Friday 22 January 2016

cara terlengkap membuat makalah untuk semua kalangan


Cara Membuat Makalah

Bookmark and Share

Ciri Pokok Salah satu tujuan pokok penulisan makalah adalah untuk menyakinkan pembaca bahwa topic yang ditulis dengan dilengkapipenalaran logis dan pengorganisian yang sistematis memang perlu diketahui dan diperhatikan. Makalah yang merupakan salah satu jenis karangan ilmiah memilki cirri atau kerakter seprti berikut. Secara umum, cirri-ciri makalah terletak pada sifat keilmiahannya. Artinya, sebagai karangan ilmiah, makalah memiliki sifat objektif, tidak memihak, berdasarkan fakta, sistemayis, dan logis. Berdasarkan kreteria ini, baik tidaknyasuatu makalah dapat diamati dari signifikasi masalah atau topic yang dibahas, kejelasan tujuan, pemmbahasan, kelogisan pembahasan, dan kejelasan pengorganisasian pembahasannya.
            Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dapat dibedakan menjadi tiga macam: makalah deduktif, makalah induktif, dan makalah campuran. Makalahdeduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka) yang relavan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif merupakan makalah yang yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relavan dengan makalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama ( makalah deduktif) merupakan jenis makalah yang npaling banyak digunakan.
            Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah maakalah yang jumlahnya halamannya lebih dari 20 halaman. Bagian ini menyajikan ketentuan tentang penulisan makalah panjang, sedangkan dengan ketentuan tentang penulisanmakalah pendek pada dasarnya sama dengan ketentuan penulisan artikel dan penelitian, kecuali abstrak dan kata kunci yang tidak harus ada.
 Isi dan Sistematika
            Secara garis besar makalah panjang terdir atas 3 bagian ; bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Isi ketiga bagian tersebut dipaparkan sebagai berikut:


Bagian Awal
Halaman Sampul
Daftar Isi
Daftar tabel dan gambar (jika ada)
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar belakang penulisan makalah
                        Masalah atau topik pembahasan
                        Tujuan Penulisan makalah
            Teks Utama
            Penutup
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
            Lampiran (jika ada)
Isi Bagian Awal
Halaman Sampul
            Hal – hal yang harus ada pada bagian sampul adalah judul makalah, keperluan atau maksud ditulisnya makalah, nama penulis makalah, dan tempat serta waktu penulisan makalah. Keperluan atau maksud penulisan makalah berupa, misalnya, untuk memenuhi tugas suatu mata kuliah yang yang dibina oleh dosen X. tempat dan waktu yang dimaksud dapat berisi nama lembaga (universitas, fakultas, dan jurusan), nama kota serta bulan dan tahun.

Daftar Isi
            Daftar isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang garis besar isi makalah. Melalui daftar isi, pembaca akan dapat dengan mudah menemukan bagian-bagian yang membangun makalah. Selain itu, melalui daftar isi akan dapat diketahui sistematika penulisan makalah yang digunakan. Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebihdari duapuluh halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan : judul bagian ditulis dengan menggunakan huruf kecil (kecuali awal akata selain kata tugas), penulisan judul bagian dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatan dalam makalah. Penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan jarak antarbagian 2 spasi.
Daftar Tabel dan Gambar 
            Penulisan daftar tabel dan gambar juga dimaksudkan untk memudahkan pembaca menemukan tabel atau gambar yang terdapat dalam makalah. Penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan dengan cara sebagai berikut. Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengkap. Jika tabel dan gambar lebih, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan secara terpisah. Tetapi jika dalam makalah hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.
Isi  Bagian Inti
Bagian inti terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu pendahuluan, teks utama, (pembahasan topic-topik), dan penutup. Ada tiga macam cara penulisan yang dapat digunakan dalam menuliskan makalah. Ketiga sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab)
2.      Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad
3.      Penulisan tanpa menggunakan angka ataupun abjad
Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi penjelasan latar belakang penulisan makalah, masalah atau topik bahasan beserta bahasannya, dan tujuan penulisan makalah. Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1.      Setiap unsure dari bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian. Jika penulisan makalah dilakukan dengan menggunakan angka maka dapat dijumpai judul subbagian seperti berikut:
Pendahuluan
1)      Latar belakang
2)      Masalah atau topik bahasan
3)      Tujuan penulisan makalah
2.      Semua unsur yang terdapat bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya sub-subbagian dalam bagian pendahuluan. Untuk menandai unsur (misalnya, untuk membedakan antara paparan yang berisi latar belakang dengan masalah) cukup dilakukan dengan pergantian paragraf.
Latar Belakang
Butir-butir yang seharusnya ada dalam latar belakang penulisan makalah adalah hal-hal yang melandasi perlunya ditulis malakah. Hal-hal yang dimaksud dapat berupa paparan teoritis ataupun paparan yang bersifat praktis, tetapi bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas
Penulisan latar belakang dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
1.      Dimulai dengan sesuatu yang diketahui bersama (pengetahuan umum) atau teori yang relavan dengan masalah atau topik yang akan ditulis, selanjutnya diikuti dengan paparan yang menunjukkan bahwa tidak selamanya hal tersebut dapat terjadi
2.      Dimulai dengan suatu pertanyaan retoris yang diperkirakan dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang akan dibahas dalam makalah
3.      Dimulai dengan sebuah kutipan dari orang yang terkenal, ungkapan atau slogan, selanjutnya dihubungkan atau ditunjukkan relevansinya dengan masalah atau topik yang akan dibahas dalam makalah.

