Thursday 15 December 2016

Contoh Proposal Upaya Meningkatkan Reading Skill Siswa untuk Mengungkapkan Makna dalam Bentuk Teks Tulis Essay Berbentuk Procedure Text




Upaya Meningkatkan Reading Skill Siswa untuk Mengungkapkan Makna dalam Bentuk Teks Tulis Essay Berbentuk Procedure Text dengan Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping di Kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray, Kec. Kadur, Kab. Pamekasan.
Di era komunikasi dan globalisasi pada dasawarsa terakhir ini, kemampuan berbahasa inggris merupakan suatu kebutuhan dan keharusan. Di SMP Plus Al-Imamah, pelajaran bahasa inggris berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah mereka menyelesaikan proses pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP), mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri, cerdas, terampil, dan berkepribadian siap ikut serta dalam pembangunan nasional. Dengan kata lain, mereka diharapkan mampu memberi kontribusi yang intelektual kepada bangsa ini.
Di SMP Al-Imamah, pengajaran bahasa inggris meliputi skill-skill yang telah diimplementasikan oleh pembuat kurikulum, yaitu listening skill, speaking skill, reading skill, dan writing skill. Dari keempat skill tersebut tentunya harus didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu vocabulary, grammar, dan pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Keempat skill di atas, ternyata pembelajaran keterampilan membaca (reading skill) kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu Standard Competence (SC) yang harus dikuasai oleh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah merespon dan mengungkapkan makna dalam bentuk teks tulis essay secara akurat, lancar, dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure text.
Standard Competence (SC) di atas telah dilakukan oleh penulis. Di dalam proses pembelajaran tersebut, penulis menjelaskan materi-materi pokok dengan menerapkan indikator-indikator di bawah ini:
1.      Dapat mengidentifikasi makna teks berbentuk procedure text;
2.      Dapat mengidentifikasi informasi yang terkandung dalam procedure text.
Dalam proses pembelajaran, siswa direkomendasikan untuk membaca teks tulis essay berbentuk procedure text kemudian menterjemahkannya. Setelah itu, siswa direkomendasikan untuk mengidentifikasi informasi yang terkandung dalam procedure text tersebut. Alhasil, score pembelajaran tersebut di bawah KKM  (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan hasil refleksi penulis, penulis memperoleh data bahwa selama proses pembelajaran berlangsung siswa pasif, tidak percaya diri bahkan mereka mengeluh sehingga proses pembelajaran itu menjadi tidak efektif.
Berdasarkan uraian di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa ketidak efektifan proses pembelajaran merupakan sebuah ketidak berhasilan yang telah dialami siswa kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray yang tentunya perlu untuk diatasi. Menyikapi fenomena di atas, sebagai tim pengajar seharusnya kreatif dan inofatif dalam mencari teknik maupun strategi dalam pembelajaran yang bisa mengatasi situasi dan kondisi kelas seperti di atas. Dalam hal ini, penulis ingin mencari solusi bagaimana cara mengatasi hal tersebut di atas namun tentunya tak menyimpang dari penerapan kurikulum yang berlaku.
Dari kesekian teknik pembelajaran, penulis berhipotesis bahwa teknik kontruktivisme merupakan salah satu teknik yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran ini. Dalam hal ini, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul, “Upaya Meningkatkan Reading Skill Siswa Untuk Mengungkapkan Makna dalam Bentuk Teks Tulis Essay Berbentuk Procedure Text Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping di Kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray, Kec. Kadur, Kab. Pamekasan”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Apakah model pembelajaran Mind Mapping bisa meningkatkan reading skill siswa dalam memahami dan merespon makna dalam bentuk teks tulis essay berbentuk procedure text di kelas VIII SMP Plus Al-Imamah?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah berdasarkan pada rumusan masalah yang ada yakni:
1.      Meningkatkan reading skill siswa dalam merespon makna dalam bentuk teks tulis essay berbentuk procedure text;
2.      Mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan;
3.      Siswa dapat menjadi aktif dalam berkomunikasi serta mampu memberikan ide, gagasan, dan pendapat baik lisan maupun tulisan.
Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1.      Dengan diterapkan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas sehingga siswa menjadi lebih aktif serta juga dapat memperbaiki reading skill mereka;
2.      Dengan diterapkan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kelas sehingga siswa menjadi lebih aktif serta juga dapat memperbaiki reading skill mereka.
1.      Bagi Guru SMP Plus Al-Imamah
a.       Dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif dan efisien yang bisa menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran bahasa inggris untuik meningkatkan kemampuan komunikatif mereka;
b.      Dapat membantu guru dalam meningkatkan proses dan memperbaiki hasil belajar mengajar mereka;
c.       Dapat membantu memperbaiki kualitas profesionalisme guru sebagai pendidik;
d.      Dapat membantu guru dalam menyusun karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu syarat kenaikan pangkat;
e.       Dapat membantu guru dalam menyusun karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi.
2.      Bagi Siswa SMP Plus Al-Imamah
a.       Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan merespon makna dalam bentuk teks tulis essay berbentuk procedure text;
b.      Dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi mereka;
c.       Dapat meningkatkan kreatifitas serta kemampuan mereka dalam berkomunikasi;
d.      Dapa meningkatkan prestasi mereka dalam pelajaran bahasa inggris.
3.      Bagi Sekolah SMP Plus Al-Imamah
a.       Dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping, maka proses pembelajaran bahasa inggris di SMP Plus Al-Imamah Oray akan menjadi lebih baik dan efektif.
