Wednesday, 30 September 2015

makalah pengembangan kurikulum (pengkur) judul " Struktur dan organisasi kurikulum"


B. Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud dengan Struktur Organisasi Kurikulum ?
2. Apa saja Prosedur pengorganisasian kurikulum ?
3. Apa saja jenis-jenis struktur organisasi kurikulum ?
  
C. Tujuan
      1.  untuk mengetahui pengertian organisasi kurikulum.
      2.  untuk mengetahui prosedur pengorganisasian kurikulum.
      3. untuk mengetahui jenis-jenis struktur organisasi kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik guna tercapainya  tujuan pendidikan atau pembelajaran yang di tetapkan.[1] Organisasi kurikulum adalah  struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Sedangkan Menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid.

Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.[2]
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode untuk menentukan  seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang di selaenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum.[3] Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah  pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan masalah  system-sistem pelaksanann kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya system pengalokasian waktu.[4]

B.    Prosedur pengorganisasian Kurikulum
Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini, pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi :
1. Prosedur Pembelajaran
Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh sebuah panitia tertentu.
2. Prosedur survey pendapat
Pemilihan dan pengorganisasian isi kurukulum di lakukan dengan jalan mengadakan survey atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.
3. Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-hasil atau pengalaman kurikuler.
4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam dengan mempelajari metode sekolah lain, guru atau sekolah dapat menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5. Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang di perkirakan  berguna untuk di pelajari oleh para siswa di sekolah. Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan atau jabatan.
6. Prosedur fungsi sosial
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikanmenjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur minat kebutuhan
Menurut prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan persistent problem, tetapiscope dan sequence-nya di dasarkan atas siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan sosial.[5]

C.  Jenis-jenis organisasi kurikulum
1.   Mata pelajaran terpisah (separated curriculum)
                  Kurikulum ini menyajikan bahan pelajaran dalam segala macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sma lain, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.[6]

Kelebihan dari separated curriculum ini adalah sebagai berikut :
a) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana, dan mudah dipelajari.
b) Kurikulum dapat dilaksanakan untik mewariskan nilai-nilai dan  budaya terdahulu.
c) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain, bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
            Sedangkan kekurangan dari separated kurikulum yaitu diantaranya:
a) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang menggambarkan tidak adanya hubungannya antara materi satu dengan materi yang lainnya.
b)   Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak  bersifat aktual.
c)  Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa cenderung pasif.  
d)  Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
e)  Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang.
f)  Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa

2.   Mata pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut.[7] Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika. Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu).
Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
3.    Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.[8] Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
Beberapa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
a)      Bentuk kurikulum ini tidak hanya di tunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru di dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan murid, guru selaku pembimbing.
b)   Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
c)   Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan   kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
d)  Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
e)   Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
f)   Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Di samping itu kurikulum ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu diantaranya ialah:
a)   Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
b)   Organisasin kurang sitematis
c)   Tugas-tuganya memberatkan guru.
d)   Tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
e)   Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
f)   Sarana dan prasarana yang kurang memadai.[9]
Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :
a)  Kurikulum inti (core curriculum)
Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu: Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat. Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial. Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan. Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara aktual. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.
b)  Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and persistens situations).
Dalam pengembangan kurikulum ini di dasarkan pada lingkungan social anak didik, sehingga pelajaran yang di peroleh  memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi masyarakat.[10]
c) Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity curriculum)
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive). Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah: Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atau minatnya. Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah :
1. Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembangan  kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.  
2. Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini, pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi : Prosedur Pembelajaran, Prosedur survey pendapat, Prosedur studi kesalahan, Prosedur mempelajari kurikulum lainnya, Analisis kegiatan orang dewasa, Prosedur fungsi social, dan Prosedur minat kebutuhan.
3.  Di dalam kurikulum terdapat jenis-jenis organisasi kurikulum yaitu diantaranya:
             a) Mata pelajaran terpisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan pelajaran dalam segala macam mata pelajaran yang    terpisah-pisah satu sma lain, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.
b) Mata pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut.
c) Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.


B.    Saran
1. Mengingat pentingnya dalam mencapai tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran maka guru dan civitas akademik dituntut mengoptimalkan potensi yang dimilikinya serta selalu berusaha dalam meningkatkan kompetensinya.
2. Dalam mengimplementasikan kurikulum untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru harus memahami peranan dan fungsi kurikulum.
3. Penulis berharap dengan membaca makalah ini disarankan pada pembaca agar mengetahui tentang pentingnyan kurikulum dalam sistim pembelajaran di sekolah.
4. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.















DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Safruddin, 2002, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Zaini, Muhammad, 2009, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras.
Ghofi, Abdul, 1993, Pengenalan Kurikulum Madrasah, Solo: CV, Ramadhani.
Nurgiyantoro, Burhan,1988, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yogyakarta: BPFE.
Muhaimin, 1991, Konsep Pendidikan Islam, Solo: CV.Ramadhani.
Hamalik Oemar, 1993, Pengambangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan,Bandung: PT. Tri Genda Karya.




[1] Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: CV.Ramadhani, 1991), 41.
[2] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), 61.
[3] Abdul Ghofir, Pengenalan Kurikulum Madrasah, (Solo: CV, Ramadhani,1993), 49.

[4] Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta: BPFE,1988), 111.

[5] Muhammad Zaini,Ibid., 65
[6] Safruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 44-45.
[7] Muhammad Zaini,Ibid., 68.

[8] Muhammad Zaini,Ibid., 71.

[9] Muhammad Zaini,Ibid., 72-73.
[10] Muhammad Zaini,Ibid., 73.