Masalah atau Topik Bahasan
Setelah bagian latar belakang dipaparkan, selanjutnya diutarakan masalah atu topik bahasan beserta batasannya. Masalah atau topik bahasan yang dimaksud adalah apa yang akan dibahas dalam makalah. Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakup persoalan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, persoalan yang memerlukan pendeskripsian lebih lanjut, dan persoalan yang memerlukan penegasan lebih lanjut. Masalah dalam penulisan makalah seringkali disinonimkan dengan topik (meskipun kedua istilah ini tidak selalu memiliki pengertian yang sama).
Masalah atau topik bahasan sebenarnya merupakan hal yang pertama kali harus ditetapkan dalam penulisan makalah. Artinya, kegiatan penulisan makakah diawali dengan penentuan masalah atau topik makalah, yang selanjutnya diikuti dengan penyusunan garis besar isi makalah (meskipun kedua istilah ini tidak selalu memiliki pengertian yang sama).
Topik dapat ditentukan oleh orang lain atau ditentukan sendiri. Lazimnya, topik makalah yang telah ditentukan bersifat sangat umum, sehingga perlu dilakukan spesifikasi atau pembatasan topik. Pembatasan topik makalah seringkali didasarkan pada pertimbangan kemenarikan dan signifikasinya, serta pertimbangan kemampuan dan kesempatan. Jika topik makalah ditentukan sendiri oleh penulis makalah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
1.      Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis ataupun dari segi teoritis, dan layanan untuk dibahas
2.      Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis.
3.      Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis
4.      Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk diperoleh.
Pembahasan topik makalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Letakkan topik pada posisi sentral dan ajukan pertanyaan apakah topik masih dapat dirinci.
2.      Daftar rincian-rincian topik itu dan pilihlah salah satu rincian topik tersebut untuk diangkat ke dalam makalah
3.      Ajukan pertanyaan apakah rincian topik yang telah dipilih dapat dipilih lagi.
Dalam membuat judul makalah beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan.
1.      Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat dalam makalah.
2.      Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk kalaimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda tititk.
3.      Judul makalah hendaknya singkat dan jelas. Sebaiknya, judul makalah berkisar antara 5 sampai 15 kata.
4.      Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun judul makalah harus tetap mencerminkan isi makalah.
Tujuan Penulisan Makalah
Perumusan tujuan penulisan makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan makalah tersebut. Penulisan tujuan penulisan makalah memiliki fungsi ganda: bagi penulis makalah dan bagi pembaca makalah. Bagi penulis makalah, rumusan tujuan penulisan makalah dapat mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya dalam menulis makalah khususnya dalam pengumpulan bahan penulisan. Bagi pembaca makalah perumusan tujuan penulisan makalah memberikan informasi tentang apa yang disampaikan dalam makalah tersebut.
Teks Utama
            Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Penulisan bagian teks utama yang baik adalah yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan gaya penulisan ringkas, lancar, dan langsung dalam persoalan, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara penyampaian yang melingkar-lingkar. Hindarilah penggunaan kata-kata seperti: dan sebagainya, dan lain-lain (yang lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).
            Penulisan teks utama makalah sangat bervatiasi, tergantung pada jenis topik yang dibahas. Kegiatan pokok penulisan bagian teks utama adalah membahas topik beserta subtopiknya sesuai dengan tujuan penulisan makalah. Pembahasan topik beserta subtopiknya dapat dilakukan dengan menata dan merangkai bahan yang telah dikumpulkan. Beberapa teknik perangkaian bahan untuk membahas topik beserta subtopiknya dapat dikemukakan seprti berikut:
1.      Mulailah dari ide/hal yang bersifat sederhana/khusus menuju hal yang besifat kompleks/umum, atau sebaliknya.
2.      Gunakan teknik metafor, kiasan, perumpamaan, penganaogian, dan perbandingan.
3.      Gunakan teknik diagram dan klasifikasi.
4.      Gunakan teknik pemberian contoh.
Penutup
            Bagian penutup berisi kesimpulan atau rangkuman pembahasan dan saran-saran (jika memang dipandang perlu). Bagian penutup menandakan berakhirnya penulisan makalah. Penulisan bagian penutup makalah dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut:
1.      Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa diikuti dengan kesimpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk memberikan kesimpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan sendiri.
2.      Menarik kesimpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.
Isi Bagian Akhir
            Bagian akhir makalah berisi daftar rujukan dan lampiran-lampiran (jika ada)
Lampiran
            Bagian lampiran berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Hal-hal yang dimaksud dapat berupa data (baik yang berupa angka-angka ataupun yang berupa deskripsi verbal) dan yang dipandang sangat penting tetapi tidak dimasukkan dalam batang tubuh makalah. Bagian lampiran hendaknya juga diberi nomor halaman.





