Thursday 12 May 2016

Contoh makalah .Kelemahan-kelemahan Dalam Diri Manusia-.Kelemahan-kelemahan Dalam Diri Manusia




.Kelemahan-kelemahan Dalam Diri Manusia
MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Peradaban Islam
Yang Di Ampu Oleh Bapak:
 Mohammad Farah Ubaidillah
                                                                                               

Di Susun Oleh :
Indana Khoirul Abidah (18201501010076)
                 Akhmad Rifki                    (18201501010047)
Mailah                                (18201501010094)












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016

KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirahim
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun tidak bisa di pungkiri didalamnya masih terdapat kekurangan- kekurangan yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami kuasai. Namun inilah kemampuan yang kami miliki.
Shalawat dan salam semoga senantiasa mengalir deras keharibaan sang reformis kita nabi besar Muhammad SAW, karena berkat kegigihan dan semangat beliaulah kita bisa tereleminasi dari alam jahiliyah manuju alam ilmiyah seperti apa yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini ialah semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, lebih-lebih kepada penulis. Dan terimakasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang dalam hal ini bapak MOHAMMAD FARAH UBAIDILLAH yang telah bersedia membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula ungkapan terima kasih kami kepada teman- teman yang telah sudi membantu dan bekerja sama dalam merampungkan keseluruhan karya tulis ini.
Dalam makalah kami, tentunya masih terdapat kekurangan baik dalam penyusunan ataupun yang lainnya dan itu merupakan kelemahan kami yang tidak sempurna sebagai seorang insan. Dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang mendukung dari para pembaca demi baiknya makalah kami pada tahap selanjutnya.


Pamekasan, 03 april 2016

Kelompok VIII
                        
DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii      
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….......... 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2

BAB II : PEMBAHASAN      
A.  Fitrah Kelemahan Manusia............................................................... .3
B.  Kelemahan-kelemahan Manusia........................................................ .5
C.  Faktor AkibatKelemahan Manusia................................................... 11
D.  Cara Mengatasi Kelemahan Manusia................................................ 12
BAB III : PENUTUP
A.  Kesimpulan....................................................................................... 13
B.  Saran ……………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14







BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Al- qur’an mendeskripsikan  bahwa asal usul dari manusia ialah nutfah ( sari pati) yang berasal dari tanah, dan dari sari pati tersebut dijadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah  lalu dijadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu di bungkus dengan daging, maka dengan proses tersebut terciptalah makhluk lain yakni manusia. Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki sifat yang universal, kata manusia didalam Al- qur’an ialah insan yakni makhluk yang memiliki kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak.
Manusia diberi petanggung jawaban sebagai kholifah dibumi karna manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dari makhluk-makhluk yang lain, dengan adanya suatu fitrah yang ada pada diri manusia, akan menimbulkan suatu kebebasan dalam menjalani amanah yang diberikan oleh Allah, namun dengan adanya unsur kebebasan tersebut manusia mempergunakan fitrah tersebut baik dalam keadaan positif maupun negatif, karna manusia itu masih memiliki gejala-gejala yang akan menimbulkan perbuatan negatif sehingga manusia bisa dikatakan dengan khalifah yang baik ataupun khalifah  yang buruk yakni makhluk perusak di bumi, dengan adanya beberapa karakter jiwa dalam diri manusia, maka dengan karakter tersebut manusia akan bisa dinilai sebagai kholifah atau sebagai musuh. untuk lebih jelasnya kami akan membahas dalam makalah ini mengenai kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam diri manusia.




B.   Rumusan Masalah
1.         Apakah Pengertian Fitrah Kelemahan Manusia?
2.         Bagaimanakan Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia?
3.         Apa Faktor Dari Kelemahan Dalam Diri Manusia?
4.         Bagimanakah Cara Mengatasi Kelemahan Manusia?

C.  Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Fitrah Kelemahan Manusia
2.      Untuk Mengetahui Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia
3.      Untuk Mengetahui Faktor Dari Kelemahan Dalam Diri Manusia
4.      Untuk Mengetahui Cara Mengatasi Kelemahan manusia













