Saturday, 22 October 2016

DIKSI DALAM TULISAN ILMIAH MAKALAh




                                     
DIKSI DALAM TULISAN ILMIAH
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di ampu oleh bapak Wahab Syakhirul,M.Pd
Disusun oleh:
Ulfa Ainun Nikmah
Lailatul Fitriyah
Siti norhayati
Tria Fera Sasmita
M.Farhanul Abror







PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016

 





KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan MAKALAH yang berjudul ”DIKSI DALAM TULISAN ILMIAH” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda nabi muhammad S.A.W yang di utus untuk menjadi rahmat sekalian alam dan untuk menyempurnakan ahlak.
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas juga untuk dijadikan sebagai pembelajaran tentang diksi atau juga disebut seni pemilihan kata. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini sering kali kita melihat atau mendengar seseorang berkomunikasi menggunakan kata-kata yang tidak baku sehingga terjadi kesalah penafsiran bagi pendengar maupun pembaca, dengan hadirnya makalah ini dapat membantu kita dalam penggunaan atau pemilihan kata agar dapat meminimalkan terjadinya kesalah penafsiran atau kesalah pahaman.
Kami penulis hanylah manusia biasa yang penuh dengan salah dan lupa. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna maka untuk itu, dengan penuh rendah hati kami mengharapkan kritik dan sarannya yang dapat membangun sehingga makalah ini akan menjadi lebih baik. Atas segala perhatian, apresiasi yang berupa saran dan kritiknya kami sampaikan banyak terimakasih. Semoga kita selalu dalam lindunganNya. Amin 


                                                                                                Pamekasan, September 2016




Penyusun        



 




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
    A.... Latar Belakang.....................................................................................1
    B.... Permasalahan.......................................................................................1
    C. .. Tujuan penulisan..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
    A.... Pengertian diksi....................................................................................2
    B.... Fungsi diksi..........................................................................................3
    C.... Ketepatan pemilihan kata.....................................................................4
    D.... Kesesuaian pemilihan kata...................................................................5
    E.... Perubahan makna kata.........................................................................6
    F..... Macam-macam peranti diksi................................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................10
    A.... Kesimpulan.........................................................................................10
    B.... Saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................11


BAB I                                                                      
PENDAHULUAN
A.   LatarBelakang
Diksi disebut juga dengan pilihan kata, penggunaan diksi yang tepat, cermat dan benar dapat memberikan nilai pada suatu kata, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Selain itu diksi juga dapat mencegah kesalahan penafsiran yang berbeda. Misalanya pilihan kata ketika seorang pejabat berpidato akan mengunakan gaya repitisi,  gaya bernada rendah atau tinggi sangat mempengaruhi publik, seperti pidato presiden Soekarno yang menggunakan diksi repitisi guna untuk membakar semangat rakyatnya.

B         RumusanMasalah
1.      Apa  yang  dimaksud  diksi?
2.      Apa   fungsi  diksi?
3.      Bagaiman  cara  menggunakan  kata  yang  tepat  dalam  berkomunikasi  ataupun  membuat  karangan?
4.      Bagaiman  cara  menyusuaikan  pemilhan  kata  dengan  tepat?
5.      Apa  saja  faktor  yang  menyebabkan  perubahan  makna  kata?
6.      Apa  saja  macam-macam  peranti  diksi?
C.        TujuanPenulisan
1.      Untuk  mengetahui  pengertian  diksi
2.      Untuk  mengetahui  fungsi  diksi
3.      Untuk mengetahui cara menggunakan kata yang tepat dalam berkomunikasi ataupun membuat  karangan
4.      Untuk  mengetahui  cara  menyesuaikan  pemilihan  kata  dengan  tepat
5.      Untuk  mengetahui  faktor  yang  menyebabkan  perubahan  makna  kata
6.      Untuk  mengetahui  macam-macam  peranti  diksi

BAB II
PEMBAHASAN
A.           PENGERTIAN DIKSI
Diksi  disebut  juga  pilhan kata, penggunaan diksi yang tepat, cermat dan benar dapat memberikan memberikan nilai pada suatu kata1 termasuk dalam membuat karangan2.  
Diksi juga berfungsi untuk membantu melambangkan ide atau gagasan yang akan diucapkan lewat bahasa yang digunakan. penggunaan kata diksi yang tepat akan merubah makna kata, yang awalnya biasa saja akan lebih bermakna. Penggunaan diksi yang tepat dan benar akan memberikan nuansa positif bagi lawan bicara.
Dalam kamus besar bahasa indonesia diksi dapat di artikan sebagai pilihan kata yang tepat dalam penggunaanya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya,termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.






