Tuesday 10 October 2017

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM “DISIPLIN KEILMUAN DALAM ISLAM”



MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM
“DISIPLIN KEILMUAN DALAM ISLAM”

Dosen Pengampu:
MAD SA’I, M.Pd.I


Logo-STAIN-Pamekasan
 

















Di Susun oleh Kelompok V C:
1. Faiz Alfan Hamdan Maulana
2. Fajarrahman
3. Fatiyatur Rohmah







PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
TARBIYAH
2017/2018

KATA PENGANTAR
             Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Disiplin Keilmuan dalam Islam” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad  SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam pada Semester I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini.  Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiiiin.

Pamekasan, 08 Oktober 2017

Penulis
   









DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI                                                                                                             ........... iii
BAB I: PENDAHULUAN
A Latar belakang  ....................................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C.  Tujuan                                                                                                                       1
BAB II: PEMBAHASAN
A.        BAYANI
A.    Pengertian Bayani .....................................................................................................2
B. Tujuan Pendekatan Bayani  …................................................................................ 3
C.  Hubungan Kajian Bayani terhadap Studi Islam.................................................. 4
D.  Pendekatan Bayani ….…..........................................................................................5
      B.        BURHANI
A.  Pendekatan Burhani ……………………………………………………………….7
B.  Epistemologi Keilmuan Islam …………………………………………………….9
      C.        IRFANI
A. Pengertian Irfani ………………………………………………………………….14
B.  Tasawuf …………………………………………………………………………..14
C.  Akhlak ……………………………………………………………………………16
D. Pendekatan Irfani  ………………………………………………………………..17

BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................................ 18
B.  Saran-saran ………………………………………………………………………..18
 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19



  
BAB I
A. Latar Belakang
Peradaban Islam pada saat ini sangat lah menarik untuk dikaji dariberbagai segi. Salah satu hal yang menarik untuk dikaji adalah segala bentuk pemikiran yang berkembang dalam khazanah perkembangan keilmuan Islam. Bentuk pemikiran yang ada di dunia ini sangat lah banyak dan perkembangan pemikiran ini terjadi pertama kali di dunia barat, seiring perkembangan keilmuan barat, perkembangan keilmuan Islam juga mengalami perkembangan. Pemikiran Islam, walaupun dalam perkembangan pertamanya bersentuhan dengan keilmuan barat, tetapi bentuk pemikiran Islam tidak lah sama dengan barat. Bahkan perkembangan keilmuannya bisa dikatakan melebihi pemikiran barat. Salah satu bagian dari pemikiran Islam adalah filsafat, dalam perkembangannya filsafat Islam membahas segala macam aspek kehidupan yang berada di alam ini. Sejak dahulu, sebenarnya manusia telah mengenal bentuk filsafat pemikiran, salah satu nya adalah pembahasan tentang epistemologi. epistemologi bisa dikatakan sebagai cara manusia untuk memperoleh pengetahuan. Islam mempunyai bentuk epistemologi yang sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari yang tentunya berbeda dengan bentuk epistemologi dalam dunia barat.
B. Rumusan Masalah
a.Bagaimana hubungan kajian Bayani terhadap Studi Islam?
b.Bagaimana pendekatan epistemologi burhani
c.Bagaimana pendekatan epistemologi irfani
C. Tujuan
a. Pembaca dapat mengetahui hubungan, metode, dan kajian dalam Studi Islam
b. Pembaca dapat mengetahui tentang pendekatan epistemologi burhani
c.Pembaca dapat mengetahui tentang pendekatan epistemologi irfani.


BAB II
BAYANI
  1. PENGERTIAN BAYANI
Bayani secara etimologis mempunyai pengertian penjelasan, pernyataan dan ketetapan. Sedangkan secara terminology bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad. Epistemologi bayani adalah pendekatan dengan cara menganilisis teks. Maka sumber epitimologi bayani adalah teks.
  • Sumber teks dalam studi islam dapat di kelompokkan menjadi 2 yakni:
1. Teks nash (alquran dan sunnah nabi SAW)
2. Teks non nash berupa karya para ulama
  • Objek kajian yang umum dengan pendekatan bayani adalah:
1. Gramatika dan sastra (nahwu dan balaghah)
2. Hukum
3. Filologi
4. Teologi
5. Dalam beberapa kasus dibidang ilmu-ilmu alquran dan hadist
Artinya metode bayani adalah sebentuk epistemology yang menjadikan teks tertulis seperti alquran, hadist, pendapat atau fatwa ulama, sebagai bentuk basis utama untuk membentuk pengetahuan. Pola bayani (kajian semantik), pola ini lebih menitik beratkan pada kajian bahasa dalam bentuk penafsiran gramatikal, seperti kapan suatu kata itu berarti hakiki atau majazi. Bagaimana cara memilih salah satu arti kata musytarak, mana yang qath’I serta mana ayat yang zanni dan sebagainya.
Kemudian secara garis besar epistemologi bayani merupakan suatu cara mendapatkan pengetahuan dengan berpijak pada teks, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dalam arti menganggap teks sebagai pengetahuan jadi, dan secara tidak langsung yaitu dengan melakukan penalaran yang berpijak pada teks. Dengan kata lain sumber pengetahuan menurut epistemologi ini adalah teks atau penalaran yang berpijak pada teks. Bagi al-jabiri, istilah nalar bayani dimaksudkan sebagai sistem berpikir atau episteme yang menjadikan bahasa arab sebagai basis bagi sistem penalarannya, serta menjadikan qiyas (analogi) sebagai metode berpikirnya. Untuk itu perlu adanya terobosan pendekatan pemikiran yang konstruktif agar teks yang ada dapat dipahami secara tepat dan komperehensif sehingga sesuai dengan konteks ujian permasalahan yang ada.[1]