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fitrah Kelemahan Manusia
Kata manusia dalam Al-Qur’an mempunyai tiga kelompok yakni Al-basyar, kelompok kedua al-ins, al-unas, dan al- nas, dan kelompok ketiga ialah bani adam. Fitrah dalam manusia memiliki banyak arti jika di kaitkan dengan istilah penamaan manusia yang disebutkan oleh Al-qur’an. Namun kelemahan yang ada pada diri manusia adalah suatu fitrah dalam diri manusia, karena manusia adalah al-insan, kata al-insan berasal dari kata nasiya yansa yang memiliki arti lupa dan uns yang berarti jinak, mesra , harmonis, dan tampak, dan bersal dari kata nasa yanusu yang berarti berguncang. Jadi dalam kata insan terkandung makna manusia adalah makhluk  psikologis yang memiliki kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak. Inilah suatu fitrah yang tidak bisa dirubah dalam ciptaannya, fitrah manusia adalah potensi yang mendorong kepada hal- hal yang positif maupun hal-hal negatif.[1] Dalam Al-qur’an manusia memiliki dua predikat yaitu sebagai hamba Allah(Abdullah) dan sebagai wakil Allah(kholifatullah). Sebagai hamba, manusia  telah diciptakan dalam keadaan lemah dalam firman Allah: al- rum 54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$# ÇÎÍÈ  
Artinya:  Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
Dalam ayat tersebut, Allah tidak mengatakan “ menciptakan kamu lemah, atau dalam keadaan lemah.” “ tapi dia mengatakan menciptakan kamu dari keadaan lemah.” Sehingga seakan- akan kelemahan itu merupakan materi pertama mereka yang darinya bangunan tubuh mereka diciptakan. Dan kelemahan yang disebut oleh ayat tersebut  mempunyai beberapa makna dan bentuk bangunan manusia ini. Ia adalah ssosok yang lemah tubuhnya yang tercemin dalam sel kecil yang darinya tumbuh janin manusia. Kemudian dalam janin dan fase-fasenya. Yang pada semuanya itu rapuh dan lemah. Setelah itu pada saat menjadi bayi dan kanak-kanak hingga sampai ke usia matang dan kesempurnaan tubuh. Kemudian kelemahan materi asal pembentukan manusia yaitu tanah, yang jika tidak ada tiupan ruh dari Allah, niscaya ia tetap dalam bentuk materinya. Hal itu jika dibandingkan dengan penciptaan manusia adalah  sesuatu yang lemah sekali. Lalu ia lemah dalam bangunan kejiwaannya di hadapan godaan, dorongan, kecendrungan dan syahwat. Jika tidak ada tiupan ilahi dan tekad serta kesiapan yang Allah ciptakan dalam sosok manusia itu, niscaya dia akan menjadi makhluk yang lebih lemah dari hewani yang hanya mengendalikan dengan insting.
“Kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah menjadi kuat”
Kekuatan dengan seluruh makna itu yang datang dalam pembicaraan ttentang kelemahan. Kekuatan dalam bangunan tubuh, dalam bangunan kemanusiaan , dan dalam bangunan jiwa dan akalnya.
“Lalu Dia menjadikan  kamu sesudah  kuat itu lemah kembali dan beruban”
Kelemahan dalam bangunan manusia, karena usia tua merupakan fase penurunan kearah posisi kanak- kanak dengan semua bentuknya, bisa pula disertai dengan kelemahan jiwa yang timbul dari kelemahan kehendak, sehinggan seorang tua renta terkadang berlaku tak jelas seperti kanak- kanak, dan dengan tumbuhnya uban padanya. Inialah fase-fase yang pasti dilewati oleh setiap manusia yang fana ini, dan pasti dirasakan bagi orang yang diberi umur panjang.  Ini membuktikan bahwa mausia berada pada genggaman Allah.
Makhluk yang diaturnya pasti mempunyai akhiran  yang juga telah ditetapkan  dari itu digambarkan dengan terjadinya hari kiamat.[2]
Manusia juga digambarkan dengan makhluk yang kecil dan terbatas secara sikologis, setiap yang lemah membutuhkan perlindungan kepada yang lebih kuat, dan yang merasa kecil membutuhkan perlindunngan yang lebih besar. Oleh karena itu, ketika manusia sebagai makhluk yang kecil dan lemah berada pada posisi terancam, terpojok, dan tidak ada jalan keluar, maka didalam dirinya muncul pengharapan akan datangnya yang maha kuat, yang maha besar; yang diharap dapat membantunya keluar dari situasi ketidak berdayaannya. Ketika bayi menyadari berada dalam kesendirian, ia akan menangis ketakutan, entah takut kepada siapa atau apa namun ketika sang ibu datang menghampirinya  ia merasa terlindungi. Itulah fitrah manusia pada saat membutuhkan kehadiran yang maha kuat.[3] Kata al- fitrah mengandung beberapa makna yaitu suatu kecendrungan alamiah bawaan sejak lahir, penciptaan yang menyebabkan sesuatu ada untuk pertama kalinya, serta struktur atau ciri alamiah manusia.[4]
B.       Kelemahan- kelemahan dalam diri Manusia
Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan manusia juga menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia banyak di cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Manusia di cela karena kebanyakan mereka mereka tidak mau melihat kebelakang, tidak mau memahami atau tidak mau memahami tujuan hidup jangka panjang sebagai makhluk yang di beri dan bersedia menerima amanah. Manusia tidak mampu memikul amanah yang di berikan Allah kepadanya, maka manusia bisa tak berarti dibandingkan dengan setan dan binatang buas  sekalipun derajat manusia direndahkan.[5] Sebagai mana firman Allah: al-ahzab 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ  
Artinya: Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat(tugas-tugaskeagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amant itu oleh manusia. Sesunguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.”
Sesungguhnya langit, bumi, dan gunung- gunung yang dipilih oleh Al-qur’an sebagai bahan bahasan. Adalah makhluk-mahluk yang besar dan agung, dimana manusia tinggal di dalamnya atau disekitarnya sehingga, bila dibandingkan denganya maka manusia akan tampak sangat kecil.
Makhluk- makhluk yang besar dan agung itu mengenal penciptanya tanpa usaha apapun. Ia pun tunduk kepada sistemNya, dan hukumnya yang sebenarnya ia tunduk kepada system dan hokum penciptanya itu dengan ketundukan langsung tanpa harus berfikir dan tanpa perantara rasul. Ia berjalan sesuai dengan aturan hokum itu. Ia berputar pada porosnya dengan berjalan mengelilingi jalurnya pada galaxsi alam semesta dan, ia melakukan tugasnya sesuia dengan tabianya dan hukumnya tanpa kesadaran dan pilihnnya.
Matahari berjalan dan berputar pada jalurnya yang teratur dan selamanya tidak akan kacau dan menyimpang. Ia menunaikan tugasnya dengan menyinari alam semesta yang telah ditetapkan atas dirinya. Sehingga, ia menunaikan tugasnya dengan sempurna walaupun tanpa keinginannya. Bumi pun berputar pada porosnya, mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, member makanan kepada penghuninya, menguburkan dan menimbun mayat-mayatnya, dan sumber-sumber air terpancar darinya sesuai dengan sunnah Allah tanpa kehendak diriya. Demikian pula bulan,bintang, planet, angin, awan, udara,air, gunung dan lembah-lembah semuanya berfungsi sebagaiman mestinya dengan izin dari Tuhannya mereka semua mengenal penciptanya dan tunduk kepada kehendakNya tanpa upaya darinya, tanpa usaha dan keletihan. Mereka semua telah menyatakan keengganan dalam mengemban amanat yang besar itu. Yaitu, amanat kehendak, amanat ma’rifat yang khusus, dan amanat usaha yang khusus.
Manusia yang mengenal Allah dengan pengetahuannya dan perasaannya pasti tetuntun kepada hukumNya dengan pikiran dan pandangannya. Dan, dia beramal sesuai dengan dengan hokum itu karena usaha dan pengorbanannya. Menaati allah dengan kehendaknya dan kemauan dirinya sendiri melawan kecenderungan penyimpangan dan libidonya, dan menentang segala larangan nafsu dan syahwatnya. Dalam setiap langkahnya itu dia sadar, berkehendak, mengetahui, dan memilih jalannya. Dan, dia tau kemana jalan itu akan mengantarnya.
Sesungguhnya amanat itu sangat besar, namun manusia telah menyatakan kesanggupan memikulnya. Padahal, dia sangat keci tubuhnya, sedikit kukuatannya, lemah usahanya, terbatas umurnya, serta dia diliputi dan digerakan oleh syahwat, nafsu, kecenderungan, dan ketamakan. Sesungguhnya langkah menyanggupi beban yang berat itu merupakan bahaya yang sangat besar. Oleh karena itu, manusia” sangat zhalim” kepada diinya sendiri, dan jahil terhadap kekuatannya. Hal itu bila dibandingkan dengan beratnya dan besarnya beban yang harus dia tanggung. Sehingga, ketika manusia mampu melaksanakan beban itu, mengetahui penciptanya tertuntun langsung pada hukumNya, tunduk secara sempurna kepada kehendakNya dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri, maka dia telah sampai kepada kedudukan yang mulia dan kedudukan yang langka diantara makhluk Allah. Kehendak, usaha, pengetahuan, dahn pelaksanaan beban amanah itulah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya itulah penyebab penghormatan manusia yang diumumkan kepada keseluruh malaikat ketika Allah akan memerintahkan para malikat untuk bersujud kepada adam dan Allah memaklumatkan hal itu dalam Al-qur’an yang abadi.[6]
Kelemahan-kelemahan pada diri manusia memiliki kapasitas yang terdapat pada fisik, psikis, intelektual, dan spiritual yang berbeda-beda.
1.    Kelemahan fisik mewujudkan pada ketergantungannya dengan unsur lain sperti makanan, minuman, istirahat, pengobatan, dan lainnya, dan berwujud pada kematian. Itulah kelemahan fisik manusia didalam Al-qur’an Allah menciptakan manusia baik individu maupun social, dari keadaan lemah, kemudian berproses menjadi kuat, dan kemudian menjadi lemah kembali.
2.     Kelemahan dan keterbatasan psikis manusia mewujudkan dalam bentuk tidak mampu mengendalikan diri (tidak sabar, emosi, takut, terkejut, dan ssedih.) Al- qur’an menyebutkan bahwa manusia di ciptakan dengan memiliki rasa keluh kesah dan kikir sebagai mana di firmankan: al- maarij 19-21
* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ   #sŒÎ) çm¡¡tB Ž¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ   #sŒÎ)ur çm¡¡tB çŽösƒø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ  
Artinya:Sesungguhnya manusia diciptakn bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapt kebaikan ia kikir.”                                                                                          
Sungguh seakan-akan setiap perkataannya merupakan sebuah sentuhan dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat- sifat kelemahan manusia. “keluh kesah” ketika ditimpa kesusahan dan kesedihan. Ia mengira bahwa kesedihan itu bersifat abadi, kekal, dan tiada yang dapat menghilangkannya. Ia juga mengira bahwa masa-masa yang akn datang itu akan terus menjadi petaka baginya, maka dipenuhi hatinya dengan bermacam-macam kesedihan, keburukan, dan duka nestapa. Sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa tidak akan ada keterlepaan dari kesedihan itu. Dan ia tidak mengharapkan perubahan dari Allah, krena ia telah di robek-robek oleh keluh kesah. Sifat yang lain ialah “ sangat kikir” terhadap kebaikan jika ia mendapatkannya. Ia mengira bahwa kebaikannya dan keberhasilannya itu adalah karena usaha dan jerih payahnya sendiri . karena itulah sifat kikir muncul dalam manusia dan memonopoli kekayaan itu untuk sendirinya. Sehingga jdilah mereka tawanan dari kekuasaannya, dan menjadi budak dari kerakusannya. Hal inilah disebabkan ia tidak mengerti hakikat rezeki dan peranannya. Ia tidak melihat kebaikan tuhannya karena sudah berputus hubungannya, dan hatinya sudah kosong dari merasakan keberadaan dan campur tanganNya.

