataan ruang kelas yang dapatdi terapkan di sekolah sekolah Namun penataan ruang kelas farmasi kelas dengan bentuk U yang paling mudah dan paling sering di terapkan. Karna formasi kelas bentuk U dapat membentuk atau menciptakan suasana kelas yang menggairahkan juga dapat memungkinkan guru dan juga pesrta didik untuk segara leluasa di dalamkelas serta serta dapat menfokuskan peserta didik untuk focus dalam belajar
2.      Penataan ruang kelas dengan formasi U cocok unntuk di terapkan pada kelas yang siswanya susah diatur dan diangga sulit dalam menerima materi pelajaran, mengapa demikian, karna seorang guru dapat menciptakan susasan be;ajar yang baru dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar, sehingga siswa tidak dapat bosan dalam menerima pelajaran, pelajaran akhlak tasawuf
Setelah selesai mengumpulkan data dari hasil peneliyian di SMA At-Ta’awun Legung Barat Batang Batang melelui observasi kelas,wawancara, dan dokumentasi maka peneliti akan melakukan penelitian Sebagaimana dijelaskan dalam teknik analisis data dalam penelitian peneliti menggunakan analisis kualitatif dan data peneliti diperoleh baik melalui observasi,wawancara dan dokumentasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti selama mengadakan penelitian dengan lembaga terkait .
      Dengan demikian, harapannya keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat tercapai.Dalam formasi ini guru merupakan orang yang paling aktif bergerak ke segala arah serta langsung berinterkasi secara berhadap hadapan dengan peserta didiknya.
      Formasi bentuk kelas U ini sangat ideal uuntuk memberikan mata pelajaran dalam bentuk apapunsehingga formasi ini menjadi formasi multi fungsi. Dengan guru melakukan penataan ruang kelas dengan formasi bentuk kelas U ini, siswa yangsebelumya kurang semangat belajar menjadi lebih bersemangat, dan yang serius atau berkonsentrsi lebih tekun dalam belajar, kemudian yang tadinya sulit menangkap materi pelajaran yang disampaikan menjadi lebih mudah untuk meresap pelajaran dan mendapat hasil belajar yang lebih baik dari yang sebelumnya,dan bisa mengembangkan daya pemikiran siswa sebagai sarana untuk mengembangkan kualiatas yang di miliki setiap siswa dan memang sudah dianggap cukup baik, terlepas dari itu siswatidak dapat memenangkan cita –cita yang di harapkan pada saat proses belajarnya. Kaitannya dengan ini siswa tidak semerta merta mendapatkan teguran dari guru, melainkan mereka harus berjalan sendiri dan mencari pengalaman sendiri, ketika ada masalah ataupun penyesatan dalam memperoleh pengetahuan siswa, Maka sebagai guru harus memberikan arahan pada waktu itu juga supaya kesesatan siswa tidak lagi melekat dalam proses pembelajarannya tuk mencapai target yang di perhitungkan antara siswa dan guru.  Dengan adanya pembentukan seperti ini tidak mungkin siswa menemukan hal hal yang baru jika tidak dicekokin dengan  hal yang bisa menciptakan ruang kelas yang ideal maka sebagai guru harus memantau lebih jauh agar siswa menerima rangsangan yang diberikan guru bisa ditangkap dengan mudah,nanti kalau siswa sudah tertata dengan baik itu biasaya cepat menemukan apa yang diinginkan guru ataupun siswa. Selanjutnya mereka harus mematuhi tata tertib yang sudah ada dan lagi mempersiapkan yang akan dilaksanakan ketika proses pembelajara.
                  Dan yang paling terpenting siswa harus menempuh jarak yang maksimal, Adapun dengan lain ketika bisa menempuh ke jalan yang diinginkan
A.    Guru harus melakukan hubungan kontroling yaitu dengan cara menanyakan sesuatu yang telah di berikan pada murdnya yang berkaitan dengan sub-sub yang telah di berikan.
B.     Siswa diwajibkan belajar lebih jauh dengan cara menanya balik pada guru mengenai apa yang menjadi kurang mengerti hal sperti itu akan membuat siswa lebih mampu menghadapi tantangan.
C.     Guru menerapkan siswanya satu persatu maju kedepan dengan berbicara didepan teman-temannya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penataan susunan meja yang mengelompok dapat mendorong interaksi sosial di antara siswa. Sedangkan susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial di antara siswa dan mengarahkan perhatian siswa kepada guru. penataan meja dalam lajur-lajur dapat bermanfaat bagi anak pada saat mengerjakan tugas individu, sedangkan meja yang disusun mengelompok akan membantu proses belajar kooperatif
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
B.     Saran
Untuk metahui sejauhmana hasil makalah yang penulis lakukan maka kami berharap kritik dan sarannya tentang rancangan kelas yang ideal dalam pembelajaran untuk dijadikan bahan motivasi dan masukan terhadap penullisan


DAFTAR PUSTAKA
Coni setiawan. pendekatan keterampilan proses. (Jakarta: Gramedia, 1990)
Wijaya Cece. Kemampuan dasar guru dalam proses belajar mengajar. (Bandung: Remaja Muda Karya, 1991)
Mulyasa. Menjadi guru profesional. (Bandung: Rosda Karya, 1990)
Arikunto Suharsimi. Pengelolahan kelas dan siswa. (Bandung: Rosda Karya, 1990)
Suryosanto. Proses belajar mengajar disekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)


[1] Mulyasa, Manajemen berbasis sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm., 22
[2] Vern Jones dan Louise Jones, Manajemen Kelas Komprehensif (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2012), hlm., 20