Ini contoh makalah nya



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Pemerintah maupun swasta memiliki banyak lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses belejar mengajar yang dijalankan oleh kepala sekolah,guru dan siswa. Dalam hal ini terdapat dua pemimpin yang paling berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan yakni kepala sekolah dan guru. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan dalam persfektif globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan serta untuk menyukseskan manajemen berbasis sekolah dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
            Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan dalam implementasinya di lapangan. Kegagalan demi kegagalan antara lain disebabkan oleh masalah manajemen yang kurang tepat, penempatan tenaga pendidikan  tidak sesuai dengan bidang dan keahlian, penanganan masalah bukan oleh ahlinya, sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu  pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang belum dapat diwujudkan. Untuk dapat mewujudkan pendidikan nasional, kepala sekolah adalah sosok yang paling diharapkan untuk mewakili pemerintah dalam menerapkan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta kemajuan sekolah yang dipimpinnya.
            Tipe kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penting dan strategis dalam kerangka peningkatan kualitas dan kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Supriyadi dikutip dari buku Mulyasa menyatakan bahwa: “erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan di sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku peserta didik”[1].
            Dalam hal itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pemdidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 23 Tahun 1990 bahwa:
Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,  administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan dan pemeliharaaan sarana dan prasarana.selain itu kepala sekolah merupakan figur sentral yang harus menjadi  teladan bagi tenaga kependidikan lain di sekolah. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa  kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal dan kebutuhan lain yang pantas didapatnya[2].
            Dengan kemampuan manajerial, baik kemampuan teknik, kemampuan hubungan kemanusiaan, kemampuan konseptual yang memadai diharapkan kepala sekolah mampu menggerakkan seluruh potensi sekolah termasuk dapat memacu peningkatan kualitas kinerja  para guru di sekolah tersebut. Dengan kinerja guru yang berkualitas maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan optimal. “Ada dua aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sekolah yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja para gurunya”[3].
            Pertama, kemampuan kepala sekolah dalam membuat perencanaan, mengorganisir, memimpin, memotivasi, mengendalikan dan mengevaluasi seluruh sumber daya yang ada di sekolah merupakan hal penting dan strategis dalam upaya pencapaian kemajuan suatu sekolah. Sekolah sebagai suatu system social, mempunyai dimensi yang sangat kompleks sehingga tidak dapat terlepas dari berbagai permasalahan yang menuntut adanya pemecahan yang komprehensif dan dapat diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu diperlukan seorang pemimpin (Kepala Sekolah) yang memiliki kemampuan manajerial yang memadai sehingga diharapkan dapat terwujud kondisi sekolah yang dinamis dan kondusif dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah yang bersangkutan.
            Namun, fenomena lapangan hingga saat ini penguasaan konsep administrasi dan manajerial serta regulasi-regulasi yang relevan dengan tugas kependidikan sekolah tampaknya belum banyak dipahami oleh kepala sekolah. Mereka cenderung bekerja secara apa adanya dengan mengandalkan pengalaman mereka sejak diangkat menjadi guru, wali kelas, dan pembantu kepala sekolah hingga diangkat menjadi kepala sekolah. Selain itu, banyak di antara mereka yang karena tidak dipersiapkan secara khusus, maka pemahaman terhadap perubahan yang terjadi di luar system pendidikan sangatlah rendah sehingga akhirnya kemampuan untuk memotivasi dan mengatur bawahan juga menjadi sangat minim.
