MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM
“DISIPLIN KEILMUAN DALAM ISLAM”
Dosen
Pengampu:
MAD SA’I, M.Pd.I
Di Susun oleh
Kelompok V C:
1. Faiz Alfan Hamdan Maulana
2.
Fajarrahman
3.
Fatiyatur Rohmah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
TARBIYAH
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Disiplin Keilmuan dalam Islam”
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW. yang telah
membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama
Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan
daftar pustaka. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Studi Islam pada Semester I Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Pamekasan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan menggunakan makalah ini semoga
kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber
pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan
mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan.
Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang
berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiiiin.
Pamekasan, 08 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........... iii
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan 1
BAB II:
PEMBAHASAN
A. BAYANI
A. Pengertian Bayani
.....................................................................................................2
B. Tujuan Pendekatan Bayani …................................................................................ 3
C. Hubungan Kajian Bayani terhadap
Studi Islam.................................................. …4
D. Pendekatan Bayani ….…..........................................................................................5
B. BURHANI
A. Pendekatan Burhani ……………………………………………………………….7
B. Epistemologi Keilmuan Islam …………………………………………………….9
C. IRFANI
A.
Pengertian Irfani ………………………………………………………………….14
B. Tasawuf …………………………………………………………………………..14
C. Akhlak ……………………………………………………………………………16
D.
Pendekatan Irfani
………………………………………………………………..17
BAB III: PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 18
B. Saran-saran ………………………………………………………………………..18
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB
I
A. Latar Belakang
Peradaban Islam pada saat ini sangat lah
menarik untuk dikaji dariberbagai segi. Salah satu hal yang menarik untuk
dikaji adalah segala bentuk pemikiran yang berkembang dalam khazanah
perkembangan keilmuan Islam. Bentuk pemikiran yang ada di dunia ini sangat lah
banyak dan perkembangan pemikiran ini terjadi pertama kali di dunia barat,
seiring perkembangan keilmuan barat, perkembangan keilmuan Islam juga mengalami
perkembangan. Pemikiran Islam, walaupun dalam perkembangan pertamanya
bersentuhan dengan keilmuan barat, tetapi bentuk pemikiran Islam tidak lah sama
dengan barat. Bahkan perkembangan keilmuannya bisa dikatakan melebihi pemikiran
barat. Salah satu bagian dari pemikiran Islam adalah filsafat, dalam
perkembangannya filsafat Islam membahas segala macam aspek kehidupan yang
berada di alam ini. Sejak dahulu, sebenarnya manusia telah mengenal bentuk
filsafat pemikiran, salah satu nya adalah pembahasan tentang epistemologi.
epistemologi bisa dikatakan sebagai cara manusia untuk memperoleh pengetahuan.
Islam mempunyai bentuk epistemologi yang sangat menarik untuk dikaji dan
dipelajari yang tentunya berbeda dengan bentuk epistemologi dalam dunia barat.
B.
Rumusan Masalah
a.Bagaimana
hubungan kajian Bayani terhadap Studi Islam?
b.Bagaimana
pendekatan epistemologi burhani
c.Bagaimana
pendekatan epistemologi irfani
C. Tujuan
a.
Pembaca dapat mengetahui hubungan, metode, dan kajian dalam Studi Islam
b.
Pembaca dapat mengetahui tentang pendekatan epistemologi burhani
c.Pembaca
dapat mengetahui tentang pendekatan epistemologi irfani.
BAB
II
BAYANI
- PENGERTIAN BAYANI
Bayani
secara etimologis mempunyai pengertian penjelasan, pernyataan dan ketetapan. Sedangkan
secara terminology bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad. Epistemologi
bayani adalah pendekatan dengan cara menganilisis teks. Maka sumber epitimologi
bayani adalah teks.
- Sumber
teks dalam studi islam dapat di kelompokkan menjadi 2 yakni:
1.
Teks nash (alquran dan sunnah nabi
SAW)
2.
Teks non nash berupa karya para ulama
- Objek
kajian yang umum dengan pendekatan bayani adalah:
1.
Gramatika dan sastra (nahwu dan balaghah)
2.
Hukum
3.
Filologi
4.
Teologi
5.
Dalam beberapa kasus dibidang ilmu-ilmu alquran dan hadist
Artinya
metode bayani adalah sebentuk epistemology yang menjadikan teks tertulis
seperti alquran, hadist, pendapat atau fatwa ulama, sebagai bentuk basis utama
untuk membentuk pengetahuan. Pola bayani (kajian semantik), pola ini lebih
menitik beratkan pada kajian bahasa dalam bentuk penafsiran gramatikal, seperti
kapan suatu kata itu berarti hakiki atau majazi. Bagaimana cara memilih salah
satu arti kata musytarak, mana yang qath’I serta mana ayat yang zanni dan sebagainya.
Kemudian
secara garis besar epistemologi bayani merupakan suatu cara mendapatkan
pengetahuan dengan berpijak pada teks, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung dalam arti menganggap teks sebagai pengetahuan jadi,
dan secara tidak langsung yaitu dengan melakukan penalaran yang berpijak pada
teks. Dengan kata lain sumber pengetahuan menurut epistemologi ini adalah teks
atau penalaran yang berpijak pada teks. Bagi al-jabiri, istilah nalar bayani
dimaksudkan sebagai sistem berpikir atau episteme yang menjadikan bahasa arab
sebagai basis bagi sistem penalarannya, serta menjadikan qiyas (analogi) sebagai metode berpikirnya. Untuk itu perlu adanya
terobosan pendekatan pemikiran yang konstruktif agar teks yang ada dapat
dipahami secara tepat dan komperehensif sehingga sesuai dengan konteks ujian
permasalahan yang ada.[1]
- TUJUAN PENDEKATAN
BAYANI
Metode
bayani yang telah lama digunakan dan diterapkan oleh para ulama (fuqaha, mutakallimun dan ushuliyun)
ini bertujuan untuk:
1.
