Wednesday 5 October 2016

GANGGUAN BERBAHASA


GANGGUAN BERBAHASA
ARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah “Teori Belajar Bahasa
Dibimbing oleh Ibu Dosen Rabi’ah, M.pd
Description: STAIN PAMEKASAN
 







Disusun Oleh:
                           Firman Hidayat                     (18201501070018)
                           Holilah                                   (18201501070020)
Intan Elok Okti Wardani     (18201501070024)
Masruroh                               (18201501070021)
Roni Romadhon                    (18201501070057)
Moh. Hilal                              (18201501070038)
Wardatul Qori’ah                 (18201501070068)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016



A.    Ganguan Berbahasa
            Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan proses mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. Alat bicara yang baik akan mempermudah berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif..
            Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, kemudian faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa, gangguan berbahasa  sering dialami manusia berserta faktor-faktor penyebabnya yaitu alat bicara yang baik akan mempermudah berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Inilah yang di sebut sebagai gangguan berbahasa.
1)      Gangguan akibat faktor pulmonal
Di alami oleh penderita penyakit paru-paru, yang mana kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga berbicara dengan nada menoton, volume suara yang kecil sekali dan terputus-putus meski dari segi semantik dan sintaksis.
2)      Gangguan akibat faktor laringal
Pita suara yang menyebabkan serak tanpa kelainan semantik dan sintaksis.
3)      Gangguan akibat faktor lingual
Lidah sariawan, terluka serasa pedih jika dirasakan. Berbicara diatur dengan gerak lidah yang dibatasi supaya mengurangirasa sakit.
4)      Gangguan akibat faktor resonansi
Suara yang dihasilkan menjadi sengau, diderita orang sumbing.
                        Gangguan bahasa secara kognitif dan psikogenik berkaitan dengan bahasa dan pemikiran karena bahasa dipersyrati kemampuan manusia berkognisi. Gangguan berkognitif diantaranya:
            Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, yang disebabkan ketidak sempurnaan organ pendengaran maupun wicara. Keterbatasan kemampuan kognitif dan gangguan psikogenik juga ketidakmampuan mengelola linguistic.
            Gangguan bahasa secara biologis disebabkan ketidaksempurnaan organ, seperti yang alami tunalungu harus belajar bahasa isyrat sebagai bahasa Ibu. Kemudian memahami bahasa lisan dan tulis sebagai bahasa kedua. Penderita tunanetra juga memiliki keraguan mengenai kemampuan berbahasa kerap dilontarkan. Salah satu pertanyaan yang sering muncul, apakah kelainan visual mengakibatkan keterlambatan dalam memperoleh bahasa? Ternyata tunanetra memperoleh sistem fonologi lebih lambat dari anak normal.
            Ketidak sempurnaan organ wicara menghambat kemampuan seseorang memproduksi ucapan yang terpadu pita suara, lidah, otot-otoyang membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan paru-paru. Menurut Chaer berdasarkan mekanisme gangguan bicara dapat terjadi akibat kelainan pada paru-paru, pita suara, serta rongga mulut dan kerongkongan.
1.      Pikun
     Kurangnya berfikir sehingga sukar menemukan kata-kata yang tepat, kalimat seringkali diulang dan sering terputus karena arah pembicaraan tidak teringat atau sering pindah ke topik lain.
2.      Sisofrenik
     Ganguan berfikir, curah verbalnya penuh dengan kata-kata neoloogisme. Irama serta intonasinya menghasilkan curah verbal yang melodis.
3.      Depresif
     Orang yang tertekan jiwanya memproyeksikan penderitaannya pada gaya bahasanya dan makna curah velbalnya.
4.      Down Syndrome
     Gangguan perkembangan anak yang bersifat medis dan secara tipikal bukan hanya menjadikan anak memiliki abnormalitas secara fisik melainkan juga secara mental.
5.      Autisma
     Gangguan tumbuh kembang anak-anak, baik terdapat dari neorologis yang mempengaruhi pemikiran, persepsi, danperhatian yang merambat mempengaruhi perilaku
          Selain kata faktor kognitif, gangguan bahasa disebabkan dari segi mental atau psikogenetik. Gangguan yang lebih ringan. Modalitas mental ini terungkap dari dari nada intonasi, intensitas suatu, lafal, dan diksi.
          Seperti, gangguan manja yang terkesan keinginan untuk dimanja sebagai anak kecil yang membuat perubahan pada cara bicaranya dan gangguan kemayu yang mengacu pada peranggai kewanitaan yang berlebihan dan ditujukan kepada pria. Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian dan lafal yang dilakukan secara menonjol atau ekstra lemah gemulai dan memanjang. Gangguan psikogenetik
1.  Berbicara Serampangan
Berbicara serampangan atau semberono adalah berbicara dengan cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan “menelan” sejumlah suku kata, sehingga apa yang diucapkan sukar dipahami.
2.  Berbicara Propulsif
Gangguan berbicara propulsif biasanya terdapat pada para penderita penyakit parkoinson (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku dan lemah).

3.  Berbicara Gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan.
4.  Berbicara latah
Latah adalah respon reflektif berupa perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali yang terjadi ketika seseorang merasa kaget.