Saturday 19 September 2015

Makalah Studi tentang Potret sistem pendidikan di Inggris



BAB I
PENDAHULUAN

            Di era global saat ini, antara tingkat kemajuan sebuah negara dengan kualitas sistem pendidikan mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Tak dapat kita pungkiri bahwa jika sebuah negara itu telah maju, maka akan mempengaruhi kualitas sistem pendidikannya menjadi lebih baik. Adapun jika negara itu mempunyai sistem pendidikan yang baik, pasti akan mempengaruhi tingkat kemajuan negara tersebut.
Negara-negara Eropa mayoritas termasuk negara yang maju. Salah satunya adalah Inggris. Sistem pendidikan di Inggris termasuk dalam kategori baik. Beberapa perguruan tinggi di Inggris juga menjadi yang terfavorit di dunia.
Sistem pendidikan Inggris itu tentunya tak langsung menjadi baik, dibutuhkan proses yang panjang untuk menjadi sebuah sistem pendidikan yang baik.  Gambaran tentang sistem pendidikan di Inggris tersebut akan dibahas dalam makalah �Studi Tentang Potret Sistem Pendidikan Di Inggris� ini. Semoga bermanfaat


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Potret Sistem Pemerintahan
Inggris adalah salah satu negara kerajaan yang tergolong tertua di benua Eropa. Dalam sejarah perkembangannya, Inggris telah berhasil membina bangsanya menjadi salah satu bangsa yang dapat menguasai tujuh samudera dengan semboyannya �Rule the Waves� (kuasai seluruh gelombang samudera). Inggris adalah bangsa bahari yang mampu menguasai tujuh samudera itu dengan armada kapal-kapal dagangnya, juga kapal perangnya di masa silam.[1]
UK adalah  negara dengan sistem demokrasi parlementer. Pemerintah pada dasarnya dibentuk melalui partai politik yang menenangkan dukungan mayoritas di parlemen, khususnya  di House of Commons. Sudah cukup lama dua partai besar yaitu Partai Buruh (Labour Party) dan Partai Konservatif (cnservative Party) secara bergantian memenagkan pemilihan dan pemimpin, dan bertanggung jawab membentuk kabinet. Menteri negara urusan pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai pimpinan politik Departemen Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan adalah ,menteri kabinet yang bertanggung jawab atas pendidikan di England , dan atas perguruan tinggi di seluruh Britania raya (Great Britain).[2]
B.     Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara
1.      Kondisi Demografi
Inggris adalah negara bagian terbesar dan terpadat penduduknya dari negara-negara bagian lain yang membentuk menjadi satu dalam persatuan kerajaan Britania Raya (United Kingdom of Great Britain). Secara geografis wilayah Inggris meliputi 2/3 dari Britania yang berbatasan dengan Skotlandia disebelah utara dan berbatasan dengan Wales disebelah barat, serta dengan Prancis disebelah selatan yang dipisahkan oleh selat Inggris. Letak astronomis negara Inggris berada pada posisi 50o-61o lintang utara dan 110-150bujur barat dengan luas wilayahnya 130.395 Km2, dan sampai tahun 2006 jumlah penduduknya sebesar 58.716.581 orang.
Wilayah Inggris terbagi atas 9 (sembilan) bagian wilayah yang disebut provinsi, yaitu : Greater, North East England, North West England, Yorkshire and the Humber, West Midlands, East Midlands, East of England.  Sedangkan kota-kota besar di Inggris ada 8, yaitu: London, Birmingham, Manchester, Bristol, Liverpool, Leeds, Newcastle upon Tyne, dan sheffield.[3]
Sekarang jumlah penduduk Inggris jumlah penduduk 60.000.000 jiwa. Kepadatan mencapai 240 jiwa / km2 . Penduduk asli di Inggris disebut orang Inggris yaitu: Bangsa Kelt (Skot, Irlandia, Welsh), Bangsa Jerman (Anglo, Saxon, Jute, Denmark, Norman). Agama yang dianut adalah Kristen (86,9 %), (8,8 %) Islam, Yahudi, Hindu.
2.      Potensi Income Negara
Potensi income negara Inggris didapat dari:
a.       Perindustrian, meliputi: industri berat, industri lokomotif, industri kimia, industri mobil dan pesawat terbang, industri ban, industri elektronik dan alat rumah tangga, industri tekstil, industri wol dan industri sutra tiruan.
b.      Pertambangan: Inggris memiliki deposit batu bara dalam jumlah besar. Pusat-pusat penambangan batu bara di Skotlandia, yaitu: Lanarkshire, Pegunungan Pennine (Pegunungan Cumberland, Northumberland, dan Durham) di Newcastle dan sekitarnya, Stafford (Voncentry Selatan), Pegunungan Cambrian Selatan (Swansea-Rhondda), dan Wales Selatan.
c.       Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan: hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan yang penting di Inggris yaitu kentang dan sayur mayur terdapat di Lancashire, gandum, barley, dan bit gula terdapat di Pegunungan Anglia Timur, Kent, Worcester, dan Devon. Ternak babi dengan ayam terdapat di Yorkshire dan Lancashire. Hasil hutan terdapat di England, Wales, Skotlandia, dan Irlandia.) Ikan haring dan cod terdapat di perairan laut utara dan Samudra Atlantik.
d.      Perdagangan: Barang-barang ekspor Inggris adalah mesin-mesin, barang kimia, wol, tekstil, sintesis, mobil, truk, plat-plat baja, lokomotif, pesawat terbang, mesin pertanian, dan alat-alat elektronik. Sedangkan barang-barang impornya adalah minyak bumi, kapas, karet, tembakau, belerang, dan biji besi.[4]
C.     Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Sistem pendidikan di Inggris banyak terpengaruh oleh sistem pendidikan di daratan Eropa, terutama Jerman banyak bermunculan ahli-ahli pendidikan terkenal seperti Frobel, Pestalozzi, Hebart, dan sebagainya.[5]Menurut H. G. Good, mengatakan bahwa:
English education has been less consciously nationalist than that of france or germany but, as in continental countries, it has suffered from division of the people into social strata. the english have achieved the difficult task of forming a stable society and economic aristocracy, political democracy and religious freedom. it is specially remarkable that they have done this in a situation which has shielded them from direct attack. but the political democracy and religious freedom of england have not been altogether favorable to the development of schools and to free and generous provision of education for all.[6]