Karena itulah, ia selalu berkeluh kesah  dalam kedua kondisi, yaitu, berkeluh kesah disaat susah, dan berkeluh kesah ketika mendapat kebaikan atau kesenangan. Inilah gambaran buruk manusia  ketika hatinya kosong  dari iman. Ketika hatinya kosong dari iman yang menegakkan meluruskannya ini, maka ia akan senantiasa terombang- ambinng, goyah, bagaikan bulu yang diembus angin, ia akan senantiasa goncang dan takut.[7]
Kelemahan psikis ini karena dekat dengan mengik يعلutinya hawa nafsu yang sebagai alat bagi setan untuk menjerumuskannya. Rasulluh bersabda:
عن ابي يعلى شداد بن او س رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمنى على الله(رواه الترمذي وقال: حديث حسن)
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra, dari Nabi saw. beliau bersabda. “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjagga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan.”
3.    Kelemahan intelektual mewujudkan pada keterbatasan pengetahuan manusia atas realitas. Ada manusia yang mampu memilah- milah banyak masalah , tetapi ada yang sangat terbatas, ada yang mampu melihat masalah untuk tiga- empat dimensi, tetapi ada yang hanya mampu melihat satu dimensi, dalam surah Al-luqman ada lima hal yang tidak bisa diketahui oleh intelektual manusia, yaitu: (1) kapan terjadi hari kiamat, (2) kepastian hujan, (3) masa depan janin manusia yang masih dalam kandungan, dan (4) apa yang akan diperoleh esok, dan (5) dimana manusia akan mati. Dan manusia tidak akan mampu mengetahui ruh, karena ruh itu urusan Tuhan dan manusia hanya di beri sedikit pengetahuan tentangnya. (Q/17: 85).
4.      Kelemahan segi spiritual mewujudkan manusia sering lupa akan spritualnya dan mengalpakan yang menjadi kebutuhan- kebutuhan jiwanya. Karena ia terdorong oleh hawa nafsu mengejar kenikmatan duniawi dan kelezatan jasmani sehingga lupa akan kebutuhan rohaniah dan tidak memikirkan untuk memperbaiki jiwanya dengan pendidikan dan pengajaran agama dan akhlak yang mulia. Sebagai akibabat yang demikian itu, ia telah mencapai tingkata yang tertinggi dalam hal kemakmuran duniawi dan kebahagiaan lahiriyah, tetapi sangat terbelakang di bidang kemajuan spiritual dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan ideal. Ia lupa pada asal- usulnya dan menginkari kekuasaan Tuhan serta  meragukannya, ia tidak memikirkan tanda- tanda kekuasaan Allah yang ada pada dirinya sehingga dia menjadi penantantang yang nyata. Dan menyebabkan adanya segi kezaliman dan kebodohan yang terletak pada sikap mau menerima amanat tetapi tidak melaksanakan.
Firman Allah:
óOs9urr& ttƒ ß`»|¡RM}$# $¯Rr& çm»oYø)n=yz `ÏB 7pxÿõÜœR #sŒÎ*sù uqèd ÒOÅÁyz ×ûüÎ7B ÇÐÐÈ  
Artinya: “Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.”(Q,S yasiin,77)
Asal- usul terdekat tubuh manusia, ia adalah setetes air yang hina,  yang tak ada nilainya setetes air yang mengandung ribuan sel. Dan satu dari ribuan sel itulah yang kemudian menjadi janin, dan janin tersebut menjadi manusia yang menantang Rabbnya, dan Apakah hakikat nutfah itu, yang tak seorangpun  dari manusia yang meragukan mendatangkan bukti dan dalil keberadaannya.
Daya cipta Allahlah yang menjadikan dari nutfah ini sosok manusia yang kemudian menjadi penantang yang nyata itu. Alangkah jauhnya pergeseran dari awal pertumbuhan manusia hingga akhir kehidupannya. Apakah kekuatan yang mempunyai daya cipta seperti ini diragukan oleh manusia untuk membangkitkan dan mengidupkannya kembali di akhirat setelah ia mati dan hancur lebur?[8]
Asbabun- Nuzul:
Ibnu abbas menceritakan bahwa As bin Wa’il datang menemui Rasulullah saw. dengan membawa tulang yang telah rapuh dimakan usia, kemudian dia meremasnya hingga hancur dan berkata,” hai Muhammad apakah tulang yang telah aku  hancur ini akan dibangkitkan ?” jawab Nabi. “ ya, benar Allah akan membangkitkannya. Dia akan mematikanmu, kemudian menghidupkanmu lagi, kemudian memasukkanmu ke neraka jahannam. Maka turunlah ayat ini.
Dari kelemahan- kelemahan diatas mengisyaratkan kepada manusia untuk selalu berintropeksi diri dalam menjalankan amanah yang diberi oleh Allah sebagai kholifah maupun hambanya. Allah melarang manusia untuk angkuh berjalan diatas bumi dalam Al- quran Allah berfirman dalam surah al-isra’:
 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-̍øƒrB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ 
Artinya: Itulah sebagian Hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam Keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
Seunggul atau secerdas apapun wujud dari manusia masih ada yang lebih berkuasa karena manusia adalah makhluk yang diciptakan. Allah menciptakan manusia dari air yang hina dan menjijikkaan menjadikan sebuah bentuk yang sangat  bernilai dan sempurna yakni manusia.
C.      Faktor- faktor Akibat kelemahan manusia  
1.    Faktor Ruh adalah faktor yang menyumbat lorong antara Nur suci di dalam diri manusia menuju jiwa.  Kesalahan- kesalah Ruh Antara lain:
·           Menyekutukan Allah
·           Durhaka kepada orang tua
·           Zina
·           Orang pandai yang menipu
2.         Faktor jiwa adalah faktor yang menyumbat lorong antara jiwa dengan kalbu. Kesalahan-kesalahan jiwa antara lain:
·           Bakhil
·           Menyakiti tetangga
·           Menipu
·           dhalim
3.         Faktor kalbu adalah faktor yang menghambat Nur dalam kalbu memancar ke akal   manusia. Kesalahan- kesalahan kalbu antara lain:
·                    Sombong
·                    Mengumpat
·                    Judi
·              Menunda- nunda kebaikan
4.         Faktor fisik adalah kelemahan- kelemahan manusia untuk berbuat dan bekerja, yakni adanya sebuah penyakit-penyakit fisik.



