Monday 6 June 2016

ETIKA MENCARI ILMU MENURUT AJARAN ISLAM DAN AL QUR'AN




BAB II
PEMBAHASAN
A.  ETIKA MENCARI ILMU
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ  .[المجادلة/11[
Artinya;                                                                   
 Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah 11).
a.      Tafsir Mufrodat                                                                                    

تَفَسَّحُوا
Maksudnya adalah توسعوا  yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.
يَفْسَحِ
Maksudnya Allah akan melapangkan rahmat dan rizki bagi mereka.
فَانْشُزُوا
Maksudnya saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ
Allah akan mengangkat derajat mereka yang beriman dan berilmu,di dunia maupun di akhirat.

b.       Asbabun Nuzul
Ayat ini diturunkan pada waktu Rosululloh S.A.W. ingin memuliakan sahabat ahli perang badar dari pada sahabat muhajirin dan anshor.Ketika .;Rosululloh S.A.W. duduk di tempat yang sempit seketika datanglah sahabat ahli badar tersebut saling berdesakan dan rebutan dalam  menempati tempat duduk dengan upaya mengikuti dan menikmati sajian illmu dari beliau.[1]
c.       Tafsir Ayatr
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
Di mana letak kebaruan kajian Surat al-Mujadilah: 11 ini adalah terletak pada 3 domain pembahasan yang berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu motivasi, etika dan prestasi belajar. Melalui motivasi, kegiatan pembelajaran tampil dalam bentuk yang menggairahkan; melalui etika, pembelajaran tampil dalam wujud yang santun; dan melalui prestasi, pembelajaran menunjukkan aktualisasi diri dari para pembelajar. Dari sudut pandang lain, Surat al-Mujadilah: 11 menunjukkan bahwa motivasi lebih dominan terletak di awal kegiatan pembelajaran; etika lebih dominan terletak pada tengah-tengah pembelajaran; sedangkan prestasi lebih dominan terletak di akhir pembelajaran. Berikut visualisasi relasi 3 domain bahasan Surat al-Mujadilah: 11







MOTIVASI
          Zamakhsari dalam al-Kasysyaf menyatakan bahwa para Shahabat berdesak-desakan di majlis Rasulullah SAW karena berlomba-lomba dekat dengan Nabi SAW dan antusias mendengarkan ceramah beliau. Oleh karena itu, ketika ada seorang shahabat datang ke majlis tersebut, lalu dia berseru kepada para shahabat yang lain: “Berlapang-lapanglah kalian dalam majlis”, maka para Shahabat justru enggan, mengingat, mereka sangat antusias untuk menyaksikan Nabi SAW secara langsung.
          Jika dibandingkan dengan fenomena kekinian di dunia pendidikan, maka kita akan miris melihat perbedaan yang sangat tajam antara idealisme al-Qur’an yang termaktub dalam Surat al-Mujadilah: 11 dengan realitas dunia pendidikan saat ini. Jika idealisme al-Qur’an mendorong umat Islam agar berduyun-duyun mengambil tempat duduk paling dekat dengan guru, maka realitas dunia pendidikan saat ini justru menunjukkan para peserta didik lebih cenderung mengambil tempat duduk yang paling jauh dengan guru. Pertanyaan kritisnya, apakah fenomena ini disebabkan lemahnya antuasisme belajar para peserta didik? Ataukah lemahnya daya pikat guru terhadap peserta didik?   
ETIKA
          Karakteristik inti dari setiap kegiatan edukatif dalam dunia Islam adalah sarat dengan nuansa etis. Dalam catatan normatif (al-Qur’an dan al-Sunnah) maupun historis-filosofis (sejarah dan pemikiran pendidikan Islam), hampir dapat dipastikan etika atau akhlak selalu disinggung sebagai poin penting dari suatu kegiatan pembelajaran. Kisah Nabi Musa – sebagai murid – dan Nabi Khidir – sebagai guru – dalam Surat al-Kahfi: 60-82 memberikan catatan normatif bahwa etika adalah poin penting dalam kegiatan pembelajaran Islami, apalagi jika kita mengkaji hadits-hadits yang menginformasikan luhurnya akhlak Nabi SAW sebagai pendidik maupun para shahabat sebagai peserta didik. Demikian halnya kajian historis dan filosofis akan bermuara pada kesimpulan yang sama, yaitu etika adalah bagian poin penting dalam setiap proses pembelajaran Islami.
          Surat al-Mujadilah: 11 memberikan panduan bahwa sebesar apapun motivasi belajar seseorang, tidak boleh mengorbankan etika dalam pembelajaran. Oleh karena itu, walaupun pada dasarnya para Shahabat senang berdekatan dengan Nabi SAW, namun Rasulullah SAW memerintahkan agar mereka tetap menjaga etika dengan cara berbagi tempat duduk bagi para shahabat lain yang datang terlambat. Dengan kata lain, tidak etis apabila seorang peserta didik duduk nyaman di suatu tempat belajar, sedangkan temannya harus berdiri, padahal di tempat belajar itu masih bisa ditempati oleh temannya tersebut.
PRESTASI
            Orang yang belajar menimba ilmu pasti akan menghasilkan prestasi. Variasi prestasi orang yang belajar dalam perspektif Islam dapat dilacak pada ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menjelaskan tentang keluhuran posisi orang yang berilmu. Misalnya: Nabi SAW bersabda:
أوحى الله إلى إبراهيم، يا إبراهيم، إني عليم أحب كل عليم
Allah mewahyukan kepada Ibrahim: “Wahai Ibrahim, sesungguhnya Aku adalah Maha Mengetahui; Aku menyukai tiap-tiap orang yang berilmu”.
          Surat al-Mujadilah: 11 tidak secara spesifik menjelaskan bentuk maupun jenis prestasi yang dapat diraih oleh orang yang belajar. Namun demikian, variasi penafsiran terhadap term (دَرَجَاتٍ) pada potongan ayat di atas yaitu;
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ، وَالَّذِيْنَ أُتُواالْعِلْمَ دَرَجَات
 menghasilkan variasi bentuk dan jenis prestasi yang dapat diperoleh orang yang belajar. Berikut ini sajian pendapat para mufassir:
@   Fakhr al-Razi: Ada 2 bentuk keluhuran yang akan diperoleh orang yang berilmu. Pertama, ini adalah pendapat yang langka, mendapatkan kemulyaan di majlis Rasulullah SAW. Kedua, ini adalah pendapat yang populer, memperoleh keluhuran dari segi pahala dan ridha Allah SWT berupa derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat .

Kesimpulan
      Dari ayat di atas , dapat diambil beberapa pelajaran sebagai berikut;
1)      Beretika baik terhadap semua orang khususnya dalam mengikuti majlis ilmu.
2)       Berbuat lapang kepada semua orang dalam suatu majlis.
3)      Allah akan meninggikan derajat orang- orang yang beriman dan orang- orang yang berilmu.