  1. TUJUAN PENDEKATAN BAYANI
Metode bayani yang telah lama digunakan dan diterapkan oleh para ulama (fuqaha, mutakallimun dan ushuliyun) ini bertujuan untuk:
1. Memahami dan menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam lafadz.
2. Mengambil istinbath hukum- hukum dari al-nushush ‘an diniyyah dan alquran khususnya.[2]
Makna lafadz yang terkandung dalam nash (alquran dan hadits), dikehendaki oleh dan diekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan mencermati hubungan makna dan lafadz. Al jabiri menyatakan bahwa metode bayani yang digunakan dalam pemikiran arab baik dalam fiqh, nahwu atau teologi didasarkan pada mekanisme yang menjadi landasan bagi metode fuqaha. Hal ini dikarenakan para ulama ushul fiqh merangkum berbagai cabang ilmu yang sesuai dengan tujuan mereka dan menjadikannya sebuah ilmu.
Sedangkan dalam pandangan Syafi’i, bayan adalah ungkapan yang mencakup berbagai macam makna yang mempunyai prinsip-prinsip yang sama namun cabangnya berbeda-beda, sebagian percabangan tersebut mempunyai bayan yang lebih kuat dibanding yang lain.
Selanjutnya Syafi’I mengklasifikasikan dan menetapkan aspek-aspek bayan dalam wacana alquran dan membaginya mejadi 5(lima) yaitu:
1. Teks yang tidak membutuhkan ta’wil atau penjelasan dikarenakan telah jelas dengan sendirinya.
2. Teks yang membutuhkan penyempurnaan dan penjelasan.
3. Teks yang ditetapkan Allah dan teks tersebut dijelaskan oleh nabi.
4. Teks yang tidak disebutkan al quran namun dijelaskan oleh nabi sehingga memiliki kekuatan sebagaimana teks alquran.
5. Teks yang diwajibkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk berijtihad Aljabiri menukilkan pendapat Imam Syafi’I yang mengarahkan pola pemikiran secara horizontal dengan menghubungkan furu’ dengan ashl (qiyas) dan secara vertikal dengan mengaitkan atau kata dengan beragam kata dalam kajian-kajian fiqh, bahasa dan teologi.

  1. HUBUNGAN KAJIAN BAYANI TERHADAP STUDI ISLAM
Metode klasifikasi dan penyusunan leksikografi bahasa arab ini kemudian berpengaruh kepada disiplin-disiplin seperti studi islam. Menurut Al Jabiri metode qiyas bayani ini tampak dalam satu bentuk metodologi yang umum berlaku, baik di kalangan mutakalimin, kalangan hanbali, maupun mu’tazilah, yakni: istidlal bi al syahid (penalaran yang berangkat dari yang nyata (dunia riil) untuk mengukuhkan yang ghaib (masalah-masalah ketuhanan). Ini pula yang berlaku dalam studi-studi balaghah dan nahwu seperti diungkapkan dalam salah satu pernyataan al-jurjani, bahwa “al tasybih qiyas” (mulasi atau perumpamaan merupakan salah satu bentuk analogi).
Kajian Bayani dominasi pola pikir tekstual Ijtihadiyah menjadikan sisten Epistemologi keagamaan islam kurang begitu peduli terhadap isu-isu keagamaan yang bersifat kontekstual bahtsiyyah. Pengembangan pola pikir Bayani hanya dapat dilakukan jika ia mampu memahami, berdialog dan mengambil manfaat sisi-sisi fundamental yang dimiliki oleh pola pikir burhani maupun irfani dan begitu pula sebaliknya.
Kelemahan yang paling mencolok dari tradisi nalar epistemologi bayani atau tradisi berpikir tekstual keagamaan adalah ketika ia harus berhadapan dengan teks-teks keagamaan yang dimiliki oleh komunitas, kultur, bangsa/masyarakat yang beragama lain. Dalam berhadapan dengan komunitas lain agama, corak argumen berpikir keagamaan model tekstual bayani biasanya mengambil sifat mental yang bersifat dogmatif, defenisif, apologis dan polemis dengan semboyan kurang lebih semakna dengan “right or wrong is my country”. Hal demikian dapat saja terjadi karena fungsi dan peran akal pikiran manusia yang tidak lain hanyalah digunakan untuk mengukuhkan dan membenarkan otoritas teks.
Sebagaimana dimaklumi bahwa kebenaran teks yang dipahami dan diakui oleh aliran, kelompok atau orang tertentu belum tentu dapat dipahami dan diakui secara sama dan sebangun oleh aliran, kelompok atau orang lain yang menganut agama yang sama. Apalagi dengan penganut agama yang berbeda.
Dengan demikian peran akal pikiran manusia dalam memahami dan menafsirkan hal-hal yang terkait dengan soal-soal keberagaman atau religiositas manusia memang sangatlah terbatas. Sejak dahulu pola pikir bayani lebih mendahulukan dan mengutamakan Qiyas dan bukannya Mantiq lewat silogisme dan premis-premis logika. Di samping itu, nalar epistemologi bayani selalu mencurigai akal pikiran, karena dianggap akan menjauhi kebenaran tekstual. Sampai-sampai pada kesimpulan bahwa wilayah kerja akal pikiran perlu dibatasi sedemikian rupa dan perannya dialihkan menjadi pengatur dan pengekangan hawa nafsu, bukannya untuk mencari sebab dan akibat lewat analisis keilmuan yang akurat.
Menyatunya “teks” dan “akal” rupanya memunculkan kekakuan dan ketegangan-ketegangan tertentu, bahkan tidak jarang konflik dan kekerasan yang bersumber dari pola pikir ini. Untuk menghindari konflik tersebut epistemologi ini telah mempunyai mekanisme kontrol perimbangan pemikiran dari dalam (internal control) lewat epistemologi Irfani, yaitu pola pikir yang lebih bersumber pada intuisi bukannya teks.[3]