D.       Cara mengatasi kelemahan dalam manusia
Manusia adalah insan yang tak pernah luput dari salah dan dosa , manusia atas dasar kesamaan tujuan membentuk organisasi-organisasi yang lebih besar. Untuk itu manusia memiliki suatu potensi dalam menjalankan amanah Allah dengan baik maupun buruk sesuai dengan kapasitas manusia  yang memiliki potensi tersebut. dan suatu kelemahan yang terdapat pada manusia bisa di tutupi dengan suatu potensi keunggulan yang ada pada diri manusia.
Adapun cara mengatasi kesalahan- kesalahan yang di peroleh dari kelemahan manusia ialah:
Ø  Banyak berzikir kepada Allah karena zikir adalah salah satu obat penembus dosa
Ø  Banyak bertaqorrub kepada Allah
Ø  Jangan melihat keatas lihatlah kebawah (rendah hati)
Ø  Lawan kelemahan dengan keunggulan yang ada pada manusia
Ø  Amar ma’ruf nahi mungkar
Ø  Bergaul dengan orang sholeh
Ø  Berlomba- lombalah dalam hal kebaikan
                                   














BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Fitrah kelemahan Manusia adalah suatu potensi manusia yang juga tidak bisa di pisah darinya, karena Manusia adalah makhluk ciptaan, yang tidak akan lepas dari kekuasaanNya. Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan manusia juga menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia banyak di cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Dari kelemahan itu mengakibatkan dhalim, sombong, bakhil dan riya.
B.     SARAN
Sesungguhnya kita semua sadar akan kelemahan yang kita semua miliki yang sudah menjadi tabiatnya, akan tetapi dengan sifat kelemahan kita juga lah yang tidak menyadarkan kita, dengan makalah ini mengingatkan kita akan kelemahan yang ada pada manusia. Semoga kita bisa menutupi kelemahan kita dengan potensi yng kita miliki.












DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Ahmad.  Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia. Jakarta: IIIT. 2002
Sayyid Qutthb, Asy- Syahid. Tafsir Fi Zhilali-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press. 2001
Baharuddin.  Paradigma Psikolog Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004

Rahayu, Iin Tri.  Psikoterapi.  Malang: UIN-Malang Press. 2099




[1] Ahmad Mubarak, Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia,( Jakarta: IIIT, 2002) hlm. 23-24
[2] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) hlm. 155-156
[3] Ahmad Mubarak, Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia, hlm. 30
[4] Baharuddin, Paradigma Psikolog Islami,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hlm.148
[5] Iin Tri Rahayu, Psikoterapi,(Malang: UIN-Malang Press, 2099) hlm. 23-24
[6] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 295-296
[7] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 24
[8] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 405







.Kelemahan-kelemahan Dalam Diri Manusia
MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Peradaban Islam
Yang Di Ampu Oleh Bapak:
 Mohammad Farah Ubaidillah
                                                                                               

Di Susun Oleh :
Indana Khoirul Abidah (18201501010076)
                 Akhmad Rifki                    (18201501010047)
Mailah                                (18201501010094)












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016

KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirahim
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun tidak bisa di pungkiri didalamnya masih terdapat kekurangan- kekurangan yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami kuasai. Namun inilah kemampuan yang kami miliki.
Shalawat dan salam semoga senantiasa mengalir deras keharibaan sang reformis kita nabi besar Muhammad SAW, karena berkat kegigihan dan semangat beliaulah kita bisa tereleminasi dari alam jahiliyah manuju alam ilmiyah seperti apa yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini ialah semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, lebih-lebih kepada penulis. Dan terimakasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang dalam hal ini bapak MOHAMMAD FARAH UBAIDILLAH yang telah bersedia membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula ungkapan terima kasih kami kepada teman- teman yang telah sudi membantu dan bekerja sama dalam merampungkan keseluruhan karya tulis ini.
Dalam makalah kami, tentunya masih terdapat kekurangan baik dalam penyusunan ataupun yang lainnya dan itu merupakan kelemahan kami yang tidak sempurna sebagai seorang insan. Dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang mendukung dari para pembaca demi baiknya makalah kami pada tahap selanjutnya.


Pamekasan, 03 april 2016

Kelompok VIII
                        
DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii      
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….......... 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2

BAB II : PEMBAHASAN      
A.  Fitrah Kelemahan Manusia............................................................... .3
B.  Kelemahan-kelemahan Manusia........................................................ .5
C.  Faktor AkibatKelemahan Manusia................................................... 11
D.  Cara Mengatasi Kelemahan Manusia................................................ 12
BAB III : PENUTUP
A.  Kesimpulan....................................................................................... 13
B.  Saran ……………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14






BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Al- qur’an mendeskripsikan  bahwa asal usul dari manusia ialah nutfah ( sari pati) yang berasal dari tanah, dan dari sari pati tersebut dijadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah  lalu dijadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu di bungkus dengan daging, maka dengan proses tersebut terciptalah makhluk lain yakni manusia. Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki sifat yang universal, kata manusia didalam Al- qur’an ialah insan yakni makhluk yang memiliki kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak.
Manusia diberi petanggung jawaban sebagai kholifah dibumi karna manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dari makhluk-makhluk yang lain, dengan adanya suatu fitrah yang ada pada diri manusia, akan menimbulkan suatu kebebasan dalam menjalani amanah yang diberikan oleh Allah, namun dengan adanya unsur kebebasan tersebut manusia mempergunakan fitrah tersebut baik dalam keadaan positif maupun negatif, karna manusia itu masih memiliki gejala-gejala yang akan menimbulkan perbuatan negatif sehingga manusia bisa dikatakan dengan khalifah yang baik ataupun khalifah  yang buruk yakni makhluk perusak di bumi, dengan adanya beberapa karakter jiwa dalam diri manusia, maka dengan karakter tersebut manusia akan bisa dinilai sebagai kholifah atau sebagai musuh. untuk lebih jelasnya kami akan membahas dalam makalah ini mengenai kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam diri manusia.




B.   Rumusan Masalah
1.         Apakah Pengertian Fitrah Kelemahan Manusia?
2.         Bagaimanakan Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia?
3.         Apa Faktor Dari Kelemahan Dalam Diri Manusia?
4.         Bagimanakah Cara Mengatasi Kelemahan Manusia?

C.  Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Fitrah Kelemahan Manusia
2.      Untuk Mengetahui Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia
3.      Untuk Mengetahui Faktor Dari Kelemahan Dalam Diri Manusia
4.      Untuk Mengetahui Cara Mengatasi Kelemahan manusia













