.Kelemahan-kelemahan
Dalam Diri Manusia
MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Peradaban
Islam
Yang Di Ampu Oleh Bapak:
Mohammad
Farah Ubaidillah
Di Susun
Oleh :
Indana
Khoirul Abidah (18201501010076)
Akhmad
Rifki (18201501010047)
Mailah
(18201501010094)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Puji Syukur
kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun tidak bisa di
pungkiri didalamnya masih terdapat kekurangan- kekurangan yang disebabkan
karena terbatasnya kemampuan yang kami kuasai. Namun inilah kemampuan yang kami
miliki.
Shalawat dan
salam semoga senantiasa mengalir deras keharibaan sang reformis kita nabi besar
Muhammad SAW, karena berkat kegigihan dan semangat beliaulah kita bisa
tereleminasi dari alam jahiliyah manuju alam ilmiyah seperti apa yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
ialah semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, lebih-lebih
kepada penulis. Dan terimakasih
kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang dalam hal
ini bapak MOHAMMAD FARAH UBAIDILLAH yang telah bersedia membimbing kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula
ungkapan terima kasih kami kepada teman- teman yang telah sudi membantu dan
bekerja sama dalam merampungkan keseluruhan karya tulis ini.
Dalam makalah
kami, tentunya masih terdapat kekurangan baik dalam penyusunan ataupun yang
lainnya dan itu merupakan kelemahan kami yang tidak sempurna sebagai seorang
insan. Dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang mendukung dari para
pembaca demi baiknya makalah kami pada tahap selanjutnya.
Pamekasan, 03 april 2016
Kelompok VIII
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………….......... 2
C.
Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Fitrah Kelemahan Manusia............................................................... .3
B. Kelemahan-kelemahan Manusia........................................................ .5
C. Faktor AkibatKelemahan Manusia................................................... 11
D. Cara Mengatasi Kelemahan Manusia................................................ 12
BAB
III : PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 13
B. Saran ……………………………………………………………….13
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al- qur’an mendeskripsikan bahwa
asal usul dari manusia ialah nutfah ( sari pati) yang berasal dari
tanah, dan dari sari pati tersebut dijadikan air mani yang disimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah lalu dijadikan segumpal daging dan
dari segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
di bungkus dengan daging, maka dengan proses tersebut terciptalah makhluk lain
yakni manusia. Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki sifat yang
universal, kata manusia didalam Al- qur’an ialah insan yakni makhluk yang
memiliki kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak.
Manusia diberi petanggung jawaban sebagai kholifah dibumi karna
manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dari makhluk-makhluk yang lain,
dengan adanya suatu fitrah yang ada pada diri manusia, akan menimbulkan suatu
kebebasan dalam menjalani amanah yang diberikan oleh Allah, namun dengan adanya
unsur kebebasan tersebut manusia mempergunakan fitrah tersebut baik dalam
keadaan positif maupun negatif, karna manusia itu masih memiliki gejala-gejala
yang akan menimbulkan perbuatan negatif sehingga manusia bisa dikatakan dengan
khalifah yang baik ataupun khalifah yang
buruk yakni makhluk perusak di bumi, dengan adanya beberapa karakter jiwa dalam
diri manusia, maka dengan karakter tersebut manusia akan bisa dinilai sebagai
kholifah atau sebagai musuh. untuk lebih jelasnya kami akan membahas dalam
makalah ini mengenai kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam diri manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
Pengertian Fitrah Kelemahan Manusia?
2.
Bagaimanakan
Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia?
3.
Apa Faktor Dari
Kelemahan Dalam Diri Manusia?
4.
Bagimanakah
Cara Mengatasi Kelemahan Manusia?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk Mengetahui
Fitrah Kelemahan Manusia
2.
Untuk Mengetahui
Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia
3.
Untuk Mengetahui
Faktor Dari Kelemahan Dalam Diri Manusia
4.
Untuk Mengetahui
Cara Mengatasi Kelemahan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fitrah Kelemahan
Manusia
Kata manusia dalam Al-Qur’an mempunyai tiga kelompok yakni Al-basyar,
kelompok kedua al-ins, al-unas, dan al- nas, dan kelompok ketiga
ialah bani adam. Fitrah dalam manusia memiliki banyak arti jika di
kaitkan dengan istilah penamaan manusia yang disebutkan oleh Al-qur’an. Namun
kelemahan yang ada pada diri manusia adalah suatu fitrah dalam diri manusia,
karena manusia adalah al-insan, kata al-insan berasal dari kata nasiya
yansa yang memiliki arti lupa dan uns yang berarti jinak, mesra ,
harmonis, dan tampak, dan bersal dari kata nasa yanusu yang berarti
berguncang. Jadi dalam kata insan terkandung makna manusia adalah
makhluk psikologis yang memiliki
kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak. Inilah suatu fitrah yang
tidak bisa dirubah dalam ciptaannya, fitrah manusia adalah potensi yang mendorong
kepada hal- hal yang positif maupun hal-hal negatif.[1]
Dalam Al-qur’an manusia memiliki dua predikat yaitu sebagai hamba
Allah(Abdullah) dan sebagai wakil Allah(kholifatullah). Sebagai hamba, manusia telah diciptakan dalam keadaan lemah dalam
firman Allah: al- rum 54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa.
Dalam ayat tersebut, Allah tidak mengatakan “ menciptakan kamu
lemah, atau dalam keadaan lemah.” “ tapi dia mengatakan menciptakan kamu dari
keadaan lemah.” Sehingga seakan- akan kelemahan itu merupakan materi pertama
mereka yang darinya bangunan tubuh mereka diciptakan. Dan kelemahan yang
disebut oleh ayat tersebut mempunyai
beberapa makna dan bentuk bangunan manusia ini. Ia adalah ssosok yang lemah
tubuhnya yang tercemin dalam sel kecil yang darinya tumbuh janin manusia.
Kemudian dalam janin dan fase-fasenya. Yang pada semuanya itu rapuh dan lemah.
Setelah itu pada saat menjadi bayi dan kanak-kanak hingga sampai ke usia matang
dan kesempurnaan tubuh. Kemudian kelemahan materi asal pembentukan manusia
yaitu tanah, yang jika tidak ada tiupan ruh dari Allah, niscaya ia tetap dalam
bentuk materinya. Hal itu jika dibandingkan dengan penciptaan manusia
adalah sesuatu yang lemah sekali. Lalu
ia lemah dalam bangunan kejiwaannya di hadapan godaan, dorongan, kecendrungan
dan syahwat. Jika tidak ada tiupan ilahi dan tekad serta kesiapan yang Allah
ciptakan dalam sosok manusia itu, niscaya dia akan menjadi makhluk yang lebih
lemah dari hewani yang hanya mengendalikan dengan insting.
“Kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah menjadi kuat”
Kekuatan dengan seluruh makna itu yang datang dalam pembicaraan
ttentang kelemahan. Kekuatan dalam bangunan tubuh, dalam bangunan kemanusiaan ,
dan dalam bangunan jiwa dan akalnya.
“Lalu Dia menjadikan kamu
sesudah kuat itu lemah kembali dan
beruban”
Kelemahan dalam bangunan manusia, karena usia tua merupakan fase
penurunan kearah posisi kanak- kanak dengan semua bentuknya, bisa pula disertai
dengan kelemahan jiwa yang timbul dari kelemahan kehendak, sehinggan seorang
tua renta terkadang berlaku tak jelas seperti kanak- kanak, dan dengan
tumbuhnya uban padanya. Inialah fase-fase yang pasti dilewati oleh setiap
manusia yang fana ini, dan pasti dirasakan bagi orang yang diberi umur
panjang. Ini membuktikan bahwa mausia
berada pada genggaman Allah.
Makhluk yang diaturnya pasti mempunyai akhiran yang juga telah ditetapkan dari itu
digambarkan dengan terjadinya hari kiamat.[2]
Manusia juga digambarkan dengan makhluk yang kecil dan terbatas
secara sikologis, setiap yang lemah membutuhkan perlindungan kepada yang lebih
kuat, dan yang merasa kecil membutuhkan perlindunngan yang lebih besar. Oleh karena
itu, ketika manusia sebagai makhluk yang kecil dan lemah berada pada posisi
terancam, terpojok, dan tidak ada jalan keluar, maka didalam dirinya muncul
pengharapan akan datangnya yang maha kuat, yang maha besar; yang diharap dapat
membantunya keluar dari situasi ketidak berdayaannya. Ketika bayi menyadari
berada dalam kesendirian, ia akan menangis ketakutan, entah takut kepada siapa
atau apa namun ketika sang ibu datang menghampirinya ia merasa terlindungi. Itulah fitrah manusia
pada saat membutuhkan kehadiran yang maha kuat.[3]
Kata al- fitrah mengandung beberapa makna yaitu suatu kecendrungan alamiah
bawaan sejak lahir, penciptaan yang menyebabkan sesuatu ada untuk pertama
kalinya, serta struktur atau ciri alamiah manusia.[4]
B.
Kelemahan-
kelemahan dalam diri Manusia
Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan manusia juga
menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia banyak di
cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela manusia
disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam
mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya
sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Manusia di cela karena kebanyakan
mereka mereka tidak mau melihat kebelakang, tidak mau memahami atau tidak mau
memahami tujuan hidup jangka panjang sebagai makhluk yang di beri dan bersedia
menerima amanah. Manusia tidak mampu memikul amanah yang di berikan Allah
kepadanya, maka manusia bisa tak berarti dibandingkan dengan setan dan binatang
buas sekalipun derajat manusia
direndahkan.[5]
Sebagai mana firman Allah: al-ahzab 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur ú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
Artinya: Sesungguhnya kami telah
mengemukakan amanat(tugas-tugaskeagamaan) kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amant itu oleh manusia. Sesunguhnya
manusia itu amat zalim dan bodoh.”
Sesungguhnya langit, bumi, dan gunung- gunung
yang dipilih oleh Al-qur’an sebagai bahan bahasan. Adalah makhluk-mahluk yang besar dan agung, dimana manusia tinggal
di dalamnya atau disekitarnya sehingga, bila dibandingkan denganya maka manusia
akan tampak sangat kecil.
Makhluk- makhluk yang besar dan agung itu mengenal penciptanya
tanpa usaha apapun. Ia pun tunduk kepada sistemNya, dan hukumnya yang
sebenarnya ia tunduk kepada system dan hokum penciptanya itu dengan ketundukan
langsung tanpa harus berfikir dan tanpa perantara rasul. Ia berjalan sesuai
dengan aturan hokum itu. Ia berputar pada porosnya dengan berjalan mengelilingi
jalurnya pada galaxsi alam semesta dan, ia melakukan tugasnya sesuia dengan
tabianya dan hukumnya tanpa kesadaran dan pilihnnya.
Matahari berjalan dan berputar pada jalurnya yang teratur dan
selamanya tidak akan kacau dan menyimpang. Ia menunaikan tugasnya dengan
menyinari alam semesta yang telah ditetapkan atas dirinya. Sehingga, ia
menunaikan tugasnya dengan sempurna walaupun tanpa keinginannya. Bumi pun
berputar pada porosnya, mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, member makanan kepada
penghuninya, menguburkan dan menimbun mayat-mayatnya, dan sumber-sumber air
terpancar darinya sesuai dengan sunnah Allah tanpa kehendak diriya. Demikian
pula bulan,bintang, planet, angin, awan, udara,air, gunung dan lembah-lembah
semuanya berfungsi sebagaiman mestinya dengan izin dari Tuhannya mereka semua
mengenal penciptanya dan tunduk kepada kehendakNya tanpa upaya darinya, tanpa
usaha dan keletihan. Mereka semua telah menyatakan keengganan dalam mengemban
amanat yang besar itu. Yaitu, amanat kehendak, amanat ma’rifat yang khusus, dan
amanat usaha yang khusus.
Manusia yang
mengenal Allah dengan pengetahuannya dan perasaannya pasti tetuntun kepada
hukumNya dengan pikiran dan pandangannya. Dan, dia beramal sesuai dengan dengan
hokum itu karena usaha dan pengorbanannya. Menaati allah dengan kehendaknya dan
kemauan dirinya sendiri melawan kecenderungan penyimpangan dan libidonya, dan
menentang segala larangan nafsu dan syahwatnya. Dalam setiap langkahnya itu dia
sadar, berkehendak, mengetahui, dan memilih jalannya. Dan, dia tau kemana jalan
itu akan mengantarnya.
Sesungguhnya amanat itu sangat besar, namun manusia telah
menyatakan kesanggupan memikulnya. Padahal, dia sangat keci tubuhnya, sedikit
kukuatannya, lemah usahanya, terbatas umurnya, serta dia diliputi dan digerakan
oleh syahwat, nafsu, kecenderungan, dan ketamakan. Sesungguhnya langkah
menyanggupi beban yang berat itu merupakan bahaya yang sangat besar. Oleh
karena itu, manusia” sangat zhalim” kepada diinya sendiri, dan jahil terhadap
kekuatannya. Hal itu bila dibandingkan dengan beratnya dan besarnya beban yang
harus dia tanggung. Sehingga, ketika manusia mampu melaksanakan beban itu, mengetahui
penciptanya tertuntun langsung pada hukumNya, tunduk secara sempurna kepada
kehendakNya dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri, maka dia telah sampai
kepada kedudukan yang mulia dan kedudukan yang langka diantara makhluk Allah.
