BAB 11
PEMBAHASAN
Dalam
pengalaman hidup seseorang, manusia selalu berjumpa dengan berbagai hal-hal
disekitar hidupnya. Pengalaman empiris ini mendorong akal budinya untuk
mengerti dan memahami hal-hal tersebut. Hasil pencernaan akal-budi ini disebut
konsep atau perngertian. Pengertian selalu berupa gambarn yang sudah
diabstarksi dan bersifat umum, karena tidak lagi menunjuk pada objek tertentu
ditempat tertentu. Jelas tidaknya suatu pengertian ditentukan pula oleh ada
tidaknya pengalaman seseorang terhadap hal tersebut.
Pengertian
diartikan sebagai hasil tangkapan akal-budi, mengenai hakikat (inti, esensi)
dari suatu hal. Pengertian ini memungkinkan manusia dapat berpikir dan
berbicara tentang sesuatu. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pengertian
adalah gambaran abstrak yang dibentuk dan dimiliki oleh akal-budi tentang inti
atau hakikat suatu objek. Jika
pengertian menunjuk sesuatu sebagai hasil tangkapan akal-budi, kegiatan
akal-budi untuk menangkap hakikat sesuatu itu disebut abstraksi. Karena
pengertian itu masih abstrak, maka dipelukan lambang/symbol untuk
mewujudkannya. Lambang itu disebut kata, yang merupakan unsure terkecil dalam
bahasa. Adapun kata berfungsi sebagai ungkapan lahiriah dari suatu pengertian,
dalam logika disebut term.
Pengertian
tidak sama dengan kesan (fantasma). Pengertian tidak merupakan produk dari
akal-budi, sedangkan kesan adalah produk langsung dari indera. Perbedaan lain
ialah kesan bersifat khusus, individual dan material (karena berupa objek yang
langsung ditangkap indera); sedangkan pengertian bersifat umum, immaterial
(karena dapat ditangkap melalui akal-budi dan tidak langsung). Pengertian diperoleh
melalui abstraksi sedangkan kesan adalah pengertian melalui kontak
langsung dengan objek.[1]
a.
Pengertian
definisi
`Definisi
adalah pengetahuan yang kita butuhkan. Dalam kehidupan ilmiah maupun Kehidupan
sehari-hari kita banyak berurusan dengan definisi. Sewaktu orang memasuki pembicaraan
permulaan suatu ilmu, ia akan bertemu dahulu dengan definisinya. Dalam
pembicaraan sehari-hari tidak jarang kita diminta untuk menjelaskan pengertian
kata yang kita gunakan. Menjelaskan
pengertian kata agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penggunaannya
merupakan tugas definisi.
Mendefinisi
adalah menyebut sekelompok karakteristik suatu kata sehingga kita dapat
mengetahui pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjuk obyek
yang lain pula. Lalu, apakah karakteristik suatu kata itu? Karakteristik itu
tidak lain adalah genera (jenis) dan differentia (sifat pembeda).
Jadi mendefinisi suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang
dikandungnya.
Jenis
(genera) yang kita pilih adalah jenis terdekat, karena dengan menghadirkan
sifat pembedanya (differentia) kita langsung sampai pada pengertiannya.
Jenis terdekat adalah nama umum yang langsung mencakup barang atau benda yang
kita definisikan. Jadi jika kita hendak mendefinisikan ‘kursi’ harus mulai
dengan ‘tempat duduk’ mendefinisikan ‘merpati’ dengan burung, mendefinisikan
‘dasi’ dengan pakaian, setelah itu baru kita hadirkan sifat pembedanya. Dengan
prosedur itu ternyata ada beberapa kata yang tidak dapat kita beri definisi.
Pertama adalah kata yang tidak dapat kita temukan generanya juga kata yang
menunjukkan pengertian dasar yang universal, seperti wujud dan waktu. Kedua
adalah kata yang tidak dapat ditemukan differentianya. Kenyataan mental
yang sederhana seperti: marah, benci, kesal, senang dan sebagainya, tidak mungkin
kita beri definisi, demikian pula penangkapan indera atas obyek yang sederhana
seperti kuning, hijau, halus, kasar dan sebagainya. Kita mungkin dapat
menemukan generanya, tetapi apakah differentianya?.
Juga
tidak dapat diberi definisi karena alasan yang sama yakni kata yang tidak dapat
ditangkap maksudnya kecuali bila dihubungkan dengan kata lain, seperti: atau,
yang, daripada, dan sebagainya serta nama unik pun tidak bisa diberi definisi,
karena memiliki sifat kesendirian yang yang tidak terbatas, sehingga tidak
ditemukan sifat pembedanya. Dalam sebuah definisi selalu terkandung dua unsur,
yaitu:
a)
Hal atau simbol
yang didefinisikan biasa disebut definiendum.
b)
Hal atau
kumpulan simbol yang digunakan untuk menjelaskan arti definiendum, lazim
atau definiens.
Definiendum adalah istilah yang mau dijelaskan artinya, sedangkan definiens
adalah perumusan atau penjelasan atas definiendum, tetapi suatu istilah lain
atau kelompok istilah lain yang menurut definisi mempunyai arti yang sama
dengan definiendum.[2]
b.