  1. PENDEKATAN BAYANI
Al-Jabirii dengan mengacu pada kamus Lisan AL-Arabi karya Ibn Manzur, menyimpulkan bahwa term al-bayyan mengandung empat pengertian, yakni pemisahan, keterpisahan, jelas dan penjelasan. Kemudian diklarifikasikan menjadi dua kelompok : al-bayan sebagai metodologi, yang berarti pemisahan dan penjelasan dan al-bayan sebagai pandangan dunia yang berarti keterpisahan dan jelas.[4]
Pendekatan ini menggunakan alat bantu (instrument) beberapa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslub-uslubnya serta asbabun nuzul dan istinbat atau istidlal sebagai metodenya.
Makna yang dikandung dalam hadits, diekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan lafazh. Hubungan antara makna dan lafazh dapat dilihat dari segi:
  1. Makna wad’i; untuk apa makna teks itu dirumuskan, meliputi makna khas, am, dan mustarak;
  2. Makna isti’mali; makna apa yang digunakan oleh teks, meliputi maakna haqiqah (sarihah dan mukniyah) dan makna majaz (sarih dan kinayah);
  3. Darajat al-wudhuh; sifat dan kualitas lafz, meliputi muhkam, mufassar, nas, zahir, khafi, dan mutashabih;[5]
Untuk itu, pendekatan bayani menggunakan alat bantu berupa ilmu kebahasaan dan uslub asbab an-nuzul, dan istinbat sebagai metodenya. Sementara itu, kata kunci yang sering dijumpai dalam pedekatan ini meliputi asl-far ma’na, khabar qiyas, dan otoritas salaf. Dalam al-qiyas al-bayani,  kita dapat membedakannya menjadi tiga macam:
  1. Al-qiyas berdasarkan ukuran kepantasan antara asl dan far’ bagi hukum tertentu, yang meliputi:
a.      Al-qiyas al-jali
b.      Al-qiyas fi ma’na an-nash, dan
c.       Al-qiyas al-khafi
  1. Al-qiyas berdasarkan ‘illat terbagi menjadi:
a.      Qiyas al-‘illat, dan
b.      Qiyas al-dalalah
  1. Al-qiyas al-jama’i  terhadap ashl dan far.
Dalam pendekatan bayani dikenal empat macam bayan:
  1. Bayan al-i’tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan segala sesuatu,  yang  meliputi:
a.       Al-qiyas al-bayani, baik al-fiqhy, an-nahwy, dan
b.      Al-khabar yang bersifat yaqin maupun tasdiq;
  1. Bayan al-i’tiqad yaitu penjelasan mengenai segala sesuatu yang meliputi makna haq, makna muasyabbih fih, dan makna bathil.
  2. Bayan al-ibarah yang terdiri dari:
a.       Al-bayan az-zahir yang tidak membutuhkan tafsir, dan
b.      Al-bayan al-bathin yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan khabar;
  1. Bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat  dan pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib hukm, dan katib tadbir.[6]




















