Thursday, 21 March 2019

pengertian dari prosa fiksi


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
            Prosa fiksi  berasal dari kata fictio yang berarti pembentukan, angan-angan, khayalan. Menurut Moeliono dkk, berarti : cerita rekaan (cerpen, roman, novel). Menurut Eddy (1991:49) mendefinisikan sebagai cerita yang direka (dikarang berdasar fantasia tau imajinasi). Menurut Chamidah dkk (1986), prosa fiksi merupakan cerita hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, serta penilaiyan tentang peristiwa yang berlangsung dalam hayal pengarang saja. Menurut M Saleh dan anton  “dalam soedjijono, 1984:64), yang dimkasud dengan prosa fiksi ialah (bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, kelakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan  oleh daya khayal atau imajinasi”
Berdasarkan  penjelasan – penjelasan diatas, tidaklah jauh berhubungan dengan cerita pendek. Bahkan juga cerita pendek telah berada dalam bentuk prosa fiksi. Oleh karena itu, Prosa Fiksi menjadi salah satu hal yang kami anggap perlu di kaji. Dengan harapan dapat memotifasi serta menambah pengetahuan kita secara aplikatif dari materi Prosa Fiksi ini.

B.        Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari prosa fiksi ?
2.      Apa saja jenis-jenis prosa fiksi ?
3.      Apa saja ciri-ciri dari prosa fiksi?

C.        Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini seperti halnya dalam rumusan masalah di atas yaitu :
1.    Untuk mengetahui pengertian dari prosa fiksi.
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis prosa fiksi.
3.    Untuk mengetahui ciri-ciri dari prosa fiksi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Prosa Fiksi
            Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Karya sastra fiksi atau biasa disebut cerita rekaan, merupakan salah satu jenis karya sastra yang beragam prosa.
Adapun pengertian prosa fiksi menurut Aminuddin dalam Djuanda dan Iswara (2006: 158) adalah “kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasilimajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita”.

B.     Jenis-jenis Prosa Fiksi
1.      Prosa Modern
Yang termasuk kedalam prosa modern yaitu :
a.       Cerita pendek/cerpen, adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.
b.      Novel, adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.
c.       Cerita anak, adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun.
d.      Novel remaja (chicklit dan teenlit), adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja.
2.      Prosa lama
Yang termasuk kedalam prosa lama yaitu :
a.       Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
b.      Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatna g yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.
c.       Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
d.      Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.
e.       Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
f.       Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
g.      Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.

C.    Ciri-ciri Prosa Fiksi
Ciri-ciri prosa dari fiksi yaitu sebagai berikut :
1.      Bersifat fiksi/rekaan
2.      Menyerupai kenyataan
3.      Bentuk karangan biasanya narasi
4.      Memiliki tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pesan/ajaran
5.      Memiliki fungsi menghibur, kejiwaan, dan menyampaikan nilai-nilai kebenaran.