Memahami dan menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang
dikandung dalam lafadz.
2.
Mengambil istinbath hukum- hukum dari al-nushush
‘an diniyyah dan alquran khususnya.[2]
Makna
lafadz yang terkandung dalam nash
(alquran dan hadits), dikehendaki oleh dan diekspresikan melalui teks dapat
diketahui dengan mencermati hubungan makna dan lafadz. Al jabiri menyatakan
bahwa metode bayani yang digunakan dalam pemikiran arab baik dalam fiqh, nahwu atau teologi didasarkan pada mekanisme yang menjadi landasan
bagi metode fuqaha. Hal ini
dikarenakan para ulama ushul fiqh
merangkum berbagai cabang ilmu yang sesuai dengan tujuan mereka dan
menjadikannya sebuah ilmu.
Sedangkan
dalam pandangan Syafi’i, bayan adalah ungkapan yang mencakup berbagai macam
makna yang mempunyai prinsip-prinsip yang sama namun cabangnya berbeda-beda,
sebagian percabangan tersebut mempunyai bayan yang lebih kuat dibanding yang
lain.
Selanjutnya
Syafi’I mengklasifikasikan dan menetapkan aspek-aspek bayan dalam wacana
alquran dan membaginya mejadi 5(lima) yaitu:
1.
Teks yang tidak membutuhkan ta’wil
atau penjelasan dikarenakan telah jelas dengan sendirinya.
2.
Teks yang membutuhkan penyempurnaan dan penjelasan.
3.
Teks yang ditetapkan Allah dan teks tersebut dijelaskan oleh nabi.
4.
Teks yang tidak disebutkan al quran namun dijelaskan oleh nabi sehingga
memiliki kekuatan sebagaimana teks alquran.
5.
Teks yang diwajibkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk berijtihad Aljabiri
menukilkan pendapat Imam Syafi’I yang mengarahkan pola pemikiran secara
horizontal dengan menghubungkan furu’
dengan ashl (qiyas) dan secara vertikal dengan mengaitkan atau kata dengan
beragam kata dalam kajian-kajian fiqh,
bahasa dan teologi.
- HUBUNGAN KAJIAN
BAYANI TERHADAP STUDI ISLAM
Metode
klasifikasi dan penyusunan leksikografi bahasa arab ini kemudian berpengaruh
kepada disiplin-disiplin seperti studi islam. Menurut Al Jabiri metode qiyas bayani ini tampak dalam satu
bentuk metodologi yang umum berlaku, baik di kalangan mutakalimin, kalangan hanbali,
maupun mu’tazilah, yakni: istidlal bi al syahid (penalaran yang
berangkat dari yang nyata (dunia riil) untuk mengukuhkan yang ghaib (masalah-masalah
ketuhanan). Ini pula yang berlaku dalam studi-studi balaghah dan nahwu
seperti diungkapkan dalam salah satu pernyataan al-jurjani, bahwa “al tasybih
qiyas” (mulasi atau perumpamaan merupakan salah satu bentuk analogi).
Kajian
Bayani dominasi pola pikir tekstual Ijtihadiyah menjadikan sisten Epistemologi keagamaan
islam kurang begitu peduli terhadap isu-isu keagamaan yang bersifat kontekstual
bahtsiyyah. Pengembangan pola pikir
Bayani hanya dapat dilakukan jika ia mampu memahami, berdialog dan mengambil
manfaat sisi-sisi fundamental yang dimiliki oleh pola pikir burhani maupun
irfani dan begitu pula sebaliknya.
Kelemahan
yang paling mencolok dari tradisi nalar epistemologi bayani atau tradisi
berpikir tekstual keagamaan adalah ketika ia harus berhadapan dengan teks-teks
keagamaan yang dimiliki oleh komunitas, kultur, bangsa/masyarakat yang beragama
lain. Dalam berhadapan dengan komunitas lain agama, corak argumen berpikir
keagamaan model tekstual bayani biasanya mengambil sifat mental yang bersifat
dogmatif, defenisif, apologis dan polemis dengan semboyan kurang lebih semakna
dengan “right or wrong is my country”.
Hal demikian dapat saja terjadi karena fungsi dan peran akal pikiran manusia
yang tidak lain hanyalah digunakan untuk mengukuhkan dan membenarkan otoritas
teks.
Sebagaimana
dimaklumi bahwa kebenaran teks yang dipahami dan diakui oleh aliran, kelompok
atau orang tertentu belum tentu dapat dipahami dan diakui secara sama dan
sebangun oleh aliran, kelompok atau orang lain yang menganut agama yang sama.
Apalagi dengan penganut agama yang berbeda.
Dengan
demikian peran akal pikiran manusia dalam memahami dan menafsirkan hal-hal yang
terkait dengan soal-soal keberagaman atau religiositas manusia memang sangatlah
terbatas. Sejak dahulu pola pikir bayani lebih mendahulukan dan mengutamakan Qiyas dan bukannya Mantiq lewat silogisme dan premis-premis logika. Di samping itu,
nalar epistemologi bayani selalu mencurigai akal pikiran, karena dianggap akan
menjauhi kebenaran tekstual. Sampai-sampai pada kesimpulan bahwa wilayah kerja
akal pikiran perlu dibatasi sedemikian rupa dan perannya dialihkan menjadi
pengatur dan pengekangan hawa nafsu, bukannya untuk mencari sebab dan akibat
lewat analisis keilmuan yang akurat.