BURHANI
  1. PENDEKATAN BURHANI
Secara etimologi, al-burhan dalam bahasa arab, adalah argumentasi yang kuat dan jelas (al-hujjat al-fashilat al-bayyinat). Dalam bahasa inggris, al-burhan tersebut demonstrasi, berasal dari bahasa latin demonstrate yang berarti isyarat, sifat, keterangan, dan menampakkan. Al-Burhan dapat juga diartikan sebagai pembuktian yang tegas (decisive proof) dan keterangan yang jelas.
Dalam Al-mu’jam Al-Falsafi dijelaskan bahwa burhan adalah penjelasan terhadap suatu hujjah secara transparan, atau merupakan hujjah itu sendiri, yang mengharuskan adanya tashdiq (pembenaran) terhadap suatu persoalan karena kebenaran argumentasinya. Adapun menurut terma logika, burhan adalah analogi yang disusun dari beberapa premis untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan.
Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indra, percobaan dan hukum-hukum logika. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif ( bathiniyyah). Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber kajian. Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah), dan realitas budaya (tsaqafiyyyah). Dalam pendekatan ini, teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling memengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu berkaitan dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakan sekaligus dari mana teks itu dibaca dan ditafsirkan. Di dalamnya ada maqulat (kategori-kategori), meliputi kully-juz’iy, jauhar-‘arad, ma’qulat-alfaz sebagai kata kunci untuk dianalisis.
Karena burhani menjadikan realitas dan teks sebagai sumber kajian dalam pendekatan ini, ada lima penting, yaitu ilmu al-insan dan ilmu al-mantiq. Yang pertama membicarakan lafz-lafz, kaifiyyah, susunan, dan rangkaian dalam ibarat-ibarat yng dapat digunakan untuk menyampaikan makna, serta cara merangkainya dalam diri manusia. Tujuannya adalah menjaga lafazh ad-dalalah yang dapahami dan penetapan aturan-aturan mengenai lafazh tersebut. Adapun yang kedua membahas masalah mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat menyampaikan segala sesuatu yang bersifat indrawi dan hubungan yang tetap di antara segala sesuatu tersebut, atau apa yang mungkin untuk mengeluarkan gambaran-gambaran dan hukum-hukum darinya. Tujuannya adalah menetapkan aturan-aturan yang digunakan menentukan cara kerja akal atau cara mencapai kebenaran yang mungkin deperoleh darinya. ‘ilmu al-mantiq juga merupakan alat (manahijal-adillah) yang menyampaikan kita pada pengetahuan tentang maujud, baik yang wajub atau mumkin, dan maujud fi al-adhahan (rasionalisme) atau  maujud fi al-a’yan (empirisme). Ilmu ini terbagi menjadi tiga ; mantiq mafhum ( mabhath al-tasawwur), mantiq al-hukm ( mabhath al-qadaya), dan mantiq al-istidlal ( mabhath al-qiyas). Dalam perkembangan modern, ilmu mantiq biasanya hanya terbagi dua, yaitu nazariyah al-hukm  dan azariyah al-istidlal.
Dalam tradisi burhani, kita mengenal sebutan falsafat al-ula (metafisika) dan falsafat al-tsani. Falsafat al-ula membahas hal-hal yang berkaitan dengan wujud al-‘arady, wujud al-jawahir (jawahir ula atau ashkhas dan jawahir thaniyah atau al-naw’), maddah dan surah, dan asbab yang terjadi pada.
·         Maddah, surah, fa’il, dan ghayah;
·         Ittifaq (sebab-sebab yang berlaku pada alam semesta)
·         Hazz (sebab-sebab yang berlaku pada manusia )
Adapun falsafat ath-thaniyah atau disebut juga ilmu al-tabi’ah, menjkaji masalah.
a.       Hukum-hukum yang berlaku secara alami, baik pada alam semesta (as-sunnah al-alamiyah) maupun manusia (as-sunnah al-ansaniyah).
b.      Taghayyur, yaitu gerak, baik azali (harakah qadimah) maupun gerak maujud (harakah haditsah) yang bersifat plural (mutanawwi’ah).
Gerak itu dapat terjadi pada jauhar (substansi: kawn dan fasad ), jumlah perkembangan (berkembang atau berkurang), perubahan (istihalah), dan tempat (sebelum dan sesudah).
Dalam perkembangan keilmuan modern, falsafat al-ula (metafisika) dimaknai sebagai pemikiran atau penalaran yang bersifat abstrak dan mendalam (abstract and profound reasoning). Sementara itu, pembahasan mengenai hukum-hukum yang berlaku pada manusia berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (social science, al-‘ulum al-ijtima’iyyahi) dan humaniora (humanities, al-‘ulum al-insaniyyah). Dua ilmu terakhir ini mengkaji interaksi pemikiran, kebudayaaan, peradaban, nilai-nilai, kejiwaan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, untuk memahami realitas kehidupan sosial-keagamaan dan sosial-keislaman, lebih baik apabila digunakan pendekatan-pendekatan sosiologi (sosiulujiyyah), antropologi (antrufulujiyyah), kebudayaan (tsaqafiyyah), dan sejarah (tarikhiyyah).
Pendekatan sosiologi digunakan dalam pemikiran islam untuk memahami realitas sosial-keagamaan dari sudut pandang interaksi antara anggota masyarakat. Dengan metode ini, konteks sosial suatu perilaku keberagamaan dapat didekati secara lebih tepat. Dengan metode ini pula, kita bisa melakukan reka cipta masyarakat utama. Pendekatan antropologi bermanfaat untuk mendekati masalah-masalah kemanusiaan dalam rangka melakukan reka cipta budaya islam. Tentu saja, untuk melakukan reka cipta budaya islam juga dibutuhkan pendekatan kebudayaan (thaqafiyyah) yang erat kaitannya dengan dimensi pemikiran, ajaran-ajaran, dan konsep-konsep, nilai-nilai, dan pandangan dunia islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat muslim. Agar reka cipta masyarakat muslim dapat mendekati ideal masyarakat, strategi ini menghendaki kesinambungan historis. Untuk itu, dibutuhkan juga pendekatan sejarah (tarikhiyyah). Hal ini agar konteks sejarah masa lalu, kini, dan akan datang berada dalam satu kaitan yang kuat dan kesatuan yang utuh (kontinuitas dan perubahan).ini bermanfaat agar pembaharuan pemikiran islam tidak kehilangan jejak historis. Ada kesinambungan historis antara bangunan pemikiran lama yang baik dengan lahirnya pemikiran keislaman baru yang lebih memadai dan up to date.
Oleh karena itu, dalam burhani, keempat pendekatan tarikhiyyah, sosiulujiyyah, thaqafiyyah, dan antrufulujiyyah. Berada dalam posisi yang saling berhubungan secara dialektik dan saling membentuk jaringan keilmuan.