Kehendak, usaha, pengetahuan, dahn pelaksanaan beban amanah itulah yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya itulah penyebab
penghormatan manusia yang diumumkan kepada keseluruh malaikat ketika Allah akan
memerintahkan para malikat untuk bersujud kepada adam dan Allah memaklumatkan
hal itu dalam Al-qur’an yang abadi.[6]
Kelemahan-kelemahan pada diri manusia memiliki kapasitas yang
terdapat pada fisik, psikis, intelektual, dan spiritual yang berbeda-beda.
1.
Kelemahan fisik
mewujudkan pada ketergantungannya dengan unsur lain sperti makanan, minuman,
istirahat, pengobatan, dan lainnya, dan berwujud pada kematian. Itulah
kelemahan fisik manusia didalam Al-qur’an Allah menciptakan manusia baik
individu maupun social, dari keadaan lemah, kemudian berproses menjadi kuat,
dan kemudian menjadi lemah kembali.
2.
Kelemahan dan
keterbatasan psikis manusia mewujudkan dalam bentuk tidak mampu mengendalikan
diri (tidak sabar, emosi, takut, terkejut, dan ssedih.) Al- qur’an menyebutkan
bahwa manusia di ciptakan dengan memiliki rasa keluh kesah dan kikir sebagai
mana di firmankan: al- maarij 19-21
*
¨bÎ)
z`»|¡SM}$#
t,Î=äz
%·æqè=yd
ÇÊÒÈ #sÎ)
çm¡¡tB
¤³9$#
$Yãrây_
ÇËÉÈ #sÎ)ur
çm¡¡tB
çösø:$#
$¸ãqãZtB
ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya
manusia diciptakn bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapt kebaikan ia kikir.”
Sungguh seakan-akan setiap perkataannya merupakan sebuah sentuhan
dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat- sifat kelemahan manusia.
“keluh kesah” ketika ditimpa kesusahan dan kesedihan. Ia mengira bahwa
kesedihan itu bersifat abadi, kekal, dan tiada yang dapat menghilangkannya. Ia
juga mengira bahwa masa-masa yang akn datang itu akan terus menjadi petaka
baginya, maka dipenuhi hatinya dengan bermacam-macam kesedihan, keburukan, dan
duka nestapa. Sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa tidak akan ada
keterlepaan dari kesedihan itu. Dan ia tidak mengharapkan perubahan dari Allah,
krena ia telah di robek-robek oleh keluh kesah. Sifat yang lain ialah “ sangat
kikir” terhadap kebaikan jika ia mendapatkannya. Ia mengira bahwa kebaikannya
dan keberhasilannya itu adalah karena usaha dan jerih payahnya sendiri . karena
itulah sifat kikir muncul dalam manusia dan memonopoli kekayaan itu untuk sendirinya.
Sehingga jdilah mereka tawanan dari kekuasaannya, dan menjadi budak dari
kerakusannya. Hal inilah disebabkan ia tidak mengerti hakikat rezeki dan
peranannya. Ia tidak melihat kebaikan tuhannya karena sudah berputus
hubungannya, dan hatinya sudah kosong dari merasakan keberadaan dan campur
tanganNya.
Karena
itulah, ia selalu berkeluh kesah dalam
kedua kondisi, yaitu, berkeluh kesah disaat susah, dan berkeluh kesah ketika
mendapat kebaikan atau kesenangan. Inilah gambaran buruk manusia ketika hatinya kosong dari iman. Ketika hatinya kosong dari iman
yang menegakkan meluruskannya ini, maka ia akan senantiasa terombang- ambinng,
goyah, bagaikan bulu yang diembus angin, ia akan senantiasa goncang dan takut.[7]
Kelemahan
psikis ini karena dekat dengan mengik
يعلutinya hawa nafsu yang sebagai alat bagi setan untuk
menjerumuskannya. Rasulluh bersabda:
عن ابي يعلى شداد بن او س رضي الله عنه عن
النبي صلى الله عليه وسلم قال: الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من
اتبع نفسه هواها وتمنى على الله(رواه الترمذي وقال: حديث حسن)
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra, dari
Nabi saw. beliau bersabda. “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjagga
dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu
orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai
harapan.”
3.
Kelemahan
intelektual mewujudkan pada keterbatasan pengetahuan manusia atas realitas. Ada
manusia yang mampu memilah- milah banyak masalah , tetapi ada yang sangat
terbatas, ada yang mampu melihat masalah untuk tiga- empat dimensi, tetapi ada
yang hanya mampu melihat satu dimensi, dalam surah Al-luqman ada lima hal yang
tidak bisa diketahui oleh intelektual manusia, yaitu: (1) kapan terjadi hari
kiamat, (2) kepastian hujan, (3) masa depan janin manusia yang masih dalam
kandungan, dan (4) apa yang akan diperoleh esok, dan (5) dimana manusia akan
mati. Dan manusia tidak akan mampu mengetahui ruh, karena ruh itu urusan Tuhan
dan manusia hanya di beri sedikit pengetahuan tentangnya. (Q/17: 85).
4.
Kelemahan segi spiritual
mewujudkan manusia sering lupa akan spritualnya dan mengalpakan yang menjadi
kebutuhan- kebutuhan jiwanya. Karena ia terdorong oleh hawa nafsu mengejar
kenikmatan duniawi dan kelezatan jasmani sehingga lupa akan kebutuhan rohaniah
dan tidak memikirkan untuk memperbaiki jiwanya dengan pendidikan dan pengajaran
agama dan akhlak yang mulia. Sebagai akibabat yang demikian itu, ia telah
mencapai tingkata yang tertinggi dalam hal kemakmuran duniawi dan kebahagiaan
lahiriyah, tetapi sangat terbelakang di bidang kemajuan spiritual dan
nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan ideal. Ia lupa pada asal- usulnya dan
menginkari kekuasaan Tuhan serta
meragukannya, ia tidak memikirkan tanda- tanda kekuasaan Allah yang ada
pada dirinya sehingga dia menjadi penantantang yang nyata. Dan menyebabkan
adanya segi kezaliman dan kebodohan yang terletak pada sikap mau menerima
amanat tetapi tidak melaksanakan.