            Kedua, kinerja atau unjuk kerja guru di sekolah merupakan suatu hal utama yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak terutama dari para kepala sekolah, supervisor/ pengawas, dan yang berwenang lainnya. Hal ini dapat dipahami karena dengan adanya kinerja guru akan dapat menunjang tercapainya proses dan out put pendidikan yang berkualitas. Namun demikian, masalah kinerja guru bukanlah masalah sederhana, melainkan merupakan permasalahan yang sangat kompleks karena melibatkan banyak unsur yang sangat terkait, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
            Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian terhadap kepala sekolah dan guru-guru di sekolah Tsanawiyah YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tentang: “Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang”. Kriteria keberhasilan kinerja guru dapat dilihat dengan kompetensi yang dimilki oleh guru dalam mendidik sehingga menghasilkan lulusan atau alumni swasta yang sesuai dengan standard kompetensi nasional. Sehingga dapat dilihat apakah kepemimpina kepala sekolah dapat meningkatkan standard kompetensi yang dimiliki oleh guru-guru yang ada di sekolah Tsanawiyah swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
            Kemudian dilihat dari kepemimpinan kepala sekolah telah memberi dampak yang signifikan terhadap keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Oleh karena itu judul yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah: “Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang”.
B. Identifikasi Masalah
            Sesuai dengan latar belakang masalah dan judul penelitian, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1.      Masih banyak kepala sekolah yang tidak mempunyai tipe kepemimpinan (merencanakan, mengorganisir,melaksanakan, memimpin, dan mengawasi)
2.      Kurangnya aktifitas dan kemampuan manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas atau pun kinerja guru.
3.      Masih banyak kepala sekolah yang menganggap bahwa jabatan sebagai kepala sekolah hanya sebatas menangani urusau administrasi sekolah.
4.      Kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap peningkatan kompetensi guru.
5.      Kurangnya tanggung jawab kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.
6.      Rendahnya kinerja guru di sekolah dalam merencanakan keberhasilan proses pembelajaran.
7.      Rendahnya standard kompetensi yang dimiliki guru di sekolah sehingga masih banyak kelemahan dalam kinerja guru.
8.      Masih banyak sekolah yang tidak sungguh-sungguh dalam penerapan manajemen berbasis sekolah sehingga target untuk mencapai keberhasilan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan belum tercapai.
C. Batasan Masalah
            Untuk menghindari penyimpangan dari pokok permasalahan, penelitian ini dibatasi dengan memfokuskan masalah menjadi dua variable, yaitu:
1.      Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah (merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, memimpin, dan mengawasi) sebagai variabel bebas (X)
2.      Kinerja guru sebagai variabel terikat (Y)

D. Rumusan Masalah
            Dari batasan masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1.      Bagaimanakah Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?
2.      Bagaimanakah Kinerja Guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?
3.      Apakah Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?

E. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. secara rinci tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
2.      Untuk mengetahui Kinerja Guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
3.      Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta YPI Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

F. Manfaat Penelitian
1.      Sebagai masukan bagi sekolah agar mengetahui bagaimana cara meningkatkan    kinerja guru melalui tipe kepemimpinan kepala sekolah.
2.      Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam urusan manajerial sekolah demi meningkatkan kinerja guru.
3.      Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam meningkatkan kinerja guru.
4.      Sebagai alat sosialisasi bahwa dalam paradigma baru pendidikan bahwa kepala sekolah harus dituntut mempunyai kepemimpinan (meerencanakan,mengorganisir, melaksanakan, memimpin, dan mengawasi).
5.      Sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bagi para peneliti yang berminat meneliti judul ini.
6.      Sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar S1 pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Sumatera Utara Medan.


