Friday, 2 December 2016

Analisis Kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi


Analisis Kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi

Dimas kanjeng mengaku sebagai anak seorang mantan pejabat tingkat kecamatan yang bukan dari keturunan raja. Namun melalui padepokan Dimas Kanjeng yang mengambil model mirip pesantren namun nyeleneh yang ia dirikan sejak 2010 di Dusun Sumber Cengkelek RT-22/RW-08 DesaWangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, mengajarkan hal-hal yang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo, dinilai sebagai mussrik di tengah-tengah prosesi ritual yang tidak masuk akal.

Salah satu hal yang aneh itu antara lain, para pengikutnya ("santri") diminta membayar uang mahar sebagai pancingan untuk digandakan secara gaib menjadi 1.000 kali. Padepokan yang ia dirikan selain dijadikan sebagai �bank gaib� juga tempat pengajian. Namun demikian ada perintah yang nyeleneh dari Dimas Kanjeng yang memerintahkan santrinya untuk berburu ayam hutan di Gunung Semeru tanpa memakai alat. Menangkap sedikitnya 200 ekor udang di petilasan Gajahmada, juga wajib membeli seutas benang sepanjang 15 sentimeter yang disebut sebagai �Tali Ali Baba� seharga Rp 200.000.
Menurut Dimas Kanjeng, hal-hal terseut merupakan bagian dari ritual untuk nantinya akan mendapatkan kantong gaib dari Yang Maha Kuasa dan mampu mengeluarkan uang dalam jumlah tak terbatas. Runyamnya lagi, Dimas Kanjeng juga mewajibkan santrinya ikut pengajian pada setiap Kamis malam di rumah para �Sultan� (koodinator pengepul mahar) agar menjadi sosok santri yang sabar, nrimo dan ikhlas.
Kebohongan demi kebohongan yang ditebar Dimas Kanjeng sejak Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo yang dibangun tahun 2010 itulah, oleh dua orang �Sultan� (Hidayah Ismail dan Abdul Gani) yang gerah karena terus-menerus ditagih �santri� yang mereka koordinir dengan uang mahar bernilai puluhan miliar, tidak juga berhasil digandakan dan bahkan uang mahar itu tidak juga dikembalikan utuh. Mereka kemudian mengancam akan membongkar aksi Dimas Kanjeng yang berkedok sebagai Pimpinan Padepokan �Bank Gaib� Dimas Kanjeng ke polisi.
 �Mereka harus dilenyapkan karena membahayakan kelangsungan padepokan,� ujar Dimas Kanjeng Taat Pribadi ketika memerintahkan kesembilan orang pengawal pribadinya (centengnya) untuk menghabisi dua orang koordinator pengepul pemasang uang mahar (disebut �santri�) untuk dilipatgandakan menjadi 1.000 kali dari uang mahar yang diserahkan para �santri�-nya. Kedua koordinator itu bernama Hidayah Ismail asal Situbondo dan Abdul Gani asal Probolinggo, harus dihabisi karena mengancam akan membongkar kedok tipu-tipu Dimas Kanjeng Taat Pribadi ke Polisi.[1]
Kesimpualannya Dimas Kanjeng terlibat dalam kasus penipuan atau yang dianggap sakti dan pembunuhan yang dilakukan sejak lama, kasus penipuan tersebut sudah lama berlangsung namun baru saat ini kasus tersebut terkuak oleh media massa. Dimas Kanjeng melakukan penipuan dengan latar belakang penggandaan uang karena ingin memperkaya diri.
 Logika yang tidak terasah ditambah keinginan serba instan bisa jadi alasan mengapa masih banyak orang terpikat sosok yang dianggap punya kesaktian di era modern ini. Misalnya, kasus padepokan Dimas Kanjeng milik Taat Pribadi yang dipercaya bisa menggandakan uang. Keinginan menjadi kaya tanpa melalui proses yang wajar membuat segala cara dihalalkan, termasuk hal tak lazim di luar nalar. Jika dicontohkan, orang yang berpikir logis bahwa uang didapat dari kerja keras tentu merasa ragu ketika ada rezeki nomplok yang muncul secara "sim salabim". Dalam kasus ini, seseorang yang logikanya berjalan baik tentu paham bahwa tindakan menggandakan uang adalah ilegal. Sebaliknya, orang yang logikanya tidak berjalan bisa saja menerima sosok spiritual yang punya "kekuatan sakti" sebagai kebenaran yang tak perlu dipertanyakan. Banyak orang yang terperdaya dengan adanya orang yang bisa menggandakan uang, mereka masih berfikir secara dangkal dan irasional mereka percaya bahwa mereka dapat memperoleh kekayaan dengan begitu saja.
Menurut kaum kapitalis bahwa tingkah laku manusia baik atau buruknya sangat bergantung pada  kekayaan.jika manusia kaya, siapapun dapat disingkirkan.[2]Mungkin aliran kapitalis ini satu tujuan dengan dimas kanjeng tapi lain halnya dengan aliran Teologis yang berpendapat bahwa kebenaran berpusat dari tuhan. Oleh karena itu, manusia yang berakhlak baik adalah manusia yang mengikuti  hukum-hukum tuhan.[3]  Dimas Kanjeng adalah seorang muslim yang diajarkan tentang kebaikan dan menjauhi keburukun seperti menipu dan membunuh, hal tersebut sudah jelas adalah perbuatan yang dilarang oleh agama islam.
Nabi shallallahu �alaihi wa sallam bersabda,
....................................................................................................................................................
�Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka� (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058).[4]
Dari hadist diatas sudah sangat jelas kalau penipuan itu dilarang dan barang siapa yang melakukannya akan masuk kedalam api neraka. Seharusnya kita sebagai umat muslim haruslah mengikuti apa yang sudah Allah suruh kepada kita dan mejauhi yang Allah haramkan bagi kita, janganlah kalian mengejar dunia dan melupakan akhirat karena dunia itu bersifat sementara, dan janganlah menipu seseorang dengan tipu muslihat karena seseungguhnya kebohongan akan terungkap seiring berjalannya waktu. Jadi marilah kita perbanyak amal kebaikan dan menjauhi suatu keburukan. Ada beberapa ayat di dalam al-quran yang menyuruh berbuat yang ma�ruf dan mencegah yang mungkar diantaranya
Surat Al-An'am: Ayat 59
.............................................................................................................................................................

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
Surat Ali 'Imran: Ayat 104

..............................................................................................................................................................

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."


Surat. Luqman: Ayat 17
..............................................................................................................................................................

"Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."[5]
Dari beberapa ayat diatas sudah jelas bahwa kita dianjurkan untuk berbuat dan menyuruh kepada kebaikan dan menjauhi kepada keburukun. Janganlah kita sampai terkena tipu daya seseorang yang dapat melakukan sesuatu yang diluar nalar kita seperti  praktek penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang telah banyak menipu dan merugikan masyarakat. Marilah kita kembali pada jalan yang benar yaitu jalannya Allah SWT. Dan marilah kita lebih tekun dalam beribadah sehingga kita tidak terpengaruh dengan hal-hal yang tidak logis seperti penggandaan uang dsb.



RUJUKAN
Al-Qur'an Indonesia https://goo.gl/MqhPUj
Saebani, Beni ahmad saebani, Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
http://m.beritasatu.com/nasional/389281-kronologi-kasus-dimas-kanjeng-pimpinan-padepokan-bank-gaib-yang-menghabisi-santrinya.html

[1]http://m.beritasatu.com/nasional/389281-kronologi-kasus-dimas-kanjeng-pimpinan-padepokan-bank-gaib-yang-menghabisi-santrinya.html
[2]Beni ahmad saebani, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010) hal.244
[3]Beni ahmad saebani, Op Cit, hal. 250
[4]Al-Qur'an Indonesia https://goo.gl/MqhPUj
[5]Via Al-Qur'an Indonesia https://goo.gl/MqhPUj