Menyatunya
“teks” dan “akal” rupanya memunculkan kekakuan dan ketegangan-ketegangan
tertentu, bahkan tidak jarang konflik dan kekerasan yang bersumber dari pola
pikir ini. Untuk menghindari konflik tersebut epistemologi ini telah mempunyai
mekanisme kontrol perimbangan pemikiran dari dalam (internal control) lewat
epistemologi Irfani, yaitu pola pikir yang lebih bersumber pada intuisi
bukannya teks.[3]
- PENDEKATAN BAYANI
Al-Jabirii
dengan mengacu pada kamus Lisan AL-Arabi karya Ibn Manzur, menyimpulkan bahwa
term al-bayyan mengandung empat pengertian, yakni pemisahan, keterpisahan,
jelas dan penjelasan. Kemudian diklarifikasikan menjadi dua kelompok : al-bayan
sebagai metodologi, yang berarti pemisahan dan penjelasan dan al-bayan sebagai
pandangan dunia yang berarti keterpisahan dan jelas.[4]
Pendekatan ini menggunakan alat bantu
(instrument) beberapa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslub-uslubnya serta asbabun
nuzul dan istinbat atau istidlal sebagai metodenya.
Makna
yang dikandung dalam hadits, diekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan
mencermati hubungan antara makna dan lafazh. Hubungan antara makna dan lafazh
dapat dilihat dari segi:
- Makna
wad’i; untuk apa makna teks itu
dirumuskan, meliputi makna khas, ‘am, dan mustarak;
- Makna
isti’mali; makna apa yang digunakan
oleh teks, meliputi maakna haqiqah (sarihah dan mukniyah) dan makna majaz
(sarih dan kinayah);
- Darajat
al-wudhuh; sifat dan kualitas
lafz, meliputi muhkam, mufassar, nas, zahir, khafi, dan mutashabih;[5]
Untuk
itu, pendekatan bayani menggunakan
alat bantu berupa ilmu kebahasaan dan uslub asbab
an-nuzul, dan istinbat sebagai
metodenya. Sementara itu, kata kunci yang sering dijumpai dalam pedekatan ini
meliputi asl-far ma’na, khabar qiyas, dan otoritas salaf. Dalam al-qiyas
al-bayani, kita dapat membedakannya
menjadi tiga macam:
- Al-qiyas
berdasarkan ukuran kepantasan antara asl
dan far’ bagi hukum
tertentu, yang meliputi:
a.
Al-qiyas
al-jali
b.
Al-qiyas
fi ma’na an-nash, dan
c.
Al-qiyas
al-khafi
- Al-qiyas
berdasarkan ‘illat terbagi
menjadi:
a.
Qiyas
al-‘illat, dan
b.
Qiyas
al-dalalah
- Al-qiyas
al-jama’i terhadap ashl dan far.
Dalam pendekatan bayani dikenal empat macam bayan:
- Bayan
al-i’tibar, yaitu penjelasan
mengenai keadaan segala sesuatu,
yang meliputi:
a. Al-qiyas al-bayani,
baik al-fiqhy, an-nahwy, dan
b. Al-khabar
yang bersifat yaqin maupun tasdiq;
- Bayan
al-i’tiqad yaitu penjelasan mengenai segala
sesuatu yang meliputi makna haq,
makna muasyabbih fih, dan makna bathil.
- Bayan
al-ibarah yang terdiri dari:
a. Al-bayan az-zahir yang
tidak membutuhkan tafsir, dan
b. Al-bayan al-bathin
yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan khabar;
- Bayan
al-kitab, maksudnya media untuk menukil
pendapat dan pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib hukm,
dan katib tadbir.[6]
BURHANI
- PENDEKATAN BURHANI
Secara
etimologi, al-burhan dalam bahasa
arab, adalah argumentasi yang kuat dan jelas (al-hujjat al-fashilat al-bayyinat). Dalam bahasa inggris, al-burhan tersebut demonstrasi, berasal
dari bahasa latin demonstrate yang berarti isyarat, sifat, keterangan, dan
menampakkan. Al-Burhan dapat juga
diartikan sebagai pembuktian yang tegas (decisive
proof) dan keterangan yang jelas.
Dalam
Al-mu’jam Al-Falsafi dijelaskan bahwa
burhan adalah penjelasan terhadap
suatu hujjah secara transparan, atau
merupakan hujjah itu sendiri, yang mengharuskan
adanya tashdiq (pembenaran) terhadap
suatu persoalan karena kebenaran argumentasinya. Adapun menurut terma logika, burhan adalah analogi yang disusun dari
beberapa premis untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan.
Burhan
adalah pengetahuan yang diperoleh dari indra, percobaan dan hukum-hukum logika.
Burhani atau pendekatan rasional
argumentatif adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio
melalui instrumen logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.)
dan metode diskursif ( bathiniyyah).
Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya
sebagai sumber kajian. Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah), dan realitas budaya (tsaqafiyyyah). Dalam pendekatan ini,
teks dan realitas (konteks) berada
dalam satu wilayah yang saling memengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia
selalu berkaitan dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakan sekaligus dari
mana teks itu dibaca dan ditafsirkan. Di dalamnya ada maqulat (kategori-kategori), meliputi kully-juz’iy, jauhar-‘arad, ma’qulat-alfaz sebagai kata kunci untuk
dianalisis.