[1] Mulyasa, E, Manajemen Bebasis Sekolah: Konsep Strategi dan Implementasi. (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
[2] Saiful Sagala, Manajemen Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka  Cipta, 2000), hlm.143.
[3] Ibid.




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah


Pendidikan    pada    saat    ini    sangat    digalakan    dan    diperhatikan    oleh

pemerintah, karena pendidikan merupakan suatu alat, sarana untuk mencerdaskan

kehidupan  bangsa,  baik  pendidikan  agama  maupun  pendidikan  umum  sehingga

pemerintah   menegaskan   dalam   suatu   peraturan   perundang-undangan   tentang

berhaknya    rakyat    mendapat    pengajaran    dan    penyelenggaraan    pendidikan

sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang tertuang dalam Bab XIII

ayat 1 dan 2 bahwa: Contoh Skripsi

1.   Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran

2.   Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system

pendidikan nasional yang diatur oleh Undang-undang (UUD 1945).

Adapun  srategi  yang  tepat  dalam  menghadapi  tantangan  dan  peluang

global   adalah  meningkatkan  kualitas  sumber  daya  menusia  dengan  mereformasi

keseluruhan   bidang   kehidupan,   termasuk   meningkatkan   kualitas   di   bidang

pendidikan   dengan   cara   mengelolah   system   pendidikan   nasional   agar   dapat

sejalan  dengan  dinamika  global,  karena  menurut  pengamatan  pakar  pendidikan,

pendidikan  nasional  di  Indonesia  dewasa  ini  dalam  keadaan  terburuk  dan  perlu

adanya  paradigma  baru,  tentulah  paradigma  baru  pendidikan  nasional  tersebut
disesuaikan   dengan   cita-cita   reformasi   dan   diarahkan   dalam   rangka   koridor

reformasi juga, yaitu menuju masyarakat Indonesia yang baru. Contoh Skripsi


Adapun  kisi  dan  koridor  reformasi  adalah  demokrasi,  menghormati  nilai-

nilai  manusia  atau  HAM,  dan  otonomi  daerah  yang  ditujukan  kepada  tanggung

jawab masyarakat didalam kehidupannya dalam masyarakat terbuka.   Keterkaitan

pendidikan   dalam   otonomi   pendidikan   justru   akan   memperkuat   dasar-dasar

pendidikan  pada  tingkat  grass  root  (akar  rumput)  untuk  membentuk  masyarakat

Indonesia yang bersatu berdasarkan kebhinekaan masyarakat.

Sehubungan   dengan   adanya   otonomi   pendidikan   itu,   muncul   isu-isu

kebijakan  penylenggaraan  pendidikan  nasional  yang  perlu  direkonstruksi,  agar

tercapai  tujuan  dan  standar  kompetensi  pendidikan.  Diantara  isu  tersebut  adalah

peningkatan   kualitas   pendidikan,   karena   pada   kenyataannya   masih   banyak

dijumpai kurangnya minat iswa lulusan pendidikan menengah untuk melanjutkan

studi ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini menunjukan kualitas pendidikan belum

tercapai secara optimal, perlu adanya koreksi system pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan. serta dilanjutkan dengan upaya-upaya peningkatan kualitas

Di  era  sekarang  mutu  atau  kualitas  merupakan  hal  yang  sangat  penting,
baik  dalam  bidang  pendidikan,  bisnis,  dan  pemerintahan.  Yang  menjadi
masalah  dalam  system  pendidikan  saat  ini  yaitu  tidak  bias  menghasilkan
lulusan   atau   out   put   yang   siap   memenuhi   kebutuhan   masyarakat.
Akibatnya para lulusan yang tidak siap menjadi warga hanya akan menjadi
beban  masyarakat,  yang  berdampak  pula  pada  system peradilan  kriminal,
lantaran   mereka   tidak   dipersiapkan   untuk   memenuhi   kebutuhan   masa


depannya,  dan  yang  lebih  parah  lagi  mereka  akan  menjadi  warga  Negara
yang merasa terasing dari masyarakatnya.
Jerome    yang    dikutip    oleh    Syafaruddin,    kondisi    tersebut

menyebabkan  sebagian  masyarakat  menjadi  pesimis  terhadap  proses  pendidikan.

Mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptakan mobilitas

social secara vertical karena pendidikan tidak menjanjikan pekerjaan yang layak,

kurang menjamin masa depan siswa yang lebih baik.
Adapun factor-faktor input itu berada dalam lembaga pendidikan, sehingga

jika  factor  input  tersebut  terpenuhi  maka  kualitas  sekolah  akan  meningkat,  dan

otomatis kualitas pendidikan. Oleh karena itu, bagaimana kiranya sebuah lembaga

pendidikan dapat mengelolah proses pendidikan yamg mampu membentuk out put

yang  berkualitas,  sehingga  lembaga  pendidikan  tersebut  menjadi  sekolah  yang

unggul dan akan memberi pengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Akan   tetapi   perlu   diingat   mancapai   kualitas   pendidikan   hendaknya

mengorientasi   pendidikan   pada   tujuan   Nasional   Indonesia   sebagaimana   yang

termuat  dalam  UUSPN  No.  20  Tahun  2003  Bab  II  Pasal  3  tentang  system

pendidikan Nasional, yaitu;

"Mengembankan   potensi   peserta   didik   agar   menjadi   manusia   yang
beriman  dan  bertqwa  kepada  Tuhan  Yang  maha  Esa,  berakhlak  mulia,
sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri,  dan  menjadi  warga  Negara  yang
demokratis dan bertanggung jawab".

Dengan  demikian  out  put  pendidikan  yang  dikeluarkan  berkualitas  sesuai

apa yang dicita-citakan dan mampu mengikuti perkembangan zaman, sebab di era

3Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prnsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, Hlm. 1
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dan Pendidikan, Konsep Strategi, dan Aplikasi, Gazindo,
Jakarta, 2002, Hlm. 19 

 
ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  berkembang  dan  maju  dengan  pesat,  maka

perlu   penyesuaian   dibidang   pendidikan,   yaitu   pendidikan   yang   dilaksanakan

hendaknya  berwawasan  IPTEK  agar  bangsa  Indonesia  tidak  tertinggal  dengan

bangsa lain.

Begitu halnya dengan aspek-aspek dalam system pendidikan nasional yang

perlu diperhatikan, diantaranya substansi atau isi, sarana, metode dan manajemen.

Sebagai  contoh  kemajuan  teknologi  informasi  yang  menuntut  penyempurnaan

dalam  metode  belajar  dan  penyesuaian  dalam  substansi  kurikulum  yang  tidak

merubah  visi  dan  misi  system  pendidikan  nasional.  Sehubungan  dengan  hal  itu

maka diperlukan manajemen pendidikan yang baik. Contoh Skripsi

Dalam   rangka   menghadapi   tuntutan   masyarakat,   lembaga   pendidikan

masyarakat   termasuk   pondok   pesantren   haruslah   bersifat   fungsional,   sebab

lembaga  pendidikan  sebagai  salah  satu  wadah  dalam  masyarakat  bias  dipakai

'pantu  gerbang'  dalam  mengahadapi  tuntutan  masyarakat,  ilmu  pengetauhan  dan

teknologi   yang   terus   mengalami   perubahan.   Untuk   itu   lembaga   pendidikan,

termasuk  pondok  pesantren  perlu  mengadakan  perubahan  secara  terus-menerus

seiring  denganprkembangan  tuntutan  yang  ada  dalam  masyarakat  yang  lainnya.

Pondok  pesantern  telah  lam  menjadi  tumpuan  pendidikan  masyarakat  'religius'

tidak boleh mengabaikan tuntutan perubahan tersebut. Meskipun filosofi dasarnya

'tetap'  dipegang  teguh,  yakni  mendidik  kemandirian  masyarakat  berdasarkan

keyakinan keagamaan, namun dengan adanya perubahan dalam era global tersebut

perlu  dilakukan  penyesuaian  terutama  dalam  manajemen  pendidikannya,  agar
keberadaan   pendidikan   di   pesantren   tetap   eksis   dan   tidak   terhimpit   oleh




keberadaan lembaga pendidikan lainnya. 

sebagaimana yang dikutip oleh Syafaruddin mengemukakan

bahwa  'kondisi  yang  menyebabkan  rendahnya  kualitas  pendidikan  berasal  dari

berbagai macam sumber, yaitu lemahnya perancangan kurikulum, ketidakcocokan

pengelolaan   gedung,   lingkungan   kerja   yang   tidak   kondisif,   ketidaksesuaian

system  dalam  prosedur  (manajemen),  tidaj  cukupnya  jam  pelajaran,  daya  dan

pengembangan staf'.