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fitrah Kelemahan Manusia
Kata manusia dalam Al-Qur’an mempunyai tiga kelompok yakni Al-basyar, kelompok kedua al-ins, al-unas, dan al- nas, dan kelompok ketiga ialah bani adam. Fitrah dalam manusia memiliki banyak arti jika di kaitkan dengan istilah penamaan manusia yang disebutkan oleh Al-qur’an. Namun kelemahan yang ada pada diri manusia adalah suatu fitrah dalam diri manusia, karena manusia adalah al-insan, kata al-insan berasal dari kata nasiya yansa yang memiliki arti lupa dan uns yang berarti jinak, mesra , harmonis, dan tampak, dan bersal dari kata nasa yanusu yang berarti berguncang. Jadi dalam kata insan terkandung makna manusia adalah makhluk  psikologis yang memiliki kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak. Inilah suatu fitrah yang tidak bisa dirubah dalam ciptaannya, fitrah manusia adalah potensi yang mendorong kepada hal- hal yang positif maupun hal-hal negatif.[1] Dalam Al-qur’an manusia memiliki dua predikat yaitu sebagai hamba Allah(Abdullah) dan sebagai wakil Allah(kholifatullah). Sebagai hamba, manusia  telah diciptakan dalam keadaan lemah dalam firman Allah: al- rum 54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$# ÇÎÍÈ  
Artinya:  Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
Dalam ayat tersebut, Allah tidak mengatakan “ menciptakan kamu lemah, atau dalam keadaan lemah.” “ tapi dia mengatakan menciptakan kamu dari keadaan lemah.” Sehingga seakan- akan kelemahan itu merupakan materi pertama mereka yang darinya bangunan tubuh mereka diciptakan. Dan kelemahan yang disebut oleh ayat tersebut  mempunyai beberapa makna dan bentuk bangunan manusia ini. Ia adalah ssosok yang lemah tubuhnya yang tercemin dalam sel kecil yang darinya tumbuh janin manusia. Kemudian dalam janin dan fase-fasenya. Yang pada semuanya itu rapuh dan lemah. Setelah itu pada saat menjadi bayi dan kanak-kanak hingga sampai ke usia matang dan kesempurnaan tubuh. Kemudian kelemahan materi asal pembentukan manusia yaitu tanah, yang jika tidak ada tiupan ruh dari Allah, niscaya ia tetap dalam bentuk materinya. Hal itu jika dibandingkan dengan penciptaan manusia adalah  sesuatu yang lemah sekali. Lalu ia lemah dalam bangunan kejiwaannya di hadapan godaan, dorongan, kecendrungan dan syahwat. Jika tidak ada tiupan ilahi dan tekad serta kesiapan yang Allah ciptakan dalam sosok manusia itu, niscaya dia akan menjadi makhluk yang lebih lemah dari hewani yang hanya mengendalikan dengan insting.
“Kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah menjadi kuat”
Kekuatan dengan seluruh makna itu yang datang dalam pembicaraan ttentang kelemahan. Kekuatan dalam bangunan tubuh, dalam bangunan kemanusiaan , dan dalam bangunan jiwa dan akalnya.
“Lalu Dia menjadikan  kamu sesudah  kuat itu lemah kembali dan beruban”
Kelemahan dalam bangunan manusia, karena usia tua merupakan fase penurunan kearah posisi kanak- kanak dengan semua bentuknya, bisa pula disertai dengan kelemahan jiwa yang timbul dari kelemahan kehendak, sehinggan seorang tua renta terkadang berlaku tak jelas seperti kanak- kanak, dan dengan tumbuhnya uban padanya. Inialah fase-fase yang pasti dilewati oleh setiap manusia yang fana ini, dan pasti dirasakan bagi orang yang diberi umur panjang.  Ini membuktikan bahwa mausia berada pada genggaman Allah.
Makhluk yang diaturnya pasti mempunyai akhiran  yang juga telah ditetapkan  dari itu digambarkan dengan terjadinya hari kiamat.[2]
Manusia juga digambarkan dengan makhluk yang kecil dan terbatas secara sikologis, setiap yang lemah membutuhkan perlindungan kepada yang lebih kuat, dan yang merasa kecil membutuhkan perlindunngan yang lebih besar. Oleh karena itu, ketika manusia sebagai makhluk yang kecil dan lemah berada pada posisi terancam, terpojok, dan tidak ada jalan keluar, maka didalam dirinya muncul pengharapan akan datangnya yang maha kuat, yang maha besar; yang diharap dapat membantunya keluar dari situasi ketidak berdayaannya. Ketika bayi menyadari berada dalam kesendirian, ia akan menangis ketakutan, entah takut kepada siapa atau apa namun ketika sang ibu datang menghampirinya  ia merasa terlindungi. Itulah fitrah manusia pada saat membutuhkan kehadiran yang maha kuat.[3] Kata al- fitrah mengandung beberapa makna yaitu suatu kecendrungan alamiah bawaan sejak lahir, penciptaan yang menyebabkan sesuatu ada untuk pertama kalinya, serta struktur atau ciri alamiah manusia.[4]
B.       Kelemahan- kelemahan dalam diri Manusia
Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan manusia juga menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia banyak di cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Manusia di cela karena kebanyakan mereka mereka tidak mau melihat kebelakang, tidak mau memahami atau tidak mau memahami tujuan hidup jangka panjang sebagai makhluk yang di beri dan bersedia menerima amanah. Manusia tidak mampu memikul amanah yang di berikan Allah kepadanya, maka manusia bisa tak berarti dibandingkan dengan setan dan binatang buas  sekalipun derajat manusia direndahkan.[5] Sebagai mana firman Allah: al-ahzab 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ  
Artinya: Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat(tugas-tugaskeagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amant itu oleh manusia. Sesunguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.”
Sesungguhnya langit, bumi, dan gunung- gunung yang dipilih oleh Al-qur’an sebagai bahan bahasan. Adalah makhluk-mahluk yang besar dan agung, dimana manusia tinggal di dalamnya atau disekitarnya sehingga, bila dibandingkan denganya maka manusia akan tampak sangat kecil.
Makhluk- makhluk yang besar dan agung itu mengenal penciptanya tanpa usaha apapun. Ia pun tunduk kepada sistemNya, dan hukumnya yang sebenarnya ia tunduk kepada system dan hokum penciptanya itu dengan ketundukan langsung tanpa harus berfikir dan tanpa perantara rasul. Ia berjalan sesuai dengan aturan hokum itu. Ia berputar pada porosnya dengan berjalan mengelilingi jalurnya pada galaxsi alam semesta dan, ia melakukan tugasnya sesuia dengan tabianya dan hukumnya tanpa kesadaran dan pilihnnya.
Matahari berjalan dan berputar pada jalurnya yang teratur dan selamanya tidak akan kacau dan menyimpang. Ia menunaikan tugasnya dengan menyinari alam semesta yang telah ditetapkan atas dirinya. Sehingga, ia menunaikan tugasnya dengan sempurna walaupun tanpa keinginannya. Bumi pun berputar pada porosnya, mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, member makanan kepada penghuninya, menguburkan dan menimbun mayat-mayatnya, dan sumber-sumber air terpancar darinya sesuai dengan sunnah Allah tanpa kehendak diriya. Demikian pula bulan,bintang, planet, angin, awan, udara,air, gunung dan lembah-lembah semuanya berfungsi sebagaiman mestinya dengan izin dari Tuhannya mereka semua mengenal penciptanya dan tunduk kepada kehendakNya tanpa upaya darinya, tanpa usaha dan keletihan. Mereka semua telah menyatakan keengganan dalam mengemban amanat yang besar itu. Yaitu, amanat kehendak, amanat ma’rifat yang khusus, dan amanat usaha yang khusus.
Manusia yang mengenal Allah dengan pengetahuannya dan perasaannya pasti tetuntun kepada hukumNya dengan pikiran dan pandangannya. Dan, dia beramal sesuai dengan dengan hokum itu karena usaha dan pengorbanannya. Menaati allah dengan kehendaknya dan kemauan dirinya sendiri melawan kecenderungan penyimpangan dan libidonya, dan menentang segala larangan nafsu dan syahwatnya. Dalam setiap langkahnya itu dia sadar, berkehendak, mengetahui, dan memilih jalannya. Dan, dia tau kemana jalan itu akan mengantarnya.
Sesungguhnya amanat itu sangat besar, namun manusia telah menyatakan kesanggupan memikulnya. Padahal, dia sangat keci tubuhnya, sedikit kukuatannya, lemah usahanya, terbatas umurnya, serta dia diliputi dan digerakan oleh syahwat, nafsu, kecenderungan, dan ketamakan. Sesungguhnya langkah menyanggupi beban yang berat itu merupakan bahaya yang sangat besar. Oleh karena itu, manusia” sangat zhalim” kepada diinya sendiri, dan jahil terhadap kekuatannya. Hal itu bila dibandingkan dengan beratnya dan besarnya beban yang harus dia tanggung. Sehingga, ketika manusia mampu melaksanakan beban itu, mengetahui penciptanya tertuntun langsung pada hukumNya, tunduk secara sempurna kepada kehendakNya dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri, maka dia telah sampai kepada kedudukan yang mulia dan kedudukan yang langka diantara makhluk Allah. Kehendak, usaha, pengetahuan, dahn pelaksanaan beban amanah itulah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya itulah penyebab penghormatan manusia yang diumumkan kepada keseluruh malaikat ketika Allah akan memerintahkan para malikat untuk bersujud kepada adam dan Allah memaklumatkan hal itu dalam Al-qur’an yang abadi.[6]
Kelemahan-kelemahan pada diri manusia memiliki kapasitas yang terdapat pada fisik, psikis, intelektual, dan spiritual yang berbeda-beda.
1.    Kelemahan fisik mewujudkan pada ketergantungannya dengan unsur lain sperti makanan, minuman, istirahat, pengobatan, dan lainnya, dan berwujud pada kematian. Itulah kelemahan fisik manusia didalam Al-qur’an Allah menciptakan manusia baik individu maupun social, dari keadaan lemah, kemudian berproses menjadi kuat, dan kemudian menjadi lemah kembali.
2.     Kelemahan dan keterbatasan psikis manusia mewujudkan dalam bentuk tidak mampu mengendalikan diri (tidak sabar, emosi, takut, terkejut, dan ssedih.) Al- qur’an menyebutkan bahwa manusia di ciptakan dengan memiliki rasa keluh kesah dan kikir sebagai mana di firmankan: al- maarij 19-21
* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ   #sŒÎ) çm¡¡tB Ž¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ   #sŒÎ)ur çm¡¡tB çŽösƒø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ  
Artinya:Sesungguhnya manusia diciptakn bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapt kebaikan ia kikir.”                                                                                          
Sungguh seakan-akan setiap perkataannya merupakan sebuah sentuhan dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat- sifat kelemahan manusia. “keluh kesah” ketika ditimpa kesusahan dan kesedihan. Ia mengira bahwa kesedihan itu bersifat abadi, kekal, dan tiada yang dapat menghilangkannya. Ia juga mengira bahwa masa-masa yang akn datang itu akan terus menjadi petaka baginya, maka dipenuhi hatinya dengan bermacam-macam kesedihan, keburukan, dan duka nestapa. Sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa tidak akan ada keterlepaan dari kesedihan itu. Dan ia tidak mengharapkan perubahan dari Allah, krena ia telah di robek-robek oleh keluh kesah. Sifat yang lain ialah “ sangat kikir” terhadap kebaikan jika ia mendapatkannya. Ia mengira bahwa kebaikannya dan keberhasilannya itu adalah karena usaha dan jerih payahnya sendiri . karena itulah sifat kikir muncul dalam manusia dan memonopoli kekayaan itu untuk sendirinya. Sehingga jdilah mereka tawanan dari kekuasaannya, dan menjadi budak dari kerakusannya. Hal inilah disebabkan ia tidak mengerti hakikat rezeki dan peranannya. Ia tidak melihat kebaikan tuhannya karena sudah berputus hubungannya, dan hatinya sudah kosong dari merasakan keberadaan dan campur tanganNya.