Karena
burhani menjadikan realitas dan teks sebagai sumber kajian dalam pendekatan
ini, ada lima penting, yaitu ilmu al-insan
dan ilmu al-mantiq. Yang pertama
membicarakan lafz-lafz, kaifiyyah, susunan,
dan rangkaian dalam ibarat-ibarat yng dapat digunakan untuk menyampaikan makna,
serta cara merangkainya dalam diri manusia. Tujuannya adalah menjaga lafazh ad-dalalah yang dapahami dan
penetapan aturan-aturan mengenai lafazh tersebut. Adapun yang kedua membahas
masalah mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat menyampaikan segala
sesuatu yang bersifat indrawi dan hubungan yang tetap di antara segala sesuatu tersebut,
atau apa yang mungkin untuk mengeluarkan gambaran-gambaran dan hukum-hukum
darinya. Tujuannya adalah menetapkan aturan-aturan yang digunakan menentukan
cara kerja akal atau cara mencapai kebenaran yang mungkin deperoleh darinya. ‘ilmu al-mantiq juga merupakan alat (manahijal-adillah) yang menyampaikan
kita pada pengetahuan tentang maujud, baik yang wajub atau mumkin, dan maujud fi
al-adhahan (rasionalisme) atau maujud fi al-a’yan (empirisme). Ilmu ini
terbagi menjadi tiga ; mantiq mafhum (
mabhath al-tasawwur), mantiq al-hukm (
mabhath al-qadaya), dan mantiq
al-istidlal ( mabhath al-qiyas). Dalam perkembangan modern, ilmu mantiq
biasanya hanya terbagi dua, yaitu nazariyah
al-hukm dan azariyah al-istidlal.
Dalam
tradisi burhani, kita mengenal sebutan
falsafat al-ula (metafisika) dan falsafat al-tsani. Falsafat al-ula membahas
hal-hal yang berkaitan dengan wujud
al-‘arady, wujud al-jawahir (jawahir ula atau ashkhas dan jawahir thaniyah
atau al-naw’), maddah dan surah, dan asbab yang terjadi pada.
·
Maddah,
surah, fa’il, dan ghayah;
·
Ittifaq
(sebab-sebab yang berlaku pada alam semesta)
·
Hazz
(sebab-sebab yang berlaku pada manusia )
Adapun
falsafat ath-thaniyah atau disebut
juga ilmu al-tabi’ah, menjkaji
masalah.
a. Hukum-hukum
yang berlaku secara alami, baik pada alam semesta (as-sunnah al-alamiyah) maupun manusia (as-sunnah al-ansaniyah).
b. Taghayyur, yaitu
gerak, baik azali (harakah qadimah)
maupun gerak maujud (harakah haditsah)
yang bersifat plural (mutanawwi’ah).
Gerak
itu dapat terjadi pada jauhar (substansi:
kawn dan fasad ), jumlah perkembangan (berkembang atau berkurang), perubahan
(istihalah), dan tempat (sebelum dan
sesudah).
Dalam
perkembangan keilmuan modern, falsafat
al-ula (metafisika) dimaknai sebagai pemikiran atau penalaran yang bersifat
abstrak dan mendalam (abstract and
profound reasoning). Sementara itu, pembahasan mengenai hukum-hukum yang
berlaku pada manusia berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (social science, al-‘ulum al-ijtima’iyyahi) dan humaniora (humanities, al-‘ulum al-insaniyyah). Dua
ilmu terakhir ini mengkaji interaksi pemikiran, kebudayaaan, peradaban,
nilai-nilai, kejiwaan, dan sebagainya.
Oleh
karena itu, untuk memahami realitas kehidupan sosial-keagamaan dan
sosial-keislaman, lebih baik apabila digunakan pendekatan-pendekatan sosiologi
(sosiulujiyyah), antropologi (antrufulujiyyah), kebudayaan (tsaqafiyyah), dan sejarah (tarikhiyyah).
Pendekatan
sosiologi digunakan dalam pemikiran islam untuk memahami realitas
sosial-keagamaan dari sudut pandang interaksi antara anggota masyarakat. Dengan
metode ini, konteks sosial suatu perilaku keberagamaan dapat didekati secara
lebih tepat. Dengan metode ini pula, kita bisa melakukan reka cipta masyarakat
utama. Pendekatan antropologi bermanfaat untuk mendekati masalah-masalah
kemanusiaan dalam rangka melakukan reka cipta budaya islam. Tentu saja, untuk
melakukan reka cipta budaya islam juga dibutuhkan pendekatan kebudayaan (thaqafiyyah) yang erat kaitannya dengan
dimensi pemikiran, ajaran-ajaran, dan konsep-konsep, nilai-nilai, dan pandangan
dunia islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat muslim. Agar reka cipta
masyarakat muslim dapat mendekati ideal masyarakat, strategi ini menghendaki
kesinambungan historis. Untuk itu, dibutuhkan juga pendekatan sejarah (tarikhiyyah). Hal ini agar konteks
sejarah masa lalu, kini, dan akan datang berada dalam satu kaitan yang kuat dan
kesatuan yang utuh (kontinuitas dan perubahan).ini bermanfaat agar
pembaharuan pemikiran islam tidak kehilangan jejak historis. Ada kesinambungan
historis antara bangunan pemikiran lama yang baik dengan lahirnya pemikiran
keislaman baru yang lebih memadai dan up
to date.