D.    Pendekatan dalam Apresiasi Prosa Fiksi
1.      Pendekatan Parafratis
            Menurut Aminuddin dalam Djuanda dan Iswara (2006 : 171) “Pendekatan parafratis adalah strategi pemahaman kandungan karya sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda yang digunakan pengarangnya”.
Dengan kata lain pendekatan ini memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mere-kreasikan hasil membacanya dalam bentuk tulisan dengan kata-kata sendiri.
Menurut Djuanda dan Iswara (2006) ada beberapa prinsip dasar penerapan pendekatan parafrasit ialah bahwa “(1) gagasan yang sama dapat disampaikan melalui bentuk yang berbeda, (2) aimbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu karya sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna, (3) kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra yang mengalami pelepasan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya, (4) pengubahan suatu cipta sastra baik dalam hal kata maupun kalimatyang semula simbolik dan elipsis menjadi bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan mempermudah upaya seseorang memahami makna dalam bacaan, dan (5) pengungkapan kembali suatu gagasan yang sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman yang diperoleh pembaca. Oleh karena itu pendekan parafratis dapat digunakan diawal apresiasi dan diakhir apresiasi, sebagai bentuk rekreasi dari pemahaman yang sudah dibacaanya”.
2.      Pendekatan Emotif dan Mengapresiasikan Sastra
            Aminudin (2002) mengemukakan pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah “suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang merangsang emosi perasaan pembaca.  Rangsangan emosi tersebut dapat berupa keindahan bentuk maupun emosi yang berhubungan dengan isi gagasan, alur, atau penokohan”.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah pandangan bahwa ciptasastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir dihadapan masyarakat pembacanya,sehingga mampu memberikan kesenangan atau kepuasan kepada pembacanya. Dengan menerapkan pendekatan ini pembaca diharapkan dapat tergugah emosinya melalui karya sastra.
3.      Pendekatan Analistis dalam mengapresiasikan sastra
            Pendekatan analistis menurut Amanuddin (2002:44) adalah “pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang, menampilkan gagasan dan mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam membangun totalitas bentuk dan totalitas makna”.
Penerapan pendekatan analistis dalam apresiasi prosa fiksi, akan menolong pembaca dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsik prosa fiksi yang dibacanya. Dari pemahaman analistis semacam ini, terutama untuk siswa, akan dapat dimanfaatkan sebagai pengetahuan dan pemahaman ketika mereka harus membuat karangan fiksi.
Prinsip dasar pendekatan analistis ialah : (1) karya sastra itu dibedakan oleh unsur-unsur / elemen-elemen, (2) setiap unsur itu mempunyai fungsinya sendiri-sendiri dan mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lainnya meskipun karakteristiknya masing-masing, dan (3) dari adanya ciri karakteristik setiap unsur itu, maka antara elemen yang satu dengn yang lainny, pada awalnya dapat dibahas secara terpisah meskipun makhirnya setiap elemen itu merupakan satu kesatua. (Aminuddin,2002).
4.      Pendekatan Historis dalam Mengapresiasikan Sastra
            Pendekatan historis adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang, peristiwa kesejarahan yang melatar belakangi masa-masa terwujudnya karya sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra sendiri pada umunya dari zaman ke zaman.
5.      Pendekatan Sosiopsikologis dalam Mengapresiasikan sastra
            Pendekatan sosiopsikologis adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra diwujudkan.
6.      Pendekatan Didaktis dalam Mengapresiasikan Sastra
            Pendekatan didaktis adalah pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai moral yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Prosa adalah Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Karya sastra fiksi atau biasa disebut cerita rekaan, merupakan salah satu jenis karya sastra yang beragam prosa.
2.      Adapun jenis-jenis prosa modern dan prosa lama
3.      Ciri-ciri Prosa Fiksi
Ciri-ciri prosa dari fiksi yaitu sebagai berikut :
a.       Bersifat fiksi/rekaan
b.      Menyerupai kenyataan
c.       Bentuk karangan biasanya narasi
d.      Memiliki tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pesan/ajaran
e.       Memiliki fungsi menghibur, kejiwaan, dan menyampaikan nilai-nilai kebenaran.

B.     Saran
            Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa calon pendidik mampu menguasai materi pada kali ini,  agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.







DAFTAR PUSTAKA
Luxemburg, B. M., Westeinjn. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: P.T. Gramedia. Nurgiyantoro, B. 1998. Transformasi Unsur Pewayangan dalam Fiksi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Nurgiyantoro, B. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Pradopo, R. D. 1995. Beberapa Teori sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adicita Karya Nusa. Soeratno, S. C. 2001. Pengkajian sastra dari Sisi Pembaca: Satupem bicaraan Metodologi. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Suakade, M. 1993. Pembinaan Kritik sastra Indonesia Masalah Sistematika
Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa. Sugihastuti, S. 2005. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo, J. dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Suwondo, T. 2003. Studi Sastra: Beberapa Alternatif. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya.