Monday, 19 December 2016

SANAD, MATAN, DAN RAWI HADIST SANAD, MATAN, DAN RAWI HADIST


SANAD, MATAN, DAN RAWI HADIST


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diampu oleh Masyithah Magfirah Rizam, SS, M.P.D.


Oleh
NUR HASANAH
NIM.20160701010141




Description: Logo_STAIN_Pamekasan








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016


SANAD, MATAN, DAN RAWI HADIST


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diampu oleh Masyithah Magfirah Rizam, SS, M.P.D.


Oleh
Ummu salamah
Nim: 20160701010191



Description: Logo_STAIN_Pamekasan








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-quran senantiasa dibaca kaum muslimin tidak sekedar bacaan suci umat islam yang diyakini sebagai ibadah dan merupakan pedoman dan petunjuk hidup bagi orang-orangyang bertakwa. Tujuan hidup dengan menjadikan al-quran sebagai tujuan tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat dalam naungan ridha dan kasih sayang Allah.
Namun demikian, karena petunjuk hidup di dalam al-quran hamper sebagian besarnya bersifat mujmat (global) atau masih umum maka untuk menerapkannya secara praktis sangatlah menghajatkan penjelasan yang lebih operasional, terutama dari nabi Muhammad saw, selaku pembawa al-quran serta memiliki otoritas utama dalam hal ini. Penjelasan nabi berupa ucapan, perbuatan, maupun pertanyaan dan pengakuan, dengan demikian hadis nabi merupakan sumber ajaran islam[1].
Dari segi periwayatannya, hadis memang berbeda dengan al-quran semua periwayatannya ayat-ayat al-quran diyakini dan dapat di pastikan berlangsung secara mutawatir, sedangkan hadis ada yang mutawatir da nada juga yang ahad. Oleh karena itu, al-quran apabila dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan sebagai qottuy al-wurud, sedangkan hadis nabi dalam hal ini yang berkategori ahad, berkedudukan sebagai zhanni al-wurud. untuk mengetahui otensitas dan orisinalitas hadis semacam ini diperlukan penelitian matan maupun sanad. dari sini dapat dilihat bahwa selain rawi (orang yang meriwayatkan atau mengaluarkan hadis,) matan dan sanad merupakan tiga unsur terpenting dalam hadis nabi. secara stuktur, hadis terdiri dari tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai penutur), matan (redaksi hadis)dan mukharij (rawi).[2] 



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sanad, matan, dan rawi hadis ?
2.      Bagaimana kedudukan sanad dan matan hadis?
C.    Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan pengertian dari sanad, matan dan rawi hadis.
2.      Menjelaskan kedudukan sanad dan matan hadis