B.           FUNGSI DIKSI
         Diksi memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:.
a.       Suatu upaya untuk melambangkan ide pokok atau gagasan yang akan di ucapkan lewat bahasa yang digunakan. Penggunaan kata yang tepat akan memberikan makna sebuah kata yang sesungguhnya, yang awalnya biasa saja menjadi lebih bermakna dan sempurna. Misalnya kata perempuan sangat dihargai pada saat pemerintahan Gus Dur dengan selalu menggunakan kata diksi menteri pemberdayaan perempuan. Beda pada saat orde baru yang menggunakan kata wanita yang selalu menghiasi pada menteri peranan wanita, dharma wanita. Jadi, dengan menggunakan diksi yang baik maka akan memberikan makna yang sesungguhnya.
b.      Upaya untuk mengekspresikan gagasan yang benar dan tepat. Artinya menggunakan diksi yang tepat, cermat dan benar akan memberikan nuansa positif dan menyenangkan bagi lawan bicara.
c.       Berfungsi untuk mencegah kesalah tafsiran dan kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Kata anutan dan panutan contoh : 1. Ibu Kartini terpilih menjadi dosen panutan di Stain Pamekasan. Contoh : 2. Ibu Kartini terpilih menjadi dosen anutan di Stain Pamekasan. Banyak orang yang mengatakan contoh nomor satu yang benar yaitu menggunakan kata panutan dari pada anutan. Jika di analisis, kata anut yang lebih tepat tapi kata panutan yang lebih banyak di gunakan masyarakat. Kata panutan bila di uraikan kata dasarnya adalah panut dan mendapat akhiran an, dalam bahasa indonesia kata panut bukan menunjukkan kata verba, tapi lebih menunjukkan nama orang. Sedangkan kata dasar anutan yaitu anut yang ditambah akhiran an yang merupakan bentuk verba3.




C.           KETEPATAN PEMILIHAN KATA
                      Ketepapan pemilhan kata merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang ketika berkomunikasi dan berinteraksi agar tidak terjadi kesalah tafsiran maupun kesalah pahaman. Oleh karena itu, untuk bisa mencapai ketepatan pemilhan kata harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Cermat dalam membedakan makna kata-kata yang hampir bersinonim,seperti kata tasbih yang artinya orang yang berdzikir dan tahbis yang mempunyai arti memberkati.
2.      Cermat dalam membedakan denotasi dan konotasi. Kalau yang digunakan hanya pengertian dasar, maka harus memilih kata denotatif, kalau yang digunakan reaksi emosional tertentu, maka harus menggunakan kata konotatif sesuai dengan sasaran yang dicapainya. Contoh: SBY dan Mega Wati berebut kursi kepresidenan pada pemilu 2009” makna kursi di atas bukan makna denotatif yaitu tempat duduk, tapi makna konotatif yaitu kekuasaan. Sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.
3.      Cermat dan tepat dalam penggunaan kata-kata umum dan kata-kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum. Contoh: kijang dengan mobil. Kijang merupakan kata khusus sedangkan mobil merupakan kata umum.
4.      Cermat dalam menggunakan kata-kata yang bersinonim. Contoh: kata saya dan aku, penggunaan kata aku lebih tepat digunakan dalam forum non ilmiah atau sedang bermain dengan teman. Sedangkan penggunaan kata saya lebih tepat digunakan dalam forum ilmiah karena kata saya lebih sopan dari pada kata aku.
5.      Cermat dalam penggunaan kata-kata abstrak dan kata-kata konkrit. Ciri-ciri kata abstrak itu konseptual sedangkan kata konkrit itu berciri khusus. Contoh kata abstrak: manusia,kemiskinan. Contoh kata konkrit: manusia, miskin4.[3]