Firman Allah:
óOs9urr& tt ß`»|¡RM}$# $¯Rr& çm»oYø)n=yz `ÏB 7pxÿõÜR #sÎ*sù uqèd ÒOÅÁyz ×ûüÎ7B ÇÐÐÈ
Artinya:
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari
setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.”(Q,S
yasiin,77)
Asal- usul terdekat tubuh manusia, ia adalah setetes air yang
hina, yang tak ada
nilainya setetes air yang mengandung ribuan sel. Dan satu dari ribuan sel
itulah yang kemudian menjadi janin, dan janin tersebut menjadi manusia yang
menantang Rabbnya, dan Apakah hakikat nutfah itu, yang tak seorangpun dari manusia yang meragukan mendatangkan
bukti dan dalil keberadaannya.
Daya cipta
Allahlah yang menjadikan dari nutfah ini sosok manusia yang kemudian menjadi
penantang yang nyata itu. Alangkah jauhnya pergeseran dari awal pertumbuhan
manusia hingga akhir kehidupannya. Apakah kekuatan yang mempunyai daya cipta
seperti ini diragukan oleh manusia untuk membangkitkan dan mengidupkannya
kembali di akhirat setelah ia mati dan hancur lebur?[8]
Asbabun- Nuzul:
Ibnu
abbas menceritakan bahwa As bin Wa’il datang menemui Rasulullah saw. dengan
membawa tulang yang telah rapuh dimakan usia, kemudian dia meremasnya hingga
hancur dan berkata,” hai Muhammad apakah tulang yang telah aku hancur ini akan dibangkitkan ?” jawab Nabi. “
ya, benar Allah akan membangkitkannya. Dia akan mematikanmu, kemudian menghidupkanmu
lagi, kemudian memasukkanmu ke neraka jahannam. Maka turunlah ayat ini.
Dari kelemahan- kelemahan diatas mengisyaratkan kepada manusia
untuk selalu berintropeksi diri dalam menjalankan amanah yang diberi oleh Allah
sebagai kholifah maupun hambanya. Allah melarang manusia untuk angkuh berjalan
diatas bumi dalam Al- quran Allah berfirman dalam surah al-isra’:
wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-ÌørB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ
Artinya: Itulah sebagian Hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu
Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan
ke dalam neraka dalam Keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
Seunggul
atau secerdas apapun wujud dari manusia masih ada yang lebih berkuasa karena
manusia adalah makhluk yang diciptakan. Allah menciptakan manusia dari air yang
hina dan menjijikkaan menjadikan sebuah bentuk yang sangat bernilai dan sempurna yakni manusia.
C. Faktor- faktor Akibat kelemahan manusia
1.
Faktor Ruh
adalah faktor yang menyumbat lorong antara Nur suci di dalam diri manusia
menuju jiwa. Kesalahan- kesalah Ruh
Antara lain:
·
Menyekutukan
Allah
·
Durhaka kepada
orang tua
·
Zina
·
Orang pandai
yang menipu
2.
Faktor jiwa
adalah faktor yang menyumbat lorong antara jiwa dengan kalbu.
Kesalahan-kesalahan jiwa antara lain:
·
Bakhil
·
Menyakiti
tetangga
·
Menipu
·
dhalim
3.
Faktor kalbu
adalah faktor yang menghambat Nur dalam kalbu memancar ke akal manusia. Kesalahan- kesalahan kalbu antara
lain:
·
Sombong
·
Mengumpat
·
Judi
·
Menunda- nunda kebaikan
4.
Faktor fisik
adalah kelemahan- kelemahan manusia untuk berbuat dan bekerja, yakni adanya
sebuah penyakit-penyakit fisik.
D.
Cara mengatasi
kelemahan dalam manusia
Manusia adalah insan yang tak pernah luput dari salah dan
dosa , manusia atas dasar kesamaan tujuan membentuk organisasi-organisasi yang
lebih besar. Untuk itu manusia memiliki suatu potensi dalam menjalankan amanah
Allah dengan baik maupun buruk sesuai dengan kapasitas manusia yang memiliki potensi tersebut. dan suatu
kelemahan yang terdapat pada manusia bisa di tutupi dengan suatu potensi
keunggulan yang ada pada diri manusia.
Adapun cara mengatasi kesalahan- kesalahan yang di peroleh dari
kelemahan manusia ialah:
Ø Banyak berzikir kepada Allah karena zikir adalah salah satu obat
penembus dosa
Ø Banyak bertaqorrub kepada Allah
Ø Jangan melihat keatas lihatlah kebawah (rendah hati)
Ø Lawan kelemahan dengan keunggulan yang ada pada manusia
Ø Amar ma’ruf nahi mungkar
Ø Bergaul dengan orang sholeh
Ø Berlomba- lombalah dalam hal kebaikan
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Fitrah kelemahan Manusia adalah suatu potensi manusia yang juga
tidak bisa di pisah darinya, karena Manusia adalah makhluk ciptaan, yang tidak
akan lepas dari kekuasaanNya. Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan
manusia juga menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia
banyak di cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela
manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia
dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi
fitrahnya sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Dari kelemahan itu
mengakibatkan dhalim, sombong, bakhil dan riya.
B.
SARAN
Sesungguhnya kita semua sadar akan kelemahan yang kita semua miliki
yang sudah menjadi tabiatnya, akan tetapi dengan sifat kelemahan kita juga lah
yang tidak menyadarkan kita, dengan makalah ini mengingatkan kita akan
kelemahan yang ada pada manusia. Semoga kita bisa menutupi kelemahan kita
dengan potensi yng kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Ahmad. Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia. Jakarta:
IIIT. 2002
Sayyid Qutthb,
Asy- Syahid. Tafsir Fi Zhilali-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press. 2001
Baharuddin. Paradigma
Psikolog Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Rahayu, Iin Tri. Psikoterapi.
Malang: UIN-Malang Press. 2099
[1] Ahmad Mubarak, Sunnatulah
Dalam Jiwa Manusia,( Jakarta: IIIT, 2002) hlm. 23-24
[2] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001) hlm. 155-156
[3] Ahmad Mubarak, Sunnatulah
Dalam Jiwa Manusia, hlm. 30
[4] Baharuddin, Paradigma
Psikolog Islami,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hlm.148
[5] Iin Tri Rahayu,
Psikoterapi,(Malang: UIN-Malang Press, 2099) hlm. 23-24
[6] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 295-296
[7] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 24
[8] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 405
.Kelemahan-kelemahan
Dalam Diri Manusia
MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Peradaban
Islam
Yang Di Ampu Oleh Bapak:
Mohammad
Farah Ubaidillah
Di Susun
Oleh :
Indana
Khoirul Abidah (18201501010076)
Akhmad
Rifki (18201501010047)
Mailah
(18201501010094)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Puji Syukur
kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun tidak bisa di
pungkiri didalamnya masih terdapat kekurangan- kekurangan yang disebabkan
karena terbatasnya kemampuan yang kami kuasai. Namun inilah kemampuan yang kami
miliki.
