Sunday, 27 November 2016

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Kajian Manajemen Sekolah / Madrasah


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kepemimpinan sangat penting dalam kehidupan kita baik itu disekolah, rumah, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Jika dirumah pemimpin itu adalah ayah, disekolah adalah kepala sekolah, dimasyarakat adalah orang yang diamanahi jabatan, dan dinegara adalah presiden.
Maka tanggung jawab seorang pemimpin sangatlah besar. Oleh sebab itu, pemimpin yang baik adalah yang mampu memimpin dirinya sendiri sebelum mampu memimpin orang lain. Dan kepemimpinan adalah hubungan yang erat antara seseorang atau sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama.
Oleh karena itu sangat wajar jika manusia harus mampu memimpin dirinya dan mampu memimpin orang lain.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian kepemimpinan?
2.      Bagaimana seorang kepala sekolah sebagai pejabat formal?
3.      Bagaimana seorang kepala sekolah sebagai manajer?
4.      Bagaimana seorang kepala sekolah sebagai pendidik?
5.      Bagaimana seorang kepala sekolah sebagai staf?

  1. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
2.      Untuk mengetaui seorang kepala sekolah sebagai pejabat formal.
3.      Untuk mengetahui seorang kepala sekolah sebagai manajer.
4.      Untuk mengetahui seorang kepala sekolah sebagai pendidik.
5.      Untuk mengetahui seorang kepala sekolah sebagai staf.


BAB II
PEMBAHASAN
     A.    PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki klompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang diluar kelompok atau organisasi.
Menurut Gary Yukl menyatakan bahwa: memahami kepemimpinan sebagai sebuah proses mempengaruhi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan orang secara bersama. Hal ini dapat dipahami dari penjelasan sebagai berikut: kepemimpinan didefinisikan secara luas sebagai proses-proses yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau orang, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas tersebut untuk mencari sasaran, pemeliharaan hubungan, kerjasama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada diluar kelompok atau orang.
Hal tersebut memberi penjelasan bahwa kepemimpinan merupakan proses-proses mempengaruhi, memotivasi, pengorganisasian aktivitas tersebut untuk mencapai sasaran. Motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama dengan teamwork untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Hal ini dapat dipahami bahwa kepemimpinan mencakup hubungan pemimpin dengan anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.[1]
Kepemimpinan juga tampak dalam proses dimana seorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Pengaruh-pengaruh kepemimpinan itu dapat dibedakan atas: a). Kepemimpinan tidak langsung (indirect leadership) seperti kepemimpinan seorang ahli ilmu, seorang pengarang, seorang artis, dengan melalui karangan-karangan atau buku-bukunya. b). kepemimpinan langsung (direct leadership) pengaruh-pengaruh kepemimpinan ini dilakukan melalui sikap perbuatan dan kata-kata secara langsung terhadap anak buah atau pengikutnya. Kepemimpinan macam ini disebut juga �face to face leadership.[2]

      B.     KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEJABAT FORMAL
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut di isi oleh orang-orang yang di tunjuk dan dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi di isi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa di isi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang angkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas.
Oleh karena itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Secara sistem jabatan sekolah sebagai pejabat atau pemimpin formal dapat diuraikan melalui bebagai pendekatan: pengangkatan, pembinaan, tanggung jawab, dan teori H. Mintzbreg.

1.      Pengangkatan
Sebagai pejabat formal pengangkatan seorang kepala sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggungjawab dalam bidang sumber daya manusia. Dalam hal ini perlu ada kerja sama pula dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Prosedur pengangkatan memberikan petunjuk tentang sumber dari mana calon kepala sekolah dicalonkan: a). Siapa yang harus mencalonkan mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi sampai pada tingkat pusat. b). instansi-instansi terkait mana saja yang terlibat dalam proses pencalonan tersebut.[3]

2.      Pembinaan
Selama menduduki jabatan kepala sekolah, dalam rangka pembinaan kepada para kepala sekolah selaku pejabat formal yaitu:
a.       Diberikan gaji serta penghasilan dan pendapatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b.      Memperoleh kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu.
c.       Meperoleh hak kenaikan gaji atau kenaikan pangkat.
d.      Memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
e.       Memperoleh kesempatan untuk pengembangan diri.
f.       Memperoleh penghargaan yang lain atau fasilitas.
g.      Dapat diberi teguran/peringatan oleh atasannya karena sikap, perbuatan serta prilakunya yang dirasakan dapat mengganggu tugas tugas dan tanggungjawab sebagai kepala sekolah.
h.      Dapat dimutilasi atau diberhentikan dari jabatan kepala sekolah karena hal-hal tertentu.

3.      Tugas dan Tanggung Jawab
Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait, dan kepala bawahan.
1.         Kepala Atasan
Seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan langsung dan atasan yang lebih tinggi. Karena kedudukannya ang terkait kepada atasan/sebagai bawahan, maka seorang kepala sekolah: a). Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan. b). wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.[4]c). Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala sekolah dan atasan.
2.         Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait:
a). Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala sekolah yang lain.
b). wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan lingkungan baik dengan intansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3.
3. Kepada Bawahan
Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya dengan para guru, staf dan siswa, sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan.
Peran kepala sekolah sebagai pejabat formal, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.         Kedudukan sebagai pejabat formal, kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
b.        Sebagai pejabat formal memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan dan dipatuhi.
c.         Sebagai pejabat formal kepala sekolah secara hierarkis mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan.
Ada tiga macam peranan pemimpin dilihat dari otoritas dan status formal seorang pemimpin.            
a.       Peranan hubungan antar peseorangan (interpersonal roles)
Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer, meliputi figurehead, leadership dan liasion.
1.      Figurehead berarti lambang.
2.      Kepemimpinan peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga lahi etos kerja dan produktivitas yang timggi dalam mencapai tujuan.
3.      Leasion (penghubung) fungsinya ini kepala sekolah berperan menjadi penghubung antara kepentingan sekolah dengan lingkungan diluar sekolah.

b.      Peranan informasional (informational roles)
Kepala sekolah berperan untuk menerima dan menyebarluaskan atau meneruskan informasi kepada guru, staf, siswa dan orang tua siswa. Dalam fungsi  informasional inilah kepala sekolah berperan sebagai pusat urat saraf atau (nerve center) sekolah.
Ada 3 macam peran kepala sekolah sebagai pusat urat saraf, yaitu:
1.      Sebagai monitor: kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan, yaitu kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengarauh terhadap penampilan sekolah, seperti gosip dan kabar angin.
2.      Sebagai disseminator: kepala sekolah bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan membagi-bagi informasi kepada para guru, staf, siswa, dan orang tua murid.
3.      Spokesman: kepala sekolah menyebarkan (transmits) informasi kepada lingkungan diluar yang di anggap perlu. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperan sebagai wakil resmi kepala sekolah.[5]

     C.    KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MANAJER
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada tiga hal penting yang perlu di perhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah di tetapkan.
1.      Proses adalah uatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu.
Kegiatan-kegiatan tersebut:
a.       Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan.
b.      Mengorganisasikan, berarrti bahwa kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan.
c.       Memimpin, dalam arti kepala sekolah mampu mengarahkan dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugasnya yang esensial.
d.      Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan diantara bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan.
2.      Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.
3.      Mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat akhir (specific ends). Tujuan akhir yang spesifik ini berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Tujuan ini bersifat khusus dan unik. Apapun tujuan spesifik dari tujuan organisasi tertentu, manajemen adalah, meupakan proses melalui manajemen tersebut tujuan dapat di capai.
Berdasarkan urain tersebut seorang manajer atau seorang kepala sekolah  pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi dimana didalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumber daya manusia, memerlikan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapakan.[6]
Menurut Stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para manajer:
1.      Bekerja dengan, dan melalui orang lain.
2.      Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan.
3.      Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan.
4.      Berpikir secara realistik dan konseptual.
5.      Adalah juru penengah.
6.      Adalah seorang politisi.
7.      Adalah seorang diplomat.
8.      Pengambil keputusan yang sulit.
Walaupun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para guru, staf, siswa, dan orang tua siswa, dana, sarana serta suasana dan fakror lingkungan dimana sekolah itu berada.
a.       Kepala sekolah bekerja dengan dan melaui orang lain (work  with and thought other people).
b.      Kepala sekolah betanggungjawab dan memperpertanggungjawabakan (responsible and accountable).
c.       Dengan waktu dan sumber yang terbatasseorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance competing goals and set priorities).
d.      Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan kunsepsional (must think analttically and conceptionally).
e.       Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators).
f.       Kepala sekolah sebagai politisi (politicions).
g.      Kepala sekolah sebagai diplomat.
h.      Kepala sekolah berfungi sebagai pengambil keputusan yang sulit (make difficult decisions).[7]
Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksnakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memahami dan mampu mewujudkannnya ke dalam tindakan atau perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga keterampilan  tersebut antara lain:
a.       Tehnical Skills
1.      Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melakasanakan kegiatan khusus.
2.      Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.
b.      Human Skills
1.      Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja sama.
2.      Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku.
3.      Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif.
4.      Kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis.
c.       Conceptual Skills
1.      Kemampuan analisis.
2.      Kemampuan berpikir rasional.
3.      Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi.
4.      Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecenderungan.
5.      Mampu mengantisipasikan perintah.
6.      Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-problem sosial.[8]