Jika kita artikan secara tekstual maka, kurang lebih artinya sebagai berikut: Pendidikan di Inggris selama ini masih kurang sadar akan nasionalis dibanding dengan Perancis atau Jerman tetapi, seperti di negara-negara benua Eropa lainya , yang melakukan pembagian orang ke strata sosial tertentu . Inggris telah berhasil membentuk masyarakat yang stabil dan aristokrasi ekonomi , demokrasi dan kebebasan beragama . Itu adalah hal yang luar biasa bahwa mereka telah dapat melakukan ini dalam situasi yang melindungi mereka dari serangan langsung. Tetapi demokrasi politik dan kebebasan beragama dari Inggris belum sama sekali menguntungkan bagi pengembangan sekolah dan penyediaan pendidikan gratis bagi semua.
Orientasi pada sekolah (pendidikan) di Inggris adalah sebagai berikut sebagaimana tertera dalam dokumen pemerintah tahun 1977 (oleh Sekretaris Negara untuk Urusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan) :
1.      Membantu anak mengembangkan pikiran dan rasa ingin tahu.
2.      Menghargai nilai-nilai moral dan toleransi.
3.      Memahami dunia tempat kita tinggal dan saling ketergantungan antar bangsa.
4.      Menggunakan bahasa dengan efektif dan imaginatif dalam membaca, menulis, dan berbicara.
5.      Menghargai negara dalam mempertahankan standar kehidupan.
6.      Memberikan basis pengetahuan matematis, ilmiah, dan teknik.
7.      Mengajar anak tentang keberhasilan manusia dalam seni dan ilmu pengetahuan, agama, dan pencarian tatanan masyarakat yang lebih berkeadilan.
8.      Mendorong perkembangan anak-anak.
Sedangkan orientasi sistem pendidikan tinggi di Inggris oleh pemerintah diharapkan memegang tiga peranan, yakni pengembangan ilmu, mengaplikasikannnya pada masalah-masalah yang sedang dihadapi, dan mendidik SDM yang berketerampilan tinggi. Ditambah yang keempat yakni pemutakhiran ilmu pengetahuan bagi orang-orang dewasa.[7]
D.    Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama
Menurut Sarumpaet sebagaimana yang dikutip oleh H. M. Arifin, dalam pelaksanaan demokratis dalam kependidikan, Inggris memberikan kebebasan kepada organisasi keagamaan untuk mendirikan sekolah dengan ciri-ciri khasnya masing-masing secara otonom (mengatur dirinya sendiri). Namun pada akhirnya pemerintah berhak mengawasi dan mencampurinya bilamana perlu, yaitu terbatas pada tingkat dasar atau menengah. Pada pendidikan universitas, baik negeri maupun swasta, masing-masing berdiri sendiri, bebas dari campur tangan pemerintah pusat maupun dewan pendidikan daerah atau kementrian pendidikan dan urusan pendidikan daerah. Universitas bukanlah termasuk wilayah pemerintah. Oleh karena itu universitas di Inggris langsung di dirikan oleh raja dengan keputusan raja (Royal Charter) yang merupakan lembaga otonom.
Pada tahun 1066, gereja dan tokoh-tokoh agama diberikan keleluasaan negara untuk memberikan dakwah dan pembinaan kepada masyarakat. Akibatnya, aneka macam dakwah kepada masyarakat tersebut berdampak pada munculnya sekolah-sekolah biara (monastery school), sekolah chantry(kapel gereja), dan sekolah yayasan (foundation school) yang kemudian berkembang pesat dibawah kendali pemuka gereja bangsa Norman.[8]
E.     Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
Bagi anak-anak yang berusia antara 5 dan 16 tahun, pendidikan itu adalah wajib di UK. Pendidikan yang dibiayai pemerintahan bagi anak-anak usia ini terstruktur dalam dua atau tiga jalur (tier). Sistem dua jalur terjadi dari sekolah dasar (primary school) dan sekolah menegah pilihan atau tanpa pilihan (selective/nonselective secondary school). Sekolah dasar untuk anak-anak yang berusia 5-11 tahun, kecuali di Scotand dimana transfer dilakukan pada usia 12 bukan 11 tahun, adakalanya terbagi lagi dalam kelompok 5-7 tahun (infant school) dan kelompok 7-11 tahun (junior school).
Sekolah menengah adalah untuk anak-anak yang berusia antara 11 dan 16 atau 18 tahun. Sistem tiga jalur terdiri dari Sekolah Pertama adalah bagi anak-anak berusia 5-8 atau 9 tahun, Sekolah Menengah bagi anak berusia antara 8-12 atau 9-13 tahun, dan Sekolah Tingkat atas, biasanya nonselektif, bagi anak-anak berusia antara 12 atau 13-16 atau 18 tahun.
Sistem sekolah dengan dua jalur adalah yang banyak dilaksanakan di UK, sistem tiga jalur dijumpai hanya di �England� yang menampung kurang dari 15% dari seluruh murid. Sampai tahun 1965 kebanyakan anak-anak di �England � dan Wales dites pada usia 11 tahun untuk mengetahui kecocokannya memasuki sekolah yang berorientasi akademik, yaitu sekolah menengah yang dikenal dengan �grammar school�. Kurang dari 25% anak-anak pada usia ini memasuki �grammar school�. Anak-anak yang lain memasuki sekolah yang dikenal dengan nama sekolah menengah modern (secondary-modern school) yang kurikulumnya kurang berorientasi akademik.[9]