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sanad, Matan dan Rawi Hadis
a)    Sanad
Sanad secara bahasa berarti yaitu bagian dari bumi yang menonjol,sesuatuyang berada di hadapan anda dan yang  jauh dari kaki bukit ketika anda memandangnya. Bentuk jamaknya adalah segala sesuatu yang anda sandarkan kepada yang lain dikatakan Asnad fiil jabal maknanya “seseorang mendaki gunung “ dan dikatakan pula maknanya”seseorang menjadi tumpuan”
Adapun pengertian sanad menurut termenologi, para ahli hadis memberikan definisi yang beragam diantaranya; Rangkain para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Dan ada kalanya hafidz bertumpu kepada yang menyebutkan sakiad untuk mengetahui sahih atau dhaif suatu hadist.
Dapat dipertegas sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayatan) hadis. Sanad terdiri dari atas seluruh penutur, memulai orang yang mencatat hadis tersebut dalam bukunya ( kitab hadis ). Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.[3]
Sanad Menurut bahasa sandaran, tepat kita bersandaran maka surat hutang dinamai sanad. Dan berarti yang dapat dipegang, di percaya, kaki bukit, atau kaki gunung juga disebut sanad.
Menurut istilah sanad itu jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Kata sanad menurut bahasa adalah “sandaran “ atau sesuatu yang kita jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadis bersandar kepadanya sedangkan istilah yaitu cukup luassebagaimana yang di kembangkan para ulama.[4]
Sanad menurut kebahasaan sanad adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Sedangkan menurut istilah terdapati beberapa rumusan pengertian. Al-Badr bin jamaah dan at-tibbi menyatakan bahwa sanad adalah pemberitaan tentang munculnya suatu matan hadis.
Sanad ialah silsilah atau rentetan para perawi yang menuklirkan hadis dari sumbernya yang pertama. Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis kepada nabi muhammad.
Apabila seseorang  perawi berkata, dikhabarkan kepadaku oleh malik yang  menerinya dari nafi’ yang menerimanya dari Abdullah bin umar bahwa rosulullah bersabda “ maka perkataan perawai itu dikhobarkan kepadaku oleh malik hingga sampai kepada bersabda rasul SAW. Dinamai sanad tetapi kadang-kadang perkataan sanad, dimaksudkan isnad [5]
b)   Matan
Matan secara etimologi berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya, punggung jalan(muka jalan) tanah yang keras,  yang tinggi.
Matan kitab adalah yang bersifat komentar dan bukan tambahan-tambahan penjelasan, jam’nya muntun dan mitan.
Matan dalam ilmu hadis perkataan  yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw, yang disebut sesudah habis di sebutkan sanadnya.
Terkait dengan matan atau redaksi yang perlu dicermati hadis adalah:ujung sanad sebagai sumber redaksi apakah berujung pada nabi Muhammad atau bukan matan hadis itu hadis sendiri dalam hubungannya dengan hadis yang lan yang lebih kuat sanadnya(apakah ada yang melemahkan dan menguatkan)dan selanjutnya dengan ayat dalam al-qur’an (apakah ada yang bertolak belakang)[6]
Matan menurut bahasa adalah (tanah yang meninggi) sedangkan menurut istilah suatu kalimat tepat berakhirnya sanad ada juga redaksi yang lebih simple adalah ujung sanad (ghayah as-sanad) dari semua pengertian diatas menunjukkan bahwa yang dimaksudkan degan matan ialah materi atau lafadz hadis itu sendiri.[7]
Matan menurut bahasa berarti punggung jalan atau tanah yang keras dan tinggi matan kitab berarti bersifat komentar atau tambahan-tambahan, jamak dari matan adalah mutun yang di maksud matan dalam ilmu hadis ialah setelah sanad atau penghubung sanad, atau materi hadis contohnya: tsalatsun man kunna sampai pada: an yuqdzafa fi annar.[8]
c)    Rawi
Rawi adalah seorang yang pernah diterima dari seorang (guru) singkatnya rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitahukan hadis. Untuk sekedar lebih memberikan gambaran yang jelas tentang rawi harus dikembalikan kepada contoh hadis diatas ditemukan dalam shahih al-bkhori diriwayatkan oleh beberapa rawi yakni:
a.       Anas: sebagai rawi pertama
b.      Abu qilabah: sebagia rawi kedua
c.       Ayyud; sebagai rawi ketiga
d.      abdulWahhab ats-tsaqafi: sebagai rawi keempat
e.       Muhammad bin al\-mutsanna: sebagai rawi kelima
f.       Al-bkhori: sebagai rawi keennam atau terakhir[9]
Kata raawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadis (naqil Al-hadis). Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap thabaqoh atau tingkatannyajuga di sebut rawi. Jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadis begitu juga setiap rawi pada thabiqohnya merupakan sanad dari thabaqohnya.
1.      Dalam hal pembukuan hadis. Orang yang menerima hadis kemudian yang himpunanya hanya satu kitab tanwin itu disebut dengan rawi dan rawi juga bisa dapat disebut mudawwin (orang yang sanad hadis
2.      Dalam penyebutan silsilah hadis, untuk sanad yang di sebut sanad pertam adalah orang yang paling langsung menyampaikan hadis tersebut kepada perawinya. Sedangkan rawi pertama adalah para sahabat rosul saw. Rawi pertama, adalah sanad terakhir, dan sanad pertama. Rawi berarti orang yang meriwayatkan hadist antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. rauli adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadist. membedakan rawi dan sanad terletak pada pembukuan atau pentakwilan hadist. dan menjadi jelas dapat membedakan antara sanad rawi dan matan sebagaimana yang di uraikan ada baiknya melihat  contoh hadistnya.[10]
B.  Kedudukan sanad dan matan Hadis
kedudukan sanad dalam hadi yan diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwatkannya.
dengan sanad suatu periwayattan hadis, dapat diketahui hadis yang diterima atau ditolak dan hadis yang sohih atau tidak sohih untuk diamalkan. sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum islam.
para ahli hadis sangatberhati hati dalam menerima atau meriwayatkan hadis kecuali apabila mengetahui dari siapa perawi hadis tersebut tersebut menerima hadis tersebut dan sumber yang disebutkan benar-benar dapat dipercaya. pada umumnya, riwayah dari golongan sahabat tidak disyariatkanuntuk diterima periwayatkannya. akan tetapi, merekapun sangat hati-hati  dalam menerima hadis.
pada masa Abu Bakar r.a dan Umur r.a periwayatan hadis diawali secara hati-hati dan suatu hadis tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh seorang llain.
Ali Bin Abu Thalib tidak mmenerima hadis sebelum orang yang meriwayatkan disumpah.
Meminta seorang saksi kepada perawi bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan untuk menguatkan hati dalam menerima hadis jika dipandang tak perlu meminta saksi atau sumpah para perwi, merekapun meneria periwayatannya.
adapun meminta seorang saksi  atau penyuruh perawi bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, dan tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum tentang diterimanya atau tidaknya periwayatan hadis adalah adanya kepercayaan penuh kepada perawi jika sewaktu-waktu ragu tentang periwatannya.barulah didatangkan saksi atau keterangan.[11]
             Pada Masa sahabat terhadap sanad yaitu dengan menghafal sanad-sanad itu dengan menghafal sanad-sanad itu dan mereka mempunyai daya kuat yang luar biasa. memperhatikan sanad riwayat adalah suatu keistiwaan dari ketentuan –ketentuan umat islam, permulaan ulama yang menyusun kitab riwayat ringkas para sahabat ialah Al-bukhari (256)kemudian usaha itu dilaksanakan oleh Muhammad ibnu saad. sesudah itu terdapat beberapa ahli lagi diantaranya Ibnu Barr(463H) kitabnya bernama Al-Istiap[12].
            Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam beberapa hadis ialah ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada nabi Muhammad atau bukan matan hadis itu sendiri dalam hubungannya dengan hadis hadis lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau mengatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al-qur’an (apakah ada yang bertolak belakang) matan hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan kandungan syari’at islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragam.[13]
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Dari uraian di atas dapat menyimpulakan bahwa sanad adalah sandaran tempat kita kita bersandar maka surat hutang dinamai sanad, baik menurut istilah yaitu jalan yang menyampian kepda matan hadis
     Matan dalam ilmu hadis adalah perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw/rawi seseorang yang pernah diterima dari seorang guru singkatnya rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitahukan hadis.
       Kedudukan dsanad dan matan hadis yang diriwayatkan dengan sanad suatu periwayatan hadis. dan dapat diketahui hadis diterima atau tidak dan hadis yang shahi atau tudak shahi untuk diamalkan.
B.      Saran
                   Pembaca diharapkan memahami sanad, matan, dan rawi hadist, Agar pembaca dapat membedakan hadist yang shohih(yang benar-benar dari rosulullah) dan hadist yang doif(hadis yang di buat-buat).
















