SANAD, MATAN, DAN RAWI HADIST
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
yang
diampu oleh Masyithah Magfirah Rizam, SS, M.P.D.
Oleh
NUR
HASANAH
NIM.20160701010141
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
SANAD, MATAN, DAN RAWI HADIST
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
yang
diampu oleh Masyithah Magfirah Rizam, SS, M.P.D.
Oleh
Ummu salamah
Nim: 20160701010191
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-quran
senantiasa dibaca kaum muslimin tidak sekedar bacaan suci umat islam yang
diyakini sebagai ibadah dan merupakan pedoman dan petunjuk hidup bagi
orang-orangyang bertakwa. Tujuan hidup dengan menjadikan al-quran sebagai
tujuan tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat dalam naungan ridha dan kasih
sayang Allah.
Namun
demikian, karena petunjuk hidup di dalam al-quran hamper sebagian besarnya
bersifat mujmat (global) atau masih umum maka untuk menerapkannya secara
praktis sangatlah menghajatkan penjelasan yang lebih operasional, terutama dari
nabi Muhammad saw, selaku pembawa al-quran serta memiliki otoritas utama dalam
hal ini. Penjelasan nabi berupa ucapan, perbuatan, maupun pertanyaan dan
pengakuan, dengan demikian hadis nabi merupakan sumber ajaran islam[1].
Dari
segi periwayatannya, hadis memang berbeda dengan al-quran semua periwayatannya
ayat-ayat al-quran diyakini dan dapat di pastikan berlangsung secara mutawatir,
sedangkan hadis ada yang mutawatir da nada juga yang ahad. Oleh karena itu,
al-quran apabila dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan sebagai
qottuy al-wurud, sedangkan hadis nabi dalam hal ini yang berkategori ahad,
berkedudukan sebagai zhanni al-wurud. untuk mengetahui otensitas dan
orisinalitas hadis semacam ini diperlukan penelitian matan maupun sanad. dari
sini dapat dilihat bahwa selain rawi (orang yang meriwayatkan atau mengaluarkan
hadis,) matan dan sanad merupakan tiga unsur terpenting dalam hadis nabi.
secara stuktur, hadis terdiri dari tiga komponen, yakni sanad atau isnad
(rantai penutur), matan (redaksi hadis)dan mukharij (rawi).[2]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian sanad, matan, dan rawi hadis ?
2.
Bagaimana
kedudukan sanad dan matan hadis?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Menjelaskan
pengertian dari sanad, matan dan rawi hadis.
2.
Menjelaskan
kedudukan sanad dan matan hadis
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sanad, Matan dan Rawi Hadis
a)
Sanad
Sanad
secara bahasa berarti yaitu bagian dari bumi yang menonjol,sesuatuyang berada
di hadapan anda dan yang jauh dari kaki
bukit ketika anda memandangnya. Bentuk jamaknya adalah segala sesuatu yang anda
sandarkan kepada yang lain dikatakan Asnad fiil jabal maknanya “seseorang
mendaki gunung “ dan dikatakan pula maknanya”seseorang menjadi tumpuan”
Adapun
pengertian sanad menurut termenologi, para ahli hadis memberikan definisi yang
beragam diantaranya; Rangkain para perawi yang memindahkan matan dari sumber
primernya. Dan ada kalanya hafidz bertumpu kepada yang menyebutkan sakiad untuk
mengetahui sahih atau dhaif suatu hadist.
Dapat
dipertegas sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayatan) hadis. Sanad
terdiri dari atas seluruh penutur, memulai orang yang mencatat hadis tersebut
dalam bukunya ( kitab hadis ). Sanad memberikan gambaran keaslian suatu
riwayat.[3]
Sanad Menurut
bahasa sandaran, tepat kita bersandaran maka surat hutang dinamai sanad. Dan
berarti yang dapat dipegang, di percaya, kaki bukit, atau kaki gunung juga
disebut sanad.
Menurut
istilah sanad itu jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Kata sanad
menurut bahasa adalah “sandaran “ atau sesuatu yang kita jadikan sandaran.
Dikatakan demikian, karena hadis bersandar kepadanya sedangkan istilah yaitu
cukup luassebagaimana yang di kembangkan para ulama.[4]
Sanad
menurut kebahasaan sanad adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran.
Sedangkan menurut istilah terdapati beberapa rumusan pengertian. Al-Badr bin
jamaah dan at-tibbi menyatakan bahwa sanad adalah pemberitaan tentang munculnya
suatu matan hadis.
Sanad
ialah silsilah atau rentetan para perawi yang menuklirkan hadis dari sumbernya
yang pertama. Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis kepada
nabi muhammad.