  1. EPISTEMOLOGI KEILMUAN ISLAM : BURHANI
Al-burhan berarti argumentasi yang pasti, tegas, dan jelas. Dalam pengertian yang sempit, burhani : aktivitas pikir untuk menetapkan kebenaran pernyataan melalui metode penalaran, yakni dengan mengikatkan pada ikatan yang kuat  pasti dengan pernyataan yang aksiomatis. Sedangakan dalam pengertian yang luas, burhani adalah setiap aktivitas pikir untuk menetapkan kebenaran pernyataan.
Menurut Ibn Sia, sebagaimana ditegaskan ‘Atif al-Iraqi, burhani adalah qiyas yang disusun dari premis-premis yang pasti untuk menghasilkan kesimpulan yang pasti. Premis-prenis yang pasti aatau sendiri meliputi asumsi-asumsi, dasar akaliah, hasil eksperementasi yang telah di uji, warta mutakhir dan hasil pencerapan indrawi.
Secara fundamental, setidaknya terdapat tiga prinsipyang melandasi kontruksi epistimologi burhani, yaitu (1). Rasionalisme (al-‘qlaniyah),  (2).kausalitas (al-sababiyah), dan (3). Esensialisme (al-mahiyyah), yang dikembangkan melalui penggunaan metode utama : deduksi, induksi, mengingat pengetahuan adakalanya melalui rasio. Hal ini secara jelas berbeda jika di bandingkan dengan sistem epistemikbayani dan irfani yang secara apriori telah menjadikan realitas kewahyuan (al-quran da hadist) yang dikemas dalam wacana bahasa dan agama sebagai acuan berpijak bagi pemerolehan pengetahuan
Dalam realitasnya, sistem epistemik burhani ini banyak dikembangkan oleh para filsuf dan ilmuan muslim semisal al-kindi,ibn rusyd, al-syatibi, dan ibn khaldun. Munculnya sistem epistemik ini terkait erta dengan pengaruh budaya yunani yang merembes ke dunia islam. Pengaruh budaya yunani terhadap masyarakat muslim, terutama dikalangan filsuf melahirkan dua aliran pemikiran, yaitu (1). The hermetic phytagorean yang pendekatannya lebih bersifat metafisis dengan corak penafsiran simbolik esoterik, (2). The syllogistic rationalistic yang bercorak pendekatannya lebih bersifat  filosofis dan mengarah pada upaya penemuan sistem rasional yang mendasari segala sesuatu, yaitu prinsip kausalitas semesta yang kongren (cocok) dengan rasionalitas manusia.
Lebih jauh, dalam pandangan epistemologi burhani, rasio manusia senantiasa kongruen dengan tata sistem kealaman (dengan kebakuan relasi kausalitasnya) adalah manifestasi “tata akal” ilahi. Epistemologi  ini tidak mengakui adanya sumber pengetahuan lain di luar jangkauan indra (empiris) dan akal manusia karena kebenaran sepenuhnya reasionable (ma’quliyah). jika terdapat pengetahuan yang berasal dari selain empirik dan akal, maka untuk dapat di anggap sebagai suatu kebenaran haruslah tunduk pada “pemeriksaan” logis-rasional dengan hukum kausalitasnya.oleh karena itu, ibn rusyd mengasaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini termasuk ajaran agama tunduk pada keniscayaan kausalitas dan mesti bisa dimengerti oleh akal (rasio) manusia. Akal merupakan representasi hukum kausalitas dalam tata realitas yang dicerna manusia sehingga paenyangkalan terhadap prisip kausalita sama halnya penyangkalan rasio. Seleras dengan prinsip keniscayaan kausalitas , dalam makna filosofinya, burhani dibedakan pada dua macam yakni burhan dilalah dan burhani ‘illah. yang pertama (burhan dilalah) adalah suatu penarikan kesimpulan argumentatif dengan bertolak dari “akibat” menuju “sebab”, sedangkan yang kedua, adalah penarikan kesimpulan argumantatif yang bertolak dari “sebab” menuju ke “akibat”.
Keilmuan yang termasuk dalam nalar ini adalah falsafah, ilmu-ilmu kealaman (fisika, matematika, biologi dan kedokteran), ilmu sosial (sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah).
1.Filsafat
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Filsafat merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat.[2]
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat fisafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertariakan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasa tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Secara umum, filsafat mempunyai ciri-ciri yaitu:
·         a.Merupakan satu usaha pemikiran yang tuntas
·         b.Tujuannya adalah untuk mendapat kebenara
2.Ilmu-Ilmu Kealaman
·         1.Ilmu Fisika
Adalah ilmu yang mempelajari aatau mengkaji benda-benda yang ada di  alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta intraksi dari benda-benda di alam tersebut secara fisik dan mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat di mengerti secara pasti pleh manusia untuk ke3manfaatan umat manusia untuk lebih lanjut. Jadi fisika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan sains yang mempelajari suatu yang konkret dan dapat di buktikan secara sistematis dengan mengunakan rumus-rumus persamaan yang di dukung adanya penelitian yang terus dikembangkan oleh fisikawan.
Contoh ilmu fisika:
·         Aplikasi gerak lurus beraturan
·         Gerak lurus beraturan(GLB) merupakan gerak yang memiliki kecepatan yang konstan. Walaupun GLB sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, karena biasanya kecepatan gerak benda selalu berubah-ubah. Misalnya ketika dirimu mengendarai sepeda motor atau mobil, laju mobil pasti selalu berubah-ubah. Ketika ada kendaraan di depan, pasti kecepatan kendaraan anda akan segera di kurangi. Hal ini agar kita tabrakan dengan kendaraan lain, terutama ketika kondisi jalan sedang ramai. Lain lagi jika kondisi jalan yang tikungan dan jalan rusak.
·         Contoh kedua: kendaraan yang melewati jalan tol. Walaupun terdapat tikungan pada jalan tol, kendaraananda bisa melakukan GLB pada jalan tolhal ini jika jalan tol lurus.
2.Matematika
·         . Matematika( dalam bahasa yunani mathematika) studi besaran, struktur, perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan menbangun kebenaran melalui4 metode deduksi tang kaku dari aksioma-aksioma san defenisi yang bersesuaian.
·         Melalui pengunaan penalaran logika dan abstraksi,matematika berkembang dari pencacahan, penghitungan pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangunan dan pengerakan benda fisika. Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagi bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial, seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melengkapipenerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru,dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-displin ilmu yang sepenu nya baru,seperti statistika dan teori permainan. Para matemtika wan bergulat di dalam matematika murni,atau matematika itu sendiri,tanpa adanya penerapan di dalam pikiran,meskipun penerapan praktis,yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata sering kali di temukan terkemudain
3.Biologi
Biologi atau ilmu hayatadalah ilmu yang mempelajari aspek pisik kehidupan. Istilah “biologi” di pinjam dari bahasa belanda biologie,yang juga di turunkan dari gabunga kata bahasa yunani,bios artinya (hidup) dan logos (ilmu). Istila “ilmu hayat” di pinjam dari bahasa arab,juga berti ilmu kehidupan. Objek kajian biologi pada masa kini sangat luas dan mencakup semua mahluk hidup dalam berbagai aspek kehidupan nya. Berbagai cabang biologi mengkhusus kan diri pada setiap kelompok organism,seprti botani (ilmu tentang tumbuhan) zoology (ilmu tentang hewn) mikrobiologi (jasad-jasad renik). Perbedaan-perbedaan dan pengelompokan berdasarkan cirri fisik kelompok organism di pelajari dalam sistem matika,yang di dalam nya mencakup pula takzonomi dan paleo biologi. Berbagai aspek kehidupan di kaji pula dalam ilmu biologi. Cirri-ciri fisik bagian tubuh di pelajari dalam antomoi dan morpologi,sementar fungsi nya di pelajari dalam ilmu pisiologi. Prilaku hewan di palajari dalam etologi. Perkembangan cirri fisik makhluk hidup dalam kurun waktu panjang di pelaji dalam epolosi,sedangkan pertumbuhan dan perkembangn dalam siklus kehidupan di pelajari dalam biologi [erkembangan. Interaksi antara makhluk dan alam sekitar mereka di pelajari dalam ekologi,mekanisme pewarisan sipat yang berguna dalam upaya menjaga kelangsungan hidup suatu jenis mahluk hidup di palajari dalam ilmu genetika. Saat ini berkembang aspek biologi yang mengkaji kemungkinan berepolusi nya makhluk hidup pada masa yang akan datang,juga kemungkinan adanya makhluk hidup di planet-planet selain bumi yaitu astrobilogi. Selain itu,perkembanngan teknologi memungkinkan pengkajian pada tingkat molekul penyusun organism melalui biologi molecular serta biokimia,yang banyak di dukung perkembangan teknikkomputasi melalui bionformatika.
4.Kedokteran
Kedokteran adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara penyembuhan nya. Ilmu kedokteran adalah cabangilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan memberikan pengobata pada penyakitdan cedera. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta pengobatan nya,dan penerapan dari pengetahuan tersebut.
3.Ilmu-Ilmu Sosial
1.Ilmu Sosial
Sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socius yang bearti kawan,teman,sedangkan logos bearti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini di publikasikandi ungka[akan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “cours de philosophie positive”karangan agus comte (1798-1857). Walupun banyak definisi tentang sosiologi namun umum nya sosiologi di kenal sebagai ilmu pengetahuan tentang mansyarakat. Sosiologi hendak mempelajari mansyarakat prilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelomok yang di bangunnya. Sebagai sebuak ilmu, sosiologi merukan sebuah pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kotrol secara kritis dari orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, Negara, dan berbagai oranisasi politik, ekonomi, sosial.
2.Antropologi
Antropolgi adalahsalah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropolgi muncul dari ketertarikan orang-orang eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adt istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antrpolgi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuaan masyarakt yang tinggal daerah yang sama, antropolgi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih mentik beratkan pada masyrakat dan kehidupan sosial.
3.Psikologi
Psikolgi adalahsebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psilogi beasal dari yunani kuno,(psyche yang berarti jiwa dan logiayang berarti ilmu). Sehingga secara etimologis, psikologi dapt diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.