DAFTAR RUJUKAN

Suryadilaga, Al-fatih. Ulumulhadis Jakarta: kalimidia,2015
Nasir, Jamal Abd. Ulumul Hadis malang: stain pamekasan, 2010
Hasbi,Teungku Muhammad. Ulumul Hadis Semarang: Pustaka Rizki Putra,1999



[1] Al-fatih Suryadilaga, Ulumul Hadis (Jakarta:kalimidia,2015). hlm.33-34
[2] Agus  sholahudin, Ulumul Hadis (Bandung: cv pustaka setia, 2013). hlm.87
[3] M.Solahuddin,ulumul hadis(Bandung:CV Pustaka setia,2013). hlm.89-90
[4] Teungku Muhammad Hasbi,Ulumul hadis(Semarang:Pustaka rizki putra, 1999).hlm .168
[5] .Teungku Muhammad Hasbi, Ulumul Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra,1999).hlm.168
[6]Solahuddin, ulumu hadis.hlm. 97-98
[7]Jamal Abd Nasr. Ulumul Hadis (malang: stain pamekasan, 2010).hlm.24
[8]M.Alfatih. Ulumul Hadis (Yongyakarta: klimedia,2015). Hlm. 36
[9] Ibid,  hlm. 37
[10] Solahudin, ulumul hadis. hlm, 99
[11] solahudin. Ulmul Hadis. hlm.101-103
[12] Jamal. Ulumul Hadis.hlm.27
[13] M.Alfatih.ulumul Hadis. hlm. 38