Tuesday 15 September 2015

makalah tentang pengantar filsafat "LOGIKA 1"




BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN LOGIKA
Perkataan logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa yunani, yang berhubungan dengan kata benda logos , berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara pikiran dan perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa.[1]
Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum masehi), tetapi dalam arti seni berdebat, Alexander Aproidisias adalah orang yang pertama menggunaan kata logikak dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikirann kita.[2]
Logika adalah studi tentang metode dan prinsip yang digunakan untuk menguji dan membedakan penalaran yang sahih (tepat) dari penalaran yang tidak sahih (tidak tepat). Jelas logika tidak menelaah seluruh kegiatan berpikir melainkan hanya menelaah metode dan prinsip untuk membedakan penalaran yang tepat dan tidak tepat.[3]

Misalnya : semua anggota KPK nekat memberantas korupsi, Anggota DPR adalah bukan anggota KPK. Jadi anggota DPR tidak nekat memberantas korupsi.[4]
Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan �jembatan penghubung� antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.[5]
B.     SEJARAH LOGIKA
Awal lahirnya ilmu logika tidak dapat dilepaskan dari upaya para ahli pikir yunani. Mereka berusaha menganalisis kaidah-kaidah berpikir dan menghindari terjadinya kesalahan dalam membuat kesimpulan. Ahli pikir yang memelopori perkembangan logika sejak awal lahirnya adalah Aristoteles (384-322 SM). Perkembangan logikak setelah masa aristoteles banyak dilanjutkan oleh para muridnya. Diantaranya Theoprastus dan Porphyrius. [6]
C.    OBJEK LOGIKA
objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmju pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.[7]
Objek material yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.[8]
Objek formal, yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengentahuan itu.[9]
Untuk melihat suatu objek secara jelas kita tidak hanya dapar melihat isi objek melainkan juga bentuknya. Kita dapat melihat pohon karena materi pohon dalam bentuk pohon. Setiap ilmu pengetahuan selalu ada (memiliki) objek formal dan objek material, kita perlu melihat juga melihat objek meterial logika yakni kegiatan berpikir atau bernalar. Sementara objek formalnya adalah ketepatan bernalar.[10]
Aristoteles melihat suatu obyek dari dua aspek yang dia sebut formal dan materi. Tidak ada obyek yang hanya punya materi tetapi tidak punya formal. Pohon itu materinya kayu dan formalnya adalah pohon. Meja itu materinya kayu dan formanya meja. Karena itu sebuah objek bisa punya materi yang sama tetapi formal yang berbeda. Kayu yang dihancurkan menjadi bubur juga bukan materi tanpa formal. Materinya adalah kayu dan formanya adalah bubur.[11]
Begitu juga halnya dengan ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu bisa punya obyek material yang sama tetapi obyek formalnya berbeda. Psikologi dan kedokteran punya obyek material yang sama tetapi obyek formalnya berbeda. Psikologi bisa mengamati kegiatan berfikir dan bernalar seseorang untuk melihat seseorang itu waras atau tidak. Logika bisa melihat obyek material yang sama yakni berfikir dan bernalar, untuk menentukan ketepatannya.[12]
D.    MACAM-MACAM LOGIKA
Terdapat macam-macam logika dilihat dari kriteria tertentu:
a.       Dilihat dari segi kemampuan untuk berlogika:
         Logika Kodratiah
Kemampuan berlogika bawaan yang sudah ada pada setiap manusia sebagai makhluk uang berakal budi. Tanpa belajar logika setiap orang sudah memiliki kemampuan berlogika kodratiah.[13]

