BAB I
PEMBAHASAN
- Pengertian Anak Berkebutuhan
Khusus.
Pengertian Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami
kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial atau emosional dibanding dengan
anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.[1]
Anak
Berkebutuhan Khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan
mereka secara sempurna. Dalam dunia
pendidikan, kata luar biasa
merupakan julukan atau sebutan bagi mereka
yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai
kelainan dan penyimpangan
yang tidak alami.
seperti orang normal.[2]
Menurut
Aqila Smart, bahwa anak berkebutuhan khusus adalah
anak
yang mengalami kelainan dengan karakteristik
khusus yang membedakannya
dengan anak normal serta
memerlukan pendidikan khusus sesuai dengan jenis kelainannya.
- Anak
Berkebutuhan Khusus Jenis
Down
Syndrom
yang Mengalami
Keterlambatan
Bicara.
Anak
berkebutuhan khusus jenis down syndrom adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom pada pasangan dan ditandai
dengan retardasi mental serta anomali fisik yang beragam.[3] Kromosom merupakan serat-serat khusus
yang terdapat didalam setiap sel didalam
badan manusia dimana terdapat bahan-bahan genetik yang menentukan
sifat-sifat seseorang.[4] Kelainan kromosom tertentu dapat mengakibatkan
kelainan metabolisme yang
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan otak secara negatif dan melahirkan retardasi mental. Contohnya
adalah Down Syndrom atau mongolisme.
Jenis retardasi mental ini pertama kali ditemukan oleh Langdon Down pada tahun 1886. Tingkat retardasi
mentalnya berkisar antara sedang sampai
berat. Disebut mongolisme sebab,
penderitanya sering bermata sipit, mirip
orang mongol. Penyebabnya adalah kelainan pada kromosom (adanya trisomi pada kromosom.[5]
Anak
dengan Down Syndrom dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti kepalanya kecil bulat
(brachicephaly) dan ceper, tidak sempurna.
Ubun-ubunnya tidak lekas tertutup, menjadi keras bahkan sering tidak pernah bisa tertutup sama sekali.
Bentuk giginya abnormal, tulang-tulang rusuk dan tulang-tulang punggung sering
mengalami kelainan. Bibir tebal
atau sumbing, kupingnya sangat besar atau sangat kecil. Kulitnya kering dan kasar, tetapi
sering juga lembut dan lunak seperti kulit bayi. Pipinya berwarna kemerah-merahan. Tangannya
lunak, besar dan lebar seperti mengandung
air. Telapak kaki ceper, perut
buncit dan pusarnya menonjol keluar.
Sendi-sendi dan otot-ototnya kaku.
Selain karakteristik umum tersebut, ada
ciri-ciri yang spesifik untuk anak down syndrom yakni terdapat ciri fisik khas
pada wajahnya, kemungkinan gangguan pada mata, jantung atau bentuk fisik yang
cenderung gemuk karena mereka tidak bisa mengontrol nafsu makan akibat masalah
di susunan syarafnya. Kebanyakan mereka mempunyai IQ sekitar
25 sampai 45, walaupun
sebagian kecil mempunyai IQ setinggi 70 dan sekitar 4% dapat membaca. Pada umumnya mereka bersifat
periang, suka meniru dan menyukai
musik.
Anak-anak
dengan down syndrom cenderung mengalami hambatan dalam
perkembangan. Salah satunya adalah kurang memiliki tekanan otot sehingga mempengaruhi organ mulut yang
dapat mengakibatkan adanya keterlambatan
bicara sebab otot-otot mulutnya kaku dan tidak dapat berfungsi dengan sempurna
untuk menghasilkan suara. [6]
- Sebab
- Sebab Keterlambatan Bicara pada Anak Berkebutuhan Khusus
Jenis
Down Syndrom.
Ada beberapa faktor penyebab
keterlambatan bicara pada anak berkebutuhan khusus jenis down
syndrom, terdiri atas:
a.
Mengalami gangguan pada otot bicara
penderita gangguan otot
bicara adalah lafal bicara
anak tak kunjung sempurna. Kadang
otaknya sudah memerintahkan
untuk menjawab dengan benar, tapi yang keluar dari mulut tetap tidak jelas karena adanya
gangguan neurologis atau persyarafan.[7]
Seorang
anak dengan kelainan down syndrom akan mengalami gangguan
pada otot bicara, yang dapat mempengaruhi adanya gangguan keterlambatan bicara. Sebab, dengan
keadaan otot bicara yang terganggu maka
organ mulut tidak bisa berfungsi dengan sempurna dan proses pembentukan suatu ucapan atau bunyi yang
akan dikeluarkan melalui rongga
mulut tidak dapat dicernakan
akibat menimbulkan suatu hambatan yakni
keterlambatan bicara.
b.
Anak mengalami gangguan konsentrasi
Gangguan ini biasanya
tidak berdiri tunggal, tapi dibarengi ciri-ciri lain seperti
pekerjaannya tidak pernah tuntas, sulit atau tidak berkonsentrasi.
Anak berkebutuhan khusus jenis down syndrom
biasanya disertai dengan keterbelakangan mental sehingga dengan kelainan
tersebut dapat menimbulkan adanya gangguan konsentrasi, maka anak akan
kesulitan untuk memfokuskan suatu informasi yang diperolehnya sehingga tidak dapat
mencerna informasi tersebut dengan benar.[8]
D.
Karakteristik dan
kebutuhan pembelajaran ABK
1. Anak dengan gangguan
penglihatan (tunanetra)
Tunanetra adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan
layanan khusus untuk pendidikan maupun kehidupannya.
Ciri-ciri anak tunanetra
terdiri atas:
a.
Kurang
melihat (kabur, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m)
b.
Kesulitan
mengambil benda kecil didekatnya
c.
Tidak
dapat menulis mengikuti garis lurus
d.
Sering
meraba-raba dan tersandung waktu berjalan
e.
Bagian
bola mata yang hitam berwarna keruh (bersisik kering)
f.
Tidak
mapu melihat
g.
Peradangan
hebat pada kedua bola mata
h.
Mata
bergoyang terus
2. Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu)
Tunarungu adalah anak yang
kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gengguan
berkomunikasi secara verbal.
Ciri-ciri anak tunarungu
terdiri atas:
a.
Sering
memiringkan kepala dalam usaha mendengar
b.
Banyak
perhatian terhadap getaran
c.
Terlambat
dalam perkembangan bahasa
d.
Tidak
ada reaksi terhadap bunyi atau suara
e.
Sering
menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
f.
Kurang
atau tidak tanggap dalam diajak bicara
g.
Ucapan
kata tidak jelas, kualitas suara aneh (monoton)
3. Anak dengan gangguan gerak anggota tubuh (tunadaksa)
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan
atau cacat yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Mereka
mengalami gangguan gerak karna kelayuan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak (disebut
cerebral palsy/CP).
Ciri-ciri anak tunadaksa
terdiri atas:
a.
Jari
tangan kaku dan tidak dapat mengenggam
b.
Terdapat
bagian anggota gerak yang tidak lengkap
c.
Kesulitan
dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, tidak terkendali)
d.
Terdapat
cacat pada anggota gerak
e.
Anggota
gerak layu, kaku, lemah (lumpuh)
4. Anak dengan gangguan intelektual (tunagrahita)
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak
yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental
intelektual dibawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya, mereka memerlukan layanan pendidikan yang khusus.
Ciri-ciri anak tunagrahita
sebagai berikut:
a.
Penampilan
fisik tidak seimbang
b.
Tidk
dapat ,enguruss diri sendiri sesuai usia
c.
Tidak
ada (kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan)
d.
Kordinasi
gerkan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
5. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras)
Tunalaras adalah anak yang berperilaku
menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat. Terjadi pada usia
anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau
keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam
pengembangan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan sacara khusus.
Ciri-ciri anak tunalaras
terdiri atas:
a.
Cenderung
membangkang
b.
Mudah
merangsang emosinya (mudah marah)
c.
Sering
menggunakan tindakan agresif, merusak, mengganggu
d.
Sering
bertindak melanggar norma sosial
e.
Cenderung
prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk sekolah
1.
Anak
cerdas istimewa dan bakat istimewa (gifted dan talented)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa
(gifted) dan anak yang memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang
memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas dan tanggung jawab
terhadap tugas diatas anak-anak seusianya, sehingga untuk mengoptimalkan
potensinya diperlukan pelayanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak cerdas istimewa
dan bakat istimewa (C.I.B.I) terdiri atas:
a.
Membaca
pada usia lebih mudah, lebih cepat dan memiliki pembandaharaan kata yang luas
b.
Memiliki
rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi
c.
Mampu
memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logis, sistematis dan kritis
d.
Senang
terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
e.
Mempunyai
daya abstraksi, konseptualisasi dan sistensis yang tinggi
f.
Mempunyai
daya imajinasi dan ingatan yang kuat
g.
Senang
mencoba hal-hal baru
h.
Terbuka
terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
i.
Mempunya
inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukkan gagasan
j.
Terbuka
terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
k.
Cepat
menangkap hubungan sebab akibat
l.
Tidak
cepat puas atas prestasi yang dicapainya
m. Lebih senang bergaul dengan anak yang lebih tu usianya
n.
Dapat
menguasai dengan cepat materi pelajaran
2.
Anak
lamban belajar (slow learner)
Lamban belajar adalah nak yang memiliki potensi
intelektual sedikit dibawah anak norma, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita
(biasanya memiliki IQ sekitar 80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami
hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi
tetapi lebih baik dibanding dengan tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu
belajar lebih lamadibanding dengan sebayanya. Sehingga mereka memerlukan
layanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak lamban belajar
sebagai berikut:
a.
Rata-rata
prestasi belajarnya rendah
b.
Menyelesaikan
tugas-tugas akademik, sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya
c.
Daya
tang kap terhadap pelajaran lambat
d.
Pernah
tidak naik kelas
3.
Anak
berkesulitan belajar spesifik
Anak berkesulitan belajar adalah individu
yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem
syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan
nyata dalam: pemahaman, gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja,
berfikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial.
Anak berkesulitan belajar
spesifik dapat berupa kesulitan belajar, membaca, menulis dan berhitung.
Sedangkan dalam mata pelajaran yang lain, mereka tidak mengalami kesulitan yang
berarti.
Ciri-ciri anak berkesulitan
belajar spesifik.
Ø
Anak
yang mengalami kesulitan membaca (disleksia) terdiri atas:
a.
Kesulitan
membedakan bentuk
b.
Kemampuan
memahami isi bacaan rendah
c.
Sering
melakukan kesalahan dalam membaca
Ø
Anak
yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia) terdiri atas:
a.
Sangat
lamban dalam menyalin tulisan
b.
Sering
salah manulis huruf B dengan P, P dengan Q, V dengan U, 2 dengan 5, 6 dengan 9 dan sebagainya.
c.
menulis
huruf dengan terbalik p ditulis q atau b
Ø
Anak
yang kesulitan berhitung (diskalkulia) terdiri atas:
a.
sulit
membedakan tanda-tanda +, -, x, :,
>, <, =
b.
sulit
mengoperasikan hitungan atau bilangan
c.
sering
salah membilang secara berurutan
4.
Anak
autis
Autis dari kata auto, yang berarti sendiri,
dengan demikian dapat diartikan seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak
autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, perilaku
sosial.
Ciri-ciri anak autis sebagai
terdiri atas:
a.
Mengalami
hambatan didalam bahasa
b.
Kesulitan
dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial
c.
Kakauan
dan miskin dalam mengekspresikan perasaan
d.
Kurang
memiliki perasaan dan empati
e.
Sering
berperilaku diruang kontrol dan mledak-ledak
f.
Keterbatasan
dalam mengekspresikan diri.[9]
- Peningkatan
Perkembangan Bahasa Pada Anak Berkebutuhan Khusus.
Pada umumnya perkembangan
bahasa anak down syndrom dapat diketahui
dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Perbendaharaan kata yang sedikit
menyebabkan kurangnya pengetahuan umum.
Anak
down syndrom pada umumnya mengalami keterlambatan bicara. tingkat
keterlambatan
bicara yang dialami tiap-tiap anak juga tidak sama tergantung dari keterbelakangan mental masing-masing
anak. Akibat dari keterlambatan bicara yang mereka
alami, maka dapat dikatakan mereka memiliki perbendaharaan kata yang sangat kurang atau sedikit sekali dan
kondisi tersebut dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan
umum.
b.
Bermasalah dalam mempelajari
peraturan-peraturan tata bahasa.
Adanya
hambatan perkembangan pada anak down syndrom
salah satunya adalah
mereka bermasalah dalam
mempelajari peraturan-peraturan tata bahasa. Hal itu disebabkan karena keterlambatan bicara yang mereka alami,
sehingga tidak mudah bagi merek mempelajari
peraturan-peraturan bahasa.
c.
Bermasalah dalam memahami arahan-arahan.
Keterbelakangan
mental yang di-alami pada anak down syndrom
dapat menyebabkan mereka bermasalah dalam memahami arahan-arahan maupun
perintah-perintah sederhana. Karena agak sulit bagi
mereka untuk menangkap dan mencerna suatu pesan atau arahan-arahan.
Belajar
tidak hanya diperuntukkan bagai anak-anak yang normal, tetapi belajar juga sangat penting bagi
anak berkebutuhan khusus (ABK)
dengan berbagai dengan berbagai gangguan. Dengan
belajar, mereka dapat mengembangkan potensi
diri secara optimal sehingga potensi anak berkebutuhan khusus aka berguna bagi diri sendiri, orang lain,
agama, bangsa dan negara. Anak berkebutuhan
khusus meliputi, anak dengan gangguan penglihatan, ganguan pendengaran, gangguan down syndrom,
gangguan fisik, serta gangguan emosi dan
perilaku. [10]
- Pengertian anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK).
ATBK istilahnya anak normal
atau standart akan tetapi, ATBK tetap memerlukan bimbingan yang baik dan benar.
Kata normal adalah istilah yang dikenal untuk setiap makhluk hidup bahwa tidak
ada perbedaan signifikan dengan kelompoknya, meskipun dalam derajat yang
berfariasi karna setiap individu memiliki karakter yang berbeda.
Kegunaan anak tidak
berkebutuhan khusus (ATBK) adalah untuk mendeteksi secara dini apabila anak
terjadi penyimpangan perkembangan perilaku dibandingkan dengan anak nomal, Agar
orang tua bisa mengetahui sejauh mana keterlambatan perkembangan perilaku
anak-anak, Serta seberapa jauh target yang harus dikejar.[11]
G. Macam-Macam Perkembangan ATBK.
anak merupakan masa dimana semua aspek dalam dirinya
mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Banyak aspek perkembangan
yan dapat dilihat langsung pada diri seorang anak.
1. Perkembangan Fisik-Motorik
Menurut beaty,
kemampuan motorik kasar seorang anak itu paling tidak dapat dilihat melalui empat aspek yaitu,
a) Berjalan
atau walking, denan indikator
berjalan turun naik tangga dengan menggunakan kedua kaki, berjaln pada garis
lurus.
b) Berlari
atau running, dengan indikator
menunjukkan kekuatan dan kecepatan berlari, berbelok kekanan dan kekiri tanpa
kesulitan dan mampu berhenti dengan mudah.
c) Melompat
atau jumping, dengan indikator mampu
melompat kedepan, kebelakang dan kesamping.
d) Memanjat
atau climbing, dengan indikator
memanjat naik-turun tangga dan memanjat pepohonan.
2. Perkembangan
Kognitif
Perkembanan
kognotif merupakan perkembangan yang terkait dengan kemampuan berpikir
seseorang. Bisa juga diartikan sebagai perkembangan intelektual. Adapun
tahap-tahap perkembangan seorang anak menurut Jean Piaget adalah sebagai
berikut.
a.
Masa sensorik motorik (0-2,5 tahun)
b.
Masa praoperasional (2-7 tahun)
c.
Masa konkret prapasional (7-11 tahun)
d.
Masa operasional (11-dewasa)
3. Perkembangan
Emosi
Emosi
adalah suatu
perasaan yang dimiliki oleh seorang anak baik
itu perasaan senang,
maupun sedih. Emosi itu mulai berkembang semenjak ia lahir ke dunia. Meskipun
ada anggapan bahwa sejak dalam kandunga seseorang sudah dapat merasakan
sesuatu.
4. Perkembangan
Bahasa
Bahasa
bagi seorang anak sangatlah penting. Bahasa merupakan suatu bentuk penyampaikan pesan terhadap segala sesuatu
yang diinginkan. Dengan bahasa orang tua pendidik akan tahu apa yang menjadi
keinginan anaknya.
5. Perkembangan
Moral
Moral
merupakan suatu nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.
Perkembangan moral
yang terjadi pada anak sifatnya masih relatif terbatas. Seorang anak belum
mampu menguasai nilai-nilai yang abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik
buruknya.
6. Perkembangan
Sosial
Perkembangan
sosial merupakan perkembangan yang melibatkan hubungandiri sendiri maupun interaksi dengan
orang lain.
Dalam
konteks ini, perkembangan sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi
sosial dan tanggung jawab sosial. kompetensi sosial menggambarkan kemampuan
anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosianya secara efektif. Sedangkan
tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan oleh komitmen anak terhadap
tugas-tugasnya,menghargai perbedaan individual, dan memerhatikan lingkungannya.
7. Perkembangan
Imajinasi (fantasi)
Fantasi
atau imajinasi adalah daya cipta untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru atas
bantuan yang telah ada (lama). Dalam konteks tertentu, daya imajinasi atau
fantasi bisa juga diartikan dengan kreativitas.
H. Karakteristik Anak Tidak
Berkebutuhan Khusus
(ATBK).
1. Unik,
yaitu sifat anak
itu berbeda satu dengan yang lainnya. Anak memiliki bawaan, minat, kapasitas,
dan latar belakang
kehidupan masing-masing.
2. Egosintris,
yaitu anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri.
3. Aktif
dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas. Selama
terjaga dari tidur, anak seolah olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan dan
tidak pernah berhenti dari aktivitas.
4. Rasa
ingin tahu
(kuat atau antusias), Yaitu anak
cenderung memerhatikan, Membicarakan dan mempertanyakan berbagai hal yang
sempat di lihat dan di dengarnya, terutama dengan hal yang baru.
5. Eksploratif
dan berjiwa petulang, yaitu anak terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat dan
senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal yang baru.
6. Spontan,
yaitu perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak ditutup tutupi sehingga merefleksikan apa yang
ada dalam perasaan dan pikirannya.[12]
[1]. Miftakhul Jannah & Ira
Darmawanti, Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
& Deteksi Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus, (Surabaya: Insight
Indonesia, 2004),
hlm.15.
[4]
http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/24/down-syndrome-deteksi-dini-pencegahan-
dan-penatalaksanaan-sindrom-down/ (22 Oktober 2012).
[9] Jordan rita, education of childern and young people with autis (jakarta:united
kingdom, 1977), hlm.80-84.
[10]Ibid,
hlm.78.