Lembaga-lembaga keagamaan terutama gereja Protestan dan Katolik Roma terus berperan menyelenggarakan sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah, yang secara kolektif dikenal dengan sekolah sukarela. Pembiayaan sekolah ini disediakan oleh �l.e.a.s� atau pemerintah pusat, dan sekolah ini pada umumnya dianggap bagian dari sekolah negeri. Pendidikan sektor swasta yang terdiri dari sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pribadi-pribadi, perusahaan atau badan-badan kemanusian tidaklah begitu banyak, hanya kira-kira 5% saja anak-anak berusia 5-16 yang belajar disekolah swasta ini.
Pendidikan khusus diadakan bagi anak-anak yang punya kelainan atau cacat fisik atau mental, terutama diselenggarakan di sekolah-sekolah khusus, di samping sekolah-sekolah reguler.[10]
Pendidikan bagi anak-anak yang telah tamat dari pendidikan dasar menengah dapat dikelompokkan dalam dua kategori, pertama, nonadvanced further education� (NAFE) untuk yang tidak akan meneruskan ke pendidikan tinggi, tetapi dipersiapkan mengambil General Certificate of Education (GCE) tingkat Advanced (A�, dan katgori kedua , pendidikan tinggi yang otonom yang diselenggarakan dengan dana pemerintah, dan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh �l.e.a.s� yang sebagian dikenal dengan politeknik. Universitas dan Politeknik adalah pusat pendidikan untuk memperoleh title dan penelitian; Politeknik kuat dalam pendidikan �part time� dan melayani terutama mahasiswa berusia 21 tahun ke ats. Title pertama yang diberikan oleh sistem pendidikan di UK menuntut tiga tahun kuliah bahkan sebagian program menuntut 4 tahun atau lebih.[11]
F.      Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum
Terdapat dua jenjang pendidikan yang diatur di dalam Kurikulum Nasional untuk England (National Curriculum) yaitu: Pendidikan Pra-Primer dan Pendidikan Primer dan Sekunder. Education Act 2002 Chapter 32 adalah undang-undang yang mendasari pengaturan ini. Di dalam undang-undang ini, Kurikulum Nasional untuk Wales pun juga diatur. Perbedaan di antara keduanya hanya terletak pada keberadaan mata pelajaran Bahasa Welsh di dalam Kurikulum Nasional untuk Wales.
Tidak terdapat kurikulum yang baku untuk Pendidikan Lanjutan dan Pendidikan Tinggi. Hal ini dikarenakan beragamnya kualifikasi yang ada di jenjangpendidikan pasca 16 tahun. Setiap kualifikasi memiliki kurikulumnya masing-masing. Siswa pada tahap ini sudah dianggap cukup dewasa untuk memilih. Beberapa kualifikasi yang ada menawarkan pelatihan keterampilan praktis sehingga dapat langsung bekerja selepas itu. Beberapa menawarkan persiapan sebelum masuk ke universitas dan sebagainya.[12]
Kurikulum Nasional ditentukan oleh Dewan Pengembangan Kurikulum Sekolah (School Curriculum Development Council-SCDC) khususnya untuk sekolah pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Semula dewan pengembang kurikulum masih menjadi satu dengan dewan ujian nasional, yakni dalam satu wadah yang bernama The Schools Council for Curriculum and Examinations, namun sejak tahun 1982 lembaga tersebut dipecah menjadi dua.
Dewan Pengembang Kurikulum Sekolah tidak mudah dan seenaknya saja mengganti kurikulum pendidikan. Perubahan kurikulum akan selalu melibatkan banyak pakar yang sungguh berkompeten dibidangnya. Mereka menjunjung tinggi warisan tradisi keilmuan mereka yang sangat kuat berakar. Materi pelajaran pokokyang mereka anggap bagus sejak 100 tahun lalu, akan dipertahankan sampai kapanpun. Sementara bidang-bidang baru yang ingin diajukan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum nasional, harus melewati prosedur yang panjang.
Prosedur tersebut dimulai dari usulan Kepala sekolah di suatu wilayah yang didukung oleh beberapa kepala sekolah lainnya, lalu bersama-sama mereka mengajukan ke The Office For Standards in Education, Children Service, and Skills (OFSTEAD). Selanjutnya, OFSTEAD akan mengajak School Curriculum Development Council (SCDC) untuk mengembangkan kurikulum. Hasilnya kemudian diusulkan oleh OFSTEAD kepada menteri pendidikan. Setelah menteri pendidikan menerima, hal yang sama akan terjadi kembali, menteri akan menyampaikan rencana perubahan kurikulum nasional ke jenjang struktural di bawahnya hingga sampai ke kepala sekolah. Prosedur ini memakan waktu sekitar satu tahun. Prosedur ini ternyata sangat birokratis namun sekaligus memperlihatkan tertib organisasi yang mereka jalankan. Dengan demikian, prosedur yang mereka jalankan memperlihatkan adanya pola bottom-up dalam pembaharuan kurikulum di Inggris. Pembaharuan kurikulum pendidikan itu diusulkan dari akar rumput, yaitu para ujung tombak penyelenggara pendidikan.[13]


