SISTEM EKONOMI INDONESIA DALAM
PERSPEKTIF SOSIOLOGI
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Sosiologi
Dosen Pengampu : Hendri Masduki,S.Sos., M.Si.
Oleh:
FAKULTAS
ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM
STUDI ILMU ADMINITRASI NEGARA
UNIVERSITAS
MADURA
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur
alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini, kendatipun sangat terbatas sekali.
Salawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengubah tatanan kehidupan saya dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan yang
penuh dengan tarbiyah, addiniyah dan insaniyah.
Berkat
uluran tangan rahmat Allah SWT dan seluruh kapasitas intelektual yang ada saya dapat menyusun
makalah ini dan hal ini saya susun untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu.
Dengan
penuh kesadaran bahwa setiap insan tidak luput dari salah, maka dari itu
penulis sangat terbuka dan membuka kritik konstruktif dari pembaca sekalian
demi baiknya tugas selanjutnya.
\
Pamekasan, 30 Okteber 2017
Penyusun
DAFRAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................ .... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
- Latar Belakang ........................................................................................ 1
- Rumusan Masalah........................................................................................... 2
- Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...................................................... .... 3
- Tujuan Pemberdayaan dan Penguatan Masyarakat........................................ 7
- Pendekatan Pemberdayaan dan Penguatan Masyarakat............................... 7
- Implementasi Program Pemberdayaan Dan
Penguatan Masyarakat ........... 10
BAB III PENUTUP............................................................................................... 16
- Kesimpulan …………………………………………………….................. 16
- Saran ...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Motif adalah rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku dan
merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Sedangkan motivasi
adalh energy aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri
seseorang yang Nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga
mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya
tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Dalam motif,
pada umumnya terdapat dua unsure pokok, yaitu kebutuhan dan tujuan. Proses
interaksi timbale balik antara kedua unsure ini terjadi dalam tubuh manusia,
walaupun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari luar diri manusia. Karena itu,
bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu singkat. Dan setiap tingkah
laku manusia adalah hasil dari hubungan timbal balik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian motif dan motivasi?
2. Apa saja jeni-jenis motif?
3. Apa pengertian konflik dan frustasi?
4. Apa saja jenis-jenis konflik dan frustasi?
5. Apa factor yang mempengaruhi konflik dan frustasi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian motif dan motivasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis motif
3. Untuk mengetahui pengertian konflik dan frustasi
4. Untuk mengetahui
jenis-jenis konflik dan frustasi
5. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi konflik dan frustasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MOTIF DAN MOTIVASI
Motif berasal dari bahsa latin movere
yang berarti bergerak atau to move (Branca, 1964). Karena itu motif
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang mendorong
untukl berbuat atau merupakan driving force. Motif sebagai pendorong
pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait dengan
factor-faktor lain.[1]
Ada beberapa pendapat mengenai
pengertian motif. Sherif & sherif, menyebut motif sebagai suatu istilah
genetic yang meliputi semua factor internal yang mengarahpada berbagai jenis
perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan, dorongan dan
keinginan, aspirasi,dan selera social, yang bersumber dari fungsi-fungsi
tersebut. Giddens mengartikan motif sebagai implus atau dorongan yang memberi
energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif atau perilaku kearah
pemuasan kebutuhan. Menurut Giddens, motif tak harus dipersepsikan secara
sadar. Ia lebih merupakan suatu “keadaan perasaan”. Secara singkat, Nasution
menjelaskan bahwa motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.[2]
Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut
motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku kearah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
motivasi itu mempunyai 3 aspek, yaitu
1.
Keadaan yang terdorong
dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan bergerak karena
kebutuhan misalnyakebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena
keadaan mental seperti berpikir dan ingatan
2.
Perilaku yang timbul dan
terarah karena keadaan ini
3.
Goal atau tujuan yang
dituju oleh perilaku tersebut.
B. JENIS-JENIS MOTIF
Dalam masalah motif terdapat adanya
bermacam-macam motif, namun ternyata pendapat ahli yang satu dapat berbeda
dengan pendapat ahli yang lain. Disamping itu ada ahli yang menekankan pada
sesuatu macam motif, tetapi juga ada ahli yang menekankan pada macam motif yang
lain. Namun demikian para ahli pada umumnya sependapat bahwa ada motif yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme, yaitu yang disebut sebagai motif
biologis atau sebagai kebutuhan fisiologis.
1.
Motif fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis pada
umumnya berakar pada keadaan jasmani, contoh dorongan untuk makan, dorongan
untuk minum, dorongan untuk mendapatkan udara segar. Dorongan-dorongan tersebut
adalah berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya
sebagai makhluk hidup. Karena itu motif ini juga sering disebut motif dasar (basic
motives) atau motif primer (primary motives), karena motif atau
dorongan ini berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa motif itu timbul apabila adanya kebutuhan yang
diperlukan. Apabila ada kebutuhan, maka hal ini memicu organisme untuk bertindak atau berperilaku untuk
memperoleh kebutuhan yang diperlukan.
2.
Motif sosial
Motif sosial merupakan motif yang
kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia.
Dikatakan social karena motif ini dipelajari dalam kelompok sosial. Memahami
motif sosial merupakan hal yang penting untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku individu dan kelompok.
3.
Motif eksplorasi,
kompetensi, dan aktualisasi diri
a.
Motif eksplorasi
Motif eksplorasi adalah motif ingin
tahu. Pada dasarnya manusia terdorong ingin mengetahui tentang segala sesuatu
yang ada di sekitarnya, disamping itu adanya motif untuk mendapatkan perubahan
dari stimulasi sensoris. Menurut Woodworth dan Marquis (1957) motif eksplorasi
terdapat adanya bermacam-macam motif yaitu, motif yang berkaitan dengan
kebutuhan organis, motif darurat (emergence motive), dan motif objektif
dan minat (interest).
b.
Motif kompetensi
Motif kompetensi ini adalah
berkaitan dengan motif intrinsic, yaitu kebutuhan seseorang untuk kompetensi
dan menentukan sendiri dalam kaitan dengan lingkungannya. Disebut intrinsic
karena tujuannya ialah perasaan internal mengenaikompetensi dan self-determinasi.
Motif kompetensi yang bersifat intrinsic merupakan hal yang sangat penting
karena ini merupakan motivator yang sangat kuat dari perilaku manusia yang
dapat digunakan untuk membuat seseorang lebih produktif.
c.
Motif aktualisasi diri (self-actualization)
Motif aktualisasi diri merupakan motif
yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasi potensi
yang ada pada diri individu. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan
kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.
Kebutuhan yang tertinggi ialah kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan akan
penghargaan, kebutuhan kasih saying, kebutuhan rasa aman, kebutuhan fisiologis.
C. PENGERTIAN KONFLIK
DAN FRUSTASI
Konflik berasal dari kata kerja latin convigere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Luthas konflik adalah konsekuensi dari respon seseorang pada apa
yang ia persepsikan mengenai situasi atau perilaku dari orang lain Konflik merupakan salah satu gejala
psikologis yang umumnya menggiring individu pada suasana kurang menguntungkan
terutama jika tidak mengatasinya. Peristiwa ini dapat dialami semua orang baik
orang tua maupun muda.[3]
Sedangkan frustasi berasal dari bahasa latin frustration, yaitu
perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustasi adalah suatu keadaan
kecewa dalam diri individu yang
disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau tujuan. Frustasi dapat
berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang
mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri
seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi social yang
menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari
frustasisaat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi
satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustasimencakup kondisi-kondisi di
luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung
mendapatkan jodoh.
D. JENIS KONFLIK DAN FRUSTASI
Jenis konflik dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Konflik mendekat-mendekat (Approach-approach
conflict)
Jenis konflik ini terjadi ketika seseorang menghadapi dua pilihan atau
lebih sama kuat yang disukai atau besifat positif bagi dirinya. Misalnya ketika
seseorang mendaftar ke 2 sekolah yang dia inginkan, dan ternyata dia diterima
di kedua sekolah, dia sangat bingung dan pada saat itulah terjadi konflik
mendekat-mendekat.
2.
Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-avoidance
conflict)
Jenis konflik ini terjadi ketika seseorang dihadapkan pada dua keadaan atau
lebih yang semuanya tidak disukai atau memiliki konsekuensi negatif bagi
dirinya. Misalnya ketika seseorang yang kesiangan sekolah dia disuruh memilih
apakah mau melaksanakan hukuman atau tidak masuk kelas. Keduanya adalah pilihan
yang buruk bagi seseorang itu, dia harus berpikir mencari keputusan.
3.
Konflik mendekat-menjauh (Approach-avoidance
conflict)
Jenis konflik ini sulit dipecahkan karena terjadi ketika seseorang
dihadapkan pada suatu keadaan yang mengandung baik atau positif maupun negatif
sekaligus. Misalnya, seorang peserta didik yang baru lulus SMA dengan bakat dan
cita-cita pada seni dituntun orang tuanya untuk melanjutkan ke jenjang kuliah
disalah satu jurusan atau program studi pendidikan yang menurut orang tuanya sangat
menunjang bagi masa depannya. Bagi peserta didik ini tuntutan orang tuanya bisa
menjadi sumber konflik mendekat-menjauh. Jadi, jika dia menuruti kemauan orang
tuanya dia akan mendapatkan masa depan yang cerah, ini merupakan konsekuensi
positif. Tetapi juga memunculkan dilema negatif karena peserta didik berbakat
pada bidang seni dan mempunyai keinginan kuat melanjutkan dibidang tersebut.
Artinya potensi dan harapannya terkubur.
Jenis-jenis frustasi dapat
digolongkan sebagai berikut:[4]
1.
Frustasi lingkungan
Frustasi yang disebabkan oleh halangan/rintangan yang
terdapat dalam lingkungan.
2.
Frustasi pribadi
Frustasi yang tumbuh dari ketidakpuasan seseorang dalam
mencapai tujuan dengan perkataan lain frustasi pribadi ini terjadi karena
adanya perbedaan antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan kemampuannya.
3.
Frustasi konflik
Frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai
motif dalam diri seseorang, dengan adanya motif saling bertentangan, maka
pemuasan dari salah satu motif akan menyebabkan frustasi bagi motif yang lain.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONFLIK
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi konflik,
diantaranya sebagai berikut:
a.
Sikap (attitudes)
Banyak
orang memandang konflik sebagai sesuatu yang buruk dan destruktif, jadi mereka
menghindari segala upaya yang berhubungan dengan menghadapi situasi konflik.
Namun konflik tidak dapat diselesaikan kecuali konflik tersebut diketahui oleh
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
b.
Persepsi (perception)
Persepsi
yaitu proses pengenalan arti dari apa yang kita lihat atau dengar, merupakan
inti dalam menentukan dan mempengaruhi konflik. Persepsi merupakan hal yang
penting karena orang memberi respon satu dengan yang lainnya dalam hal
bagaimana mereka mengevaluasi suatu situasi. Kesalahan persepsi dapat
meningkatkan situasi yang tidak membahayakan konflik atau mengganggu resolusi
dari konflik.
c.
Ketidakseimbangan kendali atau kekuatan
(Control or Power Imbalance)
Faktor
lain yang mempengaruhi konflik adalah tingkat dimana individu merasa diri
mereka kehilangan kendali atas situasi,
dan dengan demikian menyebabkan suatu ketidakseimbangan.
d.
Kepentingan hasil (Outcome Importance)
Kepentingan
hasil yaitu tingkat dimana kita kehilangan kontrol atas masalah-masalah yang
penting bagi kita dalam menentukan apakah konflik akan muncul.
Robbin dan Judge menyebutkan tiga faktor yang
mempengaruhi konflik interpersonal yaitu:
a.
Komunikasi
Komunikasi
dapat menjadi sumber konflik. Komunikasi memiliki kekuatan yang bertentangan,
kesulitan dan kesalahpahaman. Komunikasi yang terlalu banyak atau terlalu
sedikit dapat menjadi dasar terjadinya konflik.
b.
Struktur
Struktur
berkaitan dengan peran an tugas-tugas individu yang berhubungan dengan orang
lain. Tugas masing-masing pihak yang dapat dijelaskan dengan baik akan
mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat konstruktif. Sedangkan tugas
yang tidak dapat dijelaskan dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat destruktif.
c.
Variabel pribadi
Variabel
pribadi meliputi kepribadian, emosi dan nilai-nilai. Kepribadian yang keras
kepala, emosi dan pencemas lebih sering terlibat cekcok dan bereaksi buruk
ketika konflik terjadi.