Shalawat dan
salam semoga senantiasa mengalir deras keharibaan sang reformis kita nabi besar
Muhammad SAW, karena berkat kegigihan dan semangat beliaulah kita bisa
tereleminasi dari alam jahiliyah manuju alam ilmiyah seperti apa yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
ialah semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, lebih-lebih
kepada penulis. Dan terimakasih
kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang dalam hal
ini bapak MOHAMMAD FARAH UBAIDILLAH yang telah bersedia membimbing kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula
ungkapan terima kasih kami kepada teman- teman yang telah sudi membantu dan
bekerja sama dalam merampungkan keseluruhan karya tulis ini.
Dalam makalah
kami, tentunya masih terdapat kekurangan baik dalam penyusunan ataupun yang
lainnya dan itu merupakan kelemahan kami yang tidak sempurna sebagai seorang
insan. Dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang mendukung dari para
pembaca demi baiknya makalah kami pada tahap selanjutnya.
Pamekasan, 03 april 2016
Kelompok VIII
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………….......... 2
C.
Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Fitrah Kelemahan Manusia............................................................... .3
B. Kelemahan-kelemahan Manusia........................................................ .5
C. Faktor AkibatKelemahan Manusia................................................... 11
D. Cara Mengatasi Kelemahan Manusia................................................ 12
BAB
III : PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 13
B. Saran ……………………………………………………………….13
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al- qur’an mendeskripsikan bahwa
asal usul dari manusia ialah nutfah ( sari pati) yang berasal dari
tanah, dan dari sari pati tersebut dijadikan air mani yang disimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah lalu dijadikan segumpal daging dan
dari segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
di bungkus dengan daging, maka dengan proses tersebut terciptalah makhluk lain
yakni manusia. Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki sifat yang
universal, kata manusia didalam Al- qur’an ialah insan yakni makhluk yang
memiliki kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak.
Manusia diberi petanggung jawaban sebagai kholifah dibumi karna
manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dari makhluk-makhluk yang lain,
dengan adanya suatu fitrah yang ada pada diri manusia, akan menimbulkan suatu
kebebasan dalam menjalani amanah yang diberikan oleh Allah, namun dengan adanya
unsur kebebasan tersebut manusia mempergunakan fitrah tersebut baik dalam
keadaan positif maupun negatif, karna manusia itu masih memiliki gejala-gejala
yang akan menimbulkan perbuatan negatif sehingga manusia bisa dikatakan dengan
khalifah yang baik ataupun khalifah yang
buruk yakni makhluk perusak di bumi, dengan adanya beberapa karakter jiwa dalam
diri manusia, maka dengan karakter tersebut manusia akan bisa dinilai sebagai
kholifah atau sebagai musuh. untuk lebih jelasnya kami akan membahas dalam
makalah ini mengenai kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam diri manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
Pengertian Fitrah Kelemahan Manusia?
2.
Bagaimanakan
Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia?
3.
Apa Faktor Dari
Kelemahan Dalam Diri Manusia?
4.
Bagimanakah
Cara Mengatasi Kelemahan Manusia?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk Mengetahui
Fitrah Kelemahan Manusia
2.
Untuk Mengetahui
Kelemahan- kelemahan dalam Diri Manusia
3.
Untuk Mengetahui
Faktor Dari Kelemahan Dalam Diri Manusia
4.
Untuk Mengetahui
Cara Mengatasi Kelemahan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fitrah Kelemahan
Manusia
Kata manusia dalam Al-Qur’an mempunyai tiga kelompok yakni Al-basyar,
kelompok kedua al-ins, al-unas, dan al- nas, dan kelompok ketiga
ialah bani adam. Fitrah dalam manusia memiliki banyak arti jika di
kaitkan dengan istilah penamaan manusia yang disebutkan oleh Al-qur’an. Namun
kelemahan yang ada pada diri manusia adalah suatu fitrah dalam diri manusia,
karena manusia adalah al-insan, kata al-insan berasal dari kata nasiya
yansa yang memiliki arti lupa dan uns yang berarti jinak, mesra ,
harmonis, dan tampak, dan bersal dari kata nasa yanusu yang berarti
berguncang. Jadi dalam kata insan terkandung makna manusia adalah
makhluk psikologis yang memiliki
kejinakan, kemesraan, suka lupa, dan suka bergejolak. Inilah suatu fitrah yang
tidak bisa dirubah dalam ciptaannya, fitrah manusia adalah potensi yang mendorong
kepada hal- hal yang positif maupun hal-hal negatif.[1]
Dalam Al-qur’an manusia memiliki dua predikat yaitu sebagai hamba
Allah(Abdullah) dan sebagai wakil Allah(kholifatullah). Sebagai hamba, manusia telah diciptakan dalam keadaan lemah dalam
firman Allah: al- rum 54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa.
Dalam ayat tersebut, Allah tidak mengatakan “ menciptakan kamu
lemah, atau dalam keadaan lemah.” “ tapi dia mengatakan menciptakan kamu dari
keadaan lemah.” Sehingga seakan- akan kelemahan itu merupakan materi pertama
mereka yang darinya bangunan tubuh mereka diciptakan. Dan kelemahan yang
disebut oleh ayat tersebut mempunyai
beberapa makna dan bentuk bangunan manusia ini. Ia adalah ssosok yang lemah
tubuhnya yang tercemin dalam sel kecil yang darinya tumbuh janin manusia.
Kemudian dalam janin dan fase-fasenya. Yang pada semuanya itu rapuh dan lemah.
Setelah itu pada saat menjadi bayi dan kanak-kanak hingga sampai ke usia matang
dan kesempurnaan tubuh. Kemudian kelemahan materi asal pembentukan manusia
yaitu tanah, yang jika tidak ada tiupan ruh dari Allah, niscaya ia tetap dalam
bentuk materinya. Hal itu jika dibandingkan dengan penciptaan manusia
adalah sesuatu yang lemah sekali. Lalu
ia lemah dalam bangunan kejiwaannya di hadapan godaan, dorongan, kecendrungan
dan syahwat. Jika tidak ada tiupan ilahi dan tekad serta kesiapan yang Allah
ciptakan dalam sosok manusia itu, niscaya dia akan menjadi makhluk yang lebih
lemah dari hewani yang hanya mengendalikan dengan insting.
“Kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah menjadi kuat”
Kekuatan dengan seluruh makna itu yang datang dalam pembicaraan
ttentang kelemahan. Kekuatan dalam bangunan tubuh, dalam bangunan kemanusiaan ,
dan dalam bangunan jiwa dan akalnya.
“Lalu Dia menjadikan kamu
sesudah kuat itu lemah kembali dan
beruban”
Kelemahan dalam bangunan manusia, karena usia tua merupakan fase
penurunan kearah posisi kanak- kanak dengan semua bentuknya, bisa pula disertai
dengan kelemahan jiwa yang timbul dari kelemahan kehendak, sehinggan seorang
tua renta terkadang berlaku tak jelas seperti kanak- kanak, dan dengan
tumbuhnya uban padanya. Inialah fase-fase yang pasti dilewati oleh setiap
manusia yang fana ini, dan pasti dirasakan bagi orang yang diberi umur
panjang. Ini membuktikan bahwa mausia
berada pada genggaman Allah.
Makhluk yang diaturnya pasti mempunyai akhiran yang juga telah ditetapkan dari itu
digambarkan dengan terjadinya hari kiamat.[2]
Manusia juga digambarkan dengan makhluk yang kecil dan terbatas
secara sikologis, setiap yang lemah membutuhkan perlindungan kepada yang lebih
kuat, dan yang merasa kecil membutuhkan perlindunngan yang lebih besar. Oleh karena
itu, ketika manusia sebagai makhluk yang kecil dan lemah berada pada posisi
terancam, terpojok, dan tidak ada jalan keluar, maka didalam dirinya muncul
pengharapan akan datangnya yang maha kuat, yang maha besar; yang diharap dapat
membantunya keluar dari situasi ketidak berdayaannya. Ketika bayi menyadari
berada dalam kesendirian, ia akan menangis ketakutan, entah takut kepada siapa
atau apa namun ketika sang ibu datang menghampirinya ia merasa terlindungi. Itulah fitrah manusia
pada saat membutuhkan kehadiran yang maha kuat.[3]
Kata al- fitrah mengandung beberapa makna yaitu suatu kecendrungan alamiah
bawaan sejak lahir, penciptaan yang menyebabkan sesuatu ada untuk pertama
kalinya, serta struktur atau ciri alamiah manusia.[4]
B.
Kelemahan-
kelemahan dalam diri Manusia
Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan manusia juga
menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia banyak di
cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela manusia
disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam
mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya
sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Manusia di cela karena kebanyakan
mereka mereka tidak mau melihat kebelakang, tidak mau memahami atau tidak mau
memahami tujuan hidup jangka panjang sebagai makhluk yang di beri dan bersedia
menerima amanah. Manusia tidak mampu memikul amanah yang di berikan Allah
kepadanya, maka manusia bisa tak berarti dibandingkan dengan setan dan binatang
buas sekalipun derajat manusia
direndahkan.[5]
Sebagai mana firman Allah: al-ahzab 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur ú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
Artinya: Sesungguhnya kami telah
mengemukakan amanat(tugas-tugaskeagamaan) kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amant itu oleh manusia. Sesunguhnya
manusia itu amat zalim dan bodoh.”
Sesungguhnya langit, bumi, dan gunung- gunung
yang dipilih oleh Al-qur’an sebagai bahan bahasan. Adalah makhluk-mahluk yang besar dan agung, dimana manusia tinggal
di dalamnya atau disekitarnya sehingga, bila dibandingkan denganya maka manusia
akan tampak sangat kecil.
Makhluk- makhluk yang besar dan agung itu mengenal penciptanya
tanpa usaha apapun. Ia pun tunduk kepada sistemNya, dan hukumnya yang
sebenarnya ia tunduk kepada system dan hokum penciptanya itu dengan ketundukan
langsung tanpa harus berfikir dan tanpa perantara rasul. Ia berjalan sesuai
dengan aturan hokum itu. Ia berputar pada porosnya dengan berjalan mengelilingi
jalurnya pada galaxsi alam semesta dan, ia melakukan tugasnya sesuia dengan
tabianya dan hukumnya tanpa kesadaran dan pilihnnya.
Matahari berjalan dan berputar pada jalurnya yang teratur dan
selamanya tidak akan kacau dan menyimpang. Ia menunaikan tugasnya dengan
menyinari alam semesta yang telah ditetapkan atas dirinya. Sehingga, ia
menunaikan tugasnya dengan sempurna walaupun tanpa keinginannya. Bumi pun
berputar pada porosnya, mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, member makanan kepada
penghuninya, menguburkan dan menimbun mayat-mayatnya, dan sumber-sumber air
terpancar darinya sesuai dengan sunnah Allah tanpa kehendak diriya. Demikian
pula bulan,bintang, planet, angin, awan, udara,air, gunung dan lembah-lembah
semuanya berfungsi sebagaiman mestinya dengan izin dari Tuhannya mereka semua
mengenal penciptanya dan tunduk kepada kehendakNya tanpa upaya darinya, tanpa
usaha dan keletihan. Mereka semua telah menyatakan keengganan dalam mengemban
amanat yang besar itu. Yaitu, amanat kehendak, amanat ma’rifat yang khusus, dan
amanat usaha yang khusus.
Manusia yang
mengenal Allah dengan pengetahuannya dan perasaannya pasti tetuntun kepada
hukumNya dengan pikiran dan pandangannya. Dan, dia beramal sesuai dengan dengan
hokum itu karena usaha dan pengorbanannya. Menaati allah dengan kehendaknya dan
kemauan dirinya sendiri melawan kecenderungan penyimpangan dan libidonya, dan
menentang segala larangan nafsu dan syahwatnya. Dalam setiap langkahnya itu dia
sadar, berkehendak, mengetahui, dan memilih jalannya. Dan, dia tau kemana jalan
itu akan mengantarnya.
Sesungguhnya amanat itu sangat besar, namun manusia telah
menyatakan kesanggupan memikulnya. Padahal, dia sangat keci tubuhnya, sedikit
kukuatannya, lemah usahanya, terbatas umurnya, serta dia diliputi dan digerakan
oleh syahwat, nafsu, kecenderungan, dan ketamakan. Sesungguhnya langkah
menyanggupi beban yang berat itu merupakan bahaya yang sangat besar. Oleh
karena itu, manusia” sangat zhalim” kepada diinya sendiri, dan jahil terhadap
kekuatannya. Hal itu bila dibandingkan dengan beratnya dan besarnya beban yang
harus dia tanggung. Sehingga, ketika manusia mampu melaksanakan beban itu, mengetahui
penciptanya tertuntun langsung pada hukumNya, tunduk secara sempurna kepada
kehendakNya dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri, maka dia telah sampai
kepada kedudukan yang mulia dan kedudukan yang langka diantara makhluk Allah.