G.    Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah staf pengajar dan staf penletian di england dan Wales dalam tahun 1979-80 adalah sebagai berikut : sektor sekolah negeri tingkat pendidikan dasar dan menengah 475,000 orang; sekolah independen (swasta) 34,000; setingkat akademi (further education) 79,000; dan universitas (termasuk staf penelitian) 28,000.[14]
Ada tiga cara untuk memperoleh kualifikasi menjadi guru di UK, yaitu:
1.      Mengikuti kuliah selama tiga tahun untuk Sertifikat Pendidikan (nongraduate Certificate of education), sistem ini dalam proses penghapusan.
2.      Tiga dan empat tahun kuliah untuk mendapatkan gelar Sarjana Muda Pendidikan (Bachelor of Education)
3.      Satu tahun kuliah di tingkat pascasarjana bagi mereka yang memilki gelar pertama nonkependidikan. Mulai tahun 1984, untuk memasuki lapangan pekerjaan guru hanya melalui jalur pascasarjana. Disamping itu, kompotensi matematika dan bahasa Inggris dalam standar GCE-�O� sangat diharapkan.
Selama dalam pendidikan guru-guru dapat mengambil spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu atau dalam tingkat, misalnya sekolah dasar atau sekolah menengah. Selama tahun 70-an, sektor nonuniversitas penyelenggara pendidikan guru di England dan Wales melakukan reorganisasi yang berdampak terutama pada fakultas-fakultas yang secara khusus melaksanakan pendidikan guru. Tindakan ini diikuti dengan penyusutan jumlah tempat mengajar yang sangat besar bagi guru-guru baru dari 80,000 dakam tahun 1976-1977 menjadi 46,000 dalam tahun 1981. Penyusutan ini diharuskan karena menurunnya murid yang terjadi mulai akhir 1970-an yang berlanjut sampai akhir 1980-an.[15]

H.    Pembiayaan Pendidikan
Pemerintah Inggris pertama kali terjun dalam bidang pendidikan pada 1833 dengan memberikan sejumlah kecil dana bantuan  pada dua perkumpulan sekolah amal. Sebelumnya, pemerintah telah mengizinkan berdirinya yayasan pendidikan swasta dan sesekali memberikan dana bantuan kepada mereka.
Pemberian dana publik untuk tujuan pendidikan mempercepat perubahan kebijakan pemerintah. Sejak awal, sumbangan hanya diberikan pada sekolah-sekolah yang direkomendasikan secara khusus oleh the National Society atau British and Foreign School Society dan disetujui oleh instansi yang mendistribusikan dana tersebut. Ketika jumlah sumbangan tahunan ditingkatkan, dibentuk Select Committee of the Privy Council pada 1839 untuk mengatur dan mengawasi pendistribusian dana. Pada tahun 1856 Komite tersebut diubah menjadi Departemen Pendidikan dan diwakili oleh House Of Commons. Sesudah itu pendidikan memperoleh lebih banyak signifikansi politis, sedangkan bantuan pemerintah naik-turun sesuai dengan karakter politik parlementer. Pada tahun 1861, dibawah kepemimpinan Robert Lowe memberlakukan kebijakan �payment by result�, yaitu pemberian jatah dana sekolah didasarkan pada jumlah murid yang hadir dan jumlah murid yang lulus ujian kemampuan dasar yang diselenggarakan Departemen Pendidikan setiap tahunnya.[16]








BAB III
PENUTUP

Inggris adalah sebuah negara kerajaan dengan sistem pemerintahan demokrasi parlementer. Sampai tahun 2006 jumlah penduduknya sebesar 58.716.581 orang dan sekarang sekitar 60 Juta jiwa. Potensi income Inggris berasal dari perindustrian, pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perdagangan.
Sistem pendidikan di Inggris banyak terpengaruh oleh sistem pendidikan di daratan Eropa, terutama Jerman. Orientasi pada sekolah (pendidikan) di Inggris adalah sebagai berikut sebagaimana tertera dalam dokumen pemerintah tahun 1977 (oleh Sekretaris Negara untuk Urusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan).
Pelaksanaan pendidikan agama di Inggris Inggris memberikan kebebasan kepada organisasi keagamaan untuk mendirikan sekolah dengan ciri-ciri khasnya masing-masing secara otonom (mengatur dirinya sendiri). Namun pada akhirnya pemerintah berhak mengawasi dan mencampurinya bilamana perlu. Pendidikan yang dibiayai pemerintahan bagi anak-anak usia 5-16 tahun terstruktur dalam dua atau tiga jalur (tier). Sistem dua jalur terjadi dari sekolah dasar (primary school) dan sekolah menegah pilihan atau tanpa pilihan (selective/nonselective secondary school) Kurikulum nasional ditentukan oleh Dewan Pengembangan Kurikulum Sekolah (School Curriculum Development Council � SCDC)khususnya untuk sekolah pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Untuk menjadi tenaga pendidik di Inggris diperlukan kualifikasi tertentu.  Inggris menyiasati kekurangan guru dengan mengangkat guru senior sebagai spesialis. Pemerintah di Inggris memberikan dana bantuan kepada sekolah-sekolah pemerintah yang jumlah naik turun sesuai kebijakan.






DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M. 2003. Ilmu Perbandingan Pendidikan. Jakarta: Golden Terayon Press.
Good, H. G. 1963. A History Of Western Education. New York: The Macmillan Company.
Nur, A. Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.
Rokhman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
Soelaiman, T.A. Fauzi. 2014. Sistem Pendidikan di Inggris (PDF). KBRI: Kantor Atase Pendidikan.
Thut, I.N & Don Adams. 2005. Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer (edisi terjemahan oleh SPA Teamwork). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


[1]H. M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan (Jakarta: Golden Terayon Press, 2003), hlm., 69.
[2] Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandung: Lubuk Agung, 2001), hlm. 110.
[3] Arif Rokhman, Pendidikan Komparatif (Yogyakarta: LaksBang Mediatama, 2010), hlm. 161.
[4] Tanpa Nama, �Inggris�diakses dari http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/01/inggris.html pada 20 Mei 2015 pukul 10.00.
[5] H. M. Arifin, Op.Cit., hlm. 71.
[6] H. G. Good, A History Of Western Education ( New York: The Macmillan Company, 1963), hlm. 344.
                [7]Agustiar Syah Nur, Op.Cit  hlm. 111.
[8] Arif Rohman,Op.Cit.,, hlm. 163.
[9] Agustiar Syah Nur, Op.Cit.,hlm. 111.
[10] Ibid, hlm. 112.
[11] Ibid, hlm. 113.
[12] T.A. Fauzi Soelaiman, Sistem Pendidikan di Inggris (PDF) (KBRI: Kantor Atase Pendidikan, 2014), hlm. 21.
[13] Arif Rohman, Op.Cit., hlm. 172.
[14] Agustiar Syah Nur, Op.Cit.,hlm. 116.
[15] Ibid., hlm. 117.
[16] I.N. Thut & Don Adams, Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer, alih bahasa SPA Teamwork(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 229-230.