Monday, 9 March 2015

Contoh Makalah Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan zaman itulah yang harus diterima dengan cara memfilter apa yang seharusnya dipilih untuk maslahah bersama.

Belakangan ini banyak ditemukan pendidikan yang bobrok, realita ini banyak ditemukan di wilayah kota-kota besar. Memang dalam keilmuan non agama bisa dikatakan unggul, akan tetapi nilai spiritual yang ada sangatlah tidak cocok bila dikatakan sebagai seorang muslim.

Pendidikan Islam adalah salah satu cara untuk merubah pola hidup mereka. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah pendidikan Islam itu seperti apa.
Akankah pendidikan merupakan jalan keluar dari permasalahan ini.

Melihat kenyataan bahwa Pendidikan Islam merupakan disiplin ilmu, maka asumsi bahwa pendidikan Islam dapat merubah hal itu bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Tetapi yang menjadi pertanyaan lagi adalah mengapa pendididkan Islam sebagai disipin ilmu. Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini akan dijelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Apa Pengertian pendidikan islam ?
Bagaimana Perbedaan pendidikan dan pendidikan islam ?

 
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam[1]


Ilmu Pendidikan Islam Ilmu Pengetahuan Perbedaan dengan Ilmu pengetahuan yang lain penggongan-penggolongan suatu masalah dan pembahasan masalah demi masalah di dalam pendidikan. pendidikan Islam memerlukan beberapa metodologi pengembangan, antara lain:
test, pendidik memberikan test kepada anak didiknya untuk mengetahui perkembangan anak didik


Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.

Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah
suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode
dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan
kandungan pendidikan tersebut.

Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di
dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk
manusia saja.

Selama ini buku-buku ilmu pendidikan islam telah memperkenalkan paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan islam yaitu, al-tarbiyah, al-ta�lim dan al ta�dib. Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunah secara mendalam dan komperhensif sesungguhnya selain tiga kata tersebut masih terdapat kata-kata lain tersebut, yaitu al-tazkiyah, al-muwa�idzah, al-tafaqqu, al-tilawah, al-tahzib, al-irsyad, al-tafakkur, al-ta�aqqul dan al-tadabbur. Deskripsi selengkapnya terhadap kata-kata tersebut dapat dikemukakan sebagi berikut.


1. AL-Tarbiyah

Kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba atau rabaa didalam al-Quran disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan dengan alam jagat raya (bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbu-tumbuhan, binatang, gunung, laut dan sebagainya), dengan manusia seperti pada kata rabbuna(Tuhan kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka semua),rabbiy (Tuhan-ku). Karena demikian lausnya pengertian al-tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquid al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata al-tarbiyah dengan arti pendidikan. Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan fitrah yang memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial diatas itu hanya manusia. Untuk itu Naquid al-Attas lebih memilih kata al-ta�dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk adti pendidikan, dan bukan kata al-tarbiyah.


2. Al-Ta�lim

Kata al-ta�lim atau asal katanya, yaitu �allam, yu�allimu, ta�liman dijumpai dalam hadis sebagai berikut.

�Pengetahuan adalah kehidupan islam dan pilar islam, dan barang siappa yang mengajarkan ilmu Allah akan menyempurnakan pahala baginya, dan barang siapa yang mengajarkan ilmu dan ia mengamalkan ilmu yang diajarkan itu, maka Allah akan mengajarkan kepadanya sesuatu yang belum ia ketahui.� (HR. Abu Syaikh)[2]

Didalam hadis tersebut kata ta�lim dihubngkan dengan mengajarkan ilmu kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut akan mendapatkan pahala dari Tuhan. Kata al-ta�lim dalam arti pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat nonformal, sepeti majelis taklim. Kata al-ta�limdalam pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang paling dahulu digunakan daripada kata al-tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengajaran pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dirumah Al-Aqram di mekkah, dapat juga disebut majelis al-ta�lim.
3. Al-Ta�dib

Kata al-ta�dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta�diban yang dapat berarti education (pendidikan), discipline (disiplin), punishment(peringatan atau hukuman) dan chastisement (hukuman-penyucian). kataal-ta�dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika.[3]

Kata al-ta�dib dalam arti pendidikan sebagaimana disinggung di atas, ialah kata yang dipilih oleh Naquid al-Attas. Dalam hubungan ini ia mengartikan al-ta�dib sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangssur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tenpat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.