4.Sejarah
Sejarah dapat di artikansebagai kajian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul(keturunan) silsilah, terutama bagi raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah imuyang di gunakan utuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahaun akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan aka cara berpikir secara historis.

















IRFANI
A.    PENGERTIAN IRFANI
Kata irfani mengandung beberapa pengertian antara ilmu dan ma’rifah. Sedangkan Irfani itu sendiri adalah pendekatan yang bersumber (kasf/ilham). Dari Irfani muncul illuminasi yang membantu mutasawwifun dan ‘arifin dalam mengkaji lebih dalam tentang Irfani itu sendiri. Pendekatan Irfani merupakan suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam. Oleh para mutasawwifun dan ‘arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin laf-laf dan ‘aibran, dan juga merupakan istinbad al ma’rifah al qalbiyah dari Al Qur’an.
Berdasarkan literatur tasawuf, garis besar langkah-langkah penelitian irfaniyah ada tiga yaitu:
1.Takhliyah, yaitu penelitian mengkosongkan perhatiannya dari makhluk dan memusatkan perhatian kepada tawjih.
2.Tahliyah, yaitu memperbanyak amal sholeh dan melazimkan hubungan dengan Khaliq.
3.Tajliyah, yaitu menemukan jawaban bathiniyah terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Sedangkan teknik penelitiannya adalah:
1.Riyadhoh, yaitu rangkaian latihan dan ritus dengan penahapan dan prosedur tertentu.
2.Thoriqoh, yaitu kehidupan jama’ah yang mengikuti aliran tasawuf yang sama.
3.Ijazah, yaitu guru memberikan wewenang kepada murid.
B.  TASAWUF
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebut 5 (lima) istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu:
1.Al Suffah, yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi SAW dari Mekah ke Madinah.
2.Saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan sholat jama’ah.
3.Suffi, yaitu yang berarti “bersih” dan “suci.”
4.Sophos (bahasa Yunani), yang artinya “hikmah.”
5.Suf, yaitu kain wol kasar.
Berdasarkan beberapa arti kata segi bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf dapat diartikan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah SWT dan berpola hidup sederhana mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia di sisi Allah SWT.
Sementara dari segi istilah menurut pada ahli, terdapat tiga sudut pandang untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu:
1.Dilihat dari segi sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
2.Dilihat dari sudut pandang sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersuber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
3.Dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan, tasawuf didefinisikan sebagai kesadaran fitrah yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Ketiga definisi tasawuf tersebut intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan Allah sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.
Tasawuf adalah salah satu jalan dari banyaknya jalan yang diberikan Allah dalam Islam guna menunjukkan kemungkinan pelaksanaan kehidupan rohani bagi manusia yang telah berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan Al Qur’an.
Sumber utama ajaran tasawuf adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Pokok-pokok ajaran Tasawuf
Dalam pembahasan ini terdapat 3 isi pokok ajaran tasawuf yaitu, tasawuf akhlaki, tasawuf amali, dan tasawuf filsafi.
1.Tasawuf Akhlaki
Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan manusia untuk dapat ma’rifah kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf as-salih. Adapun metode-metode yang telah dirumuskan tersebut yaitu:
a.Takhalli
Takhalli adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela baik lahir (anggota badan) maupun batin (hati). Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan dunia.
b.Tahalli
Tahalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir batin, yaitu suatu yang bersifat mutlak atau formal. Misalnya sholat, zakat, puasa, dan lain-lain.
c.Tajalli
Tajalli berarti hilangnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan, yaitu ketika terlihatnya Nur yang dipancarkan Allah dalam hati seseorang.
2.Tasawuf Amali
Tasawuf amali yaitu tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid dan amaliah lainnya. Tasawuf ini merupakan lanjutan dari tasawuf akhlak. Ada beberapa istilah praktis yang perlu dijelaskan dan prasarana dalam pelaksanaan ajaran tasawuf sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapun beberapa hal tersebut adalah:
a.Syari’ah; garis-garis yang boleh ditentukan dan termasuk di dalamnya hukum-hukum Islam (halal haram, dan sebagainya).
b.Toriqoh; artinya tata cara untuk melaksanakan syari’ah yang bertujuan untuk penghambaan diri kepada Allah.
c.Ma’rifah; artinya pegetahuan dan pengenalan. Dalam istilah sufi ma’rifah adalah pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati (qalb).
d.Haqiqah/hakikat; artinya inti sesuatu, puncak atau sumber asal-usul dari sesuatu. Menurut sufi haqiqah adalah sebagai aspek lain dari syari’ah lahiriyah yaitu aspek batiniah.
3.Tasawuf Filsafi
Tasawuf filsafi merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dengan visi rasional. Ciri-ciri umum tasawuf filsafi adalah:
a.Kesamaran-kesamaran agama, akibatnya banyak ungkapan dan istilah yang dapat dipahami oleh orang yang mendalami tasawuf.
b.Tidak bisa dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya didasar pada rasa/hati.
c.Tidak bisa dikategorikan pada tasawuf murni karena ajarannya sering diungkapkan kedalam bahasa filsafat dan cenderung lagi pada pantheisme.
Paduan antar tasawuf dan filsafat dalam ajaran filosofi ini, dengan sendirinya telah membuat ajaran-ajaran di luar Islam. Tetapi ciri khas sebagai tasawuf tetap tidak hilang karena tokoh-tokohnya meski dari latar belakang kebudayaan dan pengetahuan berbeda. Mereka tetap menjaga kemandirian ajaran mereka sehingga begitu gigih mengkompromikan ajaran-ajaran filsafat.
  1. AKHLAK
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Juga berasal dari “khalqun” berarti kejadian yang juga erat kaitannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta, demikian juga dengan “makhluqun” yang berarti yang diciptakan.
Menurut Imam Al Ghazali akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
Manfaat mempelajari ilmu akhlak, yaitu:
1.Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.
2.Akan disenangi orang dalam pergaulan.
3.Mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
4.Mendapat perlindungan segala penderitaan dan kesukaran.
5.Terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusia.