     D.    KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENDIDIK
Memahami arti pendidik tidak cukup dengan berpegang konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan.
Arti atau definisi pendidikan secara leksikal dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
-          Pendidik, adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dpat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Berdasarkan beberapa definisi dapat memberikan indikasi bahwa prosese pendidikan di samping secara khusus (especially) dilaksanakan melalui sekolah, dapat diselenggarakan di luar sekolah yaitu melalui keluarga dan masyarakat. Bahkan diantara para pakar berpendapat, bahwa pendidikan secara klasik, merupakan usaha sistematik untuk mengalihkan pengetahuan seseorang kepada orang lain.
Sebagai seorang pendidik dia harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak 4 macam nilai yaitu:
a.       Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia.
b.      Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, dan kesusilaan.
c.       Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriyah.
d.      Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni keindahan.
Terakhir yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua, yaitu bagaimana peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan.
Ada tiga kelompok sasaran utama, yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administratif  (staf) dan kelompok para siswa atau peserta didik.[9]
Di samping ketiga sasaran utama pelaksanaan peranan kepala sekolah sebagai pendidik, terdapat pula kelompok sasaran lain, yang tidak kalah pentingnya kontribusi mereka terhadap pembinaan kehidupan sekola, yaitu organisasi orang tua siswa, organisasi siswa, organisasi para guru.
Secara singkat keberadaan ketiga organisasi tersebut dirasa penting dan diperlukan dalam rangka pembinaan sekolah yaitu:
1.      Organisasi Orang Tua Siswa, organisasi ini diperlukan sebagai salah satu aparat pembantu kepala sekolah da;am ikut serta membina dan mendukung keberhasilan proses belajae mengajar. Tetapi kehadiran organisasi ini diharapkan tidak dilibatkan ke dalam campur tangan terhadap hal-hal yang bersiifat teknis pendidikan.
2.      Organisasi Siswa, organisasi siswa diperlukan dalam usaha memberikan wadah bagi para siswa dalam menumbuhkan dan mengembangkan berbagai minat, bakat dan kreativitas melalui program-program kokurikuler, maupun di luar kurikuler.
3.      Organisasi Guru, organisasi guru sebenarnya merupakan organisasi profesi. Sebab di dalam organisasi guru yara guru terhimpun para guru yang mempunyai latar belakang pendidikan yang sama, yaitu bidang atau dunia pendidikan.

