Monday, 20 June 2016

Problematika Pendidikan Agama Di Sekolah Umum


Pendidikan merupakan sebuah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu factor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia globalisasi maka perlu juga peningkatan pendidikan islam (agama) agar kita selaku umat islam senantiasa berada pada jalan yang diridhoi Allah SWT. serta tidak terpengaruh oleh budaya dan gaya hidup orang-orang barat yang secara terang-terangan sudah mewabah kepada penduduk islam dunia khususnya di Indonesia.
Sekolah merupakan sarana dan tempat menuntut ilmu bagi para peserta didik, juga tempat memperkaya dan memperluas keilmuan peserta didik.
Pendidikan di Indonesia dikatakan maju, hal ini bisa dilihat perkembangan sekolah yang semakin lama semakin kreatif dalam menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang berguna kelak. Oleh sebab itu kita sebagai calon guru harus mampu menggunakan segala kemampuan kita, sehingga peserta didik bisa menyerap ilmu kita dengan baik. Jadi kita sebagai calon guru harus profesional dalam sebagai hal ini misalnya metode yang digunakan harus baik, sesuai dengan materi yang kita ajarkan, strateginya juga harus sesuai,yang penting dan perlu di miliki oleh seorang guru ialah mampu merespon peserta didik yang mempunyai banyak problem yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengatasi problem yang dihadapi peserta didik terutama menyikapi belajar anak didik kita. Apalagi problematika pendidikan agama disekolah pasti banyak sekali problem-problem itu. Untuk mengetahui problem apa sajakah yang ada hubungan nya dengan peserta didik beserta solusinya, kita akan membahas secara detail pada bahasan selanjutnya.

Pembahasan

Pengertian Problematika Pendidikan Agama Disekolah Umum
Secara umum orang memahami masalah sebagai kesenjangan antara kenyataan dan kenyataan. Yang dimaksud dengan problematika pendidikan agama dalam pembahasan ini adalah problematika pendidikan agama islam. Adapun pengertia dari pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada hukum-hukum islam. (muhtar bukhori, 1994)