1.      Konsep Mind Mapping Tony Buzan
Konsep pemetaan pikiran diperoleh dengan  menggabungkan antara teks dan gambar dalam sebuah bentuk jaringan sehingga mudah dipahami, menarik dan pastinya mudah diingat. Sistem ingatan yang ditetapkan berdasarkan pada imajinasi dan asosiasi yang mampu menyeimbangkan fungsi otak kiri yang short term memory dan fungsi otak kanan yang long term memory sehingga memungkinkan untuk mengingat sebuah informasi dengan rinci hingga beberapa puluh tahun.
Tony Buzan dalam bukunya How to Mind Map mengemukakan bagaimana otak bekerja, yaitu dengan gambar-gambar dengan jarring-jaring penghubungnya. Otak terpicu oleh sebuah kata yang kemudian memunculkan imajinasi berupa gambar. Jaringan informasi yang dilengkapi dengan gambar inilah yang merupakan Mind Map alami yang dirancang oleh otak ketika kita terpicu oleh sebuah kata atau ide. Dengan membuat system kerja seperti ini maka kita telah memulai mengembangkan kemampuan berpikir kita dengan cara yang luar biasa.
Sementara Suhardjono (2005) mengemukakan bahwa mind mapping merupakan salah satu model pembelajaran yang menakankan pada pemetaan otak, yaitu dengan cara menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak.[1] Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute tercepat dan tepat untuk mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak  kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa. Model pembelajaran mind mapping memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a.       Model pembelajaran mind mapping merupakan cara yang cepat
b.      Taknik ini dapat digunakan untuk mengorganisasi ide-ide yang muncul di kepala anda
c.       Proses menggambar diagram bisa memuncuulkan ide-ide yang lain
d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
2.      Konsep (Lanjutan) Peta Pikiran (Mind Mapping)[2]
a.       Pengertian Mind Mapping
Mind Mapping adalah salah satu sistem yang menggunakan prinsip manajemen otak untuk membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi. Kontribusinya dalam membantu siswa belajar secara efektif, efisien, dan menyenangkan sudah terbukti dan mendapatkan pengakuan di seluruh dunia. Walaupun dunia sudah mengakui kehebatan sistem ini, namun di Indonesia, khususnya di kalangan dunia pendidikan, Mind Mapping belum digunakan secara luas.
Mind Mapping adalah salah satu sistem how to learn yang paling penting dan harus didapatkan paling pertama oleh siswa jika mau menggunakan otaknya secara efektif dan efisien dalam belajar. Penggunaan Mind Mapping akan menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan mendorong siswa untuk mandiri belajar serta sukses dalam prestasi akademiknya. Mind Mapping adalah salah satu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan kita untuk berpikir dan belajar. Mind Mapping prinsip kerjanya sudah melibatkan kedua belah otak secara aktif dan sinergis sehingga pembelajaran pasti terasa menyenangkan. Penggunaan gambar dan ilustrasi dalam belajar akan mengaktifkan otak kanan siswa, dan menyeimbangkan dengan otak kirinya. Mind Mapping banyak menggunakan gambar yang dapat mengaktifkan otak kanan dan warna yang menyenangkan otak.
Mind Mapping juga menggunakan hierarki antara informasi sehingga tingkat kepentingan informasi juga diperhatikan. Suatu materi pelajaran yang sudah tersusun hierarkinya akan jauh lebih mudah dipahami. Suatu informasi akan lebih mudah diingat kalau terasosiasi dengan informasi lain yang sudah kita ingat sebelumnya. Mind Mapping juga menggunakan prinsip asosiasi tersebut dan menyebabkan hubungan antar informasi menjadi jelas dan sistematis.
Pusat Mind Mapping ada di tengah-tengah kertas agar menarik perhatian mata dan otak kita. Sesuatu yang menarik mata dan otak kita pasti akan menyebabkan kita mudah untuk focus. Cara kerja Mind Mapping tidak lain adalah sama dengan apa yang terjadi pada sel otak, yaitu memancar dari satu titik ke titik lainnya. Learning must be fun! Informasi yang masuk ke otak dengan cara peta pikiran akan mudah dipelajari, diingat, dianalisis, dan dikeluarkan lagi dari otak secara cepat dan efisien. Itulah keunggulan luar biasa dari Mind Mapping.
b.      Hukum Mind Mapping
1.      Pusat Mind Mapping harus berupa gambar, dan terletak ditengah-tengah kertas;
2.      Cabang utama Mind Mapping memancar langsung dari pusat Mind Mapping ke segala arah. Gunakan warna yang berbeda untuk cabang yang berbeda;
3.      Panjang cabang sesuai dengan panjang kata kunci di atasnya;
4.      Kata yang ditulis di atas cabang berupa kata kunci dan diusahakan hanya satu kata;
5.      Tambahkan warna dan gambar sebanyak mungkin dalam Mind Mapping;
6.      Gunakan garis lengkkung untuk tiap cabang.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka prosedur penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam suatu proses bersiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemmis S. dan M.C. Tanggrat dalam Karniti (2002: 15) yang menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siklus refleksi diri yang berbentuk spiral dalam rangka melakukan proses perbaikan terhadap kondisi yang ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan dalam rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan dengan empat fase, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan, observasi, dan refleksi seperti yang telah dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian, keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dihentikan. Tetapi apabila penelitian ini belum mencapai kriteria keberhasilan yang tekah ditetapkan seperti yang telah diharapkan, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Penelitian ini dialokasikan di SMP Plus Al-Imamah Dsn. Oray Desa Pamoroh Kec. Kadur Kab. Pamekasan. Mulai dari perencanaan penelitian sampai penulisan laporan hasil penelitian ini dimulai pada 1-11 Desember 2016. Waktu untuk melaksanakan tindakan mulai dari Siklus I-Siklus III berlangsung selama 10 hari.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Plus Al-Imamah dengan jumlah siswa 20 orang.
Untuk lebih memperjelas prosedur atau langkah-langkah penelitian ini, perbaikan pembelajaran dapat diilustrasikan pada poin-poin berikut ini:

