Upaya Meningkatkan Reading Skill Siswa untuk Mengungkapkan Makna dalam Bentuk Teks
Tulis Essay Berbentuk Procedure Text dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Mind Mapping di Kelas
VIII SMP Plus Al-Imamah Oray, Kec. Kadur, Kab. Pamekasan.
Di
era komunikasi dan globalisasi pada dasawarsa terakhir ini, kemampuan berbahasa
inggris merupakan suatu kebutuhan dan keharusan. Di SMP Plus Al-Imamah,
pelajaran bahasa inggris berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah mereka menyelesaikan
proses pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP), mereka diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri, cerdas, terampil, dan
berkepribadian siap ikut serta dalam pembangunan nasional. Dengan kata lain,
mereka diharapkan mampu memberi kontribusi yang intelektual kepada bangsa ini.
Di
SMP Al-Imamah, pengajaran bahasa inggris meliputi skill-skill yang telah
diimplementasikan oleh pembuat kurikulum, yaitu listening skill, speaking
skill, reading skill, dan writing skill. Dari keempat skill tersebut tentunya harus didukung
oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu vocabulary,
grammar, dan pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat tujuan dari
pembelajaran itu sendiri. Keempat skill
di atas, ternyata pembelajaran keterampilan membaca (reading skill) kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Salah
satu Standard Competence (SC) yang harus dikuasai oleh siswa kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah merespon dan mengungkapkan makna dalam bentuk
teks tulis essay secara akurat,
lancar, dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure text.
Standard Competence
(SC) di atas telah dilakukan oleh penulis. Di dalam proses pembelajaran
tersebut, penulis menjelaskan materi-materi pokok dengan menerapkan
indikator-indikator di bawah ini:
1. Dapat
mengidentifikasi makna teks berbentuk procedure
text;
2. Dapat
mengidentifikasi informasi yang terkandung dalam procedure text.
Dalam proses pembelajaran, siswa direkomendasikan
untuk membaca teks tulis essay
berbentuk procedure text kemudian
menterjemahkannya. Setelah itu, siswa direkomendasikan untuk mengidentifikasi
informasi yang terkandung dalam procedure
text tersebut. Alhasil, score
pembelajaran tersebut di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan hasil refleksi penulis, penulis
memperoleh data bahwa selama proses pembelajaran berlangsung siswa pasif, tidak
percaya diri bahkan mereka mengeluh sehingga proses pembelajaran itu menjadi
tidak efektif.
Berdasarkan uraian di atas, tidak dapat
dipungkiri bahwa ketidak efektifan proses pembelajaran merupakan sebuah ketidak
berhasilan yang telah dialami siswa kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray yang
tentunya perlu untuk diatasi. Menyikapi fenomena di atas, sebagai tim pengajar
seharusnya kreatif dan inofatif dalam mencari teknik maupun strategi dalam
pembelajaran yang bisa mengatasi situasi dan kondisi kelas seperti di atas. Dalam
hal ini, penulis ingin mencari solusi bagaimana cara mengatasi hal tersebut di
atas namun tentunya tak menyimpang dari penerapan kurikulum yang berlaku.
Dari kesekian teknik pembelajaran,
penulis berhipotesis bahwa teknik kontruktivisme merupakan salah satu teknik
yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran ini. Dalam hal ini, penulis
mencoba menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping. Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul, “Upaya Meningkatkan Reading Skill Siswa Untuk Mengungkapkan
Makna dalam Bentuk Teks Tulis Essay
Berbentuk Procedure Text Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Mind
Mapping di Kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray, Kec. Kadur, Kab. Pamekasan”.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang
ada dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah
model pembelajaran Mind Mapping bisa
meningkatkan reading skill siswa
dalam memahami dan merespon makna dalam bentuk teks tulis essay berbentuk procedure
text di kelas VIII SMP Plus Al-Imamah?
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah berdasarkan pada rumusan masalah yang ada
yakni:
1. Meningkatkan
reading skill siswa dalam merespon
makna dalam bentuk teks tulis essay
berbentuk procedure text;
2. Mengembangkan
strategi pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan;
3. Siswa
dapat menjadi aktif dalam berkomunikasi serta mampu memberikan ide, gagasan,
dan pendapat baik lisan maupun tulisan.