4. Al-Tahdzib

Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula beradab sopan.[4]

Dari berbagai pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan kataal-tahzib terkait dengan perbaikan mental sepiritual, moral dan akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar manjadi akhlak mulia. Berbagai kegiatan tersebut termasuk dalam bidang kegiatan pendidikan. Itulah sebabnya, kata al-tahzib juga berati pendidikan.
5. Al-Wa�dz atau Al-Mau�idzah

Al-wa�dz berasal dari kata wa�aza yang berarti to preach (mengajar),conscience (kata hati, suara hati, hati nurani), to admonish(memperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak), dan to warn(memperingatkan). 6 inti al-wa�dz atau al-mau�idzah adalah pendidikan dengan car memberikan penyandaran dan pencerahan batin, agar timbul kesadaran untuk berubah menjadi orang yang baik.
6. Al-Riyadhah

Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti to tame(menjinakan), domesticate (menjinakan), to break in (mendobrak atau membongkar), train (latihan), to train (melatih), coach (melatih), to pacify(menenangkan atau menenteamkan), placate (mendamaikan, menentramkan), to practice (memperagakan), exercise (melatih), regulate(mengatur), to seek to make tractable ( menemukan untuk membuat mudah dikerjakan), dan try to bring round (mencoba membawa keliling).[5] dalam pendidikan, kata al-riyadhah diartikan mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia. Didalam Al-Quran maupun as-Sunah kata al-riyadhah secara eksplisit tidak dijumpai, namun inti dan hakikat al-riyadhah dalam arti mendidik atau melatih mental spiritual agar senantiasa mematuhi ajaran Allah SWT amat banyak dijumpai.
7. Al-Tazkiyah

Al-tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzakki-tazkiyatan yang berartipurification (pemurnian atau pembersihan), chastening (kesucian dan kemurnian), pronouncement of (pengumuman atau pernyataan), integrity of a witness (pengesahan atau kesaksian), honorable record (catatan yang dapat dipercaya dan dihormati).[6] dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-tazkiyah ternyata juga digunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual dan akhlak mulia.
8. Al-Talqin

Kata al-talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqina yang dapat berarti pengajaran atau mengajarkan, dan dapat berarti pula insruction (perintah atau anjuran), direction (pengarahan), dictation (pengimlaan atau perintah), dictate (mendikte atau memerintah), inspiration (ilham, inspirasi), insinuation (sindiran atua tuduhan tidak langsung), suggestion(dorongan), suborning of witness (pengimlaan atau perintah).[7] dari sekian kata tersebut terlihat bahwa kata talqin juga digunakan untuk arti pengajaran. Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-talqin ternyata digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran yang diberlakukan tidak hanya kepada orang yang masih hidup melainkan kepada orang sudah meninggal.
9. Al-Tadris

Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang dapat berarti teaching (pengajaran atau mengajarkan), instruction (perintah),tution (kuliah, uang kuliah). Selain kata al-tadris juga berarti baqa� atsaruha wa baqa al-atsar yaqtadli inmihauhu fi nafsihi, yang artinya sesuatu yang pengaruhnya membekas dan sesuatu yang pengaruhnya membekas menghendaki adanya perubahan pada diri seseorang. intinya kata al-tadris berarti pengajaran, yakni, menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.
10. Al-Tafaqquh

Kata al-tafaqquh berasal dari kata tafaqqaha yatafaqqohu tafaqquhanyang berarti mengerti dan memahami. Selanjutnya Ar-Raghib al-Asfaniy mengartikan kata tafaqquh sebagain berikut : menghubungkan pengetahuan yang abstrak dengan ilmu yang konkret, sehingga menjadi ilmu yang khusus. Dari kata al-tafaqquh muncul kata al-fiqh yang selanjutnya menjadi sebuah nama bagi ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariah yang disandarkan pada dalil-dalil terperinci. Kata al-tafaqquh selanjutnya lebih digunakan untuk menunjukan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu agama islam.
11. Al-Irsyad

Kata al-irsyad dapat mengandung arti yang berhubungan dengan pengajaran dan pendidikan yaitu bimbingan, pengarahan, pemberitahuan, nasihat, dan bimbingan sepiritual. Dengan demikian kata al-irsyad layak dipertimbangkan untuk dimasukan dalam arti kata pendidikan dan pengajaran.

Pengertian pendidikan islam menurut istilah, istilah atau terminologis pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli dalam bidangnya masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu. Adapun yangdi maksud dengan pendidikan islam saangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut:

Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan isla sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979:339). Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatif manusia dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.

Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Banglades) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagai berikut : �Islamic education in true sense of the term, is a system education which enables a man to lead his life accourding to the Islamic ideology, so that he may easily mould his life in accourding with tenent of islam�.

Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu system pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan agama islam.

Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islam yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehinnga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntunan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.

Dr. Muhammad Fadhli Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
B. Perbedaan Pendidikan dan Pendidikan Islam

Sebenaranya pendidikan dan pendidikan islam tidak jauh berbeda, dilihat dari pengertiannya. Beda dengan pendidikan yang ada di barat, dimana Pengertian Pendidikan Barat. Seperti yang ditulis sebelumnya bahwa tujuan pendidikan itu tidak bisa lepas dari tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Dengan begitu tujuan pendidikan harus berpangkal pada tujuan hidup.

Di Barat, pendidikan menjadi ajang pertarungan ideologis dimana apa yang menjadi tujuan pendidikan secara tidak langsung merupakan tujuan hidup berbenturan dengan kepentingan-kepentingan lain . Di sinilah perbedaan pendapat para filosof Barat dalam menetapkan tujuan hidup. Orang-orang Sparta salah satu kerajaan Yunani lama dahulu berpendapat bahwa tujuan hidup adalah untuk berbakti kepada negara, untuk memperkuat Negara. madzhab-madzhab pendidikan eropa Barat dan Amerika sesuah Decartes (1596-1650) mengambil dari kedua madzhab Yunani lama tersebut, dan semua madzhab beranggapan bahwa dunia inilah tujuan hidup sehingga ada yang mengingkari sama sekali wujud Tuhan dan hari akhir. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT yang menggambarkan orang-orang Dahriyyun (Naturalist), �Mereka berkata tidak ada hidup kecuali hidup kita di dunia ini. Kita mati kita hidup, tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa. Sedangkan mereka dalam hal ini tidak tahu apa-apa. Mereka hanyalah menyangka-nyangka� (QS.45:23).

Sangat berbeda dengan pendidikan islam, Dimana Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil �alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.

Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat
Menurut Pervez Hoodbhoy , perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan keagamaan tradisional dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan mempunyai dua perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda.

Berikut ini akan ditujukan perbedaan antara versi pendidikan religius tradisional, yang murni dan karenanya teoritis, dan versi pendidikan modern yang dijadikan pembanding.

Perbedaan Pendidikan Religius Tradisional dan Pendidikan Sekuler Modern

Orientasi keakhiratan
Berupaya mencapai sosialisasi ke dalam Islam
Kurikulum tidak berubah sejak abad pertengahan
Pengetahuan berdasarkan pada wahyu dan tidak dipersoalkan
Pengetahuan dicari dan diperoleh berdasarkan pada perintah Tuhan untuk menyelesaikan masalah
Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi tidak dikehendaki Metode dan teknik mengajar pada dasarnya otoriter
Metode dan teknik mengajar student-center
Penghapalan dianggap sangat
menentukan

10. Mental mahasiswa dianggap pasif reseptif

11. Pendidikan secara umum tidak dispesialisasikan Orientasi kesekuleran Berupaya mencapai perkembangan individu Kurikulum merespon perubahan-perubahan berkenaan dengan bidang studi Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan deduksi Pengetahuan diperlukan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah
Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi disambut baik
Metode dan teknik mengajar student-center
Pencerapan konsep-konsep kunci dianggap menentukan
Mental mahasisswa dianggap aktif-produktif
Pendidikan dispesialisasikan



BAB III
KESIMPULAN


Pengertian pendidikan islam berarti system pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. pendidikan islam masih dipengaruhi oleh kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu.

Perbedaan pendidikan dan pendidikan islam tidak jauh berbeda karena tujuan pendidikan itu tidak bisa lepas dari tujuan hidup manusia jika pada Pendidikan islam adalah pendidikan yang seluruh aspek atau komponenya didasarkan pada ajaran islam. Sedangkan pendidikan tidak semua didasarkan pada ajaran islam.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Ali Al-Jumbulati,Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-pendidikan-islam/
http://pengertianpendidikanislam.blogspot.com/
[1]http://pengertianpendidikanislam.blogspot.com/
[2] Hans Wehr, A Dictionary of modern written Arabic, Op cit., hlm. 636
[3] Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-1, hlm 20.
[4] Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Hidakrya Agung, tp. Th.),
hlm. 481
[5] Ibid1.,hlm. 1082
[6] Ibid1,. hlm. 380
[7] Ibid1 hlm. 875