Apabila
seseorang perawi berkata, dikhabarkan
kepadaku oleh malik yang menerinya dari
nafi’ yang menerimanya dari Abdullah bin umar bahwa rosulullah bersabda “ maka
perkataan perawai itu dikhobarkan kepadaku oleh malik hingga sampai kepada
bersabda rasul SAW. Dinamai sanad tetapi kadang-kadang perkataan sanad,
dimaksudkan isnad [5]
b)
Matan
Matan
secara etimologi berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya, punggung jalan(muka
jalan) tanah yang keras, yang tinggi.
Matan
kitab adalah yang bersifat komentar dan bukan tambahan-tambahan penjelasan,
jam’nya muntun dan mitan.
Matan
dalam ilmu hadis perkataan yang disebut
pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw, yang disebut sesudah habis di sebutkan
sanadnya.
Terkait
dengan matan atau redaksi yang perlu dicermati hadis adalah:ujung sanad sebagai
sumber redaksi apakah berujung pada nabi Muhammad atau bukan matan hadis itu
hadis sendiri dalam hubungannya dengan hadis yang lan yang lebih kuat
sanadnya(apakah ada yang melemahkan dan menguatkan)dan selanjutnya dengan ayat
dalam al-qur’an (apakah ada yang bertolak belakang)[6]
Matan
menurut bahasa adalah (tanah yang meninggi) sedangkan menurut istilah suatu
kalimat tepat berakhirnya sanad ada juga redaksi yang lebih simple adalah ujung
sanad (ghayah as-sanad) dari semua pengertian diatas menunjukkan bahwa yang
dimaksudkan degan matan ialah materi atau lafadz hadis itu sendiri.[7]
Matan
menurut bahasa berarti punggung jalan atau tanah yang keras dan tinggi matan
kitab berarti bersifat komentar atau tambahan-tambahan, jamak dari matan adalah
mutun yang di maksud matan dalam ilmu hadis ialah setelah sanad atau penghubung
sanad, atau materi hadis contohnya: tsalatsun man kunna sampai pada: an
yuqdzafa fi annar.[8]
c)
Rawi
Rawi
adalah seorang yang pernah diterima dari seorang (guru) singkatnya rawi adalah
orang yang meriwayatkan atau memberitahukan hadis. Untuk sekedar lebih
memberikan gambaran yang jelas tentang rawi harus dikembalikan kepada contoh
hadis diatas ditemukan dalam shahih al-bkhori diriwayatkan oleh beberapa rawi
yakni:
a.
Anas:
sebagai rawi pertama
b.
Abu
qilabah: sebagia rawi kedua
c.
Ayyud;
sebagai rawi ketiga
d.
abdulWahhab
ats-tsaqafi: sebagai rawi keempat
e.
Muhammad
bin al\-mutsanna: sebagai rawi kelima
f.
Al-bkhori:
sebagai rawi keennam atau terakhir[9]
Kata
raawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadis (naqil Al-hadis).
Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama.
Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap thabaqoh atau tingkatannyajuga di sebut rawi.
Jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan
hadis begitu juga setiap rawi pada thabiqohnya merupakan sanad dari
thabaqohnya.
1.
Dalam
hal pembukuan hadis. Orang yang menerima hadis kemudian yang himpunanya hanya
satu kitab tanwin itu disebut dengan rawi dan rawi juga bisa dapat disebut mudawwin
(orang yang sanad hadis
2.
Dalam
penyebutan silsilah hadis, untuk sanad yang di sebut sanad pertam adalah orang
yang paling langsung menyampaikan hadis tersebut kepada perawinya. Sedangkan
rawi pertama adalah para sahabat rosul saw. Rawi pertama, adalah sanad
terakhir, dan sanad pertama. Rawi berarti orang yang meriwayatkan hadist antara
sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. rauli
adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadist. membedakan rawi dan
sanad terletak pada pembukuan atau pentakwilan hadist. dan menjadi jelas dapat
membedakan antara sanad rawi dan matan sebagaimana yang di uraikan ada baiknya
melihat contoh hadistnya.[10]
B.
Kedudukan
sanad dan matan Hadis
kedudukan
sanad dalam hadi yan diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwatkannya.
dengan
sanad suatu periwayattan hadis, dapat diketahui hadis yang diterima atau
ditolak dan hadis yang sohih atau tidak sohih untuk diamalkan. sanad merupakan
jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum islam.
para
ahli hadis sangatberhati hati dalam menerima atau meriwayatkan hadis kecuali
apabila mengetahui dari siapa perawi hadis tersebut tersebut menerima hadis
tersebut dan sumber yang disebutkan benar-benar dapat dipercaya. pada umumnya,
riwayah dari golongan sahabat tidak disyariatkanuntuk diterima periwayatkannya.
akan tetapi, merekapun sangat hati-hati
dalam menerima hadis.
pada
masa Abu Bakar r.a dan Umur r.a periwayatan hadis diawali secara hati-hati dan
suatu hadis tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh seorang
llain.