Problematika Pendidikan Agama Disekolah Umum
Pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak dipandang bagaimana siswa didik mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri. Paulo Freire menegaskan bahwa fungsi pendidikan adalah untuk pembebasan, bukan untuk penguasaan. Tujuan pendidikan adalah untuk menggarap realitas manusia, dan karena itu secara metodologis bertumpu pada prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan yang menindas dan pada sisi simultan lainnya secara terus-menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan hasrat untuk mengubah kenyataan yang menindas.
Sehubungan dengan hal di atas, cara berpikir kita sepertinya harus diubah. Hal ini mengingat bahwa pendidikan itu penting. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989. Oleh karena perubahan zaman yang makin modern maka kurikulum juga harus dapat beradaptasi dengan perubahan itu sendiri.
Ada lima masalah paling utama yang dihadapi para guru agama dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah seperti diuraikan berikut: :
1.             Masalah Peserta Didik.
Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari latar belakang kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga yang taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat beragama, dan bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan agama. Bagi anak didik yang berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak peduli sama sekali terhadap agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak didik tidak akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih parah lagi mereka menganggap remeh pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya, kendatipun demikian, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik seperti; minat belajar, keluarga, lingkungan.
2.             Masalah Lingkungan Belajar.     
Di era multi peradaban dan tekhnologi dan informasi yang tidak dicegah kebeadaannya menyebabkan semua itu mempengaruhi psikologis lingkungan belajar, baik siswa, tenaga pendidik dan kependidikan serta stekholder setiap lembaga pendidikan.
Pengaruh dari lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi minat belajar, dekadensi moral, serta menimbulkan kekhawatiran para orangtua siswa dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka khususnya kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan sehari-hari.
3.             Masalah Kompetensi Guru.
Pada dasarnya guru adalah tenaga pengajar sekaligus tenaga pendidik profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Sesuai UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2. Dalam perspektif pendidikan Agama Islam di Sekolah, guru seringkali mengalami kendala dalam menanamkan pembiasaan ajaran Islam di sekolah. Hal ini semata-mata disebabkan karena guru tidak memiliki kompetensi yang matang, serta juga tidak didukung oleh penguasaan konsep internalisasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum oleh guru-guru bidang studi lainnya.
4.             Masalah Metode.
Metode adalah cara atau strategi bahkan juga pendekatan yang dikuasai pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai. Banyak sekali metode pendidikan yang dapat dilakukan atau diterapkan dalam menyampaikan pembelajaran pendidikan agama. Tetapi sangat disayangkan bahwa masih banyak guru agama yang tidak menguasai berbagai metode pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa dipakai dalam menyajikan pelajaran pendidikan agama. Agar pendidikan agama dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka setiap guru agama harus mengetahui dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan pendekatan. Namun pada kenyataannya, pelajaran pendidikan agama di sekolah masih dominan menggunakan metode ceramah. Guru juga harus kreatif mengaplikasikan materi pendidikan agama sesuai dengan situasi murid. Gaya bercerita, diskusi, problem-solving (pemecahan masalah), dan simulasi adalah alternatif positif yang dapat dimasukkan dalam metode yang tepat untuk pembelajaran agama.
Menurut Al Nahwawi, metode pengajaran yang sesuai dengan Al Qur�an dan Al Hadist meliputi :
1)   Metode Hiwar Qur�ani dan Nabawi: dialog yang mengarah pada tujuan pendidikan.
2)   Metode kisah Qur�ani dan Nabawi: kisah menarik dan diambil keteladanannya untuk dijadikan panutan.
3)   Metode Amtsal: membaca teks untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep.
4)   Metode Teladan: menggunakan keteladanan dalam memnanamkan penghayatan dan pengamalan materi tersebut.
5)   Metode Pembiasaan: pengulangan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.
6)   Metode Ibrah dan Mauziah: menelaah ibrah dari kisah dengan nasihat yang lembut dan menyentuh.
7)   Metode Targhib dan Tahrib: didasarkan kepada ganjaran dan hukuman.
5.             Masalah Evaluasi.
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat penting. Dengan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang dapat mengukur segi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Kebanyakan evaluasi yang dilakukan selama ini hanyalah mengukur kognitif siswa saja, sedang afektif dan psikomotoriknya terabaikan. Hasil evaluasi kognitif tersebut dimasukkan ke dalam raport siswa, maka kemungkinan akan terjadi penilaian yang kurang obyektif. Adakalanya siswa yang rajin beribadah lebih rendah nilainya daripada siswa yang malas beribadah. Seharusnya kegiatan evaluasi disusun secara sistematis dan lengkap oleh guru pendidikan agama Islam. Selain tes tulis, tes lisan dan praktik yang dilakukan sebagai alat evaluasi, maka skala sikap diperlukan untuk mengevaluasi sikap beragama peserta didik. Namun kenyataannya masih banyak guru pendidikan agama Islam yang belum menguasai teknik evaluasi pendidikan agama Islam secara benar.
Mengatasi berbagai masalah yang dihadapi guru agama dalam kegiatan Pendidikan Agama Islam pada sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Guru sebagai pilar penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu mendapat perhatian dari semua kalangan, baik pemerintah, tokoh pendidikan serta masyarakat lainnya yang bergerak di bidang pendidikan. Lembaga Pendidikan Tinggi yang mengelola fakultas ilmu keguruan dan pendidikan baik lembaga pendidikan tinggi umum maupun lembaga pendidikan tinggi agama (IAIN) perlu menyiapkan sebuah konsep kurikulum yang bertujuan menyiapkan tenaga pendidik (guru) yang benar-benar siap pakai di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Dewasa ini sangat hangat dibicarakan tentang profesionalisme guru atau yang sering kita dengar dengan sertifikasi guru. Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru merupakan kebijakan fenomenal. Disatu sisi kebijakan tersebut memberikan angin segar bagi para guru karena dengan itu guru menerima penghasilan tambahan satu kali gaji pokok. Tetapi pada kenyataannya, guru yang sudah lulus sertifikasi seringkali tidak melaksanakan tupoksinya secara baik dan bertanggung jawab, sehingga bisa dikatakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut menghabiskan anggaran negara yang begitu besar dan hasilnya tidak maksimal.
Kalaulah pendidikan tinggi dapat mengakomodir kebijakan pemerintah dalam rangka menyiapkan tenaga pendidik profesional, yang dimulai dari seleksi penerimaan mahasiswa baru, proses pendidikan sampai mahasiswa tersebut menyelesaikan studinya benar- benar mengusai bidang-bidang pendidikan yang ditekuninya. Pada akhirnya pendidikan tinggi pun dapat mengeluarkan dan memberikan sertifikat mengajar profesional. Jadi beban pemerintah pun akan berkurang dari segi pembiayaan.
Penutup
Problematika pendidikan agama dalam pembahasan ini adalah problematika pendidikan agama islam. Adapun pengertian dari pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada hukum-hukum islam.
Ada lima masalah paling utama yang dihadapi para guru agama dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah seperti diuraikan berikut: 1)Masalah Peserta Didik. 2)Masalah Lingkungan Belajar. 3)Masalah Kompotensi Guru. 4)Masalah Metode. 5)Masalah Evaluasi.