Friday, 3 June 2016

Makalah Pengertian Logika Menurut Para Ahli-Pengertian Logika Menurut Para Ahli



KELOMPOK 1
PENGERTIAN LOGIKA
1.      Apa Itu Logika ?
            Kata “Logika” sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Lazimnya, kata itu cenderung diartikan sebagai sesuatu yang masuk akal, wajar, pantas, bisa dimengerti. Kadang-kadang  kata logika juga digunakan dalam arti budaya, atau cara berpikir.
            Logika yang menjadi pokok bahasan disini,  tidak dalam arti sebagaimana yang digambarkan. Logika di sini adalah studi tentang metode dan prinsip yang digunakan untuk membedakan penalaran yang baik (tepat)  dari penalaran yang tidak baik (tidaktepat). Jelas logika tidak menelaah seluruh kegiatan berpikir melainkan hanya menelaah metode dan prinsip untuk membedakan penalaran yang tepat dan yang tidak tepat. Sehingga menjadi jelas di sini bahwa logika tidak menelaah semua penalaran, melainkan hanya penalaran yang tepat dan tidak tepat.[1]
            “Logika”  adalah bahasa Latin berasal dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah  Mantiq kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
            Dalam buku Logic and Language of  Education  mantiq disebut sebagai  “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar, sedangkan dalam kamus  Munjid disebut sebagai “Hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir”.
            Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa alasannya tidak logis,  argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.[2]
            Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari  kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata,  mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa Latin disebut  logica scientia  yang berarti ilmu logika.[3]
                Secara singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang  harus ditepati.
Dengan menerap kan hukum-hukum pemikiran yang  lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat  yang  praktis.[4]
A.    Definisi Logika
            Definisi logika dapat dibeda kan menjadi definisi nominal dan definisi real /esensial. Definisi nominal berarti menjelas-kan suatu pengertian atau barang,  hanya dengan menerang-kan namanya / arti katanya saja.  Logika, lengkapnya “Logica Scientie”, “Logica ars”, “Logica techne”, “Logica episteme”.

1.      Logika asal kata dari “Logos”. Artinya: ucapan, kata lisan, kata budian, pengertian, pemikiran, ilmu.
2.      Di dalam filsafat Yunani, “Logos” berarti suatu prinsip, yang memberikan sifat-sifat tertib damai dan kesatuan kepada dunia dan alam semesta ini.
3.      Di dalam kamus Bahasa Latin-Indonesia  “Logos”  berarti  “Sabda”.
4.      Scientia = episteme berarti ilmu pengetahuan.
5.      Ars  = techne berarti tekniknya / ulahnya.
Logica scientia            :   Ilmu Pengetahuan tentang berpikir.
Logica episiesme         :   Ilmu Pengetahuan tentang hukum-hukum berpikir.
Logica ars                    :   Ilmu Pengetahuan tentang ulah berpikir.
Logica techne              :   Ilmu Pengetahuan tentang teknik berpikir.


Definisi real/ esensial
            Definisi ini betul-betul menerang kan hakikat atau esensi dari barang  yang di definisikan itu. Logika adalah Ilmu Pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir dengan lurus dan benar.
1.      Ilmu Pengetahuan
Kumpulan  pengetahuan mengenai suatu hal tertentu   (objek), yang merupakan kesatuan yang sistematis   (struktur yang organis)   dan yang dapat memberikan penjelasan  yang dapat dipertanggungjawabkan   (diperoleh melalui metode penelitian tertentu).

2.      Kecakapan
Logika itu bukan merupakan ilmu pengetahuan teoretis saja, melainkan juga memiliki segi praktis. Artinya di samping kita mengerti hukum-hukum berpikir, maka kita harus dapat menerapkan hukum-hukum itu dalam praktik  (praktik berpikir).  Untuk dapat mempraktik kan hukum-hukum ini kita harus cakap  (cakap berpikir sendiri dengan lurus dan sehat).

3.      Berpikir dengan lurus
Ini berarti berpikir menurut hukum-hukum atau patokan-patokan berpikir sehingga dengan demikian  mencapai  kebenaran.[5]











BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
            Secara singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang  harus ditepati. Dengan menerap kan hukum-hukum pemikiran yang  lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan.
            Definisi logika dapat dibeda kan menjadi definisi nominal dan definisi real /esensial. Definisi nominal berarti menjelas-kan suatu pengertian atau barang,  hanya dengan menerang-kan namanya / arti katanya saja.


B.  Saran
            Dengan adanya penulisan makalah ini, maka tidak tertutup kemungkinan lepas dari kesalahan maupun kekhilafan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan makalah ini, khususnya pada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Logika yang dibina oleh Ibu Muliatul Maghfiroh. Demi terciptanya makalah yang lebih sempurna dari sekarang. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua lapisan pembaca.

















[1] F.Warsitu Djoko S.Logika (Jakarta Barat: PT Indeks, 2011), hlm.1-2.
[2] Mundiri. Logika, hlm.1-2.
[3]Abu Bakar Muhammad. Pengantar Logika (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm.9.
[4] Alex Lanur. Logika Layang Pandang (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hlm.7.
[5] A.Soedomo Hadi. Logika Filsafat Berpikir (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2008), hlm.1-2.