Kehendak, usaha, pengetahuan, dahn pelaksanaan beban amanah itulah yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya itulah penyebab
penghormatan manusia yang diumumkan kepada keseluruh malaikat ketika Allah akan
memerintahkan para malikat untuk bersujud kepada adam dan Allah memaklumatkan
hal itu dalam Al-qur’an yang abadi.[6]
Kelemahan-kelemahan pada diri manusia memiliki kapasitas yang
terdapat pada fisik, psikis, intelektual, dan spiritual yang berbeda-beda.
1.
Kelemahan fisik
mewujudkan pada ketergantungannya dengan unsur lain sperti makanan, minuman,
istirahat, pengobatan, dan lainnya, dan berwujud pada kematian. Itulah
kelemahan fisik manusia didalam Al-qur’an Allah menciptakan manusia baik
individu maupun social, dari keadaan lemah, kemudian berproses menjadi kuat,
dan kemudian menjadi lemah kembali.
2.
Kelemahan dan
keterbatasan psikis manusia mewujudkan dalam bentuk tidak mampu mengendalikan
diri (tidak sabar, emosi, takut, terkejut, dan ssedih.) Al- qur’an menyebutkan
bahwa manusia di ciptakan dengan memiliki rasa keluh kesah dan kikir sebagai
mana di firmankan: al- maarij 19-21
*
¨bÎ)
z`»|¡SM}$#
t,Î=äz
%·æqè=yd
ÇÊÒÈ #sÎ)
çm¡¡tB
¤³9$#
$Yãrây_
ÇËÉÈ #sÎ)ur
çm¡¡tB
çösø:$#
$¸ãqãZtB
ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya
manusia diciptakn bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapt kebaikan ia kikir.”
Sungguh seakan-akan setiap perkataannya merupakan sebuah sentuhan
dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat- sifat kelemahan manusia.
“keluh kesah” ketika ditimpa kesusahan dan kesedihan. Ia mengira bahwa
kesedihan itu bersifat abadi, kekal, dan tiada yang dapat menghilangkannya. Ia
juga mengira bahwa masa-masa yang akn datang itu akan terus menjadi petaka
baginya, maka dipenuhi hatinya dengan bermacam-macam kesedihan, keburukan, dan
duka nestapa. Sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa tidak akan ada
keterlepaan dari kesedihan itu. Dan ia tidak mengharapkan perubahan dari Allah,
krena ia telah di robek-robek oleh keluh kesah. Sifat yang lain ialah “ sangat
kikir” terhadap kebaikan jika ia mendapatkannya. Ia mengira bahwa kebaikannya
dan keberhasilannya itu adalah karena usaha dan jerih payahnya sendiri . karena
itulah sifat kikir muncul dalam manusia dan memonopoli kekayaan itu untuk sendirinya.
Sehingga jdilah mereka tawanan dari kekuasaannya, dan menjadi budak dari
kerakusannya. Hal inilah disebabkan ia tidak mengerti hakikat rezeki dan
peranannya. Ia tidak melihat kebaikan tuhannya karena sudah berputus
hubungannya, dan hatinya sudah kosong dari merasakan keberadaan dan campur
tanganNya.
Karena
itulah, ia selalu berkeluh kesah dalam
kedua kondisi, yaitu, berkeluh kesah disaat susah, dan berkeluh kesah ketika
mendapat kebaikan atau kesenangan. Inilah gambaran buruk manusia ketika hatinya kosong dari iman. Ketika hatinya kosong dari iman
yang menegakkan meluruskannya ini, maka ia akan senantiasa terombang- ambinng,
goyah, bagaikan bulu yang diembus angin, ia akan senantiasa goncang dan takut.[7]
Kelemahan
psikis ini karena dekat dengan mengik
يعلutinya hawa nafsu yang sebagai alat bagi setan untuk
menjerumuskannya. Rasulluh bersabda:
عن ابي يعلى شداد بن او س رضي الله عنه عن
النبي صلى الله عليه وسلم قال: الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من
اتبع نفسه هواها وتمنى على الله(رواه الترمذي وقال: حديث حسن)
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra, dari
Nabi saw. beliau bersabda. “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjagga
dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu
orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai
harapan.”
3.
Kelemahan
intelektual mewujudkan pada keterbatasan pengetahuan manusia atas realitas. Ada
manusia yang mampu memilah- milah banyak masalah , tetapi ada yang sangat
terbatas, ada yang mampu melihat masalah untuk tiga- empat dimensi, tetapi ada
yang hanya mampu melihat satu dimensi, dalam surah Al-luqman ada lima hal yang
tidak bisa diketahui oleh intelektual manusia, yaitu: (1) kapan terjadi hari
kiamat, (2) kepastian hujan, (3) masa depan janin manusia yang masih dalam
kandungan, dan (4) apa yang akan diperoleh esok, dan (5) dimana manusia akan
mati. Dan manusia tidak akan mampu mengetahui ruh, karena ruh itu urusan Tuhan
dan manusia hanya di beri sedikit pengetahuan tentangnya. (Q/17: 85).
4.
Kelemahan segi spiritual
mewujudkan manusia sering lupa akan spritualnya dan mengalpakan yang menjadi
kebutuhan- kebutuhan jiwanya. Karena ia terdorong oleh hawa nafsu mengejar
kenikmatan duniawi dan kelezatan jasmani sehingga lupa akan kebutuhan rohaniah
dan tidak memikirkan untuk memperbaiki jiwanya dengan pendidikan dan pengajaran
agama dan akhlak yang mulia. Sebagai akibabat yang demikian itu, ia telah
mencapai tingkata yang tertinggi dalam hal kemakmuran duniawi dan kebahagiaan
lahiriyah, tetapi sangat terbelakang di bidang kemajuan spiritual dan
nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan ideal. Ia lupa pada asal- usulnya dan
menginkari kekuasaan Tuhan serta
meragukannya, ia tidak memikirkan tanda- tanda kekuasaan Allah yang ada
pada dirinya sehingga dia menjadi penantantang yang nyata. Dan menyebabkan
adanya segi kezaliman dan kebodohan yang terletak pada sikap mau menerima
amanat tetapi tidak melaksanakan.