Oleh
karena itu, dalam burhani, keempat
pendekatan tarikhiyyah, sosiulujiyyah,
thaqafiyyah, dan antrufulujiyyah. Berada dalam posisi yang saling
berhubungan secara dialektik dan saling membentuk jaringan keilmuan.
- EPISTEMOLOGI
KEILMUAN ISLAM : BURHANI
Al-burhan
berarti argumentasi yang pasti, tegas, dan jelas. Dalam pengertian yang sempit,
burhani : aktivitas pikir untuk
menetapkan kebenaran pernyataan melalui metode penalaran, yakni dengan
mengikatkan pada ikatan yang kuat pasti
dengan pernyataan yang aksiomatis. Sedangakan dalam pengertian yang luas, burhani adalah setiap aktivitas pikir
untuk menetapkan kebenaran pernyataan.
Menurut
Ibn Sia, sebagaimana ditegaskan ‘Atif al-Iraqi, burhani adalah qiyas yang
disusun dari premis-premis yang pasti untuk menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Premis-prenis yang pasti aatau sendiri meliputi asumsi-asumsi, dasar akaliah,
hasil eksperementasi yang telah di uji, warta mutakhir dan hasil pencerapan
indrawi.
Secara
fundamental, setidaknya terdapat tiga prinsipyang melandasi kontruksi
epistimologi burhani, yaitu (1).
Rasionalisme (al-‘qlaniyah), (2).kausalitas (al-sababiyah), dan (3). Esensialisme (al-mahiyyah), yang dikembangkan melalui penggunaan metode utama :
deduksi, induksi, mengingat pengetahuan adakalanya melalui rasio. Hal ini
secara jelas berbeda jika di bandingkan dengan sistem epistemikbayani dan
irfani yang secara apriori telah
menjadikan realitas kewahyuan (al-quran
da hadist) yang dikemas dalam wacana bahasa dan agama sebagai acuan
berpijak bagi pemerolehan pengetahuan
Dalam
realitasnya, sistem epistemik burhani ini
banyak dikembangkan oleh para filsuf
dan ilmuan muslim semisal al-kindi,ibn rusyd, al-syatibi, dan ibn khaldun.
Munculnya sistem epistemik ini terkait erta dengan pengaruh budaya yunani yang
merembes ke dunia islam. Pengaruh budaya yunani terhadap masyarakat muslim,
terutama dikalangan filsuf melahirkan
dua aliran pemikiran, yaitu (1). The
hermetic phytagorean yang
pendekatannya lebih bersifat metafisis dengan corak penafsiran simbolik
esoterik, (2). The syllogistic
rationalistic yang bercorak pendekatannya lebih bersifat filosofis dan mengarah pada upaya penemuan
sistem rasional yang mendasari segala sesuatu, yaitu prinsip kausalitas semesta
yang kongren (cocok) dengan rasionalitas manusia.
Lebih
jauh, dalam pandangan epistemologi burhani,
rasio manusia senantiasa kongruen dengan tata sistem kealaman (dengan
kebakuan relasi kausalitasnya) adalah manifestasi “tata akal” ilahi.
Epistemologi ini tidak mengakui adanya
sumber pengetahuan lain di luar jangkauan indra (empiris) dan akal manusia karena kebenaran sepenuhnya reasionable (ma’quliyah). jika terdapat
pengetahuan yang berasal dari selain empirik dan akal, maka untuk dapat di
anggap sebagai suatu kebenaran haruslah tunduk pada “pemeriksaan”
logis-rasional dengan hukum kausalitasnya.oleh karena itu, ibn rusyd
mengasaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini termasuk ajaran
agama tunduk pada keniscayaan kausalitas dan mesti bisa dimengerti oleh akal
(rasio) manusia. Akal merupakan representasi hukum kausalitas dalam tata
realitas yang dicerna manusia sehingga paenyangkalan terhadap prisip kausalita
sama halnya penyangkalan rasio. Seleras dengan prinsip keniscayaan kausalitas ,
dalam makna filosofinya, burhani dibedakan
pada dua macam yakni burhan dilalah dan
burhani ‘illah. yang pertama (burhan dilalah) adalah suatu penarikan
kesimpulan argumentatif dengan bertolak dari “akibat” menuju “sebab”, sedangkan
yang kedua, adalah penarikan kesimpulan argumantatif yang bertolak dari “sebab”
menuju ke “akibat”.
Keilmuan
yang termasuk dalam nalar ini adalah falsafah, ilmu-ilmu kealaman (fisika,
matematika, biologi dan kedokteran), ilmu sosial (sosiologi, antropologi,
psikologi, sejarah).
1.Filsafat
Filsafat
adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Filsafat
merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan
pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal
cenderung mau menerima pemikiran filsafat.[2]
Untuk
studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika
merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat fisafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertariakan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling
dalam, sesuatu yang biasa tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap
skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Secara
umum, filsafat mempunyai ciri-ciri yaitu:
·
a.Merupakan satu usaha
pemikiran yang tuntas
·
b.Tujuannya adalah
untuk mendapat kebenara
2.Ilmu-Ilmu Kealaman
·
1.Ilmu
Fisika
Adalah ilmu yang mempelajari aatau mengkaji benda-benda yang ada
di alam, gejala-gejala,
kejadian-kejadian alam serta intraksi dari benda-benda di alam tersebut secara
fisik dan mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat di mengerti
secara pasti pleh manusia untuk ke3manfaatan umat manusia untuk lebih lanjut.
Jadi fisika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan sains yang mempelajari
suatu yang konkret dan dapat di buktikan secara sistematis dengan mengunakan
rumus-rumus persamaan yang di dukung adanya penelitian yang terus dikembangkan
oleh fisikawan.
Contoh ilmu fisika:
·
Aplikasi
gerak lurus beraturan
·
Gerak lurus
beraturan(GLB) merupakan gerak yang memiliki kecepatan yang konstan. Walaupun
GLB sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, karena biasanya kecepatan
gerak benda selalu berubah-ubah. Misalnya ketika dirimu mengendarai sepeda
motor atau mobil, laju mobil pasti selalu berubah-ubah. Ketika ada kendaraan di
depan, pasti kecepatan kendaraan anda akan segera di kurangi. Hal ini agar kita
tabrakan dengan kendaraan lain, terutama ketika kondisi jalan sedang ramai.
Lain lagi jika kondisi jalan yang tikungan dan jalan rusak.
·
Contoh
kedua: kendaraan yang melewati jalan tol. Walaupun terdapat tikungan pada jalan
tol, kendaraananda bisa melakukan GLB pada jalan tolhal ini jika jalan tol
lurus.
2.Matematika
·
.
Matematika( dalam bahasa yunani mathematika) studi besaran, struktur,
perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru,
dan menbangun kebenaran melalui4 metode deduksi tang kaku dari aksioma-aksioma
san defenisi yang bersesuaian.
·
Melalui
pengunaan penalaran logika dan abstraksi,matematika berkembang dari pencacahan,
penghitungan pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangunan dan
pengerakan benda fisika. Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai
alat penting di berbagi bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis,
dan ilmu sosial, seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang
matematika yang melengkapipenerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang
lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru,dan
kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-displin ilmu yang sepenu nya
baru,seperti statistika dan teori permainan. Para matemtika wan bergulat di
dalam matematika murni,atau matematika itu sendiri,tanpa adanya penerapan di
dalam pikiran,meskipun penerapan praktis,yang menjadi latar munculnya
matematika murni ternyata sering kali di temukan terkemudain
3.Biologi
Biologi atau ilmu hayatadalah ilmu yang mempelajari aspek pisik
kehidupan. Istilah “biologi” di pinjam dari bahasa belanda biologie,yang juga
di turunkan dari gabunga kata bahasa yunani,bios artinya (hidup) dan logos
(ilmu). Istila “ilmu hayat” di pinjam dari bahasa arab,juga berti ilmu
kehidupan. Objek kajian biologi pada masa kini sangat luas dan mencakup semua
mahluk hidup dalam berbagai aspek kehidupan nya. Berbagai cabang biologi
mengkhusus kan diri pada setiap kelompok organism,seprti botani (ilmu tentang
tumbuhan) zoology (ilmu tentang hewn) mikrobiologi (jasad-jasad renik).
Perbedaan-perbedaan dan pengelompokan berdasarkan cirri fisik kelompok organism
di pelajari dalam sistem matika,yang di dalam nya mencakup pula takzonomi dan
paleo biologi. Berbagai aspek kehidupan di kaji pula dalam ilmu biologi.
Cirri-ciri fisik bagian tubuh di pelajari dalam antomoi dan morpologi,sementar
fungsi nya di pelajari dalam ilmu pisiologi. Prilaku hewan di palajari dalam
etologi. Perkembangan cirri fisik makhluk hidup dalam kurun waktu panjang di
pelaji dalam epolosi,sedangkan pertumbuhan dan perkembangn dalam siklus kehidupan
di pelajari dalam biologi [erkembangan. Interaksi antara makhluk dan alam
sekitar mereka di pelajari dalam ekologi,mekanisme pewarisan sipat yang berguna
dalam upaya menjaga kelangsungan hidup suatu jenis mahluk hidup di palajari
dalam ilmu genetika. Saat ini berkembang aspek biologi yang mengkaji
kemungkinan berepolusi nya makhluk hidup pada masa yang akan datang,juga
kemungkinan adanya makhluk hidup di planet-planet selain bumi yaitu
astrobilogi. Selain itu,perkembanngan teknologi memungkinkan pengkajian pada
tingkat molekul penyusun organism melalui biologi molecular serta biokimia,yang
banyak di dukung perkembangan teknikkomputasi melalui bionformatika.
4.Kedokteran
Kedokteran adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang
penyakit dan cara-cara penyembuhan nya. Ilmu kedokteran adalah cabangilmu
kesehatan yang mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan
mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan memberikan pengobata pada
penyakitdan cedera. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia
dan penyakit serta pengobatan nya,dan penerapan dari pengetahuan tersebut.
3.Ilmu-Ilmu Sosial
1.Ilmu Sosial
Sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socius yang bearti
kawan,teman,sedangkan logos bearti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini di
publikasikandi ungka[akan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “cours de
philosophie positive”karangan agus comte (1798-1857). Walupun banyak definisi
tentang sosiologi namun umum nya sosiologi di kenal sebagai ilmu pengetahuan
tentang mansyarakat. Sosiologi hendak mempelajari mansyarakat prilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelomok yang
di bangunnya. Sebagai sebuak ilmu, sosiologi merukan sebuah pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil hasil pemikiran ilmiah dan dapat di
kotrol secara kritis dari orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup
keluarga, suku bangsa, Negara, dan berbagai oranisasi politik, ekonomi, sosial.
