KONSEP
DIRI
Makalah
Tugas Psikologi Sosial
Disusun Oleh:
ACH HANIFUDIN
DIANA
MERYTASARI
SAMSURI
PRODI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH (AHS)
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
PAMEKASAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah
satu aspek yang dominan dari pengalaman manusia adalah perasaan yang kuat
mengenai eksistensi dirinya. Sejak zaman perkembangan filsafat Yunani kuno para
filsuf berusaha menggeluti isu atau persoalan tentang diri atau
identitas pribadi. Salah satu cabang ilmu yang menjadikan diri sebagai objek
kajiannya adalah Psikologi, secara khusus pada Psikologi
Sosial. Pada pembahasan selanjutnya kami hanya akan memaparkan tentang konsep
diri dalam
kajian Psikologi Sosial.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian kosep diri?
2.
Bagaimana pembentukan
konsep diri?
3.
Apa saja jenis-jenis
konsep diri?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian konsep diri
2.
Untuk
mengetahui pembentukan konsep
diri
3.
Untuk
mengetahui jenis-jenis konsep
diri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep
diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya
yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.
Konsep diri
merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau
dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu
berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi
dirinya.[1]
Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa
berkaitan dengan bakat,minat, kemampuan, penampilan fisik dan lain sebagainya.
Orang pun kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut,
apakah dia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga dan senang
atau tidak senang dengan dirinya. Sebagai contoh, Rani memiliki keyakinan bahwa
dirinya bukanlah seorang penyanyi profesional dan mungkin dia tidak terlalu
merasa bangga dengan hal itu, sehingga dia pun pasrah jika ada orang yang
mengkritik tentang suaranya.
Seperti contoh di atas,
konsep diri sangat penting dipelajari dalam psikologi sosial karena konsep diri
mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam menanggapi dunia dan pengalaman
(Markus, 1997). Konsep diri bukanlah sesuatuyang tiba-tiba ada atau muncul.
Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi
sosial.
Vaughan dan Hogg (2002)
menyatakan bahwa hasil dari tindakan kita mendorong kita untuk melakukan
intropeksi dan persepsi diri. Intropeksi dilakukan seseorang ketika dia
berusaha memahami dan menilai mengapa diamelakukan tindakan tertentu. Persepsi
diri dilakukan seseorang ketika dia mengatribusikan secara internal hasil yang
diterimanya.
Konsep diri pada dasarnya
merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengenai sesuatu
yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep
diri adalah skema diri (self-schema), yaitu pengetahuan tentang diri, yang
mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan (Vaughan
dan Hogg, 2002)[2]
Dimensi dari Konsep diri
Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa
konsep diri terdiri atas tiga dimensi yang meliputi:
1.
Pengetahuan
terhadap diri sendiri (real-self). Usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku
pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang menempatkan
seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa maupun
kelompok-kelompok tertentu lainnya.
2.
Pengharapan
mengenai diri sendiri (ideal-self). Pandangan tentang kemungkinan yang
diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa depan. Pengharapan ini merupakan
diri ideal.
3.
Penilaian
tentang diri sendiri (social-self). Penilaian dan evaluasi antara pengharapan
mengenai diri seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan harga
diri yang berarti seberapa besar orang menyukai dirinya sendiri.
Pembentukan konsep diri
Konsep diri merupakan proses yang
berkelanjutan sepanjang hidup manusia. Konsep diri masih dapat diubah asalkan
ada keinginan dari orang yang bersangkutan.
Symonds (dalam Agustiani, 2006)
menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul ketika individu
dilahirkan akan tetapi berkembang bertahap seiring munculnya kemampuan untuk
memahami sesuatu. Selama periode awal kehidupan, konsep diri sepenuhnya didasari
oleh persepsi diri sendiri. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia,
pandangan mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
diperoleh dari interaksi dengan orang lain (Taylor dalam Agustini, 2006).
Dengan kata lain, konsep diri juga
merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lain.
Orang lain yang dapat mempengaruhi
konsep diri kita (Calhoun & Acocella, 1990):
1.
Orang
tua
Orang tua adalah kontak sosial paling
awal dan paling kuat yang dialami oleh seseorang. Informasi yang diberikan
orang tua pada anak lebih tertanam dari pada informasi yang diberikan oleh
orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-anak yang tidak memiliki orang
tua, disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan
informasi tentang dirinya sehingga menjadi penyebab utama anak berkonsep diri
negatif.
2.
Kawan
sebaya
Kawan sebaya menempati posisi kedua
setelah orang tua dalam mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur oleh
kelompok sebaya sangat berpengaruh pada pandangan individu terhadap dirinya
sendiri.
3.
Masyarakat
Masyarakat sangat mementingkan
fakta-fakta yang melekat pada seorang anak, seperti siapa orang tuanya, suku
bangsa, dan lain-lain. Hal ini pun dapat berpengaruh pada konsep diri
individu.
Faktor lain yang dapat berpengaruh
pada konsep diri
1.
Pola
asuh
Pola asuh orang tua menjadi faktor
yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif
orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap
menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan
pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk
disayangi dan dihargai.
2.
Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami
seringkali menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri dan berakhir pada
kesimpulan bahwa penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat
orang merasa tidak berguna.
3.
Kritik
diri
Kadang kritik memang dibutuhkan untuk
menyadarkan seseorang atas perbuatan yang dilakukan. Kritik terhadap diri
sendiri berfungsi sebagai rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar
keberadaan kita diterima dan dapat beradaptasi. Walaupun begitu, kritik diri
yang berlebihan dapat mengakibatkan individu menjadi rendah diri.
Jenis-jenis konsep diri
Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan adanya
peneimaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya
dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.
Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah
fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi
terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya
(Calhoun dan Acocella, 1990).
Orang dengan konsep diri positif
ditandai dengan lima hal, yaitu (Sukatma, 2004):
1.
Yakin
dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah
2.
Merasa
setara dengan orang orang lain
3.
Menyadari
bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
4.
Mampu
memperbaiki dirinya sendiri karena ia sanggup mengungkapkan aspek kepribadian
yang tidak ia senangi dan berusaha mengubahnya
Konsep diri negatif
Calhoun dan Acocella (1990) membagi
konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:
1.
Pandangan
individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki
perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak
tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
2.
Pandangan
tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena
individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri
yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam
pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
Orang dengan konsep diri negatif
ditandai dengan lima hal, yaitu (Brooks dan Emmert dalam Sukatma, 2004):
1.
Peka
terhadap kritik, dalam arti orang tersebut tidak tahan terhadap kritik yang
diterimanya dan mudah marah.
2.
Responsif
terhadap pujian. Semua embel-embel yang menunjang harga diri menjadi pusat
perhatiannya.
3.
Bersikap
hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela, dan meremehkan apapun dan
siapapun. Tidak mampu memberi penghargaan pada kelebihan orang lain.
4.
Merasa
tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain adalah musuh.
5.
Bersikap
pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing dan merasa tidak berdaya jika
berkompetisi dengan orang lain.[3]
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Konsep
diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap
dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam
bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil,
maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju
kesuksesan.
Dimensi Konsep Diri
meliputi Pengetahuan terhadap diri sendiri (real-self), pengharapan mengenai diri sendiri (ideal-self), penilaian tentang diri sendiri (social-self).
Pembentukan Konsep
Diri terjadi melalui Orang tua, kawan sebaya, masyarakat. Faktor lain yang dapat berpengaruh pada konsep diri Pola asuh, kegagalan, kritik diri.
Jenis-jenis Konsep
Diri meliputi konsep diri positif dan konsep diri negatif.
b.
Saran
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada hal-hal yang
kurang tepat, baik dari penulisan, susunan kalimat, maupun isi, kami harap
untuk diberikan koreksi kepada kami demi kabaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/ diakses tanggal 23
september 2016
http://www.psikologikita.com/?q=psikologi/konsep-diri diakses tanggal 23 september 2016