D.           KESESUAIAN PEMILIHAN KATA
Kesesuaian diksi sangat diperlukan ketika berkomunikasi. Saat berkomunikasi kita sering mengalami perbedaan atau kekurangan tepatan karena perkembangan bahasa yang sangat luas. Artinya terdapat kata frase maupun klausa yang di anggap kurang sesuai ketika di ucapkan, tidak baku dan tidak baik. Bentuk ucapan bahasa yang benar dan baik itu selalu dihubungkan dengan bentuk ucapan bahasa yang baku yaitu bentuk ucapan bahasa yang dipakai sebagai pedoman yang di anggap sebagai bentuk ucapan yang ideal(sesuai dengan EYD)5 oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini.
1.      Harus tepat dalam penggunaan kata yang berhubungan dengan nilai sosial. Misalnya ketika seorang mahasiswa mohon ijin untuk meninggalkan kelas, kata yang di ucapkan mohon ijin kebelakang bukan untuk ijin kencing, hal ini dikarenakan kurang santun.
2.      Menggunakan kata berpasangan atau idiomatik. Contoh: terdiri atas, sebagai berikut, sehubungan dengan,dst.
3.      Penggunaan bahasa baku secara tepat. Misalnya diksi ramadhan,ramadhan atau ramadan. Banyak yang menganggap bahwa yang baku adalah ramadhan, padahal yang baku sebenarnya adalah kata ramadan.
4.      Penggunaan kata-kata pada kondisi tertentu. Misalnya pada kata meninggal, mati, tewas, wafat, gugur. Buronan itu tewas di tabrak truk saat lari dikejar polisi. Bandingkan dengan kalimat kyai itu wafat beberapa minggu lalu. Kata tewas dan wafat berhubungan dengan situasi dan kondisi tertentu.
5.      Penggunaan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan kata-kata non ilmiah untuk komunikasi yang sifatnya non ilmiaah.
6.      Tidak menggunakan bahasa lisan (pergaulan). Contoh:  “ayo kita cabut dan tutup facebook, menuju masjid untuk solat berjemaah”



E.           PERUBAHAN MAKNA KATA
Bahasa sifatnya dinamis yang banyak mengalami perkembangan. Berikut faktor-faktor terjadi perubahan makna kata:
1.      Perubahan bahasa
         a.Perubahan intonasi. Perubahan intonasi pada kata dapat terjadi perubahan makna(yang meliputi irama, tekanan, maupun nada). Contoh: ayam mati dimakan harimau yang ganas.  Bandingkan dengan: ayam mati dimakan, harimau yang ganas.
a.       Perubahan di dalam struktur frasa, misalnya parkir bebas, bebas parkir.
b.      Perubahan makna bahasa karena terjadi perubahan-perubahan di dalam bentuk kata. Perubahan makna terjadi karena faktor afiksasi atau imbuhan. Contoh: pimpin-pimpinan-pemimpin-kepemimpinan.
c.       Perubahan struktur kalimat akan mengakibatkan perubahan dalam hal makna. Misalnya dari kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Contoh: Mahasiswa Stain harus mentaati peraturan yang di buat oleh Stain Pamekasan (aktif). Mahasiswa Stain Pamekasan diharuskan mentaati peraturan yang dibuat oleh Stain Pamekasan.
2.    Faktor sosial
Faktor sosial juga dapat menyebabkan perubahan makna kata dalam kerangka diksi. Contoh: guru-pahlawan tanpa tanda jasa; militer-baju doreng; carik-sekretaris desa.
3.    Faktor psikologis
Faktor psikologis atau faktor kejiwaan dapat menyebabkan perubahan makna kata, misalnya mencakup pertimbangan rasa takut, kesopanan, kehalusan ekpresi. Contoh: di tangkap polisi-di amankan polisi; penjahat itu ditembak-dilumpuhkan.
4.    Faktor kesejarahan
Faktor sejarah mengalami bahasa yang selalu berkembang sehingga seringkali terjadi perubahan makna. Contoh: kata perempuan, ketika jaman kependudukan Jepang penyebutan kata perempuan akan menandakan pada seorang wanita yang kurang baik d imasyarakat. Kemudian pada jaman orde baru mengalami perubahan diksi menjadi kata wanita yang diposisikan tinggi dibangdingkan dengan kata perempuan. Akan tetapi, kata perempuan ditempatkan pada posisi tinggi sampai pada masa pemerintahan SBY.
5.    Kata baru (asing)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan munculnya kata yang baru sehingga terjadi perubahan makna kata. Contoh: download:unduh, chatting:obrolan, website:laman, performance:kinerja ,perfect:sempurna, dsb.