Sebagian  para  pakar  pendidikan  mengibaratkan  dunia  pendidikan  sebagai

suatu  industri  yang  komponen-komponennya  perlu  dikelolah  secara  efesien  dan

prifesional   agar   menghasilkan   komoditi   yang   berkualitas   tinggi   serta   dapat

dipasarkan, salah satunya persyaratan bagi berhasilnya pendidikan adalah adanya

system manajemen kurikulum, guru, kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan,

dan  manajemen  hubungan  antar  masyarakat  yang  memadai  menjadi  salah  satu

persyaratan berhasilnya sebuah lembaga pendidikan. Contoh Skripsi

Peningkatan  kualitas  pendidikan  di  Indonesia  terus  dilakukan.  Hal  ini

terbukti  dengan  adanya  keseriusan  pemerintah  mengenai  permasalahan  dibidang

pendidikan.    Dengan    adanya    kebijakan    mengenai    disentralisasi    pendidikan

diharpkan   lembaga-lembaga   pendidikan   mampu   mengembangkan   lembaganya

dan  lebih  meningkatkan  kualitas  pendidiknya  khususnya  di  pesantren,  berbagai

lembaga  pendidikan  seakan  berlomba  untuk  menghasilkan  out  put  pendidikan
yang  kopeten  dan  memiliki  pemahaman  tentang  ilmu  pengetahuan  yang  telah

dipelajari.

Berdasarkan masalah yang ada, menurut Departemen Pendidikan Nasional

paling  tidak  dapat  diindentifikais  sedikitnya  ada  tiga  factor  yang  menyebabkan

kualitas pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata, antara lain:

Faktor   pertama,   kebijakan   dan   penyelenggaraan   pendidikan   Nasional

menggunakan   pendekatan   education   production   function   atau   input,   output,

analisis yang tidak dilaksanakansecara konsekuen, pendekatan ini melihat bahwa

lembaga   pendidikan   berfungsi   sebagai   pusat   produksi   yang   apabila   input

pendidikan   seperti   pelatihan   guru,   pengadaan   buku   dan   alat   pelajaran,   dan

perbaikan   sarana   dan   prasarana   pendidikan   lainnya   dipenuhi,   maka   kualitas

pendidikan   (output)   secara   otomatis   akan   terjadi.   Dalam   kenyataan,   mutu

pendidikan  yang  diharapkan  tidak  terjadi.  Mengapa?  Karena  selama  ini  dalam

menerapkan pendekatan education production funcition terlalu memusatkan pada

input  pendidikan  dan  kurang  memperhatikan  pada  proses  pendidikan.  Padahal,

proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.

Faktor   kedua,   penyelenggaraan   pendidikan   nasional   dilakukan   secara

birokratik-sentratilistik,  sehingga  penempatan  sekolah  sebagai  penyelenggaraan

pendidikan sangat tergantung pada keputusan yang mempunyai jalur yang sangat

panjang  dan  kadang-kadang  kebijakan  yang  dikeluarkan  tidak  sesuai  dengan

kondisi  sekolah  setempat,  sekolah  lebih  mementingkan  subordinasi  diatasnya,

sehingga  mereka  kehilangan  kemandirian,  keluwesan,  motivasi,  kreatifitas  atau
untuk    mengembangkan    dan    memajukan    lembaganya,    termasuk

meningkatkan kualitas pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

Factor  ketiga,  peran  serta  warga  sekolah  khususnya  guru  dan  peran  serta

masyarakat   khususnya   orang   tua   siswa   dalam   menyelenggarakan   pendidikan

selama  ini  sangat  minim.  Partisipasi  guru  dalam  dalam  pengambilan  di  sekolah

sangat   tergantung   pada   guru.   Dikenalkan   perubahan   apapun   jika   guru   tidak

berubah maka tidak akan terjadi perubahan pada sekolah tersebut.

Manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan

kualitas  pendidikan,  sebab  itu  manajemen  diupayakan  seefektif  mungkin  mampu

nenghasilkan out put yang berkualitas. Sedangkan manajemen yang baik itu hanya

bias  dilakukan  oleh  manajer  yang  profsional  dan  berwawasan  kedapan,  karena

seorang  manajer  yang  pofesional  akan  bertanggung  jawab  terhadap  apa  yang

dipimpinnya.  Sesuai  dengan  hadist  Nabi  SAW  dalam  kitab  Riyadlus  Sholihin

(Imam Muhyiddin Zakariyah ; 174).

Manajemen  juga  diakui  sebagai  salah  satu  factor  yang  sangat  penting

dalam  sebuah  lembaga  pendidikan  sehinnga  jatuh  bangunnya  ebuah  lembaga  itu

diantaranya disebabkan oleh kualitas manajemen yang dikembangkan.

Peranan   manajemen   demikian   signifikan   dalam   menentukan   kualitas

sebuah   lembaga   pendidikan.   Karena   garapannya   meliputi   pengorganisasian,

pengelolaan,  dan  pemberdayaan  segala  sumber  daya.  Batu,  pasir,  genting,  bata,

semen,  dan  kayu  tidak  akan  menjadi  rumah  jika  tanpa  manakemen  yang  sesuai

dengan  fungsi  dan  perananya  secara  efektif  dan  efesien.  Demikian  pula  dengan

potensi guru, masyarakat, gedung dan fasilitas lainnya. Dengan demikian jelaslah
peran  manajemen  pendidikan  sangatlah  penting  dalam  pencapaian  dan

peningkatan kualitas pendidikan.

Pondok    Pesantren    Ar-Risalah    Salafi    Terpadu    di    Lirboyo    Kediri,

Merupakan   pondok   pesantren   yang   cukup   terkenal   di   Jawa   Timur,   Pondok

Pesantren   Lirboyo   terkenal   dengan   pendidikan   salafiyah,   tradisional   sampai

modern  di  pondok  pesantren  Ar-Risalah  Terpadu  Lirboyo  ini,  memiliki  macam-

macam pendidikan yang cukup unik, yaitu gabungan antara pendidikan salafiyah

dan   pendidikan   pada   umumnya.   Adapun   macam-macam   unit   pendidikannya

adalah   bimbingan   Qira'ati,   al-Qur'an   Binadhar   (secara   melihat),   al-Qur'an

Bilghaib, Madrasah Diniyah, Sekolah Dasar, SMP, SMU, dan Ekstrakurikuler.

Dalam pondok Pesantren Terpadu Ar-Risalah Lirboyo Kediri ini termasuk

pendidikan terpadu yang cukup favorit. Kebanyakan santri yang ada di pesantren

ini dari kalangan menengah keatas, dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dalam

keseharian santri diharuskan berbahasa asing, diantaranya:   bahasa Arab, Inggris,

Jepang,  dan  Mandarin.  Salah  satu  tujuan  dari  pesantren  salafiyah  terpadu  adalah

untuk memudahkan dalam menerapkan pendidikan berbasis beraktifitas dan KBK.

Berdasarakan   fenomena   diatas,   maka   peneliti   merasa   tertarik   untuk

mengetahui   bagaimana   manajemen   pendidikan   dalam   meningkatkan   kualitas

pendidikan,   yang   tetap   mengutamakan   salafiyahnya,   dan   tidak   kalah   dengan

pendidikan  formal  lainnya.  Disamping  itu  peneliti  ingin  menunjukkan  bahwa

keberadaan     pesantren     tidak     ekslusif     lagi     dengan     memantapkan     dan

mengembangkan kurikulum demi meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren.

Hasil  pengamatan  serta  observasi  ini  akan  dituangkan  peneliti.  Dalam  sebuah
karya   tulis   ilmiah   yang   berjudul   "Manajemen   Pendidikan   Dalam   Meningkat

Kualitas   Pendidikan   (di   SMP   Pondok   Pesantren   Ar-Risalah   Salafi   Terpadu

Lirboyo Kediri)".
B.   Rumusan Masalah

1.   Bagaimana  manajemen  pendidikan  di  SMP  Ar-Risalah  Lirboyo  Kediri

dalam meningkatkan kualitas pendidikan

2.   Apa  saja  kendala-kendala  yang  dihadapi  dalam  meningkatlan  kualitas

pendidikan di SMP Ar-Risalah Lirboyo Kediri