Karena itulah, ia selalu berkeluh kesah  dalam kedua kondisi, yaitu, berkeluh kesah disaat susah, dan berkeluh kesah ketika mendapat kebaikan atau kesenangan. Inilah gambaran buruk manusia  ketika hatinya kosong  dari iman. Ketika hatinya kosong dari iman yang menegakkan meluruskannya ini, maka ia akan senantiasa terombang- ambinng, goyah, bagaikan bulu yang diembus angin, ia akan senantiasa goncang dan takut.[7]
Kelemahan psikis ini karena dekat dengan mengik يعلutinya hawa nafsu yang sebagai alat bagi setan untuk menjerumuskannya. Rasulluh bersabda:
عن ابي يعلى شداد بن او س رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمنى على الله(رواه الترمذي وقال: حديث حسن)
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra, dari Nabi saw. beliau bersabda. “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjagga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan.”
3.    Kelemahan intelektual mewujudkan pada keterbatasan pengetahuan manusia atas realitas. Ada manusia yang mampu memilah- milah banyak masalah , tetapi ada yang sangat terbatas, ada yang mampu melihat masalah untuk tiga- empat dimensi, tetapi ada yang hanya mampu melihat satu dimensi, dalam surah Al-luqman ada lima hal yang tidak bisa diketahui oleh intelektual manusia, yaitu: (1) kapan terjadi hari kiamat, (2) kepastian hujan, (3) masa depan janin manusia yang masih dalam kandungan, dan (4) apa yang akan diperoleh esok, dan (5) dimana manusia akan mati. Dan manusia tidak akan mampu mengetahui ruh, karena ruh itu urusan Tuhan dan manusia hanya di beri sedikit pengetahuan tentangnya. (Q/17: 85).
4.      Kelemahan segi spiritual mewujudkan manusia sering lupa akan spritualnya dan mengalpakan yang menjadi kebutuhan- kebutuhan jiwanya. Karena ia terdorong oleh hawa nafsu mengejar kenikmatan duniawi dan kelezatan jasmani sehingga lupa akan kebutuhan rohaniah dan tidak memikirkan untuk memperbaiki jiwanya dengan pendidikan dan pengajaran agama dan akhlak yang mulia. Sebagai akibabat yang demikian itu, ia telah mencapai tingkata yang tertinggi dalam hal kemakmuran duniawi dan kebahagiaan lahiriyah, tetapi sangat terbelakang di bidang kemajuan spiritual dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan ideal. Ia lupa pada asal- usulnya dan menginkari kekuasaan Tuhan serta  meragukannya, ia tidak memikirkan tanda- tanda kekuasaan Allah yang ada pada dirinya sehingga dia menjadi penantantang yang nyata. Dan menyebabkan adanya segi kezaliman dan kebodohan yang terletak pada sikap mau menerima amanat tetapi tidak melaksanakan.
Firman Allah:
óOs9urr& ttƒ ß`»|¡RM}$# $¯Rr& çm»oYø)n=yz `ÏB 7pxÿõÜœR #sŒÎ*sù uqèd ÒOÅÁyz ×ûüÎ7B ÇÐÐÈ  
Artinya: “Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.”(Q,S yasiin,77)
Asal- usul terdekat tubuh manusia, ia adalah setetes air yang hina,  yang tak ada nilainya setetes air yang mengandung ribuan sel. Dan satu dari ribuan sel itulah yang kemudian menjadi janin, dan janin tersebut menjadi manusia yang menantang Rabbnya, dan Apakah hakikat nutfah itu, yang tak seorangpun  dari manusia yang meragukan mendatangkan bukti dan dalil keberadaannya.
Daya cipta Allahlah yang menjadikan dari nutfah ini sosok manusia yang kemudian menjadi penantang yang nyata itu. Alangkah jauhnya pergeseran dari awal pertumbuhan manusia hingga akhir kehidupannya. Apakah kekuatan yang mempunyai daya cipta seperti ini diragukan oleh manusia untuk membangkitkan dan mengidupkannya kembali di akhirat setelah ia mati dan hancur lebur?[8]
Asbabun- Nuzul:
Ibnu abbas menceritakan bahwa As bin Wa’il datang menemui Rasulullah saw. dengan membawa tulang yang telah rapuh dimakan usia, kemudian dia meremasnya hingga hancur dan berkata,” hai Muhammad apakah tulang yang telah aku  hancur ini akan dibangkitkan ?” jawab Nabi. “ ya, benar Allah akan membangkitkannya. Dia akan mematikanmu, kemudian menghidupkanmu lagi, kemudian memasukkanmu ke neraka jahannam. Maka turunlah ayat ini.
Dari kelemahan- kelemahan diatas mengisyaratkan kepada manusia untuk selalu berintropeksi diri dalam menjalankan amanah yang diberi oleh Allah sebagai kholifah maupun hambanya. Allah melarang manusia untuk angkuh berjalan diatas bumi dalam Al- quran Allah berfirman dalam surah al-isra’:
 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-̍øƒrB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ 
Artinya: Itulah sebagian Hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam Keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
Seunggul atau secerdas apapun wujud dari manusia masih ada yang lebih berkuasa karena manusia adalah makhluk yang diciptakan. Allah menciptakan manusia dari air yang hina dan menjijikkaan menjadikan sebuah bentuk yang sangat  bernilai dan sempurna yakni manusia.
C.      Faktor- faktor Akibat kelemahan manusia  
1.    Faktor Ruh adalah faktor yang menyumbat lorong antara Nur suci di dalam diri manusia menuju jiwa.  Kesalahan- kesalah Ruh Antara lain:
·           Menyekutukan Allah
·           Durhaka kepada orang tua
·           Zina
·           Orang pandai yang menipu
2.         Faktor jiwa adalah faktor yang menyumbat lorong antara jiwa dengan kalbu. Kesalahan-kesalahan jiwa antara lain:
·           Bakhil
·           Menyakiti tetangga
·           Menipu
·           dhalim
3.         Faktor kalbu adalah faktor yang menghambat Nur dalam kalbu memancar ke akal   manusia. Kesalahan- kesalahan kalbu antara lain:
·                    Sombong
·                    Mengumpat
·                    Judi
·              Menunda- nunda kebaikan
4.         Faktor fisik adalah kelemahan- kelemahan manusia untuk berbuat dan bekerja, yakni adanya sebuah penyakit-penyakit fisik.