2.Antropologi
Antropolgi adalahsalah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropolgi muncul dari
ketertarikan orang-orang eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adt istiadat,
budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antrpolgi lebih memusatkan
pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuaan
masyarakt yang tinggal daerah yang sama, antropolgi mirip seperti sosiologi
tetapi pada sosiologi lebih mentik beratkan pada masyrakat dan kehidupan
sosial.
3.Psikologi
Psikolgi adalahsebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari
mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psilogi beasal
dari yunani kuno,(psyche yang berarti jiwa dan logiayang berarti ilmu).
Sehingga secara etimologis, psikologi dapt diartikan dengan ilmu yang mempelajari
tentang jiwa.
4.Sejarah
Sejarah dapat di artikansebagai kajian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul(keturunan) silsilah,
terutama bagi raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah imuyang di
gunakan utuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan
sejarah meliputi pengetahaun akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta
pengetahuan aka cara berpikir secara historis.
IRFANI
A.
PENGERTIAN
IRFANI
Kata
irfani mengandung beberapa pengertian antara ilmu dan ma’rifah. Sedangkan
Irfani itu sendiri adalah pendekatan yang bersumber (kasf/ilham). Dari Irfani
muncul illuminasi yang membantu mutasawwifun dan ‘arifin dalam mengkaji lebih
dalam tentang Irfani itu sendiri. Pendekatan Irfani merupakan suatu pendekatan
yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam. Oleh para mutasawwifun dan
‘arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin laf-laf dan ‘aibran, dan juga
merupakan istinbad al ma’rifah al qalbiyah dari Al Qur’an.
Berdasarkan
literatur tasawuf, garis besar langkah-langkah penelitian irfaniyah ada tiga
yaitu:
1.Takhliyah,
yaitu penelitian mengkosongkan perhatiannya dari makhluk dan memusatkan
perhatian kepada tawjih.
2.Tahliyah,
yaitu memperbanyak amal sholeh dan melazimkan hubungan dengan Khaliq.
3.Tajliyah,
yaitu menemukan jawaban bathiniyah terhadap persoalan-persoalan yang
dihadapinya.
Sedangkan
teknik penelitiannya adalah:
1.Riyadhoh,
yaitu rangkaian latihan dan ritus dengan penahapan dan prosedur tertentu.
2.Thoriqoh,
yaitu kehidupan jama’ah yang mengikuti aliran tasawuf yang sama.
3.Ijazah,
yaitu guru memberikan wewenang kepada murid.
B. TASAWUF
Dari
segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebut 5 (lima) istilah yang berhubungan
dengan tasawuf, yaitu:
1.Al
Suffah, yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi SAW dari Mekah ke Madinah.
2.Saf,
yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan sholat jama’ah.
3.Suffi,
yaitu yang berarti “bersih” dan “suci.”
4.Sophos
(bahasa Yunani), yang artinya “hikmah.”
5.Suf,
yaitu kain wol kasar.
Berdasarkan
beberapa arti kata segi bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf dapat
diartikan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan
panggilan Allah SWT dan berpola hidup sederhana mengutamakan kebenaran dan rela
berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia di sisi Allah SWT.
Sementara
dari segi istilah menurut pada ahli, terdapat tiga sudut pandang untuk
mendefinisikan tasawuf, yaitu:
1.Dilihat
dari segi sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat
didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh
kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
2.Dilihat
dari sudut pandang sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf didefinisikan
sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersuber pada ajaran agama
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
3.Dilihat
dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan, tasawuf didefinisikan
sebagai kesadaran fitrah yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada
kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Ketiga
definisi tasawuf tersebut intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai
kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi,
selalu dekat dengan Allah sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
Tasawuf
adalah salah satu jalan dari banyaknya jalan yang diberikan Allah dalam Islam
guna menunjukkan kemungkinan pelaksanaan kehidupan rohani bagi manusia yang
telah berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan Al
Qur’an.
Sumber
utama ajaran tasawuf adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Pokok-pokok
ajaran Tasawuf
Dalam
pembahasan ini terdapat 3 isi pokok ajaran tasawuf yaitu, tasawuf akhlaki,
tasawuf amali, dan tasawuf filsafi.
1.Tasawuf
Akhlaki
Tasawuf
Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat
kebenaran yang mewujudkan manusia untuk dapat ma’rifah kepada Allah, dengan
metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut
juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh ulama
salaf as-salih. Adapun metode-metode yang telah dirumuskan tersebut yaitu:
a.Takhalli
Takhalli
adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela baik lahir (anggota badan)
maupun batin (hati). Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap
ketergantungan terhadap kelezatan dunia.
b.Tahalli
Tahalli
yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir batin, yaitu
suatu yang bersifat mutlak atau formal. Misalnya sholat, zakat, puasa, dan
lain-lain.
c.Tajalli
Tajalli
berarti hilangnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan, yaitu ketika terlihatnya
Nur yang dipancarkan Allah dalam hati seseorang.
2.Tasawuf
Amali
Tasawuf
amali yaitu tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid dan amaliah
lainnya. Tasawuf ini merupakan lanjutan dari tasawuf akhlak. Ada beberapa
istilah praktis yang perlu dijelaskan dan prasarana dalam pelaksanaan ajaran
tasawuf sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapun beberapa hal
tersebut adalah:
a.Syari’ah;
garis-garis yang boleh ditentukan dan termasuk di dalamnya hukum-hukum Islam
(halal haram, dan sebagainya).
b.Toriqoh;
artinya tata cara untuk melaksanakan syari’ah yang bertujuan untuk penghambaan
diri kepada Allah.
c.Ma’rifah;
artinya pegetahuan dan pengenalan. Dalam istilah sufi ma’rifah adalah
pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati (qalb).
d.Haqiqah/hakikat;
artinya inti sesuatu, puncak atau sumber asal-usul dari sesuatu. Menurut sufi
haqiqah adalah sebagai aspek lain dari syari’ah lahiriyah yaitu aspek batiniah.
