KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-taufiq serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini, kendatipun
sangat terbatas sekali.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah mengubah tatanan kehidupan saya dari kehidupan
jahiliyah menuju kehidupan yang penuh dengan tarbiyah, addiniyah dan insaniyah.
Berkat uluran tangan rahmat Allah SWT
dan seluruh kapasitas intelektual yang
ada saya dapat menyusun makalah ini dan hal ini saya susun untuk memenuhi tugas
dari Dosen Pengampu.
Dengan penuh kesadaran bahwa setiap
insan tidak luput dari salah, maka dari itu penulis sangat terbuka dan membuka
kritik konstruktif dari pembaca sekalian demi baiknya tugas selanjutnya.
Pamekasan, 04 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Dalam
kehidupan sehati-hari, manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan antar
sesama makhluknya. Manusia dibutuhkan dan membutuhkan makhluk yang lain dalam
kehidupannya. Hubungan saling ketergantungan ini tentu disebabkan dan
menyebabkan banyak hal, beberapa di antaranya adalah cinta kasih, perderitaan.
Manusia
sebagai makhluk yang berfikir dibekali rasa ingin tau. Rasa tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan hal yang bersifat alamiah
sosial dan budaya serta manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu berusaha untu memahami masalah
menyebabkan manusia data menyebabkan pengetahuan.
Kurangnya
pengetahuan orang mengenai cinta kasih, penderitaan, keadilan, pandangan hidup
dan keindahan membuat penulis ingin untuk menjelaskan ketiga hal tersebut.
Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal yang amat penting untuk diketahui.
Mengapa? Karena hal-hal tersebut sangat berhubungan atau berkaitan dalam kehidupan
seseorang dalam masyarakat. Dan apabila orang tidak mengetahui atau memahami
ketiga hal tersebut maka, akan menjadi sebuah permasalahan yang real dalam
kehidupan seseorang dalam mengambl keputusan.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana hubungan antara manusia dan cinta kasih?
2.
Bagaimana hubungan antara manusia dan penderitaan?
3.
Bagaimana hubungan antara manusia dan keadilan?
C.
Tujuan
masalah
1.
Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan cinta kasih
2.
Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan penderitaan
3.
Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan keadilan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Manusia
dan cinta kasih
A. Arti
cinta kasih
Cinta
kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang
dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan
tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan
kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan
tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara
sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan
Tuhan.[1]
Apabila
dirumuskan secara sederhana, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang
diungkapakan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya
akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan
keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.
B. Macam
cinta kasih
Adanya beberapa macam
cinta kasih, yaitu sebagai berikut :
1) Cinta
kasih antara orang tua dan anak
Orang
tua yang memperhatikan rasa cinta kasih terhadap anaknya berarti mempunyai rasa
cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi
orang baik dan berguna di kemudian hari.
2) Cinta
kasih antara pria dan wanita
Seseorang
pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku baik, lemah
lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar merah, berarti ia menaruh cinta
kasih terhadap gadis itu.
3) Cinta
kasih antara sesama manusia
Apabila
seorang sahabat berkunjung kerumah kawannya yang sedang sakit dan membawa obat
kepadanya berarti sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sakit
itu.
4) Cinta
kasih antara manusia dan Tuhan
Apabila
seseorang taat beribadah menurut perintah tuhan, dan menjauhi larangannya,
orang itu mempunyai rasa cinta kasih terhadap Tuhannya.
5) Cinta
kasih antara manusia dan lingkungan
Apabila
seseorang menciptakan taman yang indah, tidak memburu hewan secara semena-mena
dapat di katakan bahwa orang itu mempunyai rasa cinta kasih terhadap
lingkungannya.
2. Manusia
dan penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Penderitaan tidak pernah dipisahkan dari kehidupan manusia, yang
berupa keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kepanasan, dan lain-lain.
Penderitaan ini bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja.
Penderitaan datang dan pergi tidak
pandang bulu. Untuk itulah manusia harus bekerja keras agar terlepas dari
penderitaan.[2]
a. Siksaan
Berbagai
bentuk siksaan antara lain, yaitu bisa berupa siksaan di dunia dan siksaan
setelah berada di alam baka. Adapun bentuk siksaan di dunia dapat berupa
bencana alam, siksaan hati, siksaan badan, penyakit, dan lain-lain.
b. Rasa
sakit
Rasa
sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita. Penderitaan yang berupa
rasa sakit dan siksaan merupakan satu rangkaian peristiwa yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Karena adanya siksaan dan rasa sakit membuat orang menjadi
menderita.
c. Neraka
Jika
manusia mengingat akan dosa maka terbayanglah neraka, sehingga terlintas dalam
alam pikiran manusia adanya siksaan, rasa sakit, dan penderitaan. Manusia masuk
neraka karena dosa, maka jika berbicara tentang dosa berarti berkaitan juga
dengan kesalahan.[3]
3. Manusia
dan keadilan
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan
yang seimbang antara hak dan kewajiban. Berbicara tentang keadilan pada
dasarnya tidak bisa terlepas dari kata “hak” dan “kewajiban”. Berdasarkan etis,
manusia dituntut tidak hanya menuntut akan hak, sikap dan tindakannya akan
mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain.
Berikut
ini hal-hal yang berkaitan dengan keadilan :
A. Kejujuran
Jujur
atau kejujuran berarti sesuai dengan hati nurani. Jujur berarti bersih hati
dari perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Jujur berarti pula menepati
janji, baik yang telah terlahir dalam kata-kata maupun dalam niat. Dengan cara
menepati niatnya. Apabila niat tadi telah terlahir dalam kata-kata, padahal
tidak ditepati, maka kebohongannya di saksikan orang lain.
Pada
hakikatnya, kejujuran di landasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran
pengakuan akan adanya persamaan hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap
kesalahan atau dosa.
B. Kecurangan
Curang
atau kecurangan artinya tidak sesuai dengan hati nurani. Namun hanya saja,seseorang
telah berniat curang agar memperoleh keuntungan tanpa harus berusaha keras.
Keuntungan disini adalah keuntungan yang berupa materi. Pelakunya menganggap
bahwa materi mendatangkan kesenangan, meskipun orang lain menderita karenanya.
Pujowiyatno
dalam bukunya filsafat sana sini
menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis dengan perbuatan curang, misalnya
berbohong,menipu,merampas,dan lain – lain yang tergolong perbuatan buruk. Baik
buruknya sifat berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri manusia seakan –
akan ada peperangan, ada perlawanan antara yang baik dan yang buruk, baik
merupakan tingkah laku ataupun sifat lainnya. Karena itu, diperlukan ukuran
untuk menilainya. Namun, hal ini bukanlah soal mudah.
C. Pemulihan
nama baik
Nama
baik merupakan tujuan utama orang hidup. Setiap orang berusaha untuk menjaga
agar namanya tetap baik. Lebih – lebih jika ia adalah teladan bagi orang lain.
Ada peribahasa yang
berbunyi dari pada berputih mata lebih baik berputih tulang yang artinya orang
lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa
menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak – anaknya jagalah nama keluargamu! Dengan menyebut nama berarti sudah mengandung arti nama baik. Ada pula pesan orang tua jangan membuat malu!. Pesan itu juga
berarti menjaga nama baik. Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa
sering kali berpesan laksanakan kau anggap baik dan jangan kau laksanakan apa
yang kau anggap tidak baik! Dengan melaksanakan apa yng baik berarti menjaga
nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Tingkah
laku dalam mempertahankan nama baik pada hakikatnya sesuai dengan kodrat
manusia, yaitu :
1. Manusia
menurut sifat dasarnya adlah makhluk moral.
2. Adanya
aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk meujutkan
dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
D. Pembalasan
Pembalasan
ialah suatu reaksi atau perbuatan orang lain, baik reaksi berupa perbuatan yang
serupa, perbuatan yang seimbang, ataupun tingkah laku yang seimbang. Pembalasan terjadi akibat adanya pergaulan. Ergaulan
yang bersahabat mendapat balsan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang
penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan
makhluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. orang yang berbuat amoral berarti telah melanggar atau
memperkosa hak dan kewajiban manusia lain.
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menghendaki hak dan
kewajibannya dilanggar atau diperkosa. Itulah sebabnya manusia berusaha
mempertahankan hak dan kewajibannya itu. mempertahankan hak dan kewajiban
itulah yang tergolong pembalasan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan
diatas dapat kami simpulkan bahwa Cinta kasih bersumber
pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa
tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab.
Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan. Belas kasihan
dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan tanggung jawab menciptakan
keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
DAFTAR
RUJUKAN
Sujarwa, ilmu sosial dan budaya dasar (Yogyakarta:
pustaka pelajar, 2010)
Mawardi, IAD-IBD-ISD
(Bandung: pustaka setia, 2000)
Mawardi
& Hidayat,Nur , ilmu sosial dasar,
(Bandung: pustaka setia,2000)