Monday, 6 June 2016

Kepemimpinan Transfsormatif, Guna Menjawab Tantangan Organisasi



Dunia kampus, dunia yang penuh dengan bermacam-macam tipologi mahasiswa, ada yang biasa disebut dengan mahasiswa aktivis ada pula yang mahasiswa akademis, tapi yang paling mengenaskan adalah mahasiswa yang masih saat ini belum menemukan jati diri mereka sebagai mahasiswa, atau yang biasa disebut dengan mahasiswa kupu-kupu.
Mahasiswa dengan berbagai tipologi tersebutlah pada eksistensinya membutuhkan wadah dimana mereka bisa berproses sebaik mungkin. Maka dengan kebutuhan tersebut muncullah organisasi, yang mana kata organisasi ini sudah tidak asing lagi ditelinga para pembaca sekalian, dengan adanya organisasi maka tidak luput pula kata pemimpin juga muncul dalam ingatan kita. Sepertinya kata pemimipin dan organisasi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena tanpa pemimpin maka apalah arti sebuah organisasi.
Lumrahnya banyak streotipe yang mengatakan bahwa banyak pemimpin yang tidak merakyat, dikarenakan mereka (Red: Pemimpin) hanya mengedepankan asas kenal-sama kenal yang mana bila satu kubu atau sesama kelompoknya itu saja yang diajak berpartisipasi aktif dalam organisasi yang dipimpinnya dan karena hal ini maka timbullah kecemburuan-kecemburuan dalam suatu organisasi tersebut. Adapun penyebabnya adalah komunikasi yang buruk serta kurangnya kesadaran seorang pemimpin tersebut akan pentingnya aspirasi orang yang dipimpinannya guna untuk meningkatkan mutu organisasi secara efisien dan efektif.
Kepemimpinan transformatif hadir untuk menjawab tantangan organisasi yang berupa permasalahan internal dan permasalahan eksternal organisasi seperti sekarang, dimana nantinya pemimpin seperti ini yang didambakan paara kaum organisator untuk dijadikan sebagai acuan pemimpin yang ideal, pemimpin ynag seperti ini yang dapat mengerti maksud hati dari semua bawahannya, mengerti kemauan dan segala pandangan yang berbeda-beda dari bawahannya. Karena keberhasilan pemimpin ditentukan oleh bawahannya, kenapa demikian? Karena bagaimana bisa dikatakan berhasil seumpama masih saja banyak bawahan yang tidak memahami esensi dari organisasi tersebut. Karena nnatinya pemimpin adalah tolak ukur keberhasilan organisasi kalu pemimpinnnya sudah tidak meyakinkan dan masih meraba-raba mau dimana kira-kira organisasi ini. Maka nantinya akan m uncul yang namanya pemimpin yang dipimpin.
Maka sebaiknya sebagai seorang pemimpin organisasi, mau itu organisais intra seperti yang kita jalani sekarang (Red: UKK LPM) maupun organisasi ekstra sebisanya harus mengaplikasikan pola kepemimpinan seperti itu. Apalagi kalau kita memimpin para kaum akademisi serta aktivis yang keduanya  tersebut adalah orang-orang kritis, lalu bagaimana seorang pemimpin  bisa survive untuk memimpin mereka jikalau pemimpin tersebut tidak bisa menampung segala aspirasi orang-orang yang dipimpinnya serta pemimpin yang hanya stagnan tidak melakukan perubahan nyata. Karena pemimpin  transformatif adalah pemimpin yang bisa mengubah visi menjadi realita. Maka tidak akan ada orang yang mau dipimpinnya serta endingnya bisa kita tebak yakni dipaksa diturunkan ataupun turun jabatan karena sudah tidak bisa survive.