Patokan membuat
definisi
1)
Definisi tidak
boleh lebih luas atau sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
2)
Definisi tidak
boleh menggunakan kata yang disefinisikan.
3)
Definisi tidak
boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan.
4)
Definisi tidak
boleh menggunakan bentuk negatif.[3]
Keputusan yang
dibicarakan dalam ilmu manthiq ini bermacam-macam. Macam-macam keputusan
tersebut dapat dilihat dari segi bahannya, dari segi kuantitasnya, dari segi
kualitasnya dan segi hubungan subyek predikatnya.
a.
Dilihat dari
segi bahannya
1)
Keputusan
analitik, adalah keputusan dimana predikatnya keharusan bagi subyeknya.
2)
Keputusan
sintetik, adalah adalah keputusan dimana predikatnya bukan sebuah keharusan
bagi subyeknya.
b.
Dilihat dari
segi kuantitasnya
1)
Keputusan
universal, adalah keputusan dimana predikat menerangkan (mengakui atau
mengingkari seluruh luas subyek, atau dengan kata lain mencakup seluruh luas
subyeknya.
2)
Keputusan
partikular, adalah keputusan dimana predikat menerangkan (mengakui atau
mengingkari) sebagian saja dari luas subyeknya atau dengan kata lain mencakup
sebagian saja dari luas subyeknya, baik sebagian kecil maupun sebgian besar.
3)
Keputusan
singular, adalah keputusan dimana predikat menerangkan (mengakui atau
mengingkari) satu barang/orang (subyek) tertentu saja.
c.
Dilihat dari
segi kualitasnya
1)
Keputusan
positif, keputusan dimana predikat dipersatukan dengan subyek oleh kata
penghubung yang bersifat mengiyakan. Subyek menjadi satu dengan predikat.
Seluruh isi predikat diterapkan pada subyek seluruh luas subyek dimasukkan ke
dalam luas predikat.
2)
Keputusan
negatif, adalah keputusan dimana subyek dan predikat dinyatakan sebagai tidak
sama. Dalam banyak hal mungkin sama, tetapi satu hal keduanya berlainan.
d.
Dilihat dari
segi hubungan subyek predikatnya
1)
Keputusan
kategoris, adalah keputusan yang dihubungkan antara subyek dengan predikat,
tidak diisyaratkan apa-apa, dan boleh menerima kemungkinan apa saja (tidak
terbatas).
2)
Keputusan
hipotesis, adalah keputusan apabila hubungan subyek dan predikatnya didasarkan
dengan syarat. Artinya subyek dapat berhubungan (mengakui atau mengingkari)
bila ada syarat.
3)
Keputusan
disjungtif, adalah keputusan yang mempunyaidua predikat, dan apabila
berhubungan subyek dengan predikatnya, maka hanya salah satu saja dari predikatnya
yang benar.[4]
a.
Logika masuk
kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang
tersistematis. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika
tersistematis dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan
Sextus empiricus (sekitar 200 M) yang menggambarkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
b.
Pendekatan
tentang kebenaran dan kebehagiaan mempelajari ilmu logika untuk mengetahui
kebenaran yang real, nyata dan menemukan sebuah kebahagiaan. Kebehagiaan itu
adalah ketika kita bisa melakukan apapun sesuai kehendak hati namun mereka
tidak berfikir tentang kebahagiaaan yang terselip ketiak seseorang bersedekah
betapa bahaginya orang yang bisa bersedekah dan orang yang menerimanya.
Dari penjelasan
tentang makalah ini saya dapat menyimpulkan ternyata ada perbedaan antara
pengertian dengan definisi namun apabila
tidak mengetahui lebih mendalam tentang keduanya seseorang bisa beranggapan
bahwa antara definisi dengan pengertian itu sama. Namun kenyatannya Pengertian
adalah gambaran abstrak yang dibentuk dan dimiliki oleh akal-budi tentang inti
atau hakikat suatu objek sedangakan Definisi adalah penentuan batas pengertian
sebuah konsep atau istilah sehingga dapat ditangkap secara benar.
Dalam menaggapi
sesuat tentunya banyak pendapat-pendapat yang akhirnya membutuhkan
keputusan-keputusan yang hasil dari keputusan itu akn menjadi sebuah pedoman
untuk kedepannya.
Penegrtian adalah
awal dari pemikiran melalui banyak pendekatan yang dapat membantu seseorang
untuk lebih memahami tentang bagaimana cara yang baik dan benar.
Kami selaku
manusia biasa sangat mengakui akan
kekurangan dan kesalahan dalam melakukan apapun. Oleh karena itu, saran yang
membangun sangat kami harapkan, agar tercipta pengetahuan dan karya yang lebih baik
kedepannya.
[1] F.
Warsito djoko s, logika (Jakarta:PT indeks, 2011), hlm.13-15
[2] F.
Warsito Djoko s, Logika (Jakarta: PT indeks, 2011), hlm. 90
[3] H.
Mundiri, logika (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.37-41
[4] H.
Sunardji dahri tiam, ilmu manthiq (surabuya:PT. pwu jawa timur
‘Puri’,2009), hlm.51-56