Penelitian
ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan (planning),
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat
diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Dengan
diterapkan model pembelajaran Mind Mapping
dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas sehingga siswa menjadi lebih
aktif serta juga dapat memperbaiki reading
skill mereka;
2. Dengan
diterapkan model pembelajaran Mind Mapping
dapat meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kelas sehingga siswa menjadi
lebih aktif serta juga dapat memperbaiki reading
skill mereka.
1. Bagi
Guru SMP Plus Al-Imamah
a. Dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif dan efisien yang bisa
menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran bahasa inggris untuik meningkatkan
kemampuan komunikatif mereka;
b. Dapat
membantu guru dalam meningkatkan proses dan memperbaiki hasil belajar mengajar mereka;
c. Dapat
membantu memperbaiki kualitas profesionalisme guru sebagai pendidik;
d. Dapat
membantu guru dalam menyusun karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu
syarat kenaikan pangkat;
e. Dapat
membantu guru dalam menyusun karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu cara
untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi.
2. Bagi
Siswa SMP Plus Al-Imamah
a. Dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan merespon makna dalam bentuk
teks tulis essay berbentuk procedure text;
b. Dapat
meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi mereka;
c. Dapat
meningkatkan kreatifitas serta kemampuan mereka dalam berkomunikasi;
d. Dapa
meningkatkan prestasi mereka dalam pelajaran bahasa inggris.
3. Bagi
Sekolah SMP Plus Al-Imamah
a. Dengan
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping, maka proses pembelajaran bahasa
inggris di SMP Plus Al-Imamah Oray akan menjadi lebih baik dan efektif.
1. Konsep
Mind Mapping Tony Buzan
Konsep
pemetaan pikiran diperoleh dengan
menggabungkan antara teks dan gambar dalam sebuah bentuk jaringan
sehingga mudah dipahami, menarik dan pastinya mudah diingat. Sistem ingatan
yang ditetapkan berdasarkan pada imajinasi dan asosiasi yang mampu
menyeimbangkan fungsi otak kiri yang short
term memory dan fungsi otak kanan yang long
term memory sehingga memungkinkan untuk mengingat sebuah informasi dengan
rinci hingga beberapa puluh tahun.
Tony
Buzan dalam bukunya How to Mind Map mengemukakan bagaimana otak bekerja, yaitu
dengan gambar-gambar dengan jarring-jaring penghubungnya. Otak terpicu oleh
sebuah kata yang kemudian memunculkan imajinasi berupa gambar. Jaringan
informasi yang dilengkapi dengan gambar inilah yang merupakan Mind Map alami yang dirancang oleh otak
ketika kita terpicu oleh sebuah kata atau ide. Dengan membuat system kerja
seperti ini maka kita telah memulai mengembangkan kemampuan berpikir kita
dengan cara yang luar biasa.
Sementara
Suhardjono (2005) mengemukakan bahwa mind
mapping merupakan salah satu model pembelajaran yang menakankan pada
pemetaan otak, yaitu dengan cara menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak.[1]
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak
cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh
tentang pokok masalah dalam suatu area yang luas. Dengan sebuah peta kita bisa
merencanakan sebuah rute tercepat dan tepat untuk mengetahui kemana kita akan
pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang
digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa
sehingga cara kerja otak kita yang alami
akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan
bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa. Model pembelajaran
mind mapping memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Model
pembelajaran mind mapping merupakan cara yang cepat
b. Taknik
ini dapat digunakan untuk mengorganisasi ide-ide yang muncul di kepala anda
c. Proses
menggambar diagram bisa memuncuulkan ide-ide yang lain
d. Diagram
yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
2. Konsep
(Lanjutan) Peta Pikiran (Mind Mapping)[2]
a. Pengertian
Mind Mapping
Mind
Mapping adalah salah satu sistem yang menggunakan prinsip
manajemen otak untuk membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih
tersembunyi. Kontribusinya dalam membantu siswa belajar secara efektif,
efisien, dan menyenangkan sudah terbukti dan mendapatkan pengakuan di seluruh
dunia. Walaupun dunia sudah mengakui kehebatan sistem ini, namun di Indonesia,
khususnya di kalangan dunia pendidikan, Mind
Mapping belum digunakan secara luas.