F.         MACAM-MACAM PERANTI DIKSI
1.      Denotasi dan konotasi
Makna denotasi juga disebut makna konseptual,makna lugas,makna yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya. Sedangkan konotasi biasa disebut bukan makna yang sebenarnya. Ketika berkomunikasi harus memperhatikan kedua hal ini dengan cermat dan tepat. Apakah kita akan menggunakan kata denotatif atau kata konotatif.
2.      Bentuk idiomatik
Bentuk idiomatik menunjukkan pada bentuk kebahasaan yang sudah berpasangan bentuknya(bentuk yang sudah lekat dan tidak dapat dipisahkan). Contoh: sehubungan dengan, disebabkan oleh ,berharap akan, sebagai berikut, dan terdiri atas. Jadi kata idiomatik tidak boleh diganti dengan bentuk lain.
3.      Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna / mempunyai makna lebih dari satu. misalnya kata korban, dalam kamus bahasa indonesia memiliki banyak makna.
4.      Homonim
Homonim merupakan kata yang sama lafal dan ejaannya. Misalnya kata bisa yang bermakna racun, namun dapat juga bermakna dapat. Ketika berkomunikasi, tetap harus dapat memahami makna perbedaan dalam penggunaanya. Karena jika tidak, maka dapat terjadi salah penafsiran. Perbedaan antara polisemi dan homonim yaitu pada polisemi makna kata mengandung kias dan makna sebenarnya, sedangkan pada homonim keduanya menggunakan kata denotatif.
5.      Homofon
Homofon adalah dua kata atau lebih dimana pengucapan atau bunyinya sama, namun berbeda tulisan dan maknanya. Contoh: kata bank dan bang “bang Nurul pergi ke bank syariah untuk mengambil uang”. Makna “bang” panggilan untuk kakak laki-laki, sedangkan “bank” menunjukkan makna tempat untuk menyimpan uang.
6.      Homograf
Homograf adalah dua kata yang memiliki kesamaan dalam penulisan namun pengucapan dan maknanya berbeda. Contoh: Qodir apel ke rumah Rani-Fitri membeli apel dipasar. Apel dan apel sama penulisannya, tetapi pengucapan dan maknanya berbeda. Apel bermakna bersilaturrahmi dan apel satunya bermakna buah.
7.      Hiponim
Hiponim adalah relasi kata yang terdiri atas dan bawah. Artinya ada komponen yang sebagai superordinatnya(makna yang masih luas). Dan dibawahnya yang lebih khusus lagi. Misalnya pada kata toko yang merupakan subordinatnya dan kata baju adalah ordinat-ordinatnya.
8.      Kata tanya dimana,yang mana, dan hal mana
Tiga kata tanya tersebut dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu. Jadi apabila kata tadi masih digunakan dalam kalimat tuturan, maka kalimat itu salah. Misalnya: Ustadku yang mana yang sangat baik padaku. Kalimat itu salah dan yang tepat yaitu Ustadku sangat baik padaku.
9.      Sinonim
Sinonim adalah persamaan kata atau kata yang memiliki makna yang sama atau hampir
sama. Contoh: kata mati dan tewas.
10.  Antonim
Antonim adalah kata yang berlawanan arti atau maknanya. Antonim sebenarnya menunjukkan relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau berlawanan. Misalnya: cinta-benci, panas-dingin, selatan utara.
11.  Kata abstrak dan konkrit
Kata abstrak mempunyai pengertian yang berupa konsep. Akan tetapi, kata konkrit mempunyai pengertian yang berupa objek yang bisa dilihat, objek yang bisa di amati misalnya;radang, luka, memar atau berupa generalisasi sebuah konsep. Contoh: iman, surga, neraka, hari kiamat6.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Diksi mempunyai makna yang lebih luas dari rangkaian kata dalam praktik berbahasa. Ketika berada dalam satu forum formal, pemilihan kata yang tepat merupakan hal yang penting. Begitu juga saat menulis suatu karya ilmiah sangat diperlukan kata-kata yang mengandung unsur keilmiahan baku, cermat tepat, benar dan baik. Penggunaan diksi yang baik dan benar yaitu sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Beberapa fungsi diksi yaitu sebagai suatu upaya untuk membantu melambangkan ide atau gagasan yang akan di ungkapkan lewat bahasa yang di ungkapkan, sebagai upaya untuk mengekpresikan gagasan yang benar dan tepat, sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kesalah tafsiran atau kesalahpahaman.

B.    SARAN
Kita harus memperbanyak membaca buku agar memiliki penguasaan bahasa yang baik dan benar,sehingga dalam berkomunikasi atau dalam membuat suatu karangan ilmiah kita bisa dengan mudah menggunakan bahasa atau kata yang baik dan benar.






DAFTAR PUSTAKA

Susila Mansurudin.2010.Mozaik Bahasa Indonesia.UIN-Maliki Press:Malang
Drs.H.Aziz Djaja.Buku Ajar Bahasa Indonesia
Masnur Muslich.2012.Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi.Bumi Aksara:Jakarta
Zubad Nurul Yaqin.Bahasa Indonesi Keilmuan.2011.UIN-Maliki press


[1]Susilo Mansurudin.2010.Mozaik Bahasa Indonesia.UIN-Maliki Press: Malang
2 M.zubad Nurul Yaqin.Bahasa Indonesia Keilmuwan.2011.UIN-Maliki Press


3  Susilo Mansurudin.2010.Muzaik Bahasa Indonesia.UIN-Maliki Pres:Malang
4 Drs.H.Aziz Djaja.Buku Ajar Bahasa Indonesia
6 Masnur Muslich.2012.Bahasa Indonesi Pada Era Globalisasi.Bumi aksara: Jakarta