GANGGUAN BERBAHASA
ARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah “Teori Belajar Bahasa”
Dibimbing
oleh Ibu Dosen Rabi’ah, M.pd
Disusun Oleh:
Firman Hidayat (18201501070018)
Holilah (18201501070020)
Intan Elok Okti Wardani (18201501070024)
Masruroh (18201501070021)
Roni Romadhon (18201501070057)
Moh. Hilal (18201501070038)
Wardatul Qori’ah (18201501070068)
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
A.
Ganguan Berbahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan
proses mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan
pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan
kata-kata atau kalimat. Alat bicara yang baik akan mempermudah berbahasa dengan
baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu
mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif..
Gangguan-gangguan
berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan
berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan
berbahasa, kemudian faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa,
gangguan berbahasa sering dialami
manusia berserta faktor-faktor penyebabnya yaitu alat bicara yang baik akan
mempermudah berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi
otak dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif
maupun reseptif. Inilah yang di sebut sebagai gangguan berbahasa.
1) Gangguan akibat faktor pulmonal
Di alami oleh penderita penyakit
paru-paru, yang mana kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga berbicara
dengan nada menoton, volume suara yang kecil sekali dan terputus-putus meski
dari segi semantik dan sintaksis.
2) Gangguan akibat faktor laringal
Pita suara yang menyebabkan serak tanpa kelainan semantik
dan sintaksis.
3) Gangguan akibat faktor lingual
Lidah sariawan, terluka serasa pedih jika dirasakan.
Berbicara diatur dengan gerak lidah yang dibatasi supaya mengurangirasa sakit.
4) Gangguan akibat faktor resonansi
Suara yang dihasilkan menjadi sengau, diderita orang
sumbing.
Gangguan
bahasa secara kognitif dan psikogenik berkaitan dengan bahasa dan pemikiran
karena bahasa dipersyrati kemampuan manusia berkognisi. Gangguan berkognitif
diantaranya:
Gangguan-gangguan
berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan
berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan
berbahasa, yang disebabkan ketidak sempurnaan organ pendengaran maupun wicara.
Keterbatasan kemampuan kognitif dan gangguan psikogenik juga ketidakmampuan
mengelola linguistic.
Gangguan
bahasa secara biologis disebabkan ketidaksempurnaan organ, seperti yang alami
tunalungu harus belajar bahasa isyrat sebagai bahasa Ibu. Kemudian memahami
bahasa lisan dan tulis sebagai bahasa kedua. Penderita tunanetra juga memiliki
keraguan mengenai kemampuan berbahasa kerap dilontarkan. Salah satu pertanyaan
yang sering muncul, apakah kelainan visual mengakibatkan keterlambatan dalam
memperoleh bahasa? Ternyata tunanetra memperoleh sistem fonologi lebih lambat
dari anak normal.
Ketidak
sempurnaan organ wicara menghambat kemampuan seseorang memproduksi ucapan yang
terpadu pita suara, lidah, otot-otoyang membentuk rongga mulut serta
kerongkongan dan paru-paru. Menurut Chaer berdasarkan mekanisme gangguan bicara
dapat terjadi akibat kelainan pada paru-paru, pita suara, serta rongga mulut
dan kerongkongan.
1. Pikun
Kurangnya berfikir
sehingga sukar menemukan kata-kata yang tepat, kalimat seringkali diulang dan
sering terputus karena arah pembicaraan tidak teringat atau sering pindah ke
topik lain.
2. Sisofrenik
Ganguan berfikir,
curah verbalnya penuh dengan kata-kata neoloogisme. Irama serta intonasinya
menghasilkan curah verbal yang melodis.
3. Depresif
Orang yang tertekan
jiwanya memproyeksikan penderitaannya pada gaya bahasanya dan makna curah
velbalnya.
4. Down Syndrome
Gangguan perkembangan
anak yang bersifat medis dan secara tipikal bukan hanya menjadikan anak
memiliki abnormalitas secara fisik melainkan juga secara mental.
5. Autisma
Gangguan tumbuh
kembang anak-anak, baik terdapat dari neorologis yang mempengaruhi pemikiran,
persepsi, danperhatian yang merambat mempengaruhi perilaku
Selain kata faktor
kognitif, gangguan bahasa disebabkan dari segi mental atau psikogenetik.
Gangguan yang lebih ringan. Modalitas mental ini terungkap dari dari nada
intonasi, intensitas suatu, lafal, dan diksi.
Seperti, gangguan
manja yang terkesan keinginan untuk dimanja sebagai anak kecil yang membuat
perubahan pada cara bicaranya dan gangguan kemayu yang mengacu pada peranggai
kewanitaan yang berlebihan dan ditujukan kepada pria. Berbicara kemayu dicirikan
oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian dan lafal yang dilakukan
secara menonjol atau ekstra lemah gemulai dan memanjang. Gangguan psikogenetik
1. Berbicara Serampangan
Berbicara serampangan atau semberono
adalah berbicara dengan cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah
dengan “menelan” sejumlah suku kata, sehingga apa yang diucapkan sukar
dipahami.
2. Berbicara Propulsif
Gangguan berbicara propulsif
biasanya terdapat pada para penderita penyakit parkoinson (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi
gemetar, kaku dan lemah).
3.
Berbicara
Gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau
karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku
kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata
itu kalimat dapat diselesaikan.
4. Berbicara latah
Latah adalah respon reflektif berupa
perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali yang terjadi ketika seseorang
merasa kaget.