KELOMPOK 1
PENGERTIAN LOGIKA
1.
Apa Itu Logika ?
Kata “Logika” sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari.
Lazimnya, kata itu cenderung diartikan sebagai sesuatu yang masuk akal, wajar,
pantas, bisa dimengerti. Kadang-kadang kata logika juga digunakan dalam arti budaya,
atau cara berpikir.
Logika yang menjadi pokok bahasan disini, tidak dalam arti sebagaimana yang digambarkan.
Logika di sini adalah studi tentang metode dan prinsip yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang baik (tepat) dari penalaran
yang tidak baik (tidaktepat). Jelas logika tidak menelaah seluruh kegiatan berpikir
melainkan hanya menelaah metode dan prinsip untuk membedakan penalaran yang
tepat dan yang tidak tepat. Sehingga menjadi jelas di sini bahwa logika tidak menelaah
semua penalaran, melainkan hanya penalaran yang tepat dan tidak tepat.[1]
“Logika” adalah bahasa
Latin berasal dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain
yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq
kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
Dalam buku Logic and Language of Education
mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode
berpikir benar, sedangkan dalam kamus Munjid
disebut sebagai “Hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir”.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa
alasannya tidak logis, argumentasinya logis,
kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal, dan tidak logis
adalah sebaliknya.[2]
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari
kata logikos yang berasal dari
kata benda logos. Kata logos berarti sesuatu yang diutarakan,
suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa.
Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan
akal, mengenai kata, mengenai percakapan
atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat
kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike
episteme atau dalam bahasa Latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika.[3]
Secara
singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir
lurus (tepat). Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki,
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Dengan menerap kan hukum-hukum
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat,
kita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan
bahwa logika bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk
menerapkan hukum-hukum pemikiran. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat
yang praktis.[4]
A.
Definisi Logika
Definisi logika dapat
dibeda kan menjadi definisi nominal dan definisi real /esensial. Definisi
nominal berarti menjelas-kan suatu pengertian atau barang, hanya dengan menerang-kan namanya / arti katanya
saja. Logika, lengkapnya “Logica Scientie”,
“Logica ars”, “Logica techne”, “Logica episteme”.
1. Logika
asal kata dari “Logos”. Artinya: ucapan, kata lisan, kata budian, pengertian,
pemikiran, ilmu.
2. Di
dalam filsafat Yunani, “Logos” berarti suatu prinsip, yang memberikan sifat-sifat
tertib damai dan kesatuan kepada dunia dan alam semesta ini.
3. Di
dalam kamus Bahasa Latin-Indonesia
“Logos” berarti “Sabda”.
4. Scientia
= episteme berarti ilmu pengetahuan.
5. Ars
= techne berarti tekniknya /
ulahnya.
Logica
scientia : Ilmu Pengetahuan tentang berpikir.
Logica
episiesme : Ilmu Pengetahuan tentang hukum-hukum berpikir.
Logica
ars : Ilmu Pengetahuan tentang ulah berpikir.
Logica
techne : Ilmu Pengetahuan tentang teknik berpikir.
Definisi
real/ esensial
Definisi ini betul-betul menerang kan
hakikat atau esensi dari barang yang di definisikan
itu. Logika adalah Ilmu Pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir dengan lurus dan
benar.
1. Ilmu
Pengetahuan
Kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek), yang merupakan kesatuan yang
sistematis (struktur yang organis) dan yang dapat memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan (diperoleh melalui metode penelitian tertentu).
2. Kecakapan
Logika
itu bukan merupakan ilmu pengetahuan teoretis saja, melainkan juga memiliki segi
praktis. Artinya di samping kita mengerti hukum-hukum berpikir, maka kita harus
dapat menerapkan hukum-hukum itu dalam praktik
(praktik berpikir). Untuk dapat mempraktik
kan hukum-hukum ini kita harus cakap
(cakap berpikir sendiri dengan lurus dan sehat).
3. Berpikir
dengan lurus
Ini
berarti berpikir menurut hukum-hukum atau patokan-patokan berpikir sehingga
dengan demikian mencapai kebenaran.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk
berpikir lurus (tepat). Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Dengan menerap kan
hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat
dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan.
Definisi
logika dapat dibeda kan menjadi definisi nominal dan definisi real /esensial.
Definisi nominal berarti menjelas-kan suatu pengertian atau barang, hanya dengan menerang-kan namanya / arti
katanya saja.
B. Saran
Dengan
adanya penulisan makalah ini, maka tidak tertutup kemungkinan lepas dari
kesalahan maupun kekhilafan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran perbaikan makalah ini, khususnya pada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Logika yang dibina oleh Ibu Muliatul Maghfiroh. Demi terciptanya makalah yang
lebih sempurna dari sekarang. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua
lapisan pembaca.
[1] F.Warsitu Djoko S.Logika (Jakarta Barat: PT Indeks, 2011),
hlm.1-2.
[2] Mundiri. Logika, hlm.1-2.
[3]Abu Bakar Muhammad. Pengantar Logika (Yogyakarta: Kanisius,
1996), hlm.9.
[4] Alex Lanur. Logika Layang Pandang (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hlm.7.
[5] A.Soedomo Hadi. Logika Filsafat Berpikir (Surakarta: LPP
UNS dan UNS Press, 2008), hlm.1-2.