Ali
Bin Abu Thalib tidak mmenerima hadis sebelum orang yang meriwayatkan disumpah.
Meminta
seorang saksi kepada perawi bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan
jalan untuk menguatkan hati dalam menerima hadis jika dipandang tak perlu
meminta saksi atau sumpah para perwi, merekapun meneria periwayatannya.
adapun
meminta seorang saksi atau penyuruh
perawi bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, dan tidak dipandang sebagai
suatu undang-undang umum tentang diterimanya atau tidaknya periwayatan hadis
adalah adanya kepercayaan penuh kepada perawi jika sewaktu-waktu ragu tentang
periwatannya.barulah didatangkan saksi atau keterangan.[11]
Pada Masa sahabat terhadap sanad yaitu dengan
menghafal sanad-sanad itu dengan menghafal sanad-sanad itu dan mereka mempunyai
daya kuat yang luar biasa. memperhatikan sanad riwayat adalah suatu keistiwaan
dari ketentuan –ketentuan umat islam, permulaan ulama yang menyusun kitab
riwayat ringkas para sahabat ialah Al-bukhari (256)kemudian usaha itu
dilaksanakan oleh Muhammad ibnu saad. sesudah itu terdapat beberapa ahli lagi
diantaranya Ibnu Barr(463H) kitabnya bernama Al-Istiap[12].
Terkait dengan matan atau redaksi, maka
yang perlu dicermati dalam beberapa hadis ialah ujung sanad sebagai sumber
redaksi, apakah berujung pada nabi Muhammad atau bukan matan hadis itu sendiri
dalam hubungannya dengan hadis hadis lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada
yang melemahkan atau mengatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al-qur’an
(apakah ada yang bertolak belakang) matan hadis ini sangat penting karena yang
menjadi topik kajian dan kandungan syari’at islam untuk dijadikan petunjuk
dalam beragam.[13]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat menyimpulakan bahwa sanad adalah sandaran
tempat kita kita bersandar maka surat hutang dinamai sanad, baik menurut
istilah yaitu jalan yang menyampian kepda matan hadis
Matan dalam ilmu hadis adalah perkataan yang disebut pada akhir sanad,
yakni sabda nabi saw/rawi seseorang yang pernah diterima dari seorang guru
singkatnya rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitahukan hadis.
Kedudukan dsanad dan matan hadis yang diriwayatkan dengan sanad suatu
periwayatan hadis. dan dapat diketahui hadis diterima atau tidak dan hadis yang
shahi atau tudak shahi untuk diamalkan.
B.
Saran
Pembaca diharapkan memahami sanad, matan,
dan rawi hadist, Agar pembaca dapat membedakan hadist yang shohih(yang benar-benar
dari rosulullah) dan hadist yang doif(hadis yang di buat-buat).
DAFTAR RUJUKAN
Suryadilaga,
Al-fatih. Ulumulhadis Jakarta: kalimidia,2015
Nasir,
Jamal Abd. Ulumul Hadis malang: stain pamekasan, 2010
Hasbi,Teungku
Muhammad. Ulumul Hadis Semarang: Pustaka Rizki Putra,1999
[1] Al-fatih Suryadilaga, Ulumul Hadis (Jakarta:kalimidia,2015).
hlm.33-34
[2] Agus sholahudin, Ulumul
Hadis (Bandung: cv pustaka setia, 2013). hlm.87
[3] M.Solahuddin,ulumul hadis(Bandung:CV Pustaka setia,2013).
hlm.89-90
[4] Teungku Muhammad Hasbi,Ulumul hadis(Semarang:Pustaka rizki
putra, 1999).hlm .168
[5] .Teungku Muhammad Hasbi, Ulumul Hadis (Semarang: Pustaka Rizki
Putra,1999).hlm.168
[6]Solahuddin, ulumu hadis.hlm. 97-98
[7]Jamal Abd Nasr. Ulumul Hadis (malang: stain pamekasan,
2010).hlm.24
[8]M.Alfatih. Ulumul Hadis (Yongyakarta: klimedia,2015). Hlm. 36
[9] Ibid, hlm. 37
[10] Solahudin, ulumul hadis. hlm, 99
[11] solahudin. Ulmul Hadis. hlm.101-103
[12] Jamal. Ulumul Hadis.hlm.27
[13] M.Alfatih.ulumul Hadis. hlm. 38