3.Tasawuf
Filsafi
Tasawuf
filsafi merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis
dengan visi rasional. Ciri-ciri umum tasawuf filsafi adalah:
a.Kesamaran-kesamaran
agama, akibatnya banyak ungkapan dan istilah yang dapat dipahami oleh orang
yang mendalami tasawuf.
b.Tidak
bisa dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya didasar pada
rasa/hati.
c.Tidak
bisa dikategorikan pada tasawuf murni karena ajarannya sering diungkapkan
kedalam bahasa filsafat dan cenderung lagi pada pantheisme.
Paduan
antar tasawuf dan filsafat dalam ajaran filosofi ini, dengan sendirinya telah
membuat ajaran-ajaran di luar Islam. Tetapi ciri khas sebagai tasawuf tetap
tidak hilang karena tokoh-tokohnya meski dari latar belakang kebudayaan dan
pengetahuan berbeda. Mereka tetap menjaga kemandirian ajaran mereka sehingga
begitu gigih mengkompromikan ajaran-ajaran filsafat.
- AKHLAK
Kata
akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari “khuluqun” yang berarti budi
pekerti, tingkah laku atau tabiat. Juga berasal dari “khalqun” berarti kejadian
yang juga erat kaitannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta, demikian juga
dengan “makhluqun” yang berarti yang diciptakan.
Menurut
Imam Al Ghazali akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
Manfaat
mempelajari ilmu akhlak, yaitu:
1.Mendapat
tempat yang baik di dalam masyarakat.
2.Akan
disenangi orang dalam pergaulan.
3.Mendapat
pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan
yang baik.
4.Mendapat
perlindungan segala penderitaan dan kesukaran.
5.Terpelihara
dari hukuman yang sifatnya manusia.
- Pendekatan IRFANI
'Irfan mengandung
beberapa pengertian antara lain : 'ilmu atau ma'rifah; metode ilham dan kashf
yang telah dikenal jauh sebelum Islam;. Ketika irfan diadopsi ke dalam Islam,
para ahl al-'irfan mempermudahnya menjadi pembicaraannya mengenai; 1) al-naql
dan al-tawzif; dan upaya menyingkap wacana qur'ani dan memperluas 'ibarahnya
untuk memperbanyak makna. Jadi pendekatan irfani adalah suatu pendekatan yang
dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun
untuk mengeluarkan makna batin dari batin lafz dan 'ibarah; ia juga merupakan
istinbat al-ma'rifah al-qalbiyyah dari Al-Qur'an.
Pendekatan irfani
adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, qalb,
basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi
dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang
tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan mujahadah.
Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu metode untuk
menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi
dalam manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti
1/2 = 2/4 = 4/8.
Pendekatan 'irfani
banyak dimanfaatkan dalam ta'wil. Ta'wil 'irfani terhadap Al-Qur'an bukan
merupakan istinbat, bukan ilham, bukan pula kashf. tetapi ia merupakan upaya
mendekati lafz-lafz Al-qur'an lewat pemikirandan berkaitan dengan warisan
'irfani yang sudah ada sebelum Islam, dengan tujuan untuk menangkap makna
batinnya.
Implikasi dari
pengetahuan 'irfani dalam konteks pemikiran keislaman adalah mengahmpiri
agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan
mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang
lainyang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi
yang kurang lebih sama. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris,
transkultural, dan dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada
orang lain secara elegan dan setara. Termasuk di dalamnya kepekaan terhadap
problem-problem kemanusiaan, pengembanagan budaya dan peradaban yang disinari
oleh pancaran fitrah ilahiyah[7]
BAB III
- Kesimpulan
Dari
pemaparan bentuk-bentuk metodologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebenarnya terdapat hubungan antara ketiga pendekatan tersebut. Bahwasanya
epistemologi bayani menekankan kajian dari teks (nash) ijma' dengan ijtihad
sebagai referensi dasarnya dalam rangka menjustifikasi aqidah tertentu;
sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi yang banyak menekankan aspek
kewalian yang dihadirkan dalam qalbu dengan cara kasy atau ilham dan pendekatan
irfani merupakan sebuah pendekatan yang dikembangkan oleh kaum arif untuk
mengeluarkan makna bati yang timbul dalam hati seseorang.sedangkan epistemologi
burhani menekankan visinya pada potensi bawaan manusia secara naluriyah,
inderawi dan juga burhani suatu pendekatan yang yang mendaarkan diri pada
kekuatan pikiran.
- Saran-Saran
Penulis
menyadari akan keterbatasan dari keilmuan dan pemahaman dalam memahami dari
materi keterampilan membaca, maka penulis meminta dengan sangat agar bapak
dosen dapat membantu menjelaskan dari isi makalah ini agar keilmuan yang kita
dapat menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, putaka setia, Bandung, 2009
Murtadha
muthahari, mengenal irfan, meniti maqam-maqam kearifan, hikmah, Jakarta, 2002.
Abdul
mun’im al-hanafi, al-mu’jam al falsafi, arabi, injilisi, faransi, al-mani wal
latini dar syarqiyah, kairo, 1990.