SIKLUS I

Perencanaan penelitian pada siklus ini, meliputi:
1.      Mengidentifikasi masalah;
2.      Menganalisis serta merumuskan masalah;
3.      Merancang model pembelajaran mind mapping;
4.      Menyiapkan instrument penelitian;
5.      Menyusun kelompok belajar peserta didik;
6.      Merencanakan tugas kelompok.
Dalam tahap pelaksanaan ini mencakup poin-poin berikut:
1.      Melaksanaan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan penelitian;
2.      Menerapkan model pembelajaran Mind Mapping;
3.      Melakukan pengamatan pada setiap langkah-langkah kegiatan sesuai dengan rencana;
4.      Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan;
5.      Mengantisipasi dengan mencari solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan kegiatan.
Tahap selanjjutnya adalah tahap observasi. Dalam tahap observasi meliputi poin-poin berikut ini:
1.      Melakukan diskusi dengan rekan guru serta kepala sekolah SMP Plus Al-Imamah untuk merencanakan observasi;
2.      Melakukan pengamatan terhadap penggunaan model pembelajaran Mind Mapping yang diterapkan di kelas VIII SMP Plus Al-Imamah;
3.      Mencatat setiap perubahan yang dialami oleh siswa terkait penggunaan model pembelajaran tersebut serta mencatat apa yang terjadi dalam kegiatan saat model pembelajaran tersebut berjalan;
4.      Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru kemudian memberikan saran untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya.
1.      Menganalisis temuan saat melakukan pelaksanaan observasi;
2.      Menganalisis kelemahan serta kelebihan guru saat menerapkan model pembelajaran mind mapping untuk menjadi bahan pertimbangan di langkah selanjutnya;
3.      Melakukan refleksi tehadap perencanaan model pembelajaran Mind Mapping;
4.      Melakukan refleksi terhadap kreatifitas siswa dalam pembelajaran bahasa inggris;
5.      Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