     E.     KEPALA SEKOLAH SEBAGAI STAF
Salah satu peran kepala sekolah, adalah sebagai seorang pejabat formal, atau sebagai pemimpin formal. Oleh sebab itu, kedudukannya yang formal, pengangkatan, pembinaan,  dan tanggung jawabnya terikat oleh serangkaian berbagai ketentuan dan prosedur.[10]
Kepala sekolah berperan sebagai staf, karena keberadaan kepala sekolah di dalam lingkungan organisasi yang lebih luas atau di luar sekolah berada di bawah kepemimpinan pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung (subordinated), yang berperan sebagai atasan kepala sekolah.  Contohnya seperti Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan kebudayaan tingkat Kecamatan (Kakancam)adalah atasan untuk kepala sekolah  Dasar (SD).
Oleh sebab itu, sebagai bawahan seorang kepala sekolah juga melakukan tugas-tugas staf, artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam proses pengelolaan organisasi.dengan sebaik-baiknya, maka kepala sekolah selalu:
1.      Melihat, memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk maju;
2.      Memberikan informasi yang diperlukan tengtang sebab-sebab dan akibat sesuatu tindakan;
3.      Memiliki perasaan prioritas, cara berpikir tepat waktu, strategik, perspektif, dan pertimbangan-pertimbangan yang lain;
4.      Menyadari kedudukannya sebagai pemikir (braintrust), atau otak (brainpower), dari pemimpin, bukan sebagai pengambil keputusan dan pemberi perintah.
Oleh sebab itu, peranan staf sebagai braintrust atau brainpower merupakan kebutuhan mutlak yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari keseluruhan proses pengelolaan suatu organisasi. 
Tugas-tugas sebagai staf kepala sekolah hanya dapat berhasasil efektif, apabila setiap kepala sekolah menyadari dan memahami peranannya sebagai staf, serta mampu mewujudkan dalam perilaku dan perbuatan, macam-macam persyaratan pemimpin dan sebagai staf, yang mencakup butir-butir nilai sebagai berikut:
1.      Memiliki kualitas umum kepemimpinan;
2.      Menguasai teknik pengendalian;
3.      Menguasai teknik pengendalian;
4.      Pandai menyesuaikan diri;
5.      Taat pada norma, etika, dan hierarki organisasai;
6.      Mampu menciptakan suasana keterbukaan;
7.      Bersifat terbuka terhadap kritik;
8.      Menguasai situasi dan kondisi bawahan;
9.      Kemampuan mengendalikan diri;
10.  Menguasai kemampuan mengalisis situasi;

Sebagai staf yang bertugas membantu pemimpin melalui saran, pendapat pertimbangan terhadap berbagai peremasalahan pengelolaan organisasi, menuntut seorang staf memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a.       Memahami hakikat tujuan, tugas pokok, dan fungsi organisasi yang dilayani.
b.      Menguasai filsafat yang di anut oleh pimpinan organisasi.
c.       Mendalami sistem pembagian tugas organisasi.
d.      Loyal terhadap kepemimpinan atasan.
e.       low profile.
f.       Menyadari keterbatasan peranan staf.
g.      Kemampuan menyakinkan atasan terhadap ide, gagasan,saran, pendapat, yang diajukan.
h.      Menyadari kegiatan staf yang dilaksanakan harus mempunyai relevansi atau merupakan pencerminan dengan kenyataan yang hidup dlam norganisasi.
i.        Menyadari kegiatan staf adalah bagian integral dari selruh proses manajemen organisasi.[11]



BAB III
PENUTUP
     
      A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah yang terurai pada bagian terdahulu, maka dapat disimpulkan:
a.       Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki klompok dan budayanya.
b.      Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut di isi oleh orang-orang yang di tunjuk dan dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi di isi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.
c.       Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada tiga hal penting yang perlu di perhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah di tetapkan.
d.      Memahami arti pendidik tidak cukup dengan berpegang konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan.
e.       Salah satu peran kepala sekolah, adalah sebagai seorang pejabat formal, atau sebagai pemimpin formal. Oleh sebab itu, kedudukannya yang formal, pengangkatan, pembinaan,  dan tanggung jawabnya terikat oleh serangkaian berbagai ketentuan dan prosedur.

      B.     Saran
Apabila ada kecacatan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini baik dalam pengetikan atau penulisan kami. Mohon maaf atas ketidak tahuan kami sebagai mahasiswa. Maka dari itu kami mohon kepada dosen pengampu atau mahasiswa yang lain untuk memberi saran kepada kami.
Dan semoga dengan adanya makalah ini bisa menjadi bahan bacaan untuk semua dosen dan mahasiswa dan bisa bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Ngalim Purwanto DKK, Admnistrasi Pendidikan,Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya,
            1992.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya,             Jakarta: Rajawali Press, 2013.



[1] Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 1-2.
[2] Ngalim Purwanto DKK, Admnistrasi Pendidikan (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1992), hlm. 30
[3] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 84-85
[4] Ibid., hlm. 86-87
[5] Ibid., hlm. 88-91
[6] Ibid., hlm. 94-95
[7] Ibid., hlm. 96-99.
[8] Ibid., hlm. 101-102.
[9] Ibid., hlm. 122-124.
[10] Ibid., hlm. 126-128.
[11] Ibid., hlm. 130-133.