D.       Cara mengatasi kelemahan dalam manusia
Manusia adalah insan yang tak pernah luput dari salah dan dosa , manusia atas dasar kesamaan tujuan membentuk organisasi-organisasi yang lebih besar. Untuk itu manusia memiliki suatu potensi dalam menjalankan amanah Allah dengan baik maupun buruk sesuai dengan kapasitas manusia  yang memiliki potensi tersebut. dan suatu kelemahan yang terdapat pada manusia bisa di tutupi dengan suatu potensi keunggulan yang ada pada diri manusia.
Adapun cara mengatasi kesalahan- kesalahan yang di peroleh dari kelemahan manusia ialah:
Ø  Banyak berzikir kepada Allah karena zikir adalah salah satu obat penembus dosa
Ø  Banyak bertaqorrub kepada Allah
Ø  Jangan melihat keatas lihatlah kebawah (rendah hati)
Ø  Lawan kelemahan dengan keunggulan yang ada pada manusia
Ø  Amar ma’ruf nahi mungkar
Ø  Bergaul dengan orang sholeh
Ø  Berlomba- lombalah dalam hal kebaikan
                                   














BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Fitrah kelemahan Manusia adalah suatu potensi manusia yang juga tidak bisa di pisah darinya, karena Manusia adalah makhluk ciptaan, yang tidak akan lepas dari kekuasaanNya. Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan manusia juga menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia banyak di cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Dari kelemahan itu mengakibatkan dhalim, sombong, bakhil dan riya.
B.     SARAN
Sesungguhnya kita semua sadar akan kelemahan yang kita semua miliki yang sudah menjadi tabiatnya, akan tetapi dengan sifat kelemahan kita juga lah yang tidak menyadarkan kita, dengan makalah ini mengingatkan kita akan kelemahan yang ada pada manusia. Semoga kita bisa menutupi kelemahan kita dengan potensi yng kita miliki.












DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Ahmad.  Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia. Jakarta: IIIT. 2002
Sayyid Qutthb, Asy- Syahid. Tafsir Fi Zhilali-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press. 2001
Baharuddin.  Paradigma Psikolog Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004

Rahayu, Iin Tri.  Psikoterapi.  Malang: UIN-Malang Press. 2099




[1] Ahmad Mubarak, Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia,( Jakarta: IIIT, 2002) hlm. 23-24
[2] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) hlm. 155-156
[3] Ahmad Mubarak, Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia, hlm. 30
[4] Baharuddin, Paradigma Psikolog Islami,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hlm.148
[5] Iin Tri Rahayu, Psikoterapi,(Malang: UIN-Malang Press, 2099) hlm. 23-24
[6] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 295-296
[7] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 24
[8] Asy- Syahid Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 405