Firman Allah:
óOs9urr& tt ß`»|¡RM}$# $¯Rr& çm»oYø)n=yz `ÏB 7pxÿõÜR #sÎ*sù uqèd ÒOÅÁyz ×ûüÎ7B ÇÐÐÈ
Artinya:
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari
setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.”(Q,S
yasiin,77)
Asal- usul terdekat tubuh manusia, ia adalah setetes air yang
hina, yang tak ada
nilainya setetes air yang mengandung ribuan sel. Dan satu dari ribuan sel
itulah yang kemudian menjadi janin, dan janin tersebut menjadi manusia yang
menantang Rabbnya, dan Apakah hakikat nutfah itu, yang tak seorangpun dari manusia yang meragukan mendatangkan
bukti dan dalil keberadaannya.
Daya cipta
Allahlah yang menjadikan dari nutfah ini sosok manusia yang kemudian menjadi
penantang yang nyata itu. Alangkah jauhnya pergeseran dari awal pertumbuhan
manusia hingga akhir kehidupannya. Apakah kekuatan yang mempunyai daya cipta
seperti ini diragukan oleh manusia untuk membangkitkan dan mengidupkannya
kembali di akhirat setelah ia mati dan hancur lebur?[8]
Asbabun- Nuzul:
Ibnu
abbas menceritakan bahwa As bin Wa’il datang menemui Rasulullah saw. dengan
membawa tulang yang telah rapuh dimakan usia, kemudian dia meremasnya hingga
hancur dan berkata,” hai Muhammad apakah tulang yang telah aku hancur ini akan dibangkitkan ?” jawab Nabi. “
ya, benar Allah akan membangkitkannya. Dia akan mematikanmu, kemudian menghidupkanmu
lagi, kemudian memasukkanmu ke neraka jahannam. Maka turunlah ayat ini.
Dari kelemahan- kelemahan diatas mengisyaratkan kepada manusia
untuk selalu berintropeksi diri dalam menjalankan amanah yang diberi oleh Allah
sebagai kholifah maupun hambanya. Allah melarang manusia untuk angkuh berjalan
diatas bumi dalam Al- quran Allah berfirman dalam surah al-isra’:
wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-ÌørB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ
Artinya: Itulah sebagian Hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu
Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan
ke dalam neraka dalam Keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
Seunggul
atau secerdas apapun wujud dari manusia masih ada yang lebih berkuasa karena
manusia adalah makhluk yang diciptakan. Allah menciptakan manusia dari air yang
hina dan menjijikkaan menjadikan sebuah bentuk yang sangat bernilai dan sempurna yakni manusia.
C. Faktor- faktor Akibat kelemahan manusia
1.
Faktor Ruh
adalah faktor yang menyumbat lorong antara Nur suci di dalam diri manusia
menuju jiwa. Kesalahan- kesalah Ruh
Antara lain:
·
Menyekutukan
Allah
·
Durhaka kepada
orang tua
·
Zina
·
Orang pandai
yang menipu
2.
Faktor jiwa
adalah faktor yang menyumbat lorong antara jiwa dengan kalbu.
Kesalahan-kesalahan jiwa antara lain:
·
Bakhil
·
Menyakiti
tetangga
·
Menipu
·
dhalim
3.
Faktor kalbu
adalah faktor yang menghambat Nur dalam kalbu memancar ke akal manusia. Kesalahan- kesalahan kalbu antara
lain:
·
Sombong
·
Mengumpat
·
Judi
·
Menunda- nunda kebaikan
4.
Faktor fisik
adalah kelemahan- kelemahan manusia untuk berbuat dan bekerja, yakni adanya
sebuah penyakit-penyakit fisik.
D.
Cara mengatasi
kelemahan dalam manusia
Manusia adalah insan yang tak pernah luput dari salah dan
dosa , manusia atas dasar kesamaan tujuan membentuk organisasi-organisasi yang
lebih besar. Untuk itu manusia memiliki suatu potensi dalam menjalankan amanah
Allah dengan baik maupun buruk sesuai dengan kapasitas manusia yang memiliki potensi tersebut. dan suatu
kelemahan yang terdapat pada manusia bisa di tutupi dengan suatu potensi
keunggulan yang ada pada diri manusia.
Adapun cara mengatasi kesalahan- kesalahan yang di peroleh dari
kelemahan manusia ialah:
Ø Banyak berzikir kepada Allah karena zikir adalah salah satu obat
penembus dosa
Ø Banyak bertaqorrub kepada Allah
Ø Jangan melihat keatas lihatlah kebawah (rendah hati)
Ø Lawan kelemahan dengan keunggulan yang ada pada manusia
Ø Amar ma’ruf nahi mungkar
Ø Bergaul dengan orang sholeh
Ø Berlomba- lombalah dalam hal kebaikan
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Fitrah kelemahan Manusia adalah suatu potensi manusia yang juga
tidak bisa di pisah darinya, karena Manusia adalah makhluk ciptaan, yang tidak
akan lepas dari kekuasaanNya. Al- qur’an selain menggambarkan fitrah keunggulan
manusia juga menggambarkan sifat-sifat kelemahan yang ada pada manusia. Manusia
banyak di cela, Manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-qur’an mencela
manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia
dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi
fitrahnya sebagai kholifah Allah di muka bumi ini. Dari kelemahan itu
mengakibatkan dhalim, sombong, bakhil dan riya.
B.
SARAN
Sesungguhnya kita semua sadar akan kelemahan yang kita semua miliki
yang sudah menjadi tabiatnya, akan tetapi dengan sifat kelemahan kita juga lah
yang tidak menyadarkan kita, dengan makalah ini mengingatkan kita akan
kelemahan yang ada pada manusia. Semoga kita bisa menutupi kelemahan kita
dengan potensi yng kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Ahmad. Sunnatulah Dalam Jiwa Manusia. Jakarta:
IIIT. 2002
Sayyid Qutthb,
Asy- Syahid. Tafsir Fi Zhilali-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press. 2001
Baharuddin. Paradigma
Psikolog Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Rahayu, Iin Tri. Psikoterapi.
Malang: UIN-Malang Press. 2099
[1] Ahmad Mubarak, Sunnatulah
Dalam Jiwa Manusia,( Jakarta: IIIT, 2002) hlm. 23-24
[2] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001) hlm. 155-156
[3] Ahmad Mubarak, Sunnatulah
Dalam Jiwa Manusia, hlm. 30
[4] Baharuddin, Paradigma
Psikolog Islami,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hlm.148
[5] Iin Tri Rahayu,
Psikoterapi,(Malang: UIN-Malang Press, 2099) hlm. 23-24
[6] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 295-296
[7] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 24
[8] Asy- Syahid
Sayyid Qutthb, Tafsir Fi Zhilali-Qur’an, hlm. 405