SIKLUS II

1.      Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya;
2.      Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran;
3.      Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I;
1.      Melakukan analisis pemecahan masalah;
2.      Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Mind Mapping;
1.      Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Mind Mapping;
2.      Mencatat perubahan yang terjadi;
3.      Melakukan diskusi yang membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan umpan balik;
4.      Menyusun rekomendasi.
1.      Menganalisis temuan saat melakukan pelaksanaan observasi;
2.      Menganalisis kelemahan serta kelebihan guru saat menerapkan model pembelajaran Mind Mapping untuk menjadi bahan pertimbangan di langkah selanjutnya;
3.      Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa;
4.      Refleksi yang dilakukan pada siklus II yaitu partisipasi siswa di dalam proses pembelajaran sudah bagus, meskipun masih ada satu orang siswa yang kurang dalam berpartisipasi di dalam kelas.

SIKLUS III

1.      Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran;
2.      Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus II;
3.      Guru menyiapkan materi pembelajaran;
4.      Guru mengatur siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik;
5.      Guru mempersiapkan media, metode, serta model pembelajarannya.
1.      Melakukan analisis pemecahan masalah;
2.      Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Mind Mapping;
3.      Siswa diajak mengulang materi secara bergilir bila kurang lengkap maka guru yang melengkapi;
4.      Siswa diberi pujian setelah melakukan aktifitas pembelajaran;
1.      Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran mind mapping di tahap pelaksanaan;
2.      Mencatat perubahan yang terjadi;
3.      Melakukan diskusi yang membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan umpan balik;
4.      Observasi dilakukan dengan cara melihat partisipasi siswa di dalam kelas. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa memperoleh skor yang lebih baik dari siklus II. Sedangkan ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa yaitu 18 dari 20 siswa partisipasinya tinggi, sedangkan 2 dari 18 siswa partisipasinya sedang.
1.      Menganalisis temuan saat melakukan pelaksanaan observasi;
2.      Menganalisis kelemahan serta kelebihan guru saat menerapkan model pembelajaran Mind Mapping;
3.      Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa;
Dari penelitian ini data bersumber dari beberapa sumber diantaranya:
a.       Sumber pertama
Padas umber pertama, data diambil pada kelas VIII SMP Plus Al-Imamah Oray Kec. Kadur yang terdiri dari 20 siswa dan telah diambil pada data primer.
b.      Sumber kedua
Pada sumber kedua, data bersumber pada siswa yang mana peneliti mewawancarai siswa kelas VIII SMP Plus Al-Imamah untuk diminta keterangan terkait dengan penelitian tersebut.
Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Sugiono (2011: 102) dalam bukunya mengemukakan bahwa instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.[3] Menurut Basuki (2009: 40) jenis-jenis instrumen penelitian tindakan kelas adalah observasi, wawancara, catatan harian, dan tes.[4] Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil dari penelitian ini, yaitu tentang peningkatan reading skill siswa SMP Al-Imamah menggunakan observasi, wawancara, dan tes.
a.       Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan diteliti. Menurut Lincoln dan Guba observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana pengamat melihat situasi penelitian. Observasi dalam penelitian digunakan sebagai pemantau guru dan siswa/i, observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru dievaluasi dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya.
b.      Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan kepala sekolah SMP Al-Imamah untuk mengetahui aktifitas keseharian siswa di sekolah.
c.       Tes
Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa/i dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi. Dalam setiap siklus, siswa kelas VIII diberikan tes untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
a.       Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa SMP Plus Al-Imamah;
b.      Observasi, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa SMP Plus Al-Imamah dalam proses belajar mengajar dan implementasi model pembelajaran mind mapping;
c.       Wawancara, untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan model pembelajaran Mind Mapping di kelas VIII SMP Plus Al-Imamah;
d.      Diskusi antara guru dan teman sejawat.
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
a.       Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian yang kemudian dibuat dalam presentase ketuntasan belajar siswa;
b.      Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa inggris. Adapun kriteria keberhasilan dapat dikategorikan dalam rentang sebagai berikut.
Kriteria Keberhasilan:
> 80
Sangat Baik
60 ― 80
Baik
40 ― 60
Cukup Baik
20 ― 40
Kurang Baik
< 20
Sangat Kurang

       Buzan, Tony. Gunakan Kepala Anda (Jakarta; Delapratasa Publishing, 2002)
Suhardjono, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis, 2005)
Windura, Sutanto. Mind Map Langkah Demi Langkah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 102.
Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), hlm. 40.


[1] Suhardjono, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis, 2005)
[2] Sutanto Windura, Mind Map Langkah Demi Langkah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008)
[3] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 102.
[4] Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), hlm. 40.