Faktor-faktor
yang menyebabkan frustasi, yaitu:
a.
Hilangnya kepercayaan dengan tuhan
Apabila kepercayaan itu hilang didalam hati
seseorang, maka hal yang pertama ditemui orang itu adalah kegelisahan hidupnya.
Dia khawatir hal buruk akan terjadi di masa depan kehidupannya, sehingga
membuat dia ragu dalam melakukan hal baik yang ingin dilakukannya. Dia takut
tidak adanya kesempatan lagi untuk berbuat baik terhadap dirinya sendiri.
Dampaknya dia putus asa dengan keadaan hidupnya sendiri dan tidak menyadari
bahwa “tuhan” itu “maha pemaaf” lagi “maha penyayang” setiap hambanya.
b.
Tidak ada ilmu pengetahuan tentang hidup
Ilmu pengetahuan tentang kehidupan itu adalah
ilmu yang paling penting diantara semua ilmu yang ada. Apabila seseorang tidak
mempunyai ilmu ini, maka dia akan mudah mengalami kegundahan, kesedihan,
kegelisahan yang panjang dalam kehidupannya, sulit untuk kembali bangkit
apabila dia jatuh. Cobaan-cobaan dalam kehidupan seseorang yang tidak mempunyai
ilmu ini akan membuatnya merasa sangat berat untuk menjalaninya yang bisa
berakibat orang tersebut putus asa.
c.
Terlalu banyak tekanan/masalah hidup
Tuntutan pendidikan yang tinggi, tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan, serta tuntutan dari keluarga terkadang hal itu bisa dengan
mudah membuat orang stress. Tekanan yang sangat intens itu akan mempengaruhi
orang yang lemah psikologisnya. Pikirannya tidak akan sanggup untuk menerima
semua yang terjadi, sehingga semua masalah itu akan menjadi beban didalam
pikirannya tersebut. Akibatnya kefrustasianlah yang terjadi.
d.
Berada di lingkungan yang tidak memotivasi
Lingkungan yang tidak mendukung seseorang untuk
berkembang dalam kehidupannya, akan membuat seseorang akan mkudah mengalami
kefrustasian. Karena setiap orang pasti butuh support apabila dia ada mengalami
kegagalan dan masalah yang tidak dapat dia selesaikan sendiri. Misalnya, orang
yang sedang patah hati, kalau dia tidak berada dalam lingkungan yang dapat
memotivasinya untuk move on, maka akan sulit untuk dia bangkit dalam
keterpurukannya itu. Akibatnya dia frustasi dengan keadaannya tersebut, yang
bisa membuat dia melakukan hal yang gila.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Motif
berasal dari bahsa latin movere yang berarti bergerak atau to move (Branca,
1964). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organism
yang mendorong untuk berbuat. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu
atau organism yang mendorong perilaku kearah tujuan. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3 aspek yaitu:
1.
Keadaan yang terdorong
dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan bergerak karena
kebutuhan misalnyakebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena
keadaan mental seperti berpikir dan ingatan
2.
Perilaku yang timbul dan
terarah karena keadaan ini
3.
Goal atau tujuan yang
dituju oleh perilaku tersebut.
B.
SARAN
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa apa yang kami tulis masih banyak
terjadi kesalahan-kesalahan, baik dari segi isi (materi) dan sistematika
penulisan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan pemikiran yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaan makalah ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan
yang dapat bermanfaat untuk setiap orang yang membacanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Walgito, Bimo. Pengantar psikologi. Yogyakarta: Andi offset, 2010
Masruroh, Waqiatul. Pengantar Psikologi. Pamekasan: STAIN Pamekasan press, 2009
Santoso, Slamet. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: refikaaditama,2010
Fauzi, Ahmad. psikologi umum. Jakarta: Kencana Prenada, 2011
[1] Bimowalgito, Pengantarpsikologi
(Yogyakarta: Andi offset, 2010) hlm. 240
[2] Waqiatulmasruroh, Pengantarpsikologi
(Pamekasan: STAIN Pamekasan press, 2009) hlm. 76
[3] Slametsantoso, teori-teoripsikologisosial
(Bandung: refikaaditama,2010) hlm.79
[4]
Ahmadfauzi, psikologiumum (Jakarta: Kencana Prenada, 2011) hlm. 41