  1.   Pendekatan IRFANI
'Irfan mengandung beberapa pengertian antara lain : 'ilmu atau ma'rifah; metode ilham dan kashf yang telah dikenal jauh sebelum Islam;. Ketika irfan diadopsi ke dalam Islam, para ahl al-'irfan mempermudahnya menjadi pembicaraannya mengenai; 1) al-naql dan al-tawzif; dan upaya menyingkap wacana qur'ani dan memperluas 'ibarahnya untuk memperbanyak makna. Jadi pendekatan irfani adalah suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin lafz dan 'ibarah; ia juga merupakan istinbat al-ma'rifah al-qalbiyyah dari Al-Qur'an.
Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, qalb, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu metode untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi dalam manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti 1/2 = 2/4 = 4/8.
Pendekatan 'irfani banyak dimanfaatkan dalam ta'wil. Ta'wil 'irfani terhadap Al-Qur'an bukan merupakan istinbat, bukan ilham, bukan pula kashf. tetapi ia merupakan upaya mendekati lafz-lafz Al-qur'an lewat pemikirandan berkaitan dengan warisan 'irfani yang sudah ada sebelum Islam, dengan tujuan untuk menangkap makna batinnya.
Implikasi dari pengetahuan 'irfani dalam konteks pemikiran keislaman adalah mengahmpiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang lainyang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi yang kurang lebih sama. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural, dan dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan setara. Termasuk di dalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan, pengembanagan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fitrah ilahiyah[7]



BAB III
  1. Kesimpulan
Dari pemaparan bentuk-bentuk metodologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya terdapat hubungan antara ketiga pendekatan tersebut. Bahwasanya epistemologi bayani menekankan kajian dari teks (nash) ijma' dengan ijtihad sebagai referensi dasarnya dalam rangka menjustifikasi aqidah tertentu; sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi yang banyak menekankan aspek kewalian yang dihadirkan dalam qalbu dengan cara kasy atau ilham dan pendekatan irfani merupakan sebuah pendekatan yang dikembangkan oleh kaum arif untuk mengeluarkan makna bati yang timbul dalam hati seseorang.sedangkan epistemologi burhani menekankan visinya pada potensi bawaan manusia secara naluriyah, inderawi dan juga burhani suatu pendekatan yang yang mendaarkan diri pada kekuatan pikiran.
  1. Saran-Saran
Penulis menyadari akan keterbatasan dari keilmuan dan pemahaman dalam memahami dari materi keterampilan membaca, maka penulis meminta dengan sangat agar bapak dosen dapat membantu menjelaskan dari isi makalah ini agar keilmuan yang kita dapat menjadi lebih sempurna.










DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, putaka setia, Bandung, 2009
Murtadha muthahari, mengenal irfan, meniti maqam-maqam kearifan, hikmah, Jakarta, 2002.
Abdul mun’im al-hanafi, al-mu’jam al falsafi, arabi, injilisi, faransi, al-mani wal latini dar syarqiyah, kairo, 1990.







1.     Guntur Satria Jati
2.     Prof. Dr. Rosihon Anwar,  M.Ag
3.     Guntur Satria Jati
4.     Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag hlm 239
5.     Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag hlm 240
6.         Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag hlm 241
7.         Ahmad Ridlowi