MAKALAH
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan Islam.
Dosen Pengampu:
Dr. MUHAMMAD THOHA, M.Pd.I
Disusun oleh:
ULFATUR
ROSYIDAH
NIM.18201501020049
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat, hidayahnya, kami telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul
“Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif
Muhammad Abduh”.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam.
Pendidikan sangatlah penting di kehidupan masyarakat.Untuk itu,
Muhammad Abduh seorang ulama’ pendidikan yang mengemukakan konsep kependidikannya
dalam berpendidikan yang baik dan layak dan Muhammad Abduh merupakan pembaharu pendidikan.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki kekurangan,
baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.Akhirnya, semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi kita semuanya.
Amin……
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pamekasan, 21 April 2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah……………………………………………………………....
1
B.
Rumusan Masalah…...………………………………………………………………..
1
C.
Tujuan Masalah…...…………………………………………………………………..
1
BAB II :
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup
Muhammad Abduh…………………………………………………...2
B.
Latar Belakang Pemikiran
Pendidikan Muhammad Abduh ……………………..…....3
C.
Konsep Pemikiran
Pendidikan Muhammad Abduh…………………………………...3
D.
Korelasi pemikiran
pendidikan pada masa kini……………………………………….6
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………………7
B.
Saran ………………………………………………………………………………….7
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Muhammad Abduh merupakan salah satu
tokoh ulama’ intelek yang memiliki kualitas dan kompetensi keilmuan yang tidak
diragukan lagi. Bahkan kapasitas keilmuannya dapat dijadikan standar keulamaan
di tengah-tengah masyarakat. Posisinya sebagai seorang teolog,pemikir,
pembaharuan merupakan modal awal yang dijadikan pedoman bahwa dia dikategorikan
ulama’ teolog,ulama’ pemikir bahkan ulama’ pembaharu diberbagai bidang.
Muhammad Abduh muncul untuk
mempembaharui pendidikan dimasanya yang berdasarkan pemikiran-pemikiran yang
berdasarkan ajaran islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana riwayat
hidup Muhammad Abduh?
2.
Apa yang
melatarbelakangi pemikiran pendidikan Muhammad Abduh?
3.
Bagaimana
konsep pemikiran pendidikan menurut Muhammad Abduh?
4.
Bagaimana
korelasi pemikiran pendidikan pada masa kini?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui
riwayat hidup Muhammad Abduh.
2.
Untuk mengetahui
latar belakang pemikiran pendidikan Muhammad Abduh.
3.
Untuk memahami konsep
pemikiran pendidikan Muhammad Abduh.
4.
Untuk memahami
pendidikan dimasa kini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup
Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada
tahun 1849 M/226 H.[1]Di
sebuah desa di profensi gharbiyyah. Ayahnya bernama Akhsan Kair Allah
yang menikahi seorang wanita di Mahillah Nasr dengan keluarga yang sederhana (اسرة بسيطة) yang selalu taat beragama dan cinta
terhadap ilmu pengetahuan.[2]Abduh
mengawali pendidikannya dengan berguru kepada ayahnya dirumahnya dengan
pelajaran membaca,menulis,dan menghafal al-qur’an. Saat berumur 12 tahun, ia
telah menghafalkan al-qur’an secara praktis. Kemudian di Thanta, dia berguru
kepada Syaikh Ahmad pada 1862 M. Dari ulama’ ini, Muhammad Abduh mempelajari
agama walaupun pada mulanya agak kurang bersemangat, namun karena dorongan dari
pamannya yaitu Syaikh Darwis Khadar, Abduh akhirnya dapat menyelesaikan
pelajarannya di Thanta.Setelah itu, dia melanjutkan studinya di Al-Azhar dan
selesai pada tahun 1877. Selama belajar di Universitas Al-Azhar ia mempelajari
manthiq dan balaghah dari Syaikh Hasan Al-Thawil dan Syaikh Muhammad Al-Basyuni
kemudian kepada Jamaluddin Al-Afghani
dalam bidang filsafat. Dengan berbekal berbagai ilmu agama yang dimilikinya,
Muhammad Abduh kemudian terdorong untuk memilih bidang pendidikan sebagai media
pengabdiannya dan sebagai media untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya.[3]
Sehingga, ia mendapatkan gelar al-alim, kemudian ia memulai karirnya
sebagai pengajar. Sikap profesionalitasnya menjadi guru ditekuni melalui tiga
jalur lembaga formal, yaitu al-Azhar, Darul Al-Um dan Perguruan Bahasa Khadawi
dan dia juga mengajar ilmu teologi, sejarah, ilmu politik dan kesusasteraan
arab.
Pada tahun 1880 M, diangkat menjadi
redaksi surat kabar al-Waqaiq
al-Mishriyah. Kemudian melanjutkan
perjalanannya ke Paris bersama Al-Alfghani, Abduh sempat mendirikan
majalah al-urwat al-wutsqa. Hasil
keterlibatannya pada jurnalistik dia mampu menuangkan berbagai pikiran yang
bernuansa ilmu pengetahuan, budaya, politik, yang tidak hanya terbatas pada
wilayah mesir, akan tetapi menjangkau masyarakat dunia. Abduh berusaha dengan
segala keilmuan dan pengalamannya untuk membantu umat islam untuk meraih
kembali cita dan harapan di bidang pendidikan islam yang didalamnya membentuk
kepribadian yang berpendidikan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan, sehingga
dapat menjadi orang yang baik dan layak. [4]
Pada tahun 1899,diangkat sebagai
mufti mesir hingga akhir hayatnya pada tahun1905 dalam usia kurang lebih 56
tahun.
B.
Latar Belakang
Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh
Berawal dari pendidikan, pengalaman
serta motivasi yang mendorongnya untuk memajukan pendidikan dunia islam, Muhammad
Abduh mengemukakan pemikirannya berdasarkan sosial, budaya, dan politik maka
muncullah pemikiran Muhammad Abduh di berbagai bidang seperti teologi, filsafat,
sejarah, pendidikan, dan sosial politik sesuai
dengan perkembangan pada saat itu. [5]
C.
Konsep Pemikiran
Pendidikan Muhammad Abduh
Abduh menjadi
seorang reformer ganda yang mampu mengantarkan masyarakatnya pada permasalahan
dalam kegiatan masyarakat pada masanya, seperti persoalan wakaf, hukum dan
pendidikan.
Disisi lain, Abduh
juga memprioritasikan kebersamaan dan memperlemahkan jiwa individualisme dan
sparatisme dengan mengambil metode pendidikan yang berdasarkan ajaran islam. Menurut
Abduh,yang menonjol masa kini adalah kemajuan intelektual dan pemikiran.
Seperti bangsa yang luas pemikirannya dan menguasai berbagai bidang ilmu
pengetahuan maka akan kuat dan mengusai bangsa-bangsa lainnya. Demikian pula,
dia mengatakan bahwa manusia tanpa pendidikan tak akan utuh kecuali dengan
pendidikan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip yang dibawa oleh para Nabi
dan Rasul.[6]
Muhammad Abduh
tidak hanya difokuskan pada Pemikirannya dalam bidang pendidikan tetapi juga
pada dualisme pendidikan antara dua ilmu yaitu ilmu umumdan ilmu agama(al-ulum
al-diniyah wa al-ulum al-ummah).Menurutnya, pertentangan ini sangat
berpengaruh pada kemunduran pendidikan dunia islam sehingga Muhammad Abduh
mengusulkan agar menciptakan korelasi antar kurikulum madrasah dengan sekolah
agar tidak ada pemisah antar keduanya. Seperti keadaan yang terjadi di
Indonesia sebelum tahun 70-an yakni pada waktu madrasah yang bernaung di bawah
Departemen (sekarang Kementerian) Agama hanya mengajarkan ilmu agama, sedangkan
sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional kurang
mementingkan agama atau bisa dikatakan hanya mengajarkan pendidikaan umum.Dan
juga Seperti yang diterapkan Muhammad Abduh di Universitas Al-Azhar dan dengan
usahanya itu Muhammad Abduh berharap agar lembaga pendidikan bisa menerapkannya
juga.
Dalam
pengembangan kelembagaan pendidikan, Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah
pemerintah agar dapat menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai bidang, seperti
bidang administrasi, kesehatan, perindustrian dan sebagainya dengan tetap
memasukkan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan islam.[7] Menurut
Abduh tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa yang akan mengantarkan
seorang pada kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mencakup aspek akal dan aspek
spiritual. Ia menginginkan terbentuknya pribadi yang mempunyai struktur jiwa
yang seimbang, yang tidak hanya menekankan pengembangan akal tetapi juga
pengembangan spiritual. Dengan keyakinan Abduh itu, apabila aspek akal dan
spiritual dididik dengan strategi kecerdasan agama maka umat islam akan dapat
bersaing dengan ilmu pengetahuan baru dan dapat menyimbangi mereka dalam kebudayaan.[8]
Dalam
pendidikan formal, Muhammad Abduh menerapkan konsep pengembangan kurikulum
yaitu :
a.
Pengembangan sekolah
dasar melalui membaca, menulis, berhitung dan pelajaran agama seperti akidah,
fiqh, akhlak dan sejarah islam. Menurut Muhammad Abduh bahwa dasar pembentukan
jiwa agama sebaiknya dilakukan pada masa dini atau kanak-kanak karena dalam pembentukan jiwa
agama dan pribadi muslim sangatlah penting pada perkembangan otak dimasa dini
sehingga pelajaran agama diwajibkan untuk semua mata pelajaran. Dengan memiliki
jiwa dan pribadi muslim, maka rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan
nasionalisme yang selanjutnya dapat menjadi dasar bagi pengembangan sikap hidup
yang lebih baik, dan sekaligus dapat meraih kemajuan.
b.
Pengembangan
kurikulum sekolah menengah dan sekolah kejuruan meliputi mantiq atau logika,
dasar logika, fiqh , akidah dan sejarah islam agar umat islam bisa mengetahui
bagaimana kemajuan perkembangan pendidikan dan sebagai motivasi untuk memajukan
dunia islam.
c.
Pengembangan
kurikulum Universitas Al-Azhar dilakukan dengan cara menyesuaikan kebutuhan
masyarakat pada masa itu dengan para lulusan pendidikan yaitu menciptakan
orang-orang yang mampu berfikir kritis, pengetahuan yang luas dan terarah pada
kemajuan dengan menjadikan ulama’ yang cerdas atau intelek atau dengan kata
lain menjadi ulama’ yang modern dalam berpendidikan. Dengan memasukkan mata
kuliyah logika, filsafat, pengetahuan modern, tafsir, bahasa arab dengan
cabangnya, akhlak dengan pembahasan yang rinci, dasa-dasar berdiskusi dan ilmu
kalam.
Dalam Pengembangan
Metode Pengajaran, menurut Muhammad Abduh bahwa metode pengajaran tidak hanya
memetingkan hafalan tetapi juga dengan metode yang rasional dan pemahaman karena
pengajaran dengan hafalan sangatlah berpengaruh dengan daya nalar. Muhammad Abduh
juga menerapkan konsep munadzarah(diskusi) dalam memahami pelajaran agar
memberikan pengertian yang mendalam terhadap murid. Selain itu, Muhammad Abduh
ingin mengubah bahasa arab yang awalnya tidak berkembang menjadi berkembang
agar dapat bisa menerjemahkan teks-teks pengetahuan modern kedalam bahasa
arabdan bisa menerapkannya dalam kehidupan masyarakat dalam konsep al-qur’an
dan hadist..[9]
Bagitupun
dengan pendidikan bagi kaum wanita, Muhammad Abduh berpendapat bahwa pendidikan
wanita sangat penting dalam memajukan dunia islam seperti terdapat pada surat
al-baqarah ayat 228 yang berbunyi:
و المطلّقت يتربّصن باءنفسهنّ ثلثة قروءً, و لا يحلّ لهنّ أن يكتمن ما
خلق الله في ارحامهنّ ان كنّ يؤمن با الله واليوم الأخر, وبعولتهنّ احقّ بردهنّ فى
ذلك ان ارادوا اصلاحاً, ولهنّ مثل الذين عليهنّ بالمعروف وللدّجال عليهنّ درجة
والله عزيز حكيم 228
Artinya: dan
para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali
quru’. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim
mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka
lebih berhak kembali kepada mereka pada (masa) itu, jika mereka menghendaki
perbaikan.Dan (para perempuan) mereka mempunyai hak seimbang dengan
kewajibannya menurut para yang patut tetapi para suami mempunyai kelebihan
diatas mereka. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Ayat diatas
dijelaskan bahwasanya kaum wanita mempunyai hak seimbang dalam kewajibannya
tetapi juga pendidikan bagi laki-laki mempunyai kelebihan diatas kaum
wanita.jadi, kaum wanita berhak mendapatkan pendidikan yang layak seperti kaum
laki-laki.[10]
D. Korelasi Pemikiran Pendidikan Muhammad
Abduh pada Masa Kini.
Bila dikaitkan dengan perkembangan pendidikan pada masa kini yaitu
masih ada keterkaitannya seperti halnya :
1. Pendidikan pada pondok pesantren saat
ini bukan hanya mengajarkan keagamaan tetapi juga pendidikan lainnya (umum) dan
proses pengajarannya masih menerapkan konsep diskusi dan bukan hanya dengan
pengajaran menghafal tetapi juga memahami apa yang dimaksud tersebut.
2. Perkuliyah saat ini khususnya pada
bidang pendidikan bahasa arab masih kurang berkembang maka dari itu kita
sebagai mahasiswa bisa memajukan bahasa arab dengan berlandaskan al-qur’an dan
hadist bukan hanya berdiam, meratapi nasib tanpa mempraktekannya dalam
kehidupan masyarakat. Buktikanlah bahwa bahasa arab merupakan bahasa
internasional.
3. Begitupun pendidikan wanita saat ini
masih kurang karena banyak wanita kawin usia muda (pernikahan dini) hanya
mengikuti tradisi, hal itu sangat berpengaruh dalam pendidikan, masih kurang
berpengalaman,pendidikannya pun masih kurang dan juga dapat mengurangi
kenakalan remaja saat ini. Untuk itu, sebaiknya kaum wanita lebih mengedepankan
pendidikan karena pernikahan dini itu bisa berpengaruh dengan kepribadian
seorang wanita, seperti tanggal 21 april 2016 merupakan hari kartini kemarin
bahwa kita sebagai kaum wanita sebaiknya memperjuangkan pendidikan, membela
kaum wanita untuk bisa mendapatkan pendidikan selayaknya seorang laki-laki. Dan
buktikan kalau kita mampu mencetuskan generasi yang berpendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Muhammad Abduh adalah seorang pembaharu
pendidikan yang intelek dan ingin memiliki perhatian terhadap masalah sosial
dan politik dan juga memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan islam.
2. Yang melatar belakangi pemikiran
pendidikan yaitu faktor sosial, faktor kebudayaan dan faktor politik dalam
berbagai bidang seperti teologi, filsafat, pendidikan, sejarah dan sosial
politik.
3. Dengan pembaharuan pendidikan tersebut
Muhammad Abduh akan menjadikan umat islam dalam kedamaian.
4. Gagasan dan pemikiran Muhammad Abduh
dalam bidang pendidikan antara lain berkenaan dengan korelasi ilmu agama dan
ilmu umum, pengembangan kurikulum, pengembangan pengajaran dalam pendidikan formal.
B. Saran
Muhammad Abduh sebagai tokoh pembaharuan dalam islam yang patut untuk
dikenang dan diteladani karena ia telah mengubah kebiasaan masyarakat yang
sebelumnya bersikap statis menjadi dinamis. Maka contohlah Muhammad Abduh yang
tetap bersemangat dalam mencari ilmu karena baginya manusia tanpa ilmu, tidak
akan sempurna atau sia-sia.
DAFTAR ISI
Nata. Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2012
Zainuddin. M dkk. Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang press. 2009
Nizar. Samsul. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: Kencana. 2007
Kurniawan. Syamsul & Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011
[1]
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: PT rajagrafindo
persada, 2012), halm.307.
[2]M.
Zainuddin dkk, Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang press, 2009),
halm.349.
[3]Ibid.,
halm.307.
[4]Ibid.,M.
Zainuddin dkk , halm.356-357.
[5]Ibid.,Abuddin
Nata, halm. 308.
[6]Ibid.,M
Zainuddin dkk , halm. 357-359.
[7]
Ibid., Abuddin Nata, halm. 310.
[8]Syamsul
Kurniawan & Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2011),
halm. 123.
[9]Ibid,
Abuddin Nata, halm.312.
[10]
Samsul Nazar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana, 2007), halm.
251