         Logika Ilmiah
Kemampuan berlogika yang didapatkan dengan belajar secara khusus.
b.      Dilihat dari sejarah dan penggunaan lambang atau simbol:
         Logika klasik
Logika yang diperkenalkan oleh aristoteles pada sekitar abad ke-5 sebelum masehi; menggunakan lambang bahasa; disebut juga logika aristotelen atau logika tradisional.[14]
         Logika modern
Logika yang dikembangkan di zamana modern oleh tokoh-tokoh seperti A. De morgan (1809-1871), george boole (1815-1854), betrand rusel (1872-1970) menggunakan lambang non bahasa. Logika ini menerapkan prinsip-prinsip matematika pada logika modern, karenanya disebut juga logika matematika atau logika simbolik.[15]
c.       Dilihat dari segi bentuk dan isi argumen. Dari segi ini logika dapat kita bedakan menjadi logika formal dan logika material.
         Logika formal
Logika yang membahas kebenaran sebuah argumen dilihat dari segi bentuk. Kebenarann bentuk.
         Logika material
Logika yang membahas kebenaran sebuah argumen dilihat dari segi isinya. Sebuah argumen benar dinyatakan benar dari segi isi, jika pernyataan yang teradpat dalam argumen sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya jika pernyataan-pernyataan tidak sesuai dengan kenyataan, maka aegumen dinyatakan tidak benar. Dengan demikian dalam suatu argumen ada dua persoalan yang harus dibedakan dengan tegas, ialah kesahihan bentuk dan kebenaran isi.[16]
d.      Dilihat dari segi menarik kesimpulan:
         Logika induktif
Bentuk penalarann yang berdasarkan kebenaran-kebenaran tunggal ditarik satu kesimpulan umum, bisa juga dikenal sebagai metode induktif, misalnya: ibu pulang dari pasar membeli salak pondoh, saya makan, dan rasanya enak, teman datang membesuk saat saya sakit, memawa salak pondoh, dan saya makan, rasanya enak, maka saya tarik kesimpulan bahwa semua salak pondoh rasanya enak.
         Logika deduktif
Bentuk penalaran yang berdasarkan kebenaran umum (
Atau yang sudah ada) ditarik kesimpulan untuk hal yang khusus (kebenaran baru). Saya tahu bahwa semua salah pondoh enak. Di supermarket saya menemukan salak pondoh. Saya langsung tarik kesimpulan bahwa salak yang dijual di supermarket itu (yang salah pondoh) pasti enak.[17]
E.     MANFAAT LOGIKA
Siapapun yang belajar logika tentu saja diharapkan dapat bernalar dengan baik dan tepat. Siapa saja yang belajar logika, lebih memungkinkan untuk bernalar secara lebih sahih dibanding mereka yang tak pernah mepelajari prinsip-prinsip umum yang tercakup dalam kegiatan berlogika. Dengan demikian logika membantu kita untuk:
a.       Menginterprestasikan secara tepat fakta dan persepsi orang lain
b.      Melacak penalaran yang sesat dan tidak logis kemudian menunjukkan di mana letak kesalahannya
c.       Mengembangkan pemikiran ilmiah dan reklektif, dengan tetap setia pada kebenaran, yang merupakan ciri khas �pencari Kebenaran� atau �pecinta kebijaksanaan�
d.      Menjalani suatu disiplin intelektual uyang perlu untuk memandu kita dalam proses menarik kesimpulan.[18]
Dalam referensi lain menyebutkan bahwa:
Ada beberapa keguanaan logika, yaitu dengan belajar logika dapat:
1.      Membantu setiap orang yang memplejari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren
2.      Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3.      Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4.      Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.  [19]
Bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan keharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah mencacpai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan aristoteles, logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh epitisme (pengetahuan). Oleh karena itu, barang siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggemnggam master key untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.[20]



BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
                       



[1] . Surajiyo, dkk, Dasar-dasar Logika (Jakarta: PT. BUMI AKSARA, 2006), hlm. 3.
[2] . Ibid.,
[3] . Benyamin Molan, Ilmu dan Seni berpikir Kritis, (Jakarta: PT INDEKS, 2012), hlm. 2.
[4] . Ibid.,
[5] . internettttttttttttttttttttttt
[6] . Surajiyo, dkk, Op., Cit, hlm. 11-12.
[7] . Ibid., Hlm. 11.
[8] . Ibid.,
[9] . Ibid.,
[10] . Warsito Djoko, Logika, (Jakarta: PT.INDEKS anggota IKAPI, 2011), hlm. 4-5.  
[11] . Benyamin Molan., Op., Cit, hlm. 2-3.
[12] . Ibid.,
[13] . Warsito Djoko, Op., Cit., hlm. 7.
[14] . Ibid., hlm. 8.
[15]. Ibid.,
[16] . Ibid., hlm. 9.
[17] . Ibis., hlm.11.
[18] . Ibid., hlm. 6.
[19]Surajiyo, dkk, Op.,Cit., hlm. 15.
[20] . Ibid., hlm. 15-16.