Mind
Mapping adalah salah satu sistem how to learn yang paling penting dan harus didapatkan paling
pertama oleh siswa jika mau menggunakan otaknya secara efektif dan efisien
dalam belajar. Penggunaan Mind Mapping akan menciptakan proses belajar
mengajar yang menyenangkan dan mendorong siswa untuk mandiri belajar serta
sukses dalam prestasi akademiknya. Mind
Mapping adalah salah satu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk
mengeksplorasi seluruh kemampuan kita untuk berpikir dan belajar. Mind Mapping prinsip kerjanya sudah
melibatkan kedua belah otak secara aktif dan sinergis sehingga pembelajaran
pasti terasa menyenangkan. Penggunaan gambar dan ilustrasi dalam belajar akan
mengaktifkan otak kanan siswa, dan menyeimbangkan dengan otak kirinya. Mind Mapping banyak menggunakan gambar
yang dapat mengaktifkan otak kanan dan warna yang menyenangkan otak.
Mind
Mapping juga menggunakan hierarki antara informasi sehingga
tingkat kepentingan informasi juga diperhatikan. Suatu materi pelajaran yang
sudah tersusun hierarkinya akan jauh lebih mudah dipahami. Suatu informasi akan
lebih mudah diingat kalau terasosiasi dengan informasi lain yang sudah kita
ingat sebelumnya. Mind Mapping juga
menggunakan prinsip asosiasi tersebut dan menyebabkan hubungan antar informasi
menjadi jelas dan sistematis.
Pusat Mind Mapping ada di tengah-tengah kertas agar menarik perhatian
mata dan otak kita. Sesuatu yang menarik mata dan otak kita pasti akan
menyebabkan kita mudah untuk focus. Cara kerja Mind Mapping tidak lain adalah sama dengan apa yang terjadi pada
sel otak, yaitu memancar dari satu titik ke titik lainnya. Learning must be fun! Informasi yang masuk ke otak dengan cara peta
pikiran akan mudah dipelajari, diingat, dianalisis, dan dikeluarkan lagi dari
otak secara cepat dan efisien. Itulah keunggulan luar biasa dari Mind Mapping.
b. Hukum
Mind Mapping
1. Pusat
Mind Mapping harus berupa gambar, dan
terletak ditengah-tengah kertas;
2. Cabang
utama Mind Mapping memancar langsung
dari pusat Mind Mapping ke segala
arah. Gunakan warna yang berbeda untuk cabang yang berbeda;
3. Panjang
cabang sesuai dengan panjang kata kunci di atasnya;
4. Kata
yang ditulis di atas cabang berupa kata kunci dan diusahakan hanya satu kata;
5. Tambahkan
warna dan gambar sebanyak mungkin dalam Mind
Mapping;
6. Gunakan
garis lengkkung untuk tiap cabang.
Penelitian
ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka prosedur penelitian ini
sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam suatu
proses bersiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kemmis S. dan M.C. Tanggrat dalam Karniti (2002: 15) yang
menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siklus refleksi diri
yang berbentuk spiral dalam rangka melakukan proses perbaikan terhadap kondisi
yang ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan dalam
rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih efektif untuk
mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan
analisis terhadap permasalahan yang ada, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
direncanakan terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali
pertemuan dengan empat fase, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan, observasi, dan refleksi seperti yang telah
dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian, keputusan untuk melanjutkan atau
menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada
hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dihentikan.
Tetapi apabila penelitian ini belum mencapai kriteria keberhasilan yang tekah
ditetapkan seperti yang telah diharapkan, maka penelitian ini dilanjutkan ke
siklus berikutnya.
Penelitian
ini dialokasikan di SMP Plus Al-Imamah Dsn. Oray Desa Pamoroh Kec. Kadur Kab.
Pamekasan. Mulai dari perencanaan penelitian sampai penulisan laporan hasil
penelitian ini dimulai pada 1-11 Desember 2016. Waktu untuk melaksanakan
tindakan mulai dari Siklus I-Siklus III berlangsung selama 10 hari.
Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Plus Al-Imamah dengan jumlah
siswa 20 orang.
Untuk
lebih memperjelas prosedur atau langkah-langkah penelitian ini, perbaikan
pembelajaran dapat diilustrasikan pada poin-poin berikut ini:
SIKLUS I
Perencanaan penelitian pada siklus ini, meliputi:
1. Mengidentifikasi
masalah;
2. Menganalisis
serta merumuskan masalah;
3. Merancang
model pembelajaran mind mapping;
4. Menyiapkan
instrument penelitian;
5. Menyusun
kelompok belajar peserta didik;
6. Merencanakan
tugas kelompok.
Dalam
tahap pelaksanaan ini mencakup poin-poin berikut:
1. Melaksanaan
langkah-langkah sesuai dengan perencanaan penelitian;
2. Menerapkan
model pembelajaran Mind Mapping;
3. Melakukan
pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai dengan rencana;
4. Memperhatikan
alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan;
5. Mengantisipasi
dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan
kegiatan.
Tahap selanjjutnya adalah tahap
observasi. Dalam tahap observasi meliputi poin-poin berikut ini:
1. Melakukan
diskusi dengan rekan guru serta kepala sekolah SMP Plus Al-Imamah untuk
merencanakan observasi;
2. Melakukan
pengamatan terhadap penggunaan model pembelajaran Mind Mapping yang diterapkan di kelas VIII SMP Plus Al-Imamah;
3. Mencatat
setiap perubahan yang dialami oleh siswa terkait penggunaan model pembelajaran
tersebut serta mencatat apa yang terjadi dalam kegiatan saat model pembelajaran
tersebut berjalan;
4. Melakukan
diskusi dengan guru untuk membahas tentang kekurangan-kekurangan yang dilakukan
oleh guru kemudian memberikan saran untuk memperbaiki proses pembelajaran
berikutnya.
1. Menganalisis
temuan saat melakukan pelaksanaan observasi;
2. Menganalisis
kelemahan serta kelebihan guru saat menerapkan model pembelajaran mind mapping
untuk menjadi bahan pertimbangan di langkah selanjutnya;
3. Melakukan
refleksi tehadap perencanaan model pembelajaran Mind Mapping;
4. Melakukan
refleksi terhadap kreatifitas siswa dalam pembelajaran bahasa inggris;
5. Melakukan
refleksi terhadap hasil belajar siswa.
SIKLUS II
1. Mengevaluasi
hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan
pada pembelajaran berikutnya;
2. Mendata
masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran;
3. Merancang
perbaikan berdasarkan refleksi siklus I;
1. Melakukan
analisis pemecahan masalah;
2. Melaksanakan
tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Mind Mapping;
1. Melakukan
pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Mind Mapping;
2. Mencatat
perubahan yang terjadi;
3. Melakukan
diskusi yang membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan
umpan balik;
4. Menyusun
rekomendasi.
1. Menganalisis
temuan saat melakukan pelaksanaan observasi;
2. Menganalisis
kelemahan serta kelebihan guru saat menerapkan model pembelajaran Mind Mapping untuk menjadi bahan
pertimbangan di langkah selanjutnya;
3. Melakukan
refleksi terhadap hasil belajar siswa;
4. Refleksi
yang dilakukan pada siklus II yaitu partisipasi siswa di dalam proses
pembelajaran sudah bagus, meskipun masih ada satu orang siswa yang kurang dalam
berpartisipasi di dalam kelas.
SIKLUS III
1. Mendata
masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran;
2. Merancang
perbaikan berdasarkan refleksi siklus II;
3. Guru
menyiapkan materi pembelajaran;
4. Guru
mengatur siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik;
5. Guru
mempersiapkan media, metode, serta model pembelajarannya.
1. Melakukan
analisis pemecahan masalah;
2. Melaksanakan
tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Mind Mapping;
3. Siswa
diajak mengulang materi secara bergilir bila kurang lengkap maka guru yang melengkapi;
4. Siswa
diberi pujian setelah melakukan aktifitas pembelajaran;
1. Melakukan
pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran mind mapping di tahap
pelaksanaan;
2. Mencatat
perubahan yang terjadi;
3. Melakukan
diskusi yang membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan
umpan balik;
4. Observasi
dilakukan dengan cara melihat partisipasi siswa di dalam kelas. Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa memperoleh skor yang lebih baik dari
siklus II. Sedangkan ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa yaitu 18
dari 20 siswa partisipasinya tinggi, sedangkan 2 dari 18 siswa partisipasinya
sedang.
1. Menganalisis
temuan saat melakukan pelaksanaan observasi;
2. Menganalisis
kelemahan serta kelebihan guru saat menerapkan model pembelajaran Mind Mapping;
3. Melakukan
refleksi terhadap hasil belajar siswa;
Dari
penelitian ini data bersumber dari beberapa sumber diantaranya:
a. Sumber
pertama
Padas
umber pertama, data diambil pada kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray Kec. Kadur
yang terdiri dari 20 siswa dan telah diambil pada data primer.
b. Sumber
kedua
Pada sumber
kedua, data bersumber pada siswa yang mana peneliti mewawancarai siswa kelas
VIII SMP Plus Al-Imamah untuk diminta keterangan terkait dengan penelitian tersebut.
Instrumen
penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data. Sugiono (2011: 102) dalam bukunya mengemukakan bahwa
instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati.[3]
Menurut Basuki (2009: 40) jenis-jenis instrumen penelitian tindakan kelas
adalah observasi, wawancara, catatan harian, dan tes.[4]
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil dari penelitian ini, yaitu
tentang peningkatan reading skill siswa
SMP Al-Imamah menggunakan observasi, wawancara, dan tes.
a. Observasi
Observasi atau
pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian
yang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
akan diamati dan diteliti. Menurut Lincoln dan Guba observasi adalah proses
pengambilan data dalam penelitian dimana pengamat melihat situasi penelitian.
Observasi dalam penelitian digunakan sebagai pemantau guru dan siswa/i,
observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus kegiatan
pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru dievaluasi dan diperbaiki pada
siklus pembelajaran berikutnya.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan
data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui
media tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan kepala sekolah
SMP Al-Imamah untuk mengetahui aktifitas keseharian siswa di sekolah.
c. Tes
Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan data
untuk mengukur kemampuan siswa/i dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan
materi. Dalam setiap siklus, siswa kelas VIII diberikan tes untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
a. Tes,
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa SMP Plus
Al-Imamah;
b. Observasi,
dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa SMP Plus Al-Imamah
dalam proses belajar mengajar dan implementasi model pembelajaran mind mapping;
c. Wawancara,
untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan model pembelajaran Mind Mapping di kelas VIII SMP Plus
Al-Imamah;
d. Diskusi
antara guru dan teman sejawat.
Dalam penelitian ini data yang
dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
a. Hasil
belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian yang kemudian
dibuat dalam presentase ketuntasan belajar siswa;
b. Aktifitas
siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa inggris. Adapun
kriteria keberhasilan dapat dikategorikan dalam rentang sebagai berikut.
Kriteria
Keberhasilan:
>
80
|
Sangat
Baik
|
60
― 80
|
Baik
|
40
― 60
|
Cukup
Baik
|
20
― 40
|
Kurang
Baik
|
<
20
|
Sangat
Kurang
|
Buzan, Tony. Gunakan Kepala Anda (Jakarta; Delapratasa Publishing, 2002)
Suhardjono, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka
Kredit Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis, 2005)
Windura, Sutanto. Mind Map Langkah Demi Langkah (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2008)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2011), hlm. 102.
Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press, 2009), hlm. 40.
[1] Suhardjono, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka
Kredit Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis, 2005)
[2] Sutanto Windura, Mind Map
Langkah Demi Langkah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008)
[3] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2011), hlm. 